Chapter 14 Controller and Auditor [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Chapter 14 Controllers and Auditor 1. Pendahuluan Controller dan auditor memiliki peran penting dalam hal tata kelola perusahaan dan pengendalian terkait tata kelola tersebut, serta membutuhkan keahlian dalam hal pengukuran keuangan. Adapun dua peran pentingnya ialah dalam hal memberi pelayanan bagi manajemen dengan membantu lini manajer dalam mengambil keputusan; serta menjalankan fungsi pengendalian agar dapat menciptakan nilai tambah bagi pemilik. Peran lainnya adalah pengawasan, yaitu memastikan bahwa tindakan setiap orang dalam organisasi, terutama para manajer, adalah sesuai dengan hukum, etika, dan sejalan dengan kepentingan terbaik bagi organisasi dan pemilik. Dalam memenuhi peran tersebut, seringkali timbul ketegangan, sehingga dapat menimbulkan konflik. Peran pengendalian auditor eksternal. Auditor eksternal melakukan pemeriksaan independent terhadap pelaporan manajer keuangan, pengungkapan, dan praktik pengendalian internal. Mereka menghadapi perbedaan konflik peran, mereka berbeda antara kebutuhan untuk melayani klien mereka, untuk melayani kepentingan umum, dan untuk mendapatkan keuntungan bagi majikan perusahaan audit mereka sendiri. 2. Pembahasan 2.1 Controller Peran pengendalian dalam organisasi identik dengan fungsi keuangan dan akuntansi. Peran ini umumnya dikelola oleh karyawan dengan jabatan sebagai chief financial officer (CFO) atau vice president finance (VP Finance). Pada perusahaan besar, fungsi keuangan/akuntansi umumnya dibagi dalam dua peran, yaitu: 1. Treasury : merupakan fungsi yang terkait terutama dalam hal meningkatkan dan mengelola modal. Seperti, penyediaan modal, manajemen uang, manajemen risiko (asuransi).



2. Controller : berhubungan dalam pencatatan keuangan, pelaporan, dan pengendalian. Seperti, pelaporan keuangan eksternal, pengendalian manajemen (internal reporting, analisa & interpretasi, perencanaan penganggaran),



pengendalian



internal



(akurasi



informasi



dan



perlindungan asset). Controller memainkan peran kunci dalam manajemen lini dan dalam desain operasi dari sistem pengendalian manajemen (SPM). Mereka adalah ahli pengukuran keuangan dalam perusahaan mereka atau entitas mereka dan kebanyakan dari mereka merupakan anggota penting dari tim manajemen. Peran ini meliputi keterlibatan dalam persiapan rencana dan anggaran, review atas rencana dan tindakan manajer, dan keputusan manajemen lain yang luas seperti mengalokasikan sumber daya, menetapkan harga, menetapkan mengenai utang dan piutang melakukan akuisisi/diinvestasi, serta meningkatkan pendapatan.



Fakta menunjukkan bahwa controller telah semakin jauh terlibat dalam membantu manajer membuat keputusan bisnis terbaik. Sebagai contoh, Institute of Management Accountants (IMA) dalam publikasinya menyimpulkan bahwa: Organisasi saat ini membutuhkan fungsi keuangan agar bisa lebih terlibat dalam



