Case Report Kista Dermoid EDIT Irna [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN Kista adalah kumpulan cairan atau massa setengah cair dalam satu kantong yang tipis. Bila isi tidak terlalu padat, pada perabaan dapat dirasakan tanda khas kista, yakni fluktuasi, yang terjadi akibat penerusan tekanan ke semua arah dengan sama rata. 1,2 Kista dermoid merupakan suatu choriostoma yang bersifat kongenital atau didapat, dilapisi oleh keratinizing epidermis dengan struktur dermis di dalamnya seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Kista dermoid berisi cairan sebasea, keratin, kalsium, dan kristal kolesterol. Sekitar 10-50% kista dermoid merupakan kista dermoid orbital. 2,3, Kista dermoid biasanya ditemukan pada beberapa tahun pertama kehidupan. Akan tetapi, kista dermoid yang profunda dapat tidak terdiagnosis beberapa tahun kehidupan dan biasanya akan didiagnosis pertama kali pada usia dewasa. Kista dermoid umumnya terdapat di daerah muka, terutama di pinggir luar atas tulang orbita dan pangkal hidung. kista dermoid diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu kista dermoid superfisialis dan kista dermoid profunda. 2,3 Sekitar 10-15% kista dermoid merupakan kista dermoid orbital. Kista dermoid ditemukan berupa massa berbentuk oval, membesar perlahan, teraba lunak dan tidak nyeri. Dindingnya merupakan bahan dermis yang liat dan isinya penuh berupa cairan seperti minyak, kadang mengandung unsur rambut, berupa lanugo. Kista bebas dari kulit diatasnya, pada wajah kista menempel di periosteum.



Diagnosis



pasti



kista



dermoid



yaitu



dengan



pemeriksaan



histopatologi. Tatalaksana definitif dari kista dermoid adalah ekstirpasi kista dengan mengangkat seluruh kista beserta kapsulnya. 2,3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi



1



Kista dermoid adalah kelainan bawaan yang timbul di daerah fusi embrional ectoderm. Kista dermoid merupakan suatu choristoma yang bersifat kongenital atau didapat, dilapisi oleh keratinizing epidermis dengan struktur dermis di dalamnya seperti folikel rambut, kelenjar keringat, dan kelenjar sebasea. Kista dermoid berisi cairan sebasea, keratin, kalsium, dan kristal kolesterol. Sekitar 1050% kista dermoid merupakan kista dermoid orbital. 1,3 B. Predileksi Kista ini umumnya terdapat di daerah muka, terutama di pinggir luar antara atas tulang orbita dan pangkal hidung. Kista juga dapat timbul di abdomen, ovarium, punggung, rafe median skrotum dan perineum. 1 C. Anatomi, histologi, dan fisiologi kulit Kulit merupakan organ terbesar tubuh, terdiri dari 3 bagian yaitu lapisan sel di permukaan yang disebut dengan epidermis, sekat antara dermis dan epidermis yaitu membrana basal, dan lapisan jaringan ikat yang lebih dalam, dikenal sebagai dermis. 4



Gambar 1. Anatomi dan histologi kulit



Lapisan epidermis terdiri dari 5 stratum yaitu: stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, dan stratum basale. 4



