CBR Pengembangan Tes Sikap Ilmiah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Rasionalisasi pentingnya CBR Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menguji kemampuan dalam meringkas dan menganalisis sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis dengan buku yang lain, mengenal dan member nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang dianalisis. Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kit abaca dan pahami, terkadang kita hanya memilih satu buku untuk dibaca tetapi hasilnya masih belum memuaskan misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan, oleh karena itu penulis membuat CBR dari buku Filsafat Ilmu Fisika. 1.2. Tujuan penulisan CBR Critical Book Report ini bertujuan : 1. Mengulas isi buku. 2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku. 3. Me;atih diri untuk berpikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh setiap bab dari buku. 4. Membedakan keunggulan dan kelemahan isi buku pada pembahasan.



1.3. Manfaat CBR Critical Book Report ini bermanfaat untuk : 1. Untuk memenuhi tugas critical book report mata kuliah Evaluasi Pembelajaran Fisika. 2. Untuk menambah pengetahuan tentang Evaluasi Pembelajaran Fisika.



1



1.4 Identitas Buku Utama



Judul Edisi Pengarang Penerbit Tahun terbit Kota terbit ISBN



: Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran Fisika : (1) : Prof. Dr. I Wayan Santyasa, M.Si : PT Graha Ilmu : 2014 : Yogyakarta : 978-602-262-350-2



1.5. Identitas Buku Pembanding



Judul



: Penilaian dan Pengukuran Sikap dan Hasil Belajar Peserta Didik



Edisi



: (1)



Pengarang



: Dr. Siswanto, S.AP.,M.M



Penerbit



: Bossscript



Tahun terbit



: 2017



Kota terbit



: Klaten



ISBN



: 979-672-806-0



2



BAB II RINGKASAN ISI BUKU



RINGKASAN ISI BUKU UTAMA 2.1 Pengertian Sikap Ilmiah Sikap ilmiah adalah suatu sikap menerima pendapat orang lain dengan baik dan benar tanpa mengenal putus asa dengan ketekunan dan keterbukaan. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalanpersoalan ilmiah untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula. Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan dengan suatu obyek. Sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan untuk berprilaku atau bereaksi dengan cara tertentu bilamana dihadapkan dengan suatu masalah atau obyek. 2.2 Macam-macam Sikap Ilmiah Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para ilmuwan saat mereka melakukan kegiatan ilmiah. Dengan perkataan lain, kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Salah satu aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Orang yang berkecimpung dalam ilmu alamiah akan terbentuk sikap ilmiah yang antara lain adalah: 1. Jujur Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu dengan sesungguhnya dan apa adanya, tidak di tambahi ataupun tidak dikurangi. Sifat jujur ini harus dimiliki oleh setiap manusia, karena sifat dan sikap ini merupakan prinsip dasar dari cerminan akhlak seseorang. Jujur juga dapat menjadi cerminan dari kepribadian seseorang bahkan kepribadian bangsa. Oleh sebab itu, kejujuran bernilai tinggi dalam kehidupan manusia. Kejujuran merupakan bekal untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Jika seseorang telah memiliki kejujuran maka sesuatu yang wajar jika bila orang tersebut dapat dipercaya dan diberi amanat oleh banyak orang. 3



2. Terbuka Seorang ilmuwan harus mempunyai pandangan luas, terbuka, dan bebas dari praduga. Seorang ilmuwan tidak akan berusaha memperoleh dugaan bagi buah pikirannya atas dasar prasangka. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Seorang ilmuwan akan menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum diterima atau ditolak. Dengan kata lain, ia terbuka akan pendapat orang lain. Keterbukaan berarti memberi peluang luar untuk masuk, dan menerima berbagai hal untuk masuk, baik itu di bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan kebudayaan, ideologi, paham dan aliran, ataupun ekonomi. Keterbukaan juga berarti menerima kritik, saran, dan pendapat orang lain dalam pergaulan.



3. Toleran Seorang ilmuwan tidak merasa bahwa dirinya paling benar, ia bersedia mengakui bahwa orang lain mungkin lebih benar. Dalam menambah ilmu pengetahuan ia bersedia belajar dari orang lain, membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain, ia memiliki tenggang rasa atau sikap toleran yang tinggi dan jauh dari sikap angkuh. Toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan. Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusai adalah makhluk sosial dan akan menciptakan adanya kerukunan hidup.



4. Skeptis Skeptis adalah sikap kehati-hatian dan kritis dalam memperoleh informasi. Namun, skeptis bukan berarti sinis tetapi meragukan kebenaran informasi sebelum teruji dan didukung oleh data fakta yang kuat. Tujuan dari skeptis yaitu tidak keliru dalam membuat pernyataan, keputusan atau kesimpulan. Seseorang yang mencari kebenaran akan bersikap hati-hati dan skeptis. Ia akan menyelidiki bukti-bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. Ia tidak akan sinis tetapi kritis untuk memperoleh data yang menjadi dasar suatu kesimpulan itu. Ia tidak akan menerima suatu kesimpulan tanpa didukung bukti-bukti yang kuat. Sikap skeptis ini perlu dikembangkan oleh ilmuwan dalam memecahkan masalah. Bila ilmuwan tidak kritis mengenai setiap informasi yang ia peroleh, kemungkinan ada informasi yang salah sehingga kesimpulan yang dihasilkan pun salah. Oleh karena itu, setiap informasi perlu diuji 4