mempengaruhi hasil bisnis. Mandat baru ini membutuhkan profesional keuangan untuk memperluas kompetensi mereka dan bergerak dari sekadar mengelola data keuangan tadi dalam pengambilan keputusan yang strategis. Namun, menjadi sangat terlibat dalam pengambilan keputusan manajemen bukanlah satu-satunya peran controller, mereka juga memiliki peran yang lain yaitu sebagai kepala akuntan, dalam aktivitas pembukuan (bookkeeping) atau penilaian (scorekeeping). Mereka dan bawahan mereka mencatat transaksi, menyiapkan laporan kinerja dan memenuhi kewajiban untuk membuat pelaporan keuangan, pajak, dan pemerintah. Mereka juga membangun dan memelihara sistem pengendalian internal yang membantu memastikan keandalan informasi dan perlindungan terhadap aset perusahaan serta di beberapa organisasi controller juga dapat mengawasi audit internal dan fungsi dari sistem informasi manajemen. Sebagai akuntan utama bagi entitas mereka, controller juga harus tetap independen. Mereka memiliki tanggung jawab fidusia (fiduciary, penanggung jawab terhadap pihak yang menerima manfaat) untuk memastikan bahwa informasi yang dilaporkan dari entitas mereka, terutama yang bersifat keuangan adalah akurat dan bahwa sistem pengendalian internal yang digunakan memadai. Mereka memiliki tanggung jawab pengawasan manajemen untuk menginformasikan kepada lainnya dalam organisasi apabila terdapat individu yang melanggar hukum atau normanorma etika. Dapatkah para controller yang sangat terlibat sebagai bagian dari tim manajemen mempertahankan syarat tingkat kemandirian untuk memenuhi tanggung jawab pengawasa fidusia dan manajemen secara efektif? Dengan kata lain, dapatkah controller menggunakan dua “topi” yakni sebagai salah satu anggota tim dan kepercayaan, serta yang lainnya sebagai pengawas atau policy officer? Tanggung jawab fidusia controllers cukup konsisten dengan tanggung jawab pengawasan terhadap manajemen; kedua tanggung jawab ini pola pikir kritis, konstruktif, dan independen dari manajemen. Namun, banyak yang percaya bahwa tanggung jawab pengawasan fidusia dan pengawasan manajemen seringkali bertentangan dengan tanggung jawabnya sebagai jasa kontrol bagi manajemen. Seringkali diklaim bahwa controllers perusahaan biasanya lebih berpihak kepada perusahaan dan tim



manajemen dibandingkan kepada pemegang saham dan investor sehingga dapat menurunkan objektivitasnya dalam menyediakan laporan (entity-identification). Demikian pula, controller pada unit bisnis atau divisi, yang terletak dibadan desentralisas seperti unit bisnis, divisi, atau unit operasi-tingkat pada yang lebih rendah, dapat dengan mudah mengembangkan keterikatan emosional mereka dengan unit lokal, unit desentralisasi dan orang-orang yang bekerja dengan mereka. Mereka ingin menjadi bagian dari tim. Tentu saja, para controller unit bisnis yang termasuk dalam rencana kompensasi insentif berdasarkan kinerja unit bisnis, dapat memiliki motivasi yang kuat untuk berbuat curang dengan hasil pengukuran dimana mereka bertugas untuk mengawasi dan melaporkannya kepada perusahaan (compensation-based). Untuk menjaga integritas peran pengawas, perusahaan mungkin dapat dan harus menerapkan beberapa pengamanan tambahan untuk memastikan bahwa pengendali memenuhi pengawasan manajemen dan kewajiban fidusia efektif. Pertama, komite audit dewan direksi dan audit internal dapat digunakan untuk mengawasi fungsi controllers. Kedua, perilaku controllers dapat dibentuk melalui personnel atau cultural controls, seperti seleksi dan pelatihan. Beberapa controller memiliki penilaian dan rasa yang lebih baik atas integritas etika, serta lebih mampu berfungsi secara efektif dalam situasi konflik peran yang kuat daripada yang lainnya. Individu harus mengikuti tanggung jawab etika profesi yang kuat dan relevan mungkin menjadi pilihan yang baik untuk posisi controller. Ketiga, merancangan sistem insentif yang tidak menciptakan godaan untuk memastikan bahwa controller memenuhi pengawasan manajemen dan kewajiban fidusia secara efektif. Secara khusus, controller mungkin tidak harus dihargai kinerjanya yang diperolehnya melalui tindakan manipulasi. Akhirnya, beberapa perusahaan telah menemukan bahwa pelaporan solid-line dalam organisasi efektif untuk mengendalikan aktivitas unit bisnis controller. Pelaporan solid-line berarti bahwa hubungan pelaporan utama unit bisnis controller adalah dengan corporate controller, atau dalam kasus ini unit bisnis dengan tingkat lebih rendah, dengan tingkat yang lebih tinggi atau kelompok controller (lihat gambar 14.2)