2



Gambar 2. Lapisan-lapisan epidermis



1. Stratum Korneum (lapisan tanduk): Lapisan kulit paling luar yang terdiri dari sel gepeng yang mati, tidak berinti, protoplasmanya berubah menjadi keratin (zat tanduk) 2. Stratum Lusidum. Terletak di bawah lapisan korneum, lapisan sel gepeng tanpa inti, protoplasmanya berubah menjadi protein yang disebut eleidin. Lapisan ini lebih jelas tampak pada telapak tangan dan kaki. 3. Stratum Granulosum (lapisan keratohialin). Merupakan dua atau tiga lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Butir kasar terdiri dari keratohialin. Mukosa biasanya tidak mempunyai lapisan ini. 4. Stratum Spinosum (stratum Malphigi) atau prickle cell layer (lapisan akanta). Terdiri dari sel yang berbentuk poligonal, protoplasmanya jernih karena banyak mengandung glikogen, selnya akan semakin gepeng bila semakin dekat ke permukaan. Di antara stratum spinosum, terdapat jembatan antar sel (intercellular bridges) yang terdiri dari protoplasma dan tonofibril atau keratin. Perlekatan antar jembatan ini membentuk penebalan bulat kecil yang disebut nodulus Bizzozero. Di antara sel spinosum juga terdapat pula sel Langerhans. 5. Stratum Basalis. Terdiri dari sel kubus (kolumnar) yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar (palisade). Sel basal bermitosis dan berfungsi reproduktif. a. Sel kolumnar. Protoplasma basofilik inti lonjong besar, di hubungkan oleh jembatan antar sel. b. Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell. Sel berwarna muda, sitoplasma basofilik dan inti gelap, mengandung pigmen (melanosomes).



3



Membran basal adalah sekat antara dermis dan epidermis, terbentuk dari struktur protein khusus dan berfungsi melekatkan epidermis ke dermis. Di permukaan membran basal, melekat selapis stratum basal atau startum germinativum yang aktif bermitosis. Sel yang makin tua makin terdorong ke permukaan, memproduksi granul kerathohialin dan disebut keratinosit. Keratinosit inilah yang membentuk epidermis. 4 Lapisan Dermis (korium, kutis vera, true skin). Terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian yaitu: 4 1. Pars Papilare. Bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf dan pembuluh darah. 2. Pars Retikulare. Bagian bawah yang menonjol ke subkutan. Terdiri dari serabut penunjang seperti kolagen, elastin, dan retikulin. Dasar (matriks) lapisan ini terdiri dari cairan kental asam hialuronat dan kondroitin sulfat, dibagian ini terdapat pula fibroblas. Serabut kolagen dibentuk oleh fibroblas, selanjutnya membentuk ikatan (bundel) yang mengandung hidroksiprolin dan hidroksisilin. Kolagen muda bersifat elastin, seiring bertambahnya usia, menjadi kurang larut dan makin stabil. Retikulin mirip kolagen muda. Serabut elastin biasanya bergelombang, berbentuk amorf, dan mudah mengembang serta lebih elastis.



Adneksa kulit terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku. 4 1. Kelenjar-kelenjar pada kulit terdiri atas: -



Kelenjar Keringat (glandula sudorifera) Keringat mengandung air, elektrolit, asam laktat, dan glukosa. pH nya sekitar 4-6,8. Kelenjar keringat ada dua macam yaitu: kelenjar ekrin kecil-kecil, terletak dangkal di dermis dengan secret encer, kelenjar ekrin terbentuk sempurna pada minggu ke 28 kehamilan dan berfungsi 40 minggu setelah kelahiran. Salurannya berbentuk spiral dan bermuara langsung pada kulit dan terbanyak pada telapak tangan, kaki, dahi, dan aksila. Sekresi tergantung beberapa faktor dan saraf kolinergik, faktor



4



panas, stress emosional. Kedua, kelenjar apokrin, lebih besar, terletak lebih dalam, secretnya lebih kental. Dipengaruhi oleh saraf adrenergik, terdapat di aksila, aerola mammae, pubis, labia minora dan saluran telinga. 4 -