kebenarannya. Kata apatis diartikan sebagai sikap acuh tidak acuh, tidak peduli, dan masa bodoh. Secara sepintas skeptis dan apatis memiliki kesamaan arti dan maksud. Skeptis berarti sikap curiga, tidak mudah percaya, dan bersikap hati-hati atas tindakan orang lain. Orang menjadi acuh tak acuh dan tidak peduli karena ia terlanjur tidak percaya. Kehati-hatian dan curiga merupakan sikap dasar seseorang. Bagaimanakah sikap apatis dan skeptis dipadukan sehingga menjadi sebuah sikap yang kreatif dan bersifat konstrukstif. Seseorang harus apatis untuk sesuatu yang bukan merupakan wewenang dan tanggungjawabnya. Selain itu orang harus bersikap skeptis untuk berbagai hal. Segala sesuatu harus dipertanyakan, diklarifikasi, dan dijelaskan secara akurat. Dengan bersikap skeptis dapat ditemukan titik terang, kepastian, dan kebenaran.



5. Optimis Optimis adalah berpengharapan baik dalam menghadapai segala sesuatu, tidak putus asa, dan selalu berkata “Beri saya kesempatan untuk berpikir dan mencoba mengerjakannya”. Seorang yang memiliki kecerdasan optimis akan memiliki rasa humor yang tinggi. Sikap optimis berarti sikap yakin adanya kehidupan yang lebih baik dan keyakinan itu dijadikan sebagai bekal untuk meraih hasil yang lebih baik. Jika seorang ilmuwan mempunyai keinginan dan tujuan yang sangat besar dan juga mempunyai persiapan dan pengetahuan yang diperlukan, ditambah dengan rasa optimis dan percaya diri, maka segala tujuan pasti akan cepat tercapai/terwujud. Percaya diri dan optimisme itu saling terkait satu sama lain. Percaya diri tanpa optimisme tidak akan pernah ada artinya, karena sikap optimis merupakan daya yang besar untuk mendorong apa yang dipikirkan dan akan dilakukan. Percaya diri sangat membutuhkan sikap optimis.



6. Pemberani Seorang ilmuwan harus memiliki sikap pemberani dalam menghadapi ketidakbenaran, kepura-puraan, penipuan, dan kemunafikan yang akan menghambat kemajuan. Sikap keberanian ini banyak dicontohkan oleh para ilmuan seperti Copernicus, Galilleo, Socrates, dan Bruno. Galilleo diasingkan oleh penguasa karena dengan berani menentang konsep bumi sebagai pusat tata surya, matahari dan benda lainnya berputar mengelilingi bumi (Geosentris). Galilleo mendeklarasikan bahwa matahari adalah menjadi pusat tata surya, dan 5



bumi serta planet lainnya berputar mengitari matahari (Heliosentris). Socrates memilih mati meminum racun daripada harus mengakui sesuatu yang salah. Bruno tidak takut dihukum mati dengan cara dibakar demi mempertahankan kebenaran. Kisah keberanian ilmuan yang cukup menarik dan menjadi tauladan adalah kisah Marie Curie seorang fisikawan, kimiawan yang berhasil menemukan zat radio aktif, bertahun-tahun ia menekuni dan meneliti zat radioaktif dengan harapan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia, dengan perlahan radiasi unsur tersebut merambah ke dalam tubuh Marie Curie. Marie Curie mengetahui bahwa ia mengindap penyakit kanker. Namun, dalam setiap kuliahnya ia menjelaskan tentang radioaktif tanpa pernah menunjukan ketakutan akan bahaya radiasi. Keadaan tersebut terus dirahasiahkan hingga ia menjelaskan sendiri pada saat-saat ajalnya tiba.



7. Kreatif Seseorang dalam mengembangkan ilmunya harus mempunyai sikap kreatif yang berfokus pada proses berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif dan berkemampuan untuk menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Sifat-sifat yang tersebut di atas menunjukkan kepada kita arah tujuan yang hendak dicapai seseorang yang hendak menumbuhkan sikap ilmiah pada dirinya. Tidak seorang pun dilahirkan dengan memiliki sikap ilmiah. Mereka yang telah memperoleh sikap itu telah berbuat dengan usaha yang sungguh-sungguh.



8. Kritis Sikap kritis direalisasikan dengan mencari informasi sebanyak-banyaknya, baik dengan jalan bertanya kepada siapa saja yang diperkirakan mengetahui masalah maupun dengan membaca sebelum menentukan pendapat untuk ditulis.



9. Sikap Rela Menghargai Karya Orang Lain Sikap rela menghargai karya orang lain diwujudkan dengan mengutip dan menyatakan terima kasih atas karangan orang lain, dan menganggapnya sebagai karya yang orisinal milik pengarangnya.



6



10. Sikap Menjangkau ke Depan Sikap menjangkau ke depan dibuktikan dengan sikap futuristic, yaitu berpandangan jauh, mampu membuat hipotesis dan membuktikannya dan bahkan mampu menyusun suatu teori baru.