Dalam struktur controllership ini, corporate controller yang menentukan tugas-tugas dan prioritas dari bisnis unit controllers, dan evaluasi kinerja. Pelaporan solid-line dirancang untuk mengurangi keterikatan emosional antara business unit controller dengan unit operasi tempat mereka ditugaskan. Ini merupakan sinyal bagi business unit controller yang memiliki peran penting untuk melindungi asset perusahaan dan untuk memastikan keakuratan laporan keuangan. Peringatan ini mungkin menjadi lebih penting apabila unit bisnis terletak sangat jauh dari kantor pusat. Tetapi untuk semua business unit controller, ia memberi penekanan tinggi pada pengawasan manajemen dan tanggung jawab fidusia. Fakta menunjukkan bahwa perubahan dalam hubungan pelaporan controller tidak mengubah prioritas pekerjaan dan loyalitas dari unit bisnis controller. Biaya utama dari pelaporan solid-line adalah adanya potensi penurunan kualitas fungsi pelayanan manajemen unit bisnis controller. Unit bisnis controller dapat datang untuk dilihat sebagai mata-mata dari perusahaan bukan sebagai anggota dari tim manajemen unit. Survei menunjukkan bahwa pelaporan solid-line dapat menyebabkan konflik peran didalamnya, berlawanan dengan tujuan kelembagaan pelaporan solid-line serta dapat meningkatkan dan bukan mengurangi data yang salah dalam pelaporan.



Controllers dalam sistem pengendalian manajemen sangatlah penting karena jika controller bekerja dengan buruk akan menyebabkan skandal besar dan kegagalan perusahaan. 2.2 Auditor Audit dapat didefinisikan sebagai proses sistematis atas (1) Perolehan dan evaluasi bukti yang dianggap penting secara objektif (2) menentukan/memberi opini atas tingkat korespondensi antara objek tersebut dengan kriteria tertentu, dan (3) mengkomunikasikan hasil kepada pengguna yang berkepentingan. Systematic process disini berarti bahwa audit tidak dilaksanakan secara acak, namun berurutan dan telah didesain berdasarkan satu atau lebih obyek audit. Setiap audit dimulai dari tahap perencanaan yang meliputi pengembangan dan pemahaman atas kriteria yang akan digunakan dalam audit, serta lingkup audit itu sendiri. Selain itu, digunakan untuk mendesain program audit yang akan dilaksanakan dan jika memungkinkan termasuk jadwal setiap tugas dan penugasannya kepada setiap anggota tim audit. Tahap kedua adalah proses audit, meliputi mendapatkan dan mengevaluasi bukti. Proses dilaksanakan secara obyektif, dimana auditor bersikap independen tidak terpengaruh oleh audit. Berdasarkan fokus dan rungan lingkup audit, pengumpulan bukti dapat dilakukan dengan: observasi, wawancara, review atas laporan, penghitungan ulang, konfirmasi, dan analisis. Perubahan atas program audit dapat dilakukan sehubungan dengan pengumpulan bukti audit (bersifat fleksibel). Compliance audit (audit ketaatan) didesain untuk menguji kepatuhan perilaku atau hasil terhadap peraturan yang ada, seperti kebijakan perusahaan, hukum atau perjanjian pinjaman. Marketing audit (audit pemasaran) berfokus pada efektivitas dan efisiensi dari fungsi marketing. Financial audit menyediakan basis bagi auditor untuk memberikan opini apakah laporan keuangan secara wajar mempersentasikan status laporan keuangan dan kinerjanya. Tahapan selanjutnya yaitu memberikan penilaian berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria yang digunakan bervariasi tergantung tipe auditnya, dapat bersifat sempit spesifik atau sebaliknya.