Kelenjar Palit (glandula sebasea). Terletak di seluruh permukaan kulit manusia kecuali telapak tangan dan kaki. Disebut juga dengan kelenjar holokrin karena tidak berlumen dan sekret kelenjar ini berasal dari dekomposisi sel-sel kelenjar. Kelenjar palit biasanya terdapat di samping akar rambut dan muaranya terdapat pada lumen akar rambut (folikel rambut). Sebum mengandung trigliserida, asam lemak bebas, skualen, wax ester, dan kolesterol. Sekresi dipengaruhi oleh hormon androgen. Pada anak-anak, jumlahnya sedikit. Pada dewasa menjadi lebih banyak dan berfungsi secara



aktif. 4 2. Kuku. Bagian terminal lapisan tanduk (stratum korneum) yang menebal. Pertumbuhannya 1mm per minggu. 4 3. Rambut terdiri atas akar rambut yaitu bagian yang terbenam dalam kulit dan batang rambut bagian yang berada di luar kulit. Jenis rambut yaitu lanugo, rambut halus pada bayi, tidak mengandung pigmen dan rambut terminal adalah rambut yang lebih kasar dengan banyak pigmen, mempunyai medula, terdapat pada orang dewasa. Pada dewasa, selain di kepala, terdapat juga bulu mata, rambut ketiak, rambut kemaluan, kumis, janggut yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh androgen (hormon seks). Rambut halus di dahi dan badan lain disebut rambut velus.4 D. Epidemiologi Sekitar 10-15% kista dermoid merupakan kista dermoid orbital. Kista dermoid biasanya ditemukan pada beberapa tahun pertama kehidupan. Akan tetapi, kista dermoid yang profunda dapat tidak terdiagnosis pada beberapa tahun pertama kehidupan dan biasanya akan terdiagnosis pertama kali pada usia dewasa. Kista dermoid orbital paling banyak ditemui di aspek superolateral dengan sutura frontozygomatic sebagai tempat perlengketannya dan jarang ditemukan pada daerah superonasal. 5,6,7 E. Etiologi 5



Etiologi kista dermoid belum diketahui secara pasti. Terdapat teori yang menyatakan bahwa kista dermoid kongenital merupakan lesi disembrionik yang berasal dari elemen ektoderm yang terjebak pada saat penggabungan antara arkus brankial pertama dan kedua yang terjadi pada masa gestasi 3 sampai 4 minggu. Sedangkan kista dermoid yang didapat, terjadi akibat trauma yang menyebabkan implantasi sel epitel ke jaringan yang lebih dalam, atau karena oklusi kelenjar sebasea. 1,5,6 F. Klasifikasi Kista dermoid diklasifikasikan menjadi 1. Kista dermoid superfisialis Kista ini berlokasi di anterior sampai septum orbital. Biasanya ditemukan pada beberapa tahun pertama kehidupan sebagai massa yang asimptomatik, berbatas tegas, bulat, terletak subkutaneus dan tidak nyeri.1,5,6 Pada umumnya, kista ini terdapat di aspek temporal orbital yang melekat pada sutura frontozygomaticus. Namun, kista ini juga dapat ditemukan pada aspek medial/nasal atas yang melekat pada sutura frontolacrimal atau fronthoetmoidal. Pada pemeriksaan ditemukan batas posterior kista mudah di palpasi yang menunjukkan bahwa kista ini superfisialis. Jenis kista dermoid ini tidak menyebabkan pergeseran bola mata atau defek tulang.1,5,6 2. Kista dermoid profunda Kista ini berlokasi di posterior sampai septum orbital. Biasanya ditemukan pada usia remaja dan dewasa dengan pergeseran bola mata dan proptosis non aksial atau massa yang batas posteriornya kurang jelas. Beberapa jenis kista dermoid ini dapat meluas melebihi orbita ke dalam fossa temporalis dan intrakranial. Selain itu, kista ini juga dapat menyebabkan pergeseran bola mata dan defek tulang. 1,5,6 G. Manifestasi klinik 1. Keluhan subjektif Pada umumnya, penderita datang dengan keluhan terdapat massa yang terlihat pada area orbita. Pertumbuhan lesi tersebut biasanya perlahan. 1,5,6 2. Gejala klinis a. Pada anak-anak 1,5,6 - Pada umumnya terdapat di aspek supero temporal orbita - Massa tersebut umumnya berdiameter kurang dari 1-4 cm, tidak nyeri dan -



berbentuk oval Pergeseran sedikit dari rongga mata bisa terjadi



6



-



Kista dermoid orbital tidak terfiksir pada kulit, hal ini membantu membedakannya dengan kista sebasea.