2.3 Keseimbangan Antara Scepticism dan Receptivity Sikap kritis itu penting. Semua data dan interpretasi harus dievaluasi terlebih dahulu, bukan langsung diterima mentah-mentah. Akan tetapi, yang lebih penting ialah mencapai keseimbangan antara sikap skeptis dan penerimaan. Salah satunya kesedian untuk mengajukan hipotesis yang mungkin terbukti salah, dibarengi dengan kemampuan untuk memilah hipotesis yang tidak tepat. Seorang ilmuwan seharusnya menerima (dan kemudian mengkritisi) suatu konsep atau hasil baru yang diajukan ketimbang menghadapinya dengan penolakan. Sikap kritis yang menolak semua hal baru telah terbukti merampas baik kesenangan dalam sains maupun bahan mentah bagi kemajuan sains.



7



RINGKASAN ISI BUKU PEMBANDING 2.1 Pengertian Sikap Ilmiah Pada dasarnya, Ruch (Patta Bundu, 2006: 137) mengemukakan bahwa sikap mengandung tiga dimensi yang saling berkaitan, yakni kepercayaan kognitif seseorang, perasaan afektif atau evaluatif, dan perilaku seseorang terhadap objek sikap. Pendapat ini didukung oleh Cassio dan Gibson (Siti Fatonah dan Zuhdan K. Prasetyo, 2014: 28-29) yang menjelaskan bahwa sikap berkembang dari interaksi antara individu dengan lingkungan masa lalu dan masa kini. Melalui proses kognitif dari integrasi dan konsistensi, sikap dibentuk menjadi komponen kognisi, emosi, dan kecenderungan bertindak. Setelah sikap terbentuk maka secara langsung akan mempengaruhi perilaku. Perilaku tersebut akan mempengaruhi perubahan lingkungan yang ada, dan perubahan itu akan menuntun pada perubahan sikap yang dimiliki. Jadi, sikap akan terbentuk setelah berkembanganya nilai-nilai yang ada pada diri seseorang. Sikap ilmiah dalam pembelajaran sains sering dihubungkan dengan sikap terhadap sains. Keduanya memang saling berhubungan dan mempengaruhi perbuatan. Tetapi, perlu ditegaskan bahwa sikap ilmiah berbeda dengan sikap terhadap sains. Sikap terhadap sains merupakan kecenderungan siswa untuk senang atau tidak senang terhadap sains atau IPA, seperti menganggap sains sukar dipelajari, kurang menarik, membosankan, atau sebaliknya. Jadi, sikap terhadap sains hanya terfokus pada apakah siswa suka atau tidak suka terhadap pembelajaran sains. Berbeda halnya dengan sikap ilmiah, di mana sikap ilmiah merupakan sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan dalam mencari dan mengembangkan pengetahuan baru, seperti objektif terhadap fakta, berhati-hati, bertanggung jawab, berhati terbuka, selalu ingin meneliti, dan lainlain (Patta Bundu, 2006: 13). 2.2 Macam – Macam Sikap Ilmiah American Association for Advancement of Science mengemukakan empat aspek sikap ilmiah yang diperlukan pada tingkat sekolah dasar yaitu kejujuran (honesty), keingintahuan (curiosity),



keterbukaan



(open



minded),



dan



ketidakpercayaan



(skepticism).



Harlen



mengemukakan pula pengelompokkan yang lebih lengkap dan hampir mencakup kedua pengelompokkan yang dikemukakan oleh para ahli tersebut, yaitu: (a) sikap ingin tahu, (b) sikap objektif terhadap data/fakta, (c) sikap berpikir kritis, (d) sikap penemuan dan kreativitas, (e) 8



sikap berpikiran terbuka dan kerjasama, (f) sikap ketekunan, dan (g) sikap peka terhadap lingkungan sekitar (Siti Fatonah & Zuhdan K. Prasetyo, 2014: 31-33). a. Sikap ingin tahu Sikap ingin tahu ditandai dengan tingginya minat dan keingintahuan anak terhadap setiap perilaku alam di sekitarnya. Anak sering mengamati benda-benda di sekitarnya (Usman Samatowa, 2010: 97). Anak yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi sangat antusias selama proses pembelajaran IPA. Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1991: 8) mengemukakan bahwa anak sekolah dasar mengungkapkan rasa ingin tahunya dengan bertanya, baik kepada temannya maupun gurunya. Oleh karena itu, tugas guru adalah memberikan kemudahan bagi anak untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Selain itu, ketika mereka diberikan pertanyaan yang merangsang rasa ingin tahu mereka, maka mereka akan antusias mencari jawabannya pada sumber belajar yang ada di sekitarnya.



b. Sikap objektif terhadap data/fakta Proses IPA merupakan upaya pengumpulan dan penggunaan data untuk menguji dan mengembangkan gagasan. Suatu teori pada mulanya berupa gagasan. Oleh karena itu, diperlukan fakta untuk memverifikasi gagasan itu (Usman Samatowa, 2010: 97). Pada saat memperoleh data atau fakta, maka siswa harus selalu menyajikan data yang apa adanya dan mengambil keputusan berdasarkan fakta yang ada. Dengan kata lain, hasil suatu pengamatan atau percobaan tidak boleh dipengaruhi oleh perasaan pribadi, melainkan berdasarkan fakta yang diperoleh.



c. Sikap berpikir kritis Berpikir kritis merupakan sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa untuk mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain (Elaine B. Johnson, 2007: 185). Oleh karena itu, anak harus dibiasakan untuk merenung dan mengkaji kembali kegiatan yang telah dilakukan (Usman Samatowa, 2010: 98). Melalui proses perenungan tersebut, siswa akan mengetahui apakah perlu mengulangi percobaan (jika ditemukan perbedaan data antara siswa yang satu dengan yang lain) ataukah terdapat alternatif lain untuk memecahkan masalah-masalah IPA yang sedang dihadapi siswa. Dengan begitu, siswa akan mampu untuk mengembangkan sikap berpikir kritis mereka.