Mengkomunikasikan laporan hasil audit pada pihak yang berkepentingan merupakan hasil nyata dari produk audit. Secara minimal, laporan hasil audit mendeskripsikan bukti yang diperiksa dibandingkan dengan kriteria yang ditetapkan serta opini auditor itu sendiri. Kadangkala dari laporan hasil audit ini dapat juga berupa rekomendasi yang spesifik, A. External and Internal Auditors Auditor dapat diklasifikasikan menjadi auditor eksternal dan internal. Auditor eksternal bersifat independen dari manajemen karena mereka dipekerjakan oleh perusahaan jasa profesional.



Auditor eksternal yang



melaksanakan financial audit pada umumnya berasal dari Kantor Akuntan Publik, mereka mempunyai pelatihan profesional, berpengalaman, dan lisensi/sertifikat dari asosiasi profesionalnya. Auditor yang melaksanakan performance audit biasanya dipekerjakan oleh kantor akuntan publik atau perusahaan konsultan. Auditor ini mempunyai background yang bermacam-macam, termasuk manajemen risiko, keuangan, sistem informasi, Teknik, atau ilmu komputer Auditor internal adalah karyawan dari perusahaan yang mereka audit. Mereka biasanya disebut ”mata dan telinga” manajemen. Staff audit internal dapat beroperasi dengan piagam pedoman secara sempit maupun luas. Piagam yang bersifat sempit berarti ruang lingkup audit kepatuhan atas kinerja secara relative kecil seperti persiapan jadwal audit dan dokumentasi pegendalian internal. Sebaliknya staf audit internal dengan piagam yang luas, dapat melakukan berbagai bentuk performance auditing, desain, dan pengembangan proses bisnis dan sistem pengendalian internal, serta bentuk lain yang biasanya dikategorikan sebagai konsultan manajemen. Jumlah auditor internal berbeda pada setiap perusahaan. Perusahaan kecil biasanya tidak mempunyai auditor internal. Sedangkan perusahaan besar dapat mempunyai auditor dalam jumlah sedikit maupun banyak. Latar belakang auditor internal sendiri biasanya bervariasi, namun secara umum mereka merupakan akuntan. Namun tidak menutup kemungkinan mereka mempunyai keahlian di



bidang komputer, ataupun manajer dan konsultan yang berpengalaman. Kebanyakan auditor internal mempunyai ikatan terhadap asosiasi profesional. Di US terdapat Institute of Internal Auditor (IIA), yang mempunyai anggota lebih dari 75.000, standar profesional, kode etik, pengetahuan umum atas internal auditor, dan program sertifikasi (Certified Internal Auditor/CIA). Banyak ahli berpendapat bahwa sebaiknya audit internal melaporkan secara langsung kepada komite audit dari dewan direksi untuk menjamin independensi, kredibilitas, dan visibility. B. Common audit types Mekanisme dan Teknik secara dasar sama diantara semua jenis audit, motivasi dan hasil akhirnya berbeda. Bagian ini secara singkat menjelaskan beberapa jenis audit yang paling umum. 1. Financial Audits Di dalam audit keuangan, auditor eksternal yang independen diharapkan untuk memberikan opini apakah laporan keuangan yang disampaikan oleh pihak manajemen telah disajikan secara wajar berdasarkan standar akuntansi yang berlaku seperti Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial Reporting Standards-IFRS) di banyak negara atau prinsip akuntansi keuangan yang berlaku secara umum (Generally Accepted Accounting Principles-GAAP) di Amerika Serikat. Pedoman ini dikeluarkan oleh Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB). Akronim audit keuangan ini pada dasarnya menyediakan alat bagi regulator (seperti bursa saham, badan pemerintah) dapat menegakkan standar untuk penyusunan dan penyajian informasi akuntansi kepada pihak yang berkepentingan yang berada diluar sisi organisasi yang sangat penting untuk fungsi efisien dari pasar modal antara tujuan-tujuan lainnya. 2. Compliance Audits Organisasi seperti halnya individu, bertanggung jawab atas kepatuhan terhadap hukum, peraturan, prosedur, dan kebijakan administrasi yang ditetapkan