Gambar 3. Kista dermoid b. Pada orang dewasa 1,5,6 Kista dapat teraba dengan mudah dan memiliki batas yang tidak tegas. Kista biasanya menggeser rongga mata dan dapat masuk ke dalam struktur yang berdekatan. c. Inflamasi. Jika kista ruptur, secara spontan maupun karena trauma, respon inflamasi dapat terlihat. Respon tersebut dapat berupa seperti injeksi konjungtiva atau dapat lebih mirip selulitis orbita. Temuan Neurologis. Walaupun jarang terjadi, kista dapat menekan nervus



d.



optikus dan menimbulkan gejala kompresi nervus optikus, yaitu penurunan tajam penglihatan, penglihatan warna dan persepsi terang gelap. Selain itu, lebih jarang lagi, kista dapat menginduksi terjadinya diplopia dengan membatasi pergerakan bola mata secara fisik atau menekan nervi cranialis II, IV atau VI. 5,6,7 H. Diagnosis banding 1. Kista epidermoid Kista epidermoid (kista sebasea) adalah kumpulan material seperti keratin, biasanya putih, licin, mudah digerakkan, dan cheesy di dalam dinding kista. Secara klinis, kista epidermal muncul sebagai nodul bulat, keras berwarna daging. Kista epidermal merupakan tumor jinak yang tidak perlu dihilangkan kecuali mengganggu secara kosmetik atau terinfeksi. 1,5,6 Kista epidermoid terbentuk dari beberapa mekanisme. Kista dapat diakibatkan sekuesterasi dari sisa epidermal selama kehidupan embrionik, oklusi dari unit pilosebaseus, trauma atau implantasi bedah dengan elemen epitelial. Oklusi kelenjar ekrin dapat menjadi faktor tambahan perkembangan kista epidermal. 1,5,6 7



Pada pemeriksaan histopatologi, kista epidermal dibatasi dengan epitel skuamosa berlapis yang mengandung lapisan granuler. Keratin terlaminisasi ditemukan dalam kista. Respon inflamasi dapat ditemukan pada kista yang ruptur. Kista yang sudah tua dapat terkalsifikasi. 1,5,6 Kista dermoid dan epidermoid adalah choriostoma timbul dari permukaan ektoderm yang terjebak pada lipatan embriogenik. Kista epidermoid hanya dibatasi oleh epitel squamous yang berhubungan dengan keratin, sedangkan kista dermoid dibatasi oleh epitel squamous dan dermis dengan rambut, kelenjar sebasea dan keratin. 1,5,6 2. Kista ateroma Berasal dari akne yang tersumbat muara kelenjarnya dan berisi sel-sel debris epidermis dan Kristal-kristal kolesterol. Bentuknya bulat atau lonjong, biasanya lunak, berdinding tipis, batas tegas, letaknya subkutan, sedikit menonjol, yang khas pada kista ini adalah kadang-kadang dapat dijumpai suatu bintik pada puncak penonjolan kista pada kulit yang merupakan muara kelenjar yang tersumbat. Pada palpasi, teraba lekukan, konsistensi tumor kistik, dapat digerakkan dari dasar tetapi melekat pada dermis diatasnya dan tidak nyeri tekan. Ditemukan di daerah yang mengandung kelenjar sebasea. Daerah predileksinya adalah kepala, wajah, telinga, leher dan punggung. 1,5,6,7 Table 1. berbagai jenis kista di kulit 1,7 Kista Ateroma



