CJR Manajemen Dapur [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

CRITICAL JURNAL REPORT (CJR)



JURNAL UTAMA PENERAPAN INFORMASI MENGENAI BUMBU DAPUR SEBAGAI BSHSN SKTIF ONTIOKSIDAN PENCEGAH KANKER DI DESA CILELES JATINANGOR JURNAL PEMBANDING PENGELOLAAN DAPUR PRAKTIK



NAMA MAHASISWA (NIM) : NAILA RAHMADANIA TANJUNG (5223342007) DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH



: Dra. Nuwairy Hilda, M.Pd : Manajemen Dapur



PENDIDIKAN TATA BOGA PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2022



KATA PENGANTAR



Puji syukur selalu dipanjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayahnya Critical Jurnal Report ini dapat dibuat. Critical Jurnal Report ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi tugas Critical Jurnal Report Tidak lupa diucapkan lupa terima kasih kepada teman-teman dan keluarga yang selalu mendukung saya dalam menyelesaikan Critical Jurnal Report ini. Saya menyadari bahwa dalam prosesn Critical Jurnal Report ini dan hasil dari Critical Jurnal Report terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Sehingga saya sangat membuka bagi siapa pun yang ingin memberikan kritik dan saran yang membangun bagi saya.Saya berharap dengan selesainya Critical Jurnal Report ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.



Medan , September 2022



DAFTAR ISI



Kata Pengantar............................................................................................ Daftar Isi..................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Rasionalisasi Pentingnya CJR.................................................... B. Tujuan Penulisan CJR................................................................. C. Manfaat CJR................................................................................ D. Identitas yang di Review.............................................................. BAB II RINGKASAN ISI JURNAL A. Ringkasan Isi Buku Utama................................................ B. Ringkasan Isi Buku Pembanding...................................... BAB III PEMBAHASAN 



Pembahasan Isi Jurnal......................................................







Kelebihan dan Kekurangan Isi Jurnal...............................







BAB IV PENUTUP



A. Kesimpulan..................................................................... B. Saran..........................................................



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Critical Jurnal Review yang berbentuk makalah ini berisi tentang kesimpulan dari perbandingan yang akan penulis lakukan pada dua jurnal dengan materi jurnal yaitu Peningkatan Kesehatan Masyarakat Melalui Pelatihan Pengobatan Obat Herbal dari Bahan-bahan Dapur Untuk Menurunkan Kolesterol” dan “Penerapan Informasi Mengenai Bumbu Dapur Sebagai Bahan



Aktif Ontioksidan Pencegah Kanker di desa Cileles Jatinangor . Penulis juga



menyertakan ringkasan dari masing-masing jurnal, dimana kedua jurnal memiliki judul yang hampir sama dalam pembahasannya. Dalam mengkritik jurnal tersebut, maka penulis dapat mengetahui perbedaan antara kedua jurnal. Dan juga mengetahui kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jurnal.Pembuatan Critical Jurnal Review ini bertujuan untuk memenuhi tugas individu KKNI. Semoga usaha ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penyusun khususnya. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penulisan Critical Jurnal Review ini adalah: 1. Bagaimana review maupun ringkasan jurnal tersebut? 2. Bagaimana perbandingan isi dari setiap jurnal? 3. Bagaimana kelebihan dan kekurangan jurnal tersebut? 1.3 Tujuan Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan critical jurnal review ini adalah untuk dapat memberikan informasi dari setiap jurnal serta dapat dipahami oleh para pembaca secara mendalam mengenai setiap jurnal tersebut melalui isi ringkasan yang diikuti oleh kelemahan dan kelebihan dari setiap jurnal



1.4 Identitas Jurnal Jurnal Utama







Judul



: Penerapan Informasi Mengenai Bumbu Dapur Sebagai Bahan Aktif Ontioksidan Pencegah Kanker di desa Cileles Jatinangor



Penulis



: Dadan Sumiarsa Rani Maharani Achmad Zainuddin



Lembaga penerbit



: Direktorat Sumber Daya Akademik dan Perpustakaan Universitas Padjajaran



Volume



:2



Nomor



:9



Issn



: 1410-5610



Tahun terbit



:-



Kota Terbit



: Bandung







Jurnal pembanding



Judul



: pengelolaan dapur praktik



Penulis



: Ngakan P. Sudiarta, N. Natajaya, I M. Yudana



Lembaga penerbit



: Program Studi Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja ,Indonesia