oleh pihak yang berwenang. Di dalam audit kepatuhan, auditor diminta untuk memberikan opini apakah aktivitas/hasil telah sesuai dengan standar. Baik internal ataupun eksternal auditor dapat melakukan audit kepatuhan. Dengan demikian, audit kepatuhan umumnya melibatkan cakupan penyelidikan yang lebih sempit daripada jenis audit yang lainnya, namun membutuhkan juga bukti yang cukup banyak serta keahlian dari auditornya itu sendiri. Meskipun cakupannya lebih sempit, audit kepatuhan tetap sering berhasil menggali penipuan dan penyimpangan meski hal itu buka merupakan tujuan utama mereka. Audit kepatuhan dengan peraturan yang komplek seperti hukum pajak, membutuhkan pengetahuan khusus yang cukup besar serta sejumlah besar pertimbangan profesional. Jadi, kebutuhan atas kualifikasi auditor dan pengumpulan bukti berbanding lurus dengan kompleksitas kriteria dan permasalahannya. 3. Performance Audits Audit kinerja atau sering dikenal dengan audit operasi, audit manajemen, atau audit komprehensif, digunakan untuk menyediakan evaluasi menyeluruh atas kinerja atau aspek spesifik tertentu dari kinerja suatu aktivitas, departemen, atau perusahaan dan manajemennya. Kriteria di dalam audit kinerja bersifat samar, tidak lebih spesifik daripada “good performance” sering kali hannya menilai suatu kegiatan, fungsi, atau efektivitas entitas. Sehingga dibutuhkan definisi kriteria dalam pernyataan yang lebih spesifik serta penilaian dari auditor apakah sebuah kinerja itu telah baik, yang biasanya diidentifikasi dari area peningkatan kinerja. Auditor kinerja secara umum harus mempunyai pelatihan dan pengalaman yang lebih. Mereka tidak hanya mempunyai kemampuan untuk menemukan dan mengevaluasi bukti untuk mendapatkan opini, namun di banyak kasus juga harus dapat melakukan menentukan lingkungan dan kriteria sebagai pembanding di dalam audit. Auditor kinerja dapat dipekerjakan dari organisasi itu sendiri maupun dari pihak luar. Tidak terdapat standar program audit ataupun format laporan yang dapat diaplikasikan pada semua bentuk aduit kinerja.



C. The Value of Audits Audit menciptakan dua nilai utama. Pertama, laporan audit menambah kredibilitas terhadap informasi yang disajikan kepada pengguna. Auditor menyediakan pemeriksaan secara independen berdasarkan kriteria yang juga merefleksikan kepentingan dan keinginan pengguna (sejauh mana kriteria tersebut terpenuhi dan seberapa penting kriteria tersebut). Sebagai bentuk proses evaluasi, auditor juga menciptakan nilai keuntungan dari peningkatan dan rekomendasi spesifiknya. Rekomendasi dapat berupa perubahan prosedural ataupun perubahan kebijakan manajemen. Terdapat pendapat bahwa rekomendasi tidak termasuk ke dalam fungsi audit dan bertentangan dengan independensi auditor. Keuntungan kedua yaitu Memberikan efek antisipasi bagi penyedia laporan keuangan. Pemberitahuan akan adanya audit dapat memberi motivasi bagi individu untuk menyiapkan laporan yang sesuai dengan standar. Gray Davis, seorang wakil gubernur California, menyatakan bahwa “Semua orang melakukan sesuatu dengan lebih baik ketika mereka tahu seseorang mengawasinya. Ketika dikatakan bahwa tidak ada seorangpun yang mengawasi, hal tersebut merupakan undangan pada bencana.” Jadi, faktor situasional juga dapat mempengaruhi audit. D. Situational Factors Affecting the Value of Audits Audit tidak sama penting dalam segala situasi. Salah satu faktor yang memengaruhi nilai potensial audit adalah pentingnya area yang akan diaudit. Semakin tinggi potensi kerugian/konsekuensi yang diaudit, maka semakin tinggi atau penting pelaksanaan audit di area tersebut. Audit juga berpotensi lebih bernilai apabila probabilitasnya tinggi, baik kriteria yang telah ditetapkan tidak terpenuhi maupun tidak akan terpenuhi tanpa adanya audit. Terkadang, karyawan akan berusahan lebih keras untuk memenuhi kriteria pelaporan yang diharuskan ketika disadari bahwa akan dilakukan audit atas laporan tersebut. Audit juga berpotensi lebih berharga ketika mekanisme pengendalian lainnya tidak layak.