Kista Dermoid



Kista Epidermoid



Ektoderm



Epitel epidermis



Titik di puncak



Kelenjar Sebasea puncta



-



Parut bebas bau



Kulit di puncak



Tipis



Biasa



Biasa



Dinding kista



Rapuh



Liat



Isi



Sebum asam



Tebal, tidak terlalu rapuh Keratin putih tidak berbau



Bebas dari dasar



Ya



Struktur asal



berbau



Minyak bahan putih Tidak



8



campur berwarna



Tidak



I. Diagnosis 1. Pemeriksaan Fisik Kista dermoid orbital paling banyak ditemui di aspek superolateral dengan sutura frontozygomaticus sebagai tempat perlengketannya dan jarang ditemukan pada daerah superonasal. 1,5,6 Berupa nodul intrakutan atau subkutan, soliter, berukuran 1-4 cm, mudah digerakkan dari kulit diatasnya dan dari jaringan dibawahnya. Pada palpasi, permukaannya halus, konsistensi lunak dan kenyal. 5,6,7 2. Histopatologi Secara histologi, kista dermoid berisi desquamated squamous epithelium dan keratin di lumennya dan dibatasi oleh keratinized stratified squamous epithelium. Kunci untuk mendiagnosis kista dermoid adalah struktur-struktur adneksa seperti kelenjar sebasea. Akar rambut, kelenjar keringat apokrin dan kelenjar lakrimal dapat juga ditemukan di dinding kista. Selain itu, lumen juga dapat berisi hair shaft dan keratin. 5,6,7



Gambar 4. Histopatologi kista dermoid.



Kista yang ruptur dapat menyebabkan reaksi granulomatosa dan residual cyst yang dibatasi oleh epitel squamous berganti menjadi epitheloid hystiocyte dan multinucleated giant cell. 5,6,7 J. Penatalaksanaan Indikasi pengangkatan kista dermoid adalah telah menganggu aksis visual yang dapat meningkatkan risiko ambliopia, kista dermoid profunda, kosmetik dan inflamasi berulang. 5,7,8 Penatalaksanaan berupa pembedahan yaitu dengan ekstirpasi kista dilakukan dengan mengangkat kista beserta kapsulnya. Selama proses pembedahan, dinding kista dijaga sebaik mungkin agar tetap utuh karena dinding dan isi kista bersifat



9



iritatif sehingga apabila kista ruptur pada saat pengangkatan, akan menyebabkan terjadinya proses peradangan jaringan orbita disekitarnya. 5,7,8 K. Komplikasi 5 1. Kista dermoid dapat merusak bola mata, tergantung dari lokasi kista 2. Kista dermoid orbital dapat menyebabkan komplikasi neurologis jika menekan nervus optikus, nervus cranialis III, IV dan VI 3. Jika kista ruptur, maka akan terdapat tanda-tanda peradangan 4. Ekstirpasi parsial dari kista dermoid, dapat menyebabkan inflamasi yang persisten, dan kista yang berulang. L. Prognosis Secara umum, prognosis kista dermoid baik. Hal ini dapat terjadi jika dilakukan ekstirpasi yang tepat dengan skar yang minimal. 5,7,8



BAB III LAPORAN KASUS 10



I. IDENTITAS Nama Usia Jenis Kelamin Alamat Pekerjaan Tanggal masuk Ruangan Rumah Sakit



: Tn. M : 53 tahun : laki-laki : Jl.Tadulako I/ kabupaten Toli-toli : Kepala Sekolah SD : 21 maret 2015 : Teratai/Kelas II : Umum Daerah Undata Palu



II. ANAMNESIS Keluhan Utama : Benjolan pada dahi sebelah kiri Anamnesis Terpimpin Dialami sejak kurang lebih 8 tahun yang lalu. Benjolan awalnya berukuran kecil dan dirasakan perlahan lahan mulai membesar. Benjolan dirasakan tidak nyeri dan tidak gatal. Namun pasien merasa tidak nyaman. Sebelumnya, pasien mengaku memiliki riwayat trauma pada dahi sebelah kiri yaitu terbentur pada sebuah balak atau kayu, kemudian perlahan lahan diikuti dengan terbentuknya benjolan pada daerah tersebut. Pasien tidak ada demam, tidak ada mual dan muntah, tidak ada gangguan penglihatan, buang air besar biasa dan buang air kecil lancar. Riwayat Penyakit Dahulu: - Riwayat di rawat di RS kurang lebih 2 bulan yang lalu dengan stroke -