9



d. Sikap penemuan dan kreativitas Pada saat melakukan suatu percobaan atau pengamatan, siswa mungkin menggunakan alat tidak seperti biasanya atau melakukan kegiatan yang agak berbeda dari temannya yang lain. Mereka mengembangkan kreativitasnya dalam rangka mempermudah memecahkan masalah atau menemukan data baru yang benar dengan cepat. Selain itu, data ataupun laporan yang ditunjukkan siswa mungkin berbeda-beda tergantung hasil penemuan dan kreativitas mereka (Patta Bundu, 2006: 141). Guru perlu menghargai setiap hasil penemuan, memupuk serta merangsang kreativitas siswanya agar sikap penemuan dan kreativitas siswa bisa terus berkembang.



e. Sikap berpikiran terbuka dan kerjasama Siswa perlu diberikan pemahaman bahwa konsep ilmiah itu bersifat sementara. Hal ini berarti bahwa konsep itu bisa berubah apabila ada konsep lain yang lebih tepat. Bahkan, konsep baru itu terkadang bertentangan dengan konsep yang lama (Usman Samatowa, 2010: 98). Oleh karena itu, sikap berpikiran terbuka perlu ditanamkan pada siswa. Pada saat pembelajaran, siswa dibiasakan untuk mau menerima pendapat teman yang berbeda dan mau mengubah pendapatnya apabila pendapat tersebut kurang tepat. Siswa juga perlu menyadari bahwa pengetahuan yang dimiliki orang lain mungkin lebih banyak daripada yang ia miliki. Oleh karena itu, ia perlu bekerjasama dengan orang lain dalam rangka meningkatkan pengetahuannya. Anak sekolah dasar perlu dipupuk sikap kerjasamanya agar dapat bekerjasama dengan baik. Kerjasama itu dapat dilakukan pada saat kerja kelompok, pengumpulan data, maupun diskusi untuk menarik suatu kesimpulan hasil observasi (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E.Kaligis, 1991: 9).



f. Sikap ketekunan Ilmu bersifat relatif sehingga diperlukan ketekunan untuk terus mengadakan suatu penelitian atau percobaan (Burhanuddin Salam, 2005: 40). Oleh karena itu, pada saat siswa mengalami kegagalan dalam kegiatan percobaan, maka siswa sebaiknya tidak langsung putus asa. Mereka seharusnya mencoba mengulangi percobaan tersebut agar didapatkan data yang akurat (Endah Dewi Utami, 2012: 33). Dalam hal ini, guru perlu memberikan motivasi pada



10



siswa yang mengalami kegagalan agar mereka menjadi lebih semangat dalam menemukan faktafakta IPA.



g. Sikap peka terhadap lingkungan sekitar Selama belajar IPA, siswa mungkin perlu menggunakan tumbuhan atau hewan yang ada di lingkungan sekitar sekolah. Siswa mungkin perlu mengambil beberapa jenis ikan kecil dari kolam atau menangkap sejumlah serangga yang ada di halaman sekolah. Setelah kegiatan pengamatan/penelitian, siswa perlu mengembalikan makhluk hidup yang telah digunakan ke habitatnya. Cara ini dapat memupuk rasa cinta dan kepekaan siswa terhadap lingkungannya. Sikap ini pada akhirnya akan bermuara pada sikap mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan Yang Maha Esa (Usman Samatowa, 2010: 98). Pengelompokkan sikap ilmiah oleh para ahli cukup bervariasi, variasi tersebut muncul hanya dalam penempatan dan penanaman sikap ilimiah yang ditonjolkan. Pengelompokkan tersebut disajikan pada tabel berikut: Gegga (1977)



Harlen (1996)



AAAS (1993)



Sikap ingin tahu



Sikap ingin tahu



Sikap jujur (honesty)



(curiosity)



(curiosity)



Sikap ingin tahu



Sikap penemuan



Sikap respek terhadap



(curiosity)



(inventiveness)



data (respect for



Sikap berpikiran



Sikap berpikir kritis



evidence)



terbuka (open



(critical thinking)



Sikap refleksi kritis



minded)



Sikap teguh pendirian



(critical reflection)



Sikap keraguan



(persistence)



Sikap ketekunan



(skepticism)



(perseverance) Sikap kreatif dan penemuan (creativity and inventiveness) Sikap berpikiran terbuka (open mindedness) Sikap bekerjasama 11



dengan orang lain (cooperation with other) Sikap keinginan menerima ketidakpastian (willingness to tolerate uncetaintly) Sikap sensitif terhadap lingkungan (sensitivity to envireonment)



Pengukuran sikap ilmiah siswa sekolah dasar didasarkan pada pengelompokkan sikap sebagai dimensi sikap. Selanjutnya, dikembangkan indikator-indikator sikap untuk setiap dimensi sehingga memudahkan menyusun butir instrumen sikap ilmiah. Adapun penelompokkan dimensi sikap yang dikembangkan Harlen (Siti Fatonah & Zuhdan K. Prasetyo, 2014: 32-33) disajikan pada tabel berikut: Dimensi



Indikator



Sikap ingin tahu



Antusias mencari jawaban. Perhatian pada obyek yang diamati. Antusias pada proses sains. Menanyakan setiap langkah kegiatan.