Audit dapat menjadi alat yang berharga dalam banyak situasi pengendalian manajemen. Auditor dapat berfungsi sebagai “mata dan telinga” dari manajemen dalam menilai hal yang terjadi dalam organisasi dan mereka juga dapat berbagi keahlian mereka dengan memberikan rekomendasi untuk perbaikan. Untuk tujuan manajemen, nilai potensial dari audit yaitu terbesar apabila kriteria yang akan digunakan untuk perbandingan adalah yang ditetapkan oleh manajemen. Audit ditugaskan oleh pihak luar seperti audit keuangan atau lingkungan yang dirancang untuk melayani kepentingan orang luar meskipun auditor dapat memberikan beberapa pengamatan berguna bagi manajemen. Namun, bahkan untuk audit tersebut, manfaat bisa datang dengan cara yang tampaknya tidak terduga. Audit layak dapat menjadi alternatif penting atau suplemen untuk mekanisme pengendalian manajemen lainnya seperti pengawasan langsung atau insentif. Audit dapat menguji apakah perilaku yang diinginkan sebenarnya dilakukan dan mereka sering menimbulkan pengaruh kuat pada tingkah laku atas biaya yang diterima. Auditor biasanya dapat mencapai keputusan penilaian dengan memeriksa hanya sebagian kecil bukti yang relevan dan dalam banyak situasi hanya ancaman audit bisa menjadi pencegah yang kuat terhadap perilaku yang tidak diinginkan. Namun, audit memiliki keterbatasan. Salah satunya adalah bahwa mereka dilakukan secara berkala, sehingga memberikan sedikit perlindungan atas masalah yang terjadi untuk sementara waktu kecuali mereka memberikan efek jera. Audit juga dapat membuat reaksi negatif seperti tekanan pekerjaan. Audit juga membutuhkan biaya yang tidak murah. 3. Kesimpulan Bab ini membahas dua peran yang terkait dengan corporate governance, yaitu peran controller dan auditor. Pengendali memiliki peran penting dalam Sistem Pengendalian Manajemen (perencanaa penganggaran, dsb). Controller memiliki tanggung jawab fidusia dan pengawasan terhadap manajer. Objektivitas dari



pengendali dapat diperketat dengan adanya solid-line reporting, dimana pengendali unit bisnis melapor kepada pengendali perusahan, dan bukan pada manajer level bisnis. Peran auditor cukup menantang karena dalam waktu terbatas, ia harus memeriksa proses bisnis dan kinerja karyawan, dan membuat keputusan apakah telah memenuhi standar. Konflik kepentingan dapat timbul dalam dua peran di atas, dimana ada keharusan untuk melayani organisasi dan manajemen, sembari menyediakan pengawasan dan pelaporan kepada pemilik dan pemangku kepentingan lain. Hal ini dapat menyebabkan mereka mengambil tindakan yang merugikan di jangka pendek bagi organisasi, (misal membeberkan skema penipuan laporan keuangan perusahaan). Meski demikian, peran controller dan auditor yang dijalakan dengan tepat dapat menjadi fondasi yang kuat bagi Sistem Pengendalian Manajemen dan dapat memelihara fungsi keuangan perusahaan di jangka panjang.