ringan. Riwayat menderita hipertensi sejak 3 bulan yang lalu dan tidak berobat



-



teratur. Riwayat operasi usus turun sebelah kiri pada tahun 2012



Riwayat Penyakit Keluarga Tidak ada keluarga yang menderita penyakit yang sama Riwayat Pengobatan Riwayat mengkonsumsi obat anti hipertensi (kaptopril dan amloidipin) III. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalisata : Tampak sakit sedang Tanda Vital -



Tekanan Darah : 140/80 mmHg Nadi : 84 kali/menit Pernafasan : 22 kali/menit



11



-



Temperatur



: 36,8 ºC



Kepala -



Tampak satu buah benjolan pada regio frontalis sinistra yang berbentuk bulat yang berukuran 5 x 4 x 3 cm. Berbatas tegas, permukaan rata, teraba kenyal, bisa digerakkan dan menempel pada tulang wajah, tidak nyeri,



-



berwarna sama dengan kulit sekitar, suhu teraba sama dengan suhu sekitar. Konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik, Pupil isokor kiri dan kanan, refleks cahaya langsung positif kiri dan kanan.



Leher



: Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, jugular vein pressure (JVP) normal.



Paru - Inspeksi : Pengembangan paru simetris kiri sama dengan kanan, tidak tampak adanya retraksi, tidak tampak adanya sikatrik. - Palpasi - Perkusi



: Tidak ada nyeri tekan, taktil fremitus simetris kiri sama



dengan kanan : Sonor di kedua lapangan paru - Auskultasi : Bunyi pernapasan bronkovesikuler, tidak ada rhonki, tidak ada wheezing



Jantung Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS IV linea midclavicularis sinistra Perkusi : terdapat pembesaran jantung ke kiri dengan batas jantung kiri pada sela iga V linea aksillaris anterior Auskultasi : Bunyi jantung I dan II murni regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop. Abdomen Inspeksi : Abdomen tampak datar, simetris, tampak sikatrik pada daerah regio iliaka sinistra. Auskultasi : Peristaltik ada, kesan normal. Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen Palpasi : Tidak ditemukan nyeri tekan, tidak ditemukan pembesaran organ. Genitalia : Tidak ditemukan kelainan Ekstremitas



12



-



Superior : Tidak ditemukan kelainan Inferior : Tidak ditemukan kelainan



Pemeriksaan Tambahan -



Tidak dilakukan pemeriksaan tambahan



Status Lokalis - Regio



-



: Frontalis sinistra -Inspeksi : Tampak 1 buah massa, berbentuk bulat, berwarna sama dengan warna kulit sekitar, kulit di puncak biasa. Palpasi : Teraba kenyal, berbatas tegas, permukaan rata, Nyeri tekan tidak ada, mobile (bisa digerakkan), dasar massa melekat pada



IV.



periosteum os.frontalis sinistra. ROM : NVD : < 2 detik Sensoris : Normostesia Motoris : Normal RESUME Laki-lali usia 53 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan terdapat massa di regio frontalis sinistra yang dialami sejak kurang lebih 8 tahun yang lalu. Benjolan dirasakan tidak nyeri dan membesar perlahan. Riwayat penyakit sebelumnya, pasien pernah dirawat di rumah sakit kurang lebih 2 bulan yang lalu, dengan Transient ischemic attack, hipertensi heart disease dan pada tahun 2012 dilakukan operasi hernia inguinalis lateralis sinistra. Pada pemeriksaan fisis ditemukan tanda vital, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, pernapasan 22 kali permenit dan suhu 36,8 ºC. pada kepala ditemukan satu buah benjolan pada regio frontalis sinistra yang berbentuk oval yang berukuran 5 x 4 x 3 cm. Berbatas tegas, permukaan rata, teraba kenyal, bisa digerakkan dan menempel pada tulang wajah, tidak nyeri, berwarna sama dengan kulit sekitar, suhu teraba sama dengan suhu sekitar. Pada thoraks,



V.