Sikap respek terhadap



Obyektif/jujur.



data



Tidak memanipulasi data. Tidak purbasangka. Mengambil keputusan sesuai fakta. Tidak mencampur fakta dengan pendapat.



Sikap refleksi kritis



Meragukan temuan teman. Menanyakan setiap perubahan/hal baru. Mengulangi kegiatan yang dilakukan. Tidak mengabaikan data meskipun kecil.



Sikap ketekunan



Melanjutkan meneliti setelah kebaharuannya hilang. 12



Mengulangi percobaan meskipun berakibat kegagalan. Melengkapi satu kegiatan meskipun teman sekelasnya selesai lebih awal. Sikap



kreatif



dan



penemuan



Menggunakan fakta-fakta untuk dasar konklusi. Menunjukkan laporan berbeda dengan teman kelas. Merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta. Menggunakan alat tidak seperti biasanya. Menyarankan percobaan-percobaan baru. Menguraikan konklusi baru dari hasil pengamatan.



Sikap berpikiran terbuka



Menghargai pendapat/temuan orang lain.



dan bekerja sama dengan



Mau merubah pendapat jika data kurang.



orang lain



Menerima saran dari teman. Tidak merasa selalu benar. Menganggap setiap kesimpulan adalah tentatif. Berpartisipasi aktif dalam kelompok.



Sikap sensitif terhadap



Perhatian terhadap peristiwa sekitar.



lingkungan sekitar



Partisipasi pada kegiatan sosial. Menjaga kebersihan lingkungan sekolah.



2.3 Menyusun Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah Sikap ilmiah diukur dengan bentuk penilaian non tes. Teknik penilaian non-tes yang sering digunakan adalah pengamatan ( observasi), melakukan wawancara (interview), menyebarkan angket (kuesioner), dan dokumen (dokumentasi).



2.3.1 Pengamatan (Observasi) Pengarnatan adalah cara mengumpulkan data dengan mengadakan pencatatan terhadap apa yang menjadi sasaran pengamatan. Pada waktu siswa mencatat ciri-ciri tanaman jagung (rnisalnya keadaan akar, batang, dan daun), sebenamya siswa tersebut sedang mengadakan pengarnatan. Guru dapat melakukan penilaian sikap ihniah siswa pada waktu siswa melakukan pengamatan.



13



Pengamatan sebagai alat evaluasi digunakan untuk menilai sikap dan tingkah laku siswa juga digunakan dalam menilai keterampilan siswa melakukan praktikum/percobaan sederhana. Pengamatan dapat dilakukan secara partispatif dan non-partisipatif. Pengamatan partisipatif artinya dalam melakukan pengamatan atau penilaian, guru (pengarnat) ikut melibatkan diri di tengah-tengah siswa/peserta didik yang sedang diamati. Pengamatan non-partisipatif yakni pengamat berada di luar kelompok yang diamati. Instrumen pengarnatan paling banyak digunakan dalam bentuk "skala rating"' dan "daftar cek". Lnstrumen ini sangat memudahkan peengamat dengan hanya memberi tanda cek (√) pada sikap/prilaku yang diamati. Berikut ini contoh instrumen dengan teknik observasi/ pengamatan. No. 1.



Aspek yang Diamati Indikator Sikap Ilmiah yang Ditunjukkan Siswa a. Sikap ingin tahu  Mengamati objek atau peristiwa yang aneh, baru, dan menarik baginya.  Mengajukan pertanyaan pada guru apabila belum memahami materi yang sedang dibahas atau hal lain yang ingin diketahuinya.  Aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari buku pegangan atau sumber lainnya.  Memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan dari guru.  Antusias dalam mengikuti pembelajaran IPA. b. Sikap objektif terhadap  Melakukan kegiatan belajar di sekolah sesuai dengan petunjuk guru. data/fakta  Menuliskan hasil diskusi kelompok atau diskusi kelas sesuai dengan sumber yang diperoleh.  Membuat kesimpulan sesuai dengan fakta yang ada.  Menghindari tindakan mencontoh hasil diskusi atau hasil pekerjaan orang lain.  Menegur teman yang mencontek hasil diskusi atau pekerjaan orang lain.  Menghindari tindakan menebak-nebak jawaban saat ada kegiatan diskusi kelompok atau diskusi kelas.  Meragukan pendapat atau jawaban dari teman yang dirasa kurang tepat. c. Sikap berpikir kritis  Menanyakan setiap perubahan atau hal yang baru baginya.  Menanyakan kepada guru apabila terdapat perbedaan antara apa yang disampaikan oleh guru atau teman dengan yang ada di buku pegangan atau sumber lainnya.  Berusaha melengkapi jawaban temannya yang kurang tepat berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. d. Sikap berpikiran terbuka dan  Bersedia menerima ide-ide atau pendapat yang disampaikan oleh guru kerjasama atau teman.  Bersedia memperbaiki hasil diskusi kelompok atau hasil pekerjaannya berdasarkan saran dari guru atau teman.  Mengganti kesimpulan apabila kesimpulan sebelumnya ternyata kurang tepat (terdapat kesimpulan yang lebih tepat).  Berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi di kelas.  Bekerjasama dengan teman sekelompok saat melakukan kegiatan diskusi atau kegiatan IPA (percobaan).