Volume



:4



Nomor



:9



Tahun terbit



: 2013



Kota Terbit



: Bali



BAB II RINGKASAN JURNAL 2.1 Ringkasan Jurnal Utama A. PENDAHULUAN



Kehidupan masyarakat khususnya di Desa Cileles, Kecamatan Jatinangor, yang tergantung pada alam merupakan hal yang tidak bisa dihindari sampai kapanpun. Adanya alam sekitar membantu setidaknya pada aspek- aspek vital yang ada dalam kehidupan masyarakat, salah satunya adalah kesehatan. Definisi kesehatan menurut Kemenkes yang tertulis dalam UU No. 23 tahun 1992 merupakan keadaan normal dan sejahtera anggota tubuh, sosial dan jiwa pada seseorang untuk dapat melakukan aktivitas tanpa gangguan yang berarti dimana ada kesinambungan antara kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang termasuk dalam melakukan interaksi dengan lingkungan. Dari pengertian tersebut, kesehatan memiliki peranan yang penting bagi setiap kehidupan. Tanpa adanya kesehatan yang baik maka beberapa bahkan semua aktivitas kehidupan akan terganggu. Pentingnya hal itu seringkali tidak disadari oleh masyarakat terutama masyarakat pedesaan. Dalam memaknai kesehatan, masyarakat justru sadar akan pentingnya kesehatan saat terserang penyakit. Padahal faktanya, kesehatan itu harus dijaga setiap hari. Konteks dari kesehatan itu sendiri juga sering diartikan dengan obat-obatan yang mana obat- obatan dipercaya berkhasiat mempertahankan kesehatan. Nyatanya, tidak semua obat itu baik dikonsumsi oleh setiap orang. Kadang ada obat yang bahkan mendatangkan penyakit. Kehadiran alam sekitar sangat membantu masyarakat yang hidup dari alam. Kesehatan akan terjaga apabila masyarakat tahu bahwa alam sekitar memberikan manfaat kesehatan yang luar biasa. Salah satu contohnya dari konsumsi tanaman-tanaman yang memang mempunyai zatzat yang baik untuk kesehatan pribadi seperti tanaman yang mengandung antioksidan. Zat tersebut sepertinya memang belum banyak diketahui oleh masyarakat. Masyarakat hanya sekedar tahu tanaman yang berkhasiat tanpa tahu mengandung zat apa dan cara pengolahan yang baik itu seperti apa. Padahal memang setiap tanaman mengandung zat-zat kimia yang berguna bagi tubuh akan berbeda pula cara menanam, mengolah, bahkan memanfaatkannya. Apalagi tanaman antioksidan yang tidak banyak orang mengetahuinya. Tubuh manusia memiliki sistem yang kompleks dalam perlindungan oleh antioksidan secara enzimatik alami maupun non enzimatik yang meredam bahaya dari radikal bebas dan oksidan lainnya. Radikal bebas merupakan penyebab dari banyak penyakit termasuk kanker, penyakit kardiovaskular, gangguan syaraf, penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, penuaan, dan aterosklerosis. Perlindungan terhadap radikal bebas dapat ditingkatkan dengan mengkonsumsi antioksidan dari bahan makanan. Antioksidan ini digunakan sebagai pencegah penyakit-penyakit tersebut sebelum terkena biaya pengobatan penyakit yang besar (Alam et al., 2012). Antioksidan dapat menjadi molekul yang dapat menetralkan radikal bebas dengan menerima atau memberikan elektron untuk menghilangkan elektron tidak berpasangan pada radikal. Molekul antioksidan dapat