VI.



abdomen, genitalia dan ekstremitas, tidak ditemukan kelainan. DIAGNOSIS KERJA Tumor jaringan lunak regio frontalis sinistra suspek kista dermoid + Hipertensi Heart Disease PEMERIKSAAN PENUNJANG



13



1.



Laboratorium Darah Lengkap: Leukosit (7.20 x 103 /ul), hemoglobin (13,4 gr/dl), trombosit (320 x 10 3/ul). HbsAg non reaktif, glukosa (116 mg/dl), kreatinin



(1,79 mg/dl) dan ureum 42,2 mg/dl. Radiologi Rontgen Thoraks, kesan Cardiomegali et. Dilatatio aortae 3. Rencana Pemeriksaan tambahan EKG 2.



VII. VIII.



DIAGNOSIS AKHIR Kista dermoid regio frontalis sinistra + Hipertensi heart Disease PENATALAKSANAAN 1. Medikamentosa -IVFD RL 20 tetes per menit -Antibiotik: Cefadroxil 500 mg 2x1 -Anti hipertensi: Noperten 5 mg pada 0-0-1, amloidipin 5 mg 1-0-0 2. Non Medikamentosa Istirahat yang cukup Diet rendah garam 3. Prosedur Tindakan : Ekstirpasi Kista Dilakukan operasi pada tanggal 24 maret 2015. Adapun prosedur tindakannya sebagai berikut: 1. Pasien dalam posisi terlentang (supine) 2. Dilakukan prosedur steril dan disinfeksi 3. Dilakukan anastesi lokal (blok/infiltrasi) pada daerah operasi 4. Dilakukan eksisi kista diantara jaringan yang normal, eksisi berbentuk elips dengan sumbu panjang sesuai dengan ketegangan kulit. Bagian kulit yang telah terpotong kemudian dipreparasi (dibebaskan dari



IX.



dasar) jaringan subkutis dengan memakai scalpel. 5. Massa kista dikeluarkan, kontrol perdarahan yang terjadi. 6. Dilakukan jahitan 7. Luka ditutup 8. Operasi selesai PROGNOSIS Bonam BAB IV PEMBAHASAN Kista dermoid merupakan suatu massa kistik (choristoma) yang dilapisi oleh keratinizing epidermis dengan dermal appendages pada dindingnya seperti folikel rambut, kelenjanr sebasea, dan kelenjar keringat. 5,6,7



14



Pada laporan kasus berikut suatu kasus seorang laki-laki umur 53 tahun dengan keluhan benjolan di dahi sebelah kiri dan didiagnosis dengan tmor jaringan lunak regio frontalis dengan suspek kista dermoid. Pasien mengaku ada riwayat terbentur pada balak pada dahi kurang lebih 8 tahun yang lalu. Awalnya hanya bengkak biasa dan sembuh. Namun, setelah itu pasien tidak menyadari kalau ada benjolan yang tumbuh