14



e. Sikap peka terhadap lingkungan sekitar



 Tidak menyakiti hewan atau merusak tumbuhan baik yang pernah digunakan sebagai sumber belajar IPA ataupun tidak.  Membuang sampah di tempat sampah.  Mengambil sampah yang ada di dalam kelas atau di halaman sekolah.  Menegur teman yang membuang sampah sembarangan atau merusak lingkungan.  Mengajak teman-teman untuk menjaga kebersihan kelas dan sekolah.



Skala Rating Sikap Berpikir Kritis Siswa Dimensi Sikap



Indikator



Nomor Butir



berpikir Meragukan temuan ternan.



kritis



5,7



Menanyakan setiap perubahan/hal baru.



1,2



Mengulangi kegiatan yang dilakukan.



4



Tidak mengabaikan data meskipun kecil.



3,6



Rentang



No



Aspek-aspek sikap yang dinilai



1



Menanyakan tujuan percobaan yang.dilakukan



2



Menanyakan pengg alat dn bahan yg digunakan



3



Mencatat hasil pengamatan yang dilakukan



4



Mencoba mengulangi percobaan yg dilakukan



5



Mempertanyakan hasil pengamatan orang lain



6



Melaporkan hasil pengamatan yang dilakukan



7



Menguji kembali hasil temuan yang berbeda



8



Dan seterusnya ... ... ... ... ... .. ... .... .. .... ..... ..



1



2



3



4



Teknik pemberian skor perlu diperjelas untuk menentukan kriterian rentang skor. Seriap butir perlu ditetapkan indikatomya sehingga dapat dilakukan penilaian dengan baik dan benar. Misalnya, dalam keadaan bagaimana pengamat memberi skor 4 dan dalam keadaan bagaimana pengamat memberi skor 1. Pada contoh di atas, teknik pemberian skor dapat dilakukan sebagai berikut:



15



No. 1. Menanyakan tujuan percobaan yang dilakukan. a. jika tidak bertanya b. jika bertanya satu kali c. jika bertanya dua atau tiga kali d. jika bertanya lebih tiga kali



No. 2. Menanyakan penggunaan alat dan bahan yang digunakan a. jika ridak bertanya b. jika bertanya satu kali c. jika bertanya dua atau tiga kali d. jika bertanya lebih tiga kali



No. 3. Mencatat hasil pengamatan yang dilakukan a. tidak mencatat data hasil pengamatan b. mencatat hasil pengamatan tetapi tidak lengkap c. mencatat hasil pengamatan lengkap d. mencatat hasil pengarnatan lengkap, jelas, bemturan



No. 4. Mencoba mengulangi percobaan yang dilakukan a. tidak mengulangi percobaan b. mengulangi karena terpaksa c. mengulangi secara sukarela, tidak lengkap d. mengulangi secara sukarela, lengkap



No.5. Mempertanyakan hasil penemuan orang lain. a. tidak menghiraukan temuan ternan b. membaca sepintas temuan ternan c. membaca semua temuan ternan d. membaca semua, member komentar



16



No. 6. Melaporkan hasil pengamatan yang dilakukan a. tidak membuat laporan b. membuat laporan kurang lengkap c. membuat laporan lengkap d. membuat laporan lengkap, jelas, beraturan



No.7. Menguji kembali hasil temuan yang berbeda a. membiarkan saja hasil temuan yang berbeda b. menguji kembali tidak lengkap c. menguji kembali dengan lengkap d. menguji kembali, lengkap, jelas beraturan



Catalan: Skor mentah total diperoleh dengan menjumlahkan skor dari setiap aspek yang menunjang komponen yang bersangkutan. Skor baku diperoleh (jika diperlukan) untuk setiap komponen berdasarkan ekuvalensi skor mentah masing-masing komponen.



Dimensi Sikap ingin tahu 



Antusias mencari jawaban.  Melakukan kegiatan esksperimen untuk mencari jawaban sampai tuntas (4)  Melakukan kegiatan eksperimen tetapi belum menemukan jawaban dari rasa ingin tahunya (3)  Bertanya hanya untuk mencari jawaban tanpa melakukan eksperimen (2)  Tidak melakukan apa-apa (1)







Perhatian pada obyek yang diamati.  Mengetahui karakteristik atau permasalahan dari objek yang diteliti (4)  Mengetahui permasalahan pada objek yang diteliti (3)  Tidak mengetahui karakteristik dan permasalahan objek yang diteliti (2)  Tidak melakukan tindakan apapun (1)







Antusias pada proses sains.  Jika bertanya lebih tiga kali (4)  Jika bertanya dua atau tiga kali (3) 17



 Jika bertanya satu kali (2)  Jika tidak bertanya (1) 



Menanyakan setiap langkah kegiatan.  Jika bertanya lebih tiga kali (4)  Jika bertanya dua atau tiga kali (3)  Jika bertanya satu kali (2)  Jika tidak bertanya (1)



Dimensi Sikap respek terhadap data 



Obyektif/jujur.  Mencatat data pengamatan yang didapat sesuai dengan eksperimen dengan lengkap, jelas, dan beraturan (4)  Mencatat hasil pengamatan lengkap (3)  Mencatat hasil pengamatan tetapi tidak lengkap (2)  Tidak mencatat data hasil pengamatan (1)







Tidak memanipulasi data.  Mencatat data pengamatan yang didapat sesuai dengan eksperimen dengan lengkap, jelas, dan beraturan (4)  Mencatat hasil pengamatan lengkap (3)  Mencatat hasil pengamatan tetapi tidak lengkap (2)  Tidak mencatat data hasil pengamatan (1)







Mengambil keputusan sesuai fakta.  Mengambil data pengamatan yang didapat sesuai dengan eksperimen dengan lengkap, jelas, dan beraturan (4)  Mengambil hasil pengamatan lengkap (3)  Mengambil hasil pengamatan tetapi tidak lengkap (2)  Tidak mengambil data hasil pengamatan (1)







Tidak mencampur fakta dengan pendapat.



18



Dimensi Sikap refleksi kritis 



Meragukan temuan teman.



 Tidak menghiraukan temuan ternan (1)  Membaca sepintas temuan ternan (2)  Membaca semua temuan ternan (3)  Membaca semua, member komentar (4) 



Menanyakan setiap perubahan/hal baru.







Mengulangi kegiatan yang dilakukan.



 Tidak mengulangi percobaan (1)  Mengulangi karena terpaksa (2)  Mengulangi secara sukarela, tidak lengkap (3)  Mengulangi secara sukarela, lengkap (4) 



Tidak mengabaikan data meskipun kecil.



Dimensi Sikap ketekunan 



Melanjutkan meneliti setelah kebaharuannya hilang.







Mengulangi percobaan meskipun berakibat kegagalan.







Melengkapi satu kegiatan meskipun teman sekelasnya selesai lebih awal.



Dimensi Sikap kreatif dan penemuan 



Menggunakan fakta-fakta untuk dasar konklusi.







Menunjukkan laporan berbeda dengan teman kelas.







Merubah pendapat dalam merespon terhadap fakta.







Menggunakan alat tidak seperti biasanya.







Menyarankan percobaan-percobaan baru.







Menguraikan konklusi baru dari hasil pengamatan.



Dimensi Sikap berpikiran terbuka dan bekerja sama dengan orang lain 19







Menghargai pendapat/temuan orang lain.







Mau merubah pendapat jika data kurang.







Menerima saran dari teman.







Tidak merasa selalu benar.







Menganggap setiap kesimpulan adalah tentatif.







Berpartisipasi aktif dalam kelompok.



Dimensi Sikap sensitif terhadap lingkungan sekitar 



Perhatian terhadap peristiwa sekitar.







Partisipasi pada kegiatan sosial.







Menjaga kebersihan lingkungan sekolah.



20



BAB III PEMBAHASAN 3.1 Pengertian Sikap Ilmiah Pada buku utama, sikap ilmiah menjelaskan bahwa suatu sikap menerima pendapat orang lain dengan baik dan benar tanpa mengenal putus asa dengan ketekunan dan keterbukaan. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalanpersoalan ilmiah untuk dapat melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula. Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku. Sedangkan pada buku pembanding, sikap ilmiah menjelaskan bahwa sikap mengandung tiga dimensi yang saling berkaitan, yakni kepercayaan kognitif seseorang, perasaan afektif atau evaluatif, dan perilaku seseorang terhadap objek sikap. . Melalui proses kognitif dari integrasi dan konsistensi, sikap dibentuk menjadi komponen kognisi, emosi, dan kecenderungan bertindak. Setelah sikap terbentuk maka secara langsung akan mempengaruhi perilaku. Perilaku tersebut akan mempengaruhi perubahan lingkungan yang ada, dan perubahan itu akan menuntun pada perubahan sikap yang dimiliki. Jadi, sikap akan terbentuk setelah berkembanganya nilainilai yang ada pada diri seseorang. 3.2 Macam – Macam Sikap Ilmiah Pada buku utama macam-macam sikap ilmiah dibagi menjadi 10 bagian diantaranya : a. Jujur b. Toleran c. Terbuka d. Skeptis e. Optimis f. Pemberani g. Kreatif h. Kritis i. Sikap Rela Menghargai Karya Orang Lain j. Sikap Menjangkau ke Depan



21



Sedangkan pada buku pembanding macam-macam sikap ilmiah dibagi menjadi 7 bagian diantaranya : a. Rasa ingin tahu b. Sikap objektif terhadap data/fakta c. Sikap berpikir kritis d. Sikap penemuan dan kreativitas e. Sikap berpikiran terbuka dan kerjasama f. Sikap ketekunan g. Sikap peka terhadap lingkungan sekitar



3.3 Menyusun Instrumen Penilaian Sikap Ilmiah Pada buku utama dan buku pembanding ada beberapa cara menyusun instrument penilaian sikap ilmiah sebagai berikut : 1. Pengamatan (Observasi) Pengarnatan adalah cara mengumpulkan data dengan mengadakan pencatatan terhadap apa yang menjadi sasaran pengamatan. Pada waktu siswa mencatat ciri-ciri tanaman jagung (rnisalnya keadaan akar, batang, dan daun), sebenamya siswa tersebut sedang mengadakan pengarnatan. Guru dapat melakukan penilaian sikap ihniah siswa pada waktu siswa melakukan pengamatan. Pengamatan sebagai alat evaluasi digunakan untuk menilai sikap dan tingkah laku siswa juga digunakan dalam menilai keterampilan siswa melakukan praktikum/percobaan sederhana. Pengamatan dapat dilakukan secara partispatif dan non-partisipatif. Berikut ini contoh instrumen dengan teknik observasi/ pengamatan. No. 1.



Aspek yang Diamati Indikator Sikap Ilmiah yang Ditunjukkan Siswa a. Sikap ingin tahu  Mengamati objek atau peristiwa yang aneh, baru, dan menarik baginya.  Mengajukan pertanyaan pada guru apabila belum memahami materi yang sedang dibahas atau hal lain yang ingin diketahuinya.  Aktif mencari informasi yang dibutuhkan dari buku pegangan atau sumber lainnya.  Memperhatikan dengan sungguh-sungguh penjelasan dari guru.  Antusias dalam mengikuti pembelajaran IPA.



22



 Melakukan kegiatan belajar di sekolah sesuai dengan petunjuk guru.  Menuliskan hasil diskusi kelompok atau diskusi kelas sesuai dengan sumber yang diperoleh.  Membuat kesimpulan sesuai dengan fakta yang ada.  Menghindari tindakan mencontoh hasil diskusi atau hasil pekerjaan orang lain.  Menegur teman yang mencontek hasil diskusi atau pekerjaan orang lain.  Menghindari tindakan menebak-nebak jawaban saat ada kegiatan diskusi kelompok atau diskusi kelas.  Meragukan pendapat atau jawaban dari teman yang dirasa kurang tepat. c. Sikap berpikir kritis  Menanyakan setiap perubahan atau hal yang baru baginya.  Menanyakan kepada guru apabila terdapat perbedaan antara apa yang disampaikan oleh guru atau teman dengan yang ada di buku pegangan atau sumber lainnya.  Berusaha melengkapi jawaban temannya yang kurang tepat berdasarkan pengetahuan yang dimiliki. d. Sikap berpikiran terbuka dan  Bersedia menerima ide-ide atau pendapat yang disampaikan oleh guru kerjasama atau teman.  Bersedia memperbaiki hasil diskusi kelompok atau hasil pekerjaannya berdasarkan saran dari guru atau teman.  Mengganti kesimpulan apabila kesimpulan sebelumnya ternyata kurang tepat (terdapat kesimpulan yang lebih tepat).  Berpartisipasi aktif dalam kegiatan diskusi di kelas.  Bekerjasama dengan teman sekelompok saat melakukan kegiatan diskusi atau kegiatan IPA (percobaan). e. Sikap peka terhadap  Tidak menyakiti hewan atau merusak tumbuhan baik yang pernah lingkungan sekitar digunakan sebagai sumber belajar IPA ataupun tidak.  Membuang sampah di tempat sampah.  Mengambil sampah yang ada di dalam kelas atau di halaman sekolah.  Menegur teman yang membuang sampah sembarangan atau merusak lingkungan.  Mengajak teman-teman untuk menjaga kebersihan kelas dan sekolah. b. Sikap objektif terhadap data/fakta



Skala Rating Sikap Berpikir Kritis Siswa Dimensi Sikap kritis



Indikator



Nomor Butir



berpikir Meragukan temuan ternan.



5,7



Menanyakan setiap perubahan/hal baru.



1,2



Mengulangi kegiatan yang dilakukan.



4



Tidak mengabaikan data meskipun kecil.



3,6



23



Rentang



No



Aspek-aspek sikap yang dinilai



1



Menanyakan tujuan percobaan yang.dilakukan



2



Menanyakan pengg alat dn bahan yg digunakan



3



Mencatat hasil pengamatan yang dilakukan



4



Mencoba mengulangi percobaan yg dilakukan



5



Mempertanyakan hasil pengamatan orang lain



6



Melaporkan hasil pengamatan yang dilakukan



7



Menguji kembali hasil temuan yang berbeda



8



Dan seterusnya ... ... ... ... ... .. ... .... .. .... ..... ..



1



2



3



4



3.4 Kelebihan dan Kekurangan Buku 3.4.1 Kelebihan Buku Dari aspek layout dan tata letak, buku utama kurang memberikan informasi untuk si pembaca. Sedangkan pada buku pembanding, bukunya terlihat buku modern, penggunaan font pada buku pembanding juga cukup jelas sehingga tidak menyulitkan untuk dibaca. Dari aspek informasi yang diberikan, buku pembanding lebih banyak memberikan informasi informasi.



3.4.2 Kekurangan Buku Buku utama merupakan buku yang usianya sudah sedikit tua, dibandingkan dengan buku pembanding yang usianya masih muda. Namun, walaupun begitu informasi yang diberikan pada pembamding tidak sedikit. Sub bab yang ada pada buku pembanding sangat begitu lengkap, sehingga untuk beberapa informasi yang ada terdapat di buku pembanding harus dilihat lagi buku utama atau buku referensi yang lain untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai evaluasi pembelajaran fisika



24



DAFTAR PUSTAKA



Siswanto, 2017. Penilaian dan Pengukuran Sikap dan Hasil Belajar Peserta Didik. Klaten: Bossscript.



Santyasa, Wawan. 2014. Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Graha Ilmu.



25