secara langsung bereaksi dengan radikal reaktif dan menghancurkannya, dan berubah menjadi radikal bebas yang baru dengan kereaktifan yang lebih kecil dan lebih aman dari radikal yang telah dinetralisasi. Radikal bebas dapat juga dinetralkan oleh antioksidan lain atau mekanisme yang lain (Chen et al., 2010). Antioksidan banyak terdapat pada vitamin dan fitonutrien, antioksidan mudah ditemukan pada makanan dan minuman sehari-hari. Contoh antioksidan yaitu vitamin C, vitamin E, dan karotenoid seperti lutein, beta karoten, serta likopen di mana banyak terdapat pada sayur dan buah (Nimse & Pal, 2015). Vitamin E membantu melindungi sel tubuh dari kerusakan yang dapat menyebabkan kanker, penyakit jantung, hingga penyakit mata. Vitamin E biasanya bekerja bersama dengan vitamin C untuk mencegah berbagai penyakit degeneratif. Vitamin E dapat Anda temukan pada minyak yang berasal dari tumbuhan, produk whole grain, biji-bijian, serta kacang- kacangan. Selain vitamin E, vitamin C mungkin merupakan jenis antioksidan yang paling banyak dikenal. Membantu melindungi tubuh dari infeksi, mencegah kerusakan sel, hingga membantu produksi kolagen yang berfungsi untuk melekatkan tulang dengan otot merupakan beberapa manfaat dari vitamin C. Bisa ditemukan di vitamin C pada buah jeruk, mangga, pepaya, stroberi, hingga sayursayuran seperti tomat, brokoli, dan kentang. Selain berasal dari vitamin, antioksidan juga dapat ditemukan pada fitonutrien, suatu komponen yang hanya terdapat pada sayur dan buah serta berperan memberi warna atau aroma khas dari sayur buah tersebut. Fitonutrien dari golongan karotenoid banyak mengandung antioksidan. Sebagai contoh ada beta karoten, likopen, dan lutein yang banyak terdapat pada wortel, tomat, serta sayur-sayuran berwarna hijau gelap seperti brokoli. Terinspirasi dari masalah ketidaktahuan tersebut, kami berpikir bahwa seharusnya masyarakat diberikan informasi mengenai kesehatan antioksidan yang banyak kegunaannya. Selain hanya informasi juga masyarakat harus tahu tata cara dari mulai menanam sampai mengolah tanaman antioksidan tersebut. Juga, kami berpikir perlu adanya semacam wadah bagi masyarakat untuk bisa memahami kesehatan itu penting terutama kesehatan yang bisa didapatkan dari alam sekitar. Oleh karena itu, diharapkan PKM ini dapat membantu masyarakat agar dapat mengetahui dan menyadari pemanfaatan tanaman antioksidan untuk kebutuhan kesehatan masyarakat itu sendiri. B. METODE Metode pelaksanaan kegiatan ini meliputi: 1. Penyiapan dokumen 2. Survey ke lapangan 3. Penyiapan material presentasi 4. Penyiapan material bibit, tanah, dan lainnya 5. Pelaksanaan PKM 1 6. Pelaksanaan PKM 2 7. Evaluasi



C. HASIL DAN PEMBAHASAN Desa Cileles merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang. Desa cileles memiliki status sebagai pedesaan dengan klasifikasi sebagai desa swakarta. Secara topografis wilayah desa cileles merupakan daerah perbukitan yang berada di kaki Gunung Manglayang dan berada di ketinggian 833 meter diatas permukaan laut. secara administratif, Desa Cileles memiliki 9 RW 36 RT. Desa Cileles memiliki luas wilayah 320 hektar yang terbagi kedalam beberapa peruntukan yaitu sebagai lahan pertanian, pemukiman, dan lahan lainnya. Lahan pertanian terbagi ke dalam dua jenis yaitu lahan pesawahan dan non-pesawahan diamana lahan non- pesawasan lebih luas yakni 118 hektar. Pada tahun 2013 Desa Cileles memiliki jumlah penduduk sebanyak 6.014 jiwa. Rincian penduduknya adalah sebanyak 3.089 orang berjenis kelamin laki-laki ditambah 2.925 orang berjenis kelamin perempuan. Jumlah kepala keluarganya sebanyak 1.823 KK. Kepadatan penduduk Desa Cileles sebesar 1.879 orang untuk tiap kilometer luas wilayahnya. Desa cileles merupakan desa agraris dimana sebagian besar penduduknya bekerja di sektor pertanian. Namun stelah terjadinya pembangunan kawasan pendidikan Jatinangor, telah mengubaha mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Cileles. Setelah itu, penduduk Desa Cileles beralih profesi menjadi petani biasa yangmenggarap lahan pertanian dan sebagai buruh tani. Sebagian lain bekerja di sektor konstruksi, perdagangan, dan sektor lainnya. Produk yang dihasilkan dari pertanian Desa Cileles berupa padi, berbagai jenis palawija, sayuran, dan buah-buahan. Perihal penanaman tanaman yang mengandung antioksidan cukup banyak yang menanam, namun kebanyakan warga Desa Cileles ini tidak mengetahui akan manfaat dan kegunaan dari tanaman yang mengandung antioksidan tersebut. Kondisi lingkungan untuk penanaman tanaman antioksidan kurang baik dikarenakan kondisi tanah tidak rata dan gersang, kurangnya lahan untuk penanaman. Potensi daerah dari Desa Cileles sangat bagus untuk sektor pertanian, seperti palawija dan ubi kayu. Kebanyakan warga menanami tanaman-tanaman yang cocok untuk daerah kering. Hal ini dapat dilihat keadaan lingkungan desa cileles yang dari kondisi penanaman setiap warga. Mereka menanam di tempat yang