ditempat yang sama dengan yang terkena



benturan balak. Benjolan membesar perlahan, berwarna sama dengan kulit sekitar. Benjolan tersebut tidak nyeri, tidak berwarna dan mudah digerakkan, namun bagian dasarnya melekat pda jaringan dibawahnya. 5,6,7 Hal tersebut sesuai dengan teori yaitu kista dermoid dapat bersifat kongenital maupun di didapat. Kista dermoid kongenital merupakan lesi disembrionik yang berasal dari elemen ektoderm yang terjebak pada saat penggabungan antara arkus brankial pertama dan kedua yang terjadi pada masa gestasi 3 sampai 4 minggu. Sedangkan kista dermoid yang didapat, terjadi akibat trauma yang menyebabkan implantasi sel epitel ke jaringan yang lebih dalam, atau karena oklusi kelenjar sebasea. Seperti yang terjadi pada kasus, benjolan tersebut diawali oleh sebuah trauma oleh karena itu, kista dermoid pada kasus tergolong sebagai kista dermoid superfisialis. 3,5,6 Diagnosis kista dermoid ditegakkan berdasarkan gejala yang timbul dan pemeriksaan fisis serta pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Pada pemeriksaan fisis ditemukan berupa benjolan berukuran 5x4x3 cm, kenyal, permukaan halus, tidak merah dan tidak nyeri pada mata kiri atas. Menurut teori, Kista dermoid berupa nodul subkutan atau intrakutan, soliter berukuran 1-4 cm, mudah digerakkan dari kulit diatasnya. Pada palpasi ditemukan permukaannya halus, konsistensi lunak dan kenyal. 3,5,6 Predileksi kista dermoid paling sering di di daerah muka, terutama di pinggir luar antara atas tulang orbita dan pangkal hidung. Kista dermoid orbital paling banyak ditemui di aspek superolateral dengan sutura frontozygomaticus sebagai tempat perlengketannya dan jarang ditemukan pada daerah superonasal. Namun pada kasus ini, kista dermoid berada di regio frontalis tepatnya di daerah superonasal. 5,6,7



15



Akan tetapi, diagnosis pasti kista dermoid yaitu dilakukan pemeriksaan histopatologi. Secara histologi, kista dermoid berisi desquamated squamous epithelium dan keratin di lumennya dan dibatasi oleh keratinized stratified squamous epithelium. Kunci untuk mendiagnosis kista dermoid adalah strukturstruktur adneksa seperti kelenjar sebasea. Akar rambut, kelenjar keringat apokrin dan kelenjar lakrimal dapat juga ditemukan di dinding kista. Selain itu, lumen juga dapat berisi hair shaft dan keratin. Namun dengan anamnesis dan pemeriksaan fisis yang benar maka dapat didiagnosis dengan tepat tan harus melakukan pemeriksaan histopatologi. 5,6,7 Penatalaksanaan untuk kista dermoid adalah ekstirpasi kita dengan mengangkat seluruh kista beserta kapsulnya. Seperti pada kasus, dilakukan ekstirpasi kista dengan menjaga sebaik mungkin dinding kista agar tetap utuh dan tidak ruptur. karena dinding dan isi kista bersifat iritatif sehingga apabila kista ruptur pada saat pengangkatan maka akan menyebabkan terjadinya proses peradangan pada jaringan orbita sekitarnya. 5,7,8 Setelah operasi pasien dirawat selama dua hari dan keadaan pasien mulai membaik. Kemudian pasien diperbolehkan pulang dengan anjuran kontrol di poli bedah rumah sakit umum daerah undata palu.



DAFTAR PUSTAKA 1. Sjamsuhidayat R, de jong W, dkk. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 3. EGC; Jakarta: 2010. 2. American Brain tumor association. Cyst. 2014. Avalaible from URL: http://www.abta.org/brain-tumor-information/types-of-tumors/braincysts.html 3. Smirniotopoulous



JG,



Chiechi



MV.



Teratomas,



dermoids,



epidermoids of head and neck. 2010. Avalaible from URL:



16



and



http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8577967 4. Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Balai penerbit FKUI; Jakarta: 2007. 5. Nandhini G, Syed AN, Allen R. Dermoid cyst. 26 juni 2010. Avalaible from URL: http://webeye.ophth.uiowa.edu/eyeforum/cases/115-dermoidcyst.htm 6. Guschin GA. Orbital dermoid. Diakses dari URL: http://emedicine.medscape.com/article/1218740-clinical#a0217 7. Yeatts P. Cystic Tumors. Available from URL: http://www.eyecalcs.com/DWAN/pages/v2/v2c031.html 8. Schwartz AR. Dermoid cys treatment & Management. 16 maret 2015. Avalaible from URL: http://emedicine.medscape.com/article/1112963-treatment



17