CBR Budaya Dan Kepariwisataan Sumut - Reguler C [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Grace
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“CRITICAL BOOK REPORT”



MK. PEMBELAJARAN BUDAYA DAN KEPARIWISATAAN



Dosen Pengampu :



SUMATERA UTARA Drs. Syamsul Arif, M.Pd Skor Nilai:



DISUSUN OLEH: NAMA MAHASISWA 1. ANGEL MANUELLA N SIRAIT



(2203111024)



2. FEBY LAURENSHA SIMARMATA



(2203111006)



3. NAZWA RAHMADHANI PASARIBU (2203311049) 4. THOIBUN ALAISIDI SIREGAR



(2202311001)



REGULER C PRODI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA & DAERAH FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena kemurahan-Nya kami diberi kesehatan dan kesempatan untuk menyelesaikan Critical Book Report ini. Adapun ini dikerjakan untuk memenuhi mata kuliah Budaya Dan Kepariwisataan Sumatera Utara untuk memenuhi tugas dari Bapak Drs. Syamsul Arif, M.Pd selaku dosen pengampu. Saya telah berusaha menyusun dengan sebaik-baiknya, tetapi mungkin masih ada kekurangankekurangan untuk mencapai kesempurnaan. Penulis menerima berbagai kritik dan saran yang sifatnya membangun agar CBR ini menjadi lebih baik lagi. Saya juga berharap semoga CBR ini dapat memberikan manfaat serta menambah wawasan bagi para pembaca. Semoga CBR ini dapat dipahami siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kata-kata yang kurang berkenan.



Medan, 01 September 2021



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................................. 2 DAFTAR ISI ............................................................................................................................ 3 BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 4 A.Rasionalisasi Pentingnya CBR .............................................................................................. 4 B.Tujuan CBR ........................................................................................................................... 4 C.Manfaat CBR ......................................................................................................................... 4 D.Identitas Buku Utama ............................................................................................................ 4 E. Identitas Buku Pembanding .................................................................................................. 5 BAB II RINGKASAN ISI BUKU .......................................................................................... 6 A. Ringkasan Isi Buku Utama ................................................................................................... 6 B. Ringkasan Isi Buku Pembanding .......................................................................................... 8



BAB III PEMBAHASAN A. Kelebihan....................................................................................................................... 20 B. Kekurangan..................................................................................................................



20



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................................................................22 B. Saran................................................................................................................................22 BAB V DAFTAR PUSTAKA



BAB I PENDAHULUAN A. Rasionalisasi Pentingnya CBR Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami.Terkadang kita memilih satu buku,namun kurang memuaskan hati kita.Misalnya dari segi analisis bahasa , pembahasan tentang konsep dasar ilmu satra. Oleh karena itu, penulis membuat Critical Book Report ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi,terkhusus dalam memililih buku sastra nusantara yang baik, lengkap, dan benar. Selain itu tugas CBR ini juga membantu kita dalam mengkritisi suatu buku, mengetahui kelemahan dan kelebihan suatu buku bacaan. Tugas CBR juga sangat bermamfaat karena kita akan membaca buku tersebut sehingga menambah pengetahuan kita.



B. Tujuan CBR 1. Mengkritisi atau membandingkan satu topik materi kuliah Budaya Dan Kepariwisataan Sumatera Utara 2. Memenuhi tugas KKNI mata kuliah Budaya Dan Kepariwisataan Sumatera Utara



C. Manfaat CBR 1. Untuk menambah wawasan tentang Budaya Dan Kepariwisataan Sumatera Utara 2.. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan buku. 3. Untuk membandingkan isi dalam dua buku yang berbeda.



D. Identitas Buku Utama Judul buku : Budaya Dan Kepariwisataan Sumatera Utara Penulis : Dr. Syamsul Arif, M.Pd, Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd, Dkk Penerbit : FBS Unimed Press ISBN : 978-623-6984-10-9 Halaman :332 Hal Tahun terbit : 2021



Kota terbit : Medan Edisi



: Cetakan Pertama



E. Identitas Buku Pembanding Judul Buku : FOLKLOR BATAK TOBA Penulis



: Sophar Simanjuntak Ompu Manuturi



Penerbit



: Yayasan Pustaka Obor Indonesia



ISBN



: 978-979-461-957-5



Halaman



: 238 Hal



TahunTerbit : 2015 Kota Terbit : Jakarta Edisi



: Cetakan Pertama



BAB II RINGKASAN BUKU A. Ringkasan Isi Buku Utama Bab I Selayang Pandang Budaya Dan Kepariwisataan Sumtera Utara Semua definisi kebudayaan pada umumnya berasal dari berbagai sudut pandang. Para ahli bersepakat bahwa manusia telah menciptakan kebudayaan. Kebudayaan secara luas dipandang sebagai „bagian buatan manusia dalam lingkungannya‟. Manusia mengalami kehidupan bersama sebagai kelompok. Kebudayaan adalah sesuatu yang biasa; pergeseran penting dalam kebudayaan adalah cara berpikir baru tentang simbol – simbol dimensi kehidupan manusia. Dengan demikian, kebudayaan merupakan sesuatu yang kita rebut dari ruang istimewa yang berisi produksi artistik dan pengetahuan khusus ke dalam pengalaman hidup kita sehari – hari. Kebudayaan dapat dilihat dari sisi wujud dan unsurnya. Pariwisata adalah keseluruhan dari gejala-gejala yang ditmbulkan dari perjalanan dan proses mendiami orang-orang asing, serta melalui jalur lintas pada suatu negara tertentu, kota, dan daerah. Konsekuensinya, pariwisata melahirkan industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup, serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya.



Bab II Etnis Melayu Budaya melayu sangat kaya dengan berbagai variasinya. Diawali dalam bab ini mengupas sistem kekerbatan, upacara atau ritual dari masa kelahiran, perkawinan, dan kematian. Kemudian, dari sisi kesenian yang terdiri atas seni rupa, tari, musik, dan teater. Demikian juga berbagai aneka kuliner yang sangat banyak. Semua itu diungkap melalui bahasa dan aksara Melayu. Tentu saja kekayaan budaya tradisional itu perlu dipelihara dan dilestarikan agar budaya tradisional itu tidak hilang. Oleh sebab itu, pemerintah pusat bersama daerah berupaya menjadikannya sebagai cagar budaya dan merevitalisasi dan merenovasinya yang pada akhirnya masyarakat modern kini dapat mengunjunginya.



Bab III Etnis Pakpak Secara administratif Suku Pakpak mendiami dua kabupaten di Sumatera Utara, yaitu Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat. Berdasarkan dialek dan asal tradisionalnya Suku Pakpak dibagi menjadi Lima sub (suak), yaitu: Suak simsim, Suak keppas, Suak pegagan, Suak kelasen, dan Suak boang. Sapaan khas Suku pakpak adalah Njuah-juah. Suku Pakpak menganut sistem ptrilineal, yang mana marga diturunkan dari pihak ayah. Sama halnya dengan Suku Toba dan Karo, kekerabatan dalam Suku Pakpak dikenal dengan sangkep ngelluh/daliken sitellu. Sangkep ngelluh terdiri dari: Dengan sebeltek, Berru, dan Kula-kula. Upacara tradisional dalam Suku Pakpak juga meliputi, ritual kelahiran, perkawinan dan kematian. Suku Pakpak memiliki aksara memiliki aksara tersendiri yang masih digunakan sampai sekarang ini. Berkaitan dengan sastra, Suku Pakpak memiliki umpama (ungakapan/peribahasa) dan umpasa (pantun) yang masih digunakan dalam kehidupan seharihari dan dalam acara adat. Selain itu, musik, tari, dan ukiran (gerga) dalam Suku Pakpak juga memiliki kekahsan tersendiri dibandingkan dengan suku-suku lain.



Bab IV Etnis Karo Suku Karo adalah salah satu suku yang terbesar di Sumatera Utara. Sama halnya dengan suku yang lain, Suku Karo juga memiliki keunikan tersendiri. Sistem kekerabatan masyarakat Karo dikenal dengan istilah merga silima, rakut sitelu, tutur siwaluh, dan perkade-kaden sepuluh sada tambah sada. Sistem kekerabatan inilah yang menjadi landasan dalam pelaksanaan adat istiadat dalam masyaratak Karo. Suku Karo juga memiliki ritual kelahiran yang meliputi tahapan: mesur-mesuri, maba anak kulau, juma tiga, erbahan gelar, mereken amak tayangan, ngelegi bayang-bayang, dan ergunting. Pada saat ini, tidak semua lagi tahapan-tahapan tersebut diterapkan dalam masyarakat Karo. Pernikahan dalam Suku Karo terdiri ada dua jenis yaitu, nangkih (kawin lari) dan nungkuni (perantara meminang). Nangkih dilakukan karena adanya ketidaksetujuan diantara keluarga calon mempelai. Sedangkan, nungkuni yang sering disebut erkelang-kelang adalah perkawinan pada umumnya dalam masyarakat Karo yang terdiri dari tahapan mbaba belo selambar, ngantik manuk, kerja nereh empo, mukul/persada tendi, ngulihi tudung, dan ertaktak.



Bab V Etnis Simalungun Kabupaten Simalungun terbentang pada wilayah mulai dari dataran tinggi atau pegunungan sampai ke dataran rendah. Dengan topografi yang demikian Kabupaten Simalungun memiliki cuaca mulai dari dingin, sejuk sampai ke panas yang memungkinkan wilayah itu ditumbuhi dan dihuni oleh aneka ragam vegetasi atau flora dan fauna. Topografi wilayah Simalungun juga mengakibatkan wilayah itu memiliki danau, sungai dan lembah yang menjadikan Simalungun menjadi tujuan atau objek wisata yang indah dan menarik.



Suku Simalungun dengan berbagai ragam kekayaan budayanya dan karakternya mendiami wilayah kabupaten Simalungun dan kabupaten lainnya yang berdekatan. Sistem kerajaan yang bersifat feodal menjadikan Suku Simalungun berkarakter berbeda dengan subsuku Batak lainnya. Suku Simalungun dengan berbagai aturan dalam sistem kerajaan yang bersifat feodl cenderung pematuh dan aturan, penyegan, cenderung merendah diri dan khawatir tersalah dalam bertindak. Banyak yang mnduga bahwa suku Simalungun merupakan titik tengah subsuku Batak dalam kontinum Mandailing, Angkola, Toba, Simalungun, Karo, Pakpak/Dairi, Gayo.



B.Ringkasan Isi Buku Pembanding Buku yang berjudul “Folklor Batak Toba” menjelaskan tentang ungkapan –ungkapan batak pada upacara atau kegiatan adat istiadat batak toba dan mempermudah kita untuk mengetahui arti dari ungkapan tersebut dengan cerita rakyat yang berhubungan. Tujuan buku ini dibuat adalah supaya kita khususnya batak toba lebih mengetahui seluk –beluk ungkapan, umpama, maupun kata atau bahasa batak. Selain itu, ialah untuk menambah pengetahuan baik dalam pengucapan istilah –istilah ucapan sapaan atau panggilan yang lajim dalam kekerabatan dalam batak toba. Salah satunya budaya di Indonesia merupakan budaya yang diturunkan secara turuntemurundandilestarikan dengantetapmelaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari adalah budaya pada sukuBatakyang merupakansukuyang hidupdan berkembang di Provinsi Sumatera Utara. Rumpun Batak ada enam etnis suku Batak yang ada di Sumatera Utara yang terdiri dari Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Pakpak Dairi, Batak Mandailing, BatakTapanuli Tengah (pesisir sibolga), dan Batak Toba. Semua etnis memiliki nilai budaya masingmasing, mulai dari adat istiadat, tari daerah, jenis makanan, budaya, cerita rakyat, dan pakaian adat juga bahasa daerah masing-masing. Salah satu bentuk dari kebudayaan ituadalah kesenian. Suku Batak Toba memiliki kesenian seperti seni musik, seni tari, seni rupa, seni drama/teater, seni sastra dan juga seni kerajinan tangan. Suku Batak Toba adalah salah satu ragam suku yang ada di Sumatera Utara yang masih menyimpan sejarah dan masih sangat kental dengan adat serta kebudayaannya. Batak Toba memiliki Tortor, danau Toba, megalitik (kubur batu), legenda (cerita rakyat), adat budaya yang bernilai tinggi sebagai aset wisata. Cerita rakyat suku Batak Toba banyak diangkat para seniman sebagai sumber ide karya seni pertunjukan. Cerita rakyat yang ada di Batak Toba sepertiterjadinyaDanau Toba,Siboru Pareme, BoruTumbaga, Tunggal Panaluan, Sigale-gale, Batu Gantung, Batu Kursi, dan Kuburan Raja Sidabutar. Salah satu cerita yang bersumber dari Folklor Batak yang penulis angkat adalah Folklor Batak Toba dalam bentuk pertunjukan Tortor Sigale-gale. Cerita Sigale-gale yang banyak diangkat para seniman menjadi sebuah pertunjukan tari. Dimana dalam pertunjukan ini para seniman mengangkat kembali sejarah dari bangsa Batak.



Penulis mengatakan bahwa Folklor Batak Toba mengangkat cerita Sigale-gale oleh Sanggar Angel Elkanean dalam bentuk pertunjukan dapat dilihat dari : a.Gerak Patung Sigale-gale dapat bergerak dengan berbagai gerakannya yang detail, seperti gerakan tangan yang naik turun, kaku (stakato) dan kepala hanya bisa geleng-geleng. b. Iringan Musik Tortor Sigale-gale Secara tradisional antara musik dan tari sangat erat hubungannya. Keduanya berasal dari hal yang sama yakni dorongan atau naluri ritmis manusia. Seperti yang kita ketahui bahwa musik merupakan partner yang tidak dapat dipisahkan dari tari. Keduanya saling isi mengisi dan merupakan perpaduan yang harmonis. Seperti menggunakan iringan musik lagu, seperti Gondang Lapian, Satu Tiga, Sihutur Sanggul dan SappeTua. c. Tata Rias Tata rias lebih ditekankan pada wajah dan rambut. Rias tidak hanya sekedar membuat seorang penari menjadi cantik dan tampan, namun dapat membantu mewujudkan ekspresi penari sesuai peran yang dibawakannya. d. Tata Busana Pada tarian tradisonal busana yang digunakan sangat sederhana sekali, tetapi tetap mempunyai konsep yang sesuai. Pada jaman dahulu sebelum orang batak mengenal tekstil buatan luar, ulos adalah pakaian sehari-hari. Bila dipakai laki-laki bagian atasnya disebut hande-hande sedangkan bagian bawah disebut singkot kemudian bagian penutup kepala disebut tali-tali. Bila dipakai perempuan, bagian bawah hingga batas dada disebut haen(abit) untuk penutup pungung disebut hoba-hobadan bila dipakai berupa selendang disebut ampe-ampe dan yang dipakai sebagai penutup kepala disebut saong. Dalam pertunjukanTortor Sigale-gale ini perempuannya menggunakan busana bagian atas dengan baju berwarna dan bagian bawah menggunakan rok yang dibuat dari bahan ulos Sadum berwarna merah dan hande-hande yang dipakai perempuan juga ulos Sadum berwarna merah. Sedangkan laki-lakinya bagian atas memakai baju ulos Ragi Hotang dan menggunakan celana. Selain Tortor Sigale gale ada juga macam-macam tari tor-tor yang diiringi ogung sabangunan sebagai berikut: a.Tor-tor/gondang mula-mula, dilakukan dengan menyembah berputar ke arah mata angin. b.Tor-tor/gondang mangido pasu-pasu, dilakukan dengan tangan menari artinya petuah, nasihat, dan amanat orang tua. c.Tor-tor/gondang liat-liat, dilakukan mendapat kebahagiaan.



dengan



menari



berkeliling



artinya



keluarga



d.Tor-tor/gondang hasahatan, dilakukan dengan menari di tempat artinya petuah/rahmat Tuhan YME. Pada buku ini juga diceritakan bahwa pada mulanya keagamaan orang Batak adalah konsep totalitas dimana komunitas, pribadi dan sebagainya terjalin dalam satu pandangan. Konsep totalitas ini tercermin dalam pembagian alam menjadi tiga bagian dan Mula jadi Na Bolon sebagai penguasa. Konsep Tuhan Yang MahaTinggi disebut Partaganing. “Tuhan” itu secara fungsional terbagi atas tiga unsur dalam prinsip yang tri tunggal yaitu: tuan bubi



nabolon, ompu silaon nabolon dan tuan panenabolon yang secara berturut-turut menguasai banua ginjang (benua atas: langit), banua tonga (benua tengah: bumi), dan banua toru (benua bawah: laut dan cahaya). Menurut para ahli antropologi religi konsep ini adalah akibat dari pengaruh hindu yang menyusup ke dalam kepercayaan asli orang Batak. Selain itu masyarakat Batak juga percaya bahwa Roh dan jiwa mempunyai kekuatan. Itulah sebabnya setiap bahasa mengenai budaya Batak sejak dahulu sampai sekarang harus berkaitan dengan sejarah falsafah hidup berdasarkan animisme. Masyarakat Batak Toba masih percaya dengan adanya Roh dan Jiwa, sehingga masyarakat Batak Toba percaya bahwa dalam patung Sigale-gale ada Roh anak Raja. Benda-benda mati dipercayai memiliki tondi (roh) misalnya: gunung, pohon, batu, dll yang kalau dianggap keramat dijadikan tempat yang sakral (tempat sembahan). Penghormatan dan penyembahan dilakukan kepada arwah leluhur akan mendatangkan keselamatan, kesejahteraan bagi orang tersebut maupun pada keturunan. Kuasa-kuasa inilah yang paling ditakuti dalam kehidupan orang Batak di dunia ini dan yang sangat dekat sekali dengan aktifitas manusia. Orang Batak Toba mengakui kehidupan sosial mereka tidak terlepas dari kebudayaan yang dimiliki. Dimana adat memiliki asal-usul keillahian dan merupakan seperangkat- seperangkat norma yang diturunkan dari nenek moyang yang berulang-ulang atau yang teratur datang kembali, lalu kembali menjadi suatu kebiasaan atau hal yang biasa. Ada pun jenis-jenis Folklor pada masyarakat BatakToba adalah jenis Folklor lisan dan Folklor bukan lisan. Folklor atau cerita lisan banyak terdapat didaerah Batak Toba, Seperti halnya keberadaan Folklor pada masyarakat BatakToba yang ditemukan adalah Folklor ungkapan, bahasa rakyat, cerita prosa (legenda), tarian rakyat, dan nyanyian rakyat. Sedangkan Folklor bukan lisan terdapat di daerah Batak Toba adalah arsitektur Rumah Adat Batak Toba,Kerajinantangan rakyat,Pakaian/perhiasan tradisional, Obat-obatan tradisional, Masakan/minuman tradisional, dan GorgaBatak Toba. Folklorungkapanlisansering diucapkan orang padaupacaraadatatausaat berbincangbincang, saat melakukan kritikataunasihatkepadaorang kedua atau ketiga.Isiungkapan Folklor lisan merupakan nasihat,kiasan, cerita atau kritik tajam. Folklormenjadi simbol demokrasiBatak. Seperti contoh; ungkapan tentang “Jolo nidilat bibir asa nidok hata” ungkapan ini merupakan nasehat dalam segala percakapan sehari-hari, yang artinya adalah supaya kita lebih dahulu memikirkan apa yang akan kita dikatakan supaya tidak dicela orang. Berpikir dua kali sebelum berbicara dan jilat bibir lebih dahulu baru berbicara.Cerita prosarakyat (legenda) juga merupakan Folklor yang mengungkapkan kejadian nyata, atau cerita berbasis pengalaman yang anonim, tetapi berkembang luas ditengah masyarakat yang mengandung teladan, nasihat dan juga larangan. Sistem perkawinan yang dianggap ideal di Suku Batak adalah perkawinan antara seseorang laki-laki dengan anak perempuan saudara laki-laki ibunya/perkawinan antara orang-orang rimpal (Marpariban) ➢ Perkawinan pantangan: 1. Laki-laki Batak pantang kawin dengan wanita dari marganya sendiri dan juga dengan anak perempuan dari saudara perempuan ayah.



2.Laki-laki Batak juga dilarang melakukan perkawinan Patri Parallel Cauosin. ➢ Perkawinan umum: Secara umum perkawinan bersifat eksogam sehingga mengenal marga pemberi gadis (hulahula) dan marga penerima gadis (Boru). Sistem perkawinan ini disebut Connubium Asi Metris (Connobium Sepihak). Hula-hula memiliki kedudukan lebih tinggi dari pada Baru. Selain perkawinan tersebut diatas ada adat perkawinan Levirat (lakoman) dan adat perkawinan Sororat. Macam Lakoman: ❖ oLakomanTiaken: Si Janda kawin dengan saudara almarhum suaminya. ❖ oLakoman Ngalih ken Senina: Si Janda kawin dengan saudara tiri almarhum suaminya. ❖ oLakoman Ku Nan dena: Si Janda kawin dengan anak saudara almarhum suaminya.



Garis besar tata cara dan urutan pernikahan adat batak adalah sebagai berikut: Mangarisika – Marhori – hori Dinding/marhusip – Marhata Sinamot - Pudun Sauta – Martumpol (baca : martuppol) - Martonggo Raja atau Maria Raja - Manjalo Pasu-pasu Parbagason (Pemberkatan Pernikahan) - Pesta Unjuk - Mangihut di ampang (dialap jual) Ditaruhon Jual -Paranak makan bersama di tempat kediaman si Pria (Daulat ni si Panganon) Paulak Unea –Manjahea - Maningkir Tangga. Rumah adat Batak disebut ruma/jabu (bahasa Toba) merupakan kombinasi seni pahat ular serta kerajinan. Rumah akronim Ririt di Uhum Adat yang artinya sumber hukum adat dan sumber pendidikan masyarakat Batak. Rumah berbentuk panggung yang terdiri atas tiang rumah yang berupa kayu bulat, tiang yang paling besar disebut tiang persuhi. Tiangtiang tersebut berdiri di tiap sudut di atas batu sebagai pondasi yang disebut batu persuhi. Bagian badan terbuat dari papan tebal, sebagai dinding muka belang, kanan dan kiri, dinding muka belakang penuh ukiran cicak. Atap sebelah barat dan timur menjulang ke atas dan dipasang tanduk kerbau sebagai lambang pengharapan. Mata Pencaharian Hidup sebagian besar masyarakat batak bercocok tanam di irigasi dan ladang. Suku batak masih menggarap tanahnya menurut adat kuno.Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap keluarga mandapat tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak antara lain perternakan kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek. Penangkapan ikan dilakukan sebagian penduduk disekitar danau Toba. Sektor kerajinan juga berkembang. Misalnya tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, tembikar, yang ada kaitanya dengan pariwisata



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil pembahasan mengenai Folklor Batak Toba dapat disimpulkan bahwa; 1. Folklor merupakan sebagian kebudayaan yang penyebarannya melalui tutur kata atau lisan disebut sebagai tradisi lisan. Tradisi lisan mencakup cerita rakyat, teka-teki, peribahasa, nyanyian rakyat, tarian rakyat, dan arsitektur rakyat. Folklor yang diwariskan secara turun-temurun disebut juga sebagai cerita rakyat. Rekonstruksi foklor dalam bentuk karya seni pertunjukan merupakan bagian dari kreativitas seniman. Foklor Batak memiliki banyak nilai-nilai dan pesan moral yang disampaikan melalui tradisi lisan. Dari folklor Batak Toba seniman banyak terinspirasi untuk membuat seni pertunjukan. Banyak karya seni pertunjukan yang lahir dari foklor. 2. Kalangan Batak Toba sering menciptakan karya-karya yang kerap sekali mengangkat sumber idenya dari cerita-cerita yang ada menjadi bentuk pertunjukan. Bentuk pertunjukan yang diciptakan para seniman bermacam-macam. Dalam bentuk pertunjukan seperti sendra tari, dan karya tari yang merupakan karya-karya kreatif senimanToba mengusung cerita yang bersumber dari Folklor Batak. Salah satunya adalah cerita Sigale-gale. 3. Sebagian masyarakat batak bercocok tanam di irigasi dan ladang. Dismping bercocok tanam, pertenakan juga merupakan suatu mata pencaharian yang penting bagi orang batak umumnya. Di daerah pinggiran danau toba, biasanya masyarakat Batak menangkap ikan dengan perahu lesung. 4.Masyarakat Batak pada umumnya beragama kristen dan hanya sedikit yang memeluk agama Islam. Walaupun demikian masyarakat perdesaan suku Batak tetap memepertahankan agama aslinya. Orang batak percaya bahwa, yang menciptakan alam semesta ini adalah debata (ompung) mula jadi na bolon.



B. Saran Semoga makalah ini dapat mempermudah kita untuk mengetahui arti dari ungkapan tersebut dengan cerita rakyat yang berhubungan. Tujuan buku ini dibuat adalah supaya kita khususnya batak toba lebih mengetahui seluk –beluk ungkapan, umpama, maupun kata atau bahasa batak. Selain itu, ialah untuk menambah pengetahuan baik dalam pengucapan istilah –istilah ucapan sapaan atau panggilan yang lajim dalam kekerabatan dalam batak toba.



DAFTAR PUSTAKA Arif, Syamsul dan Ansari, Khairil. 2021. Budaya Dan Kepariwisataan Sumatera Utara. Medan: FBS Unimed Press Simanjuntak, Sophar Manuturi Ompu. 2015. Folklor Batak Toba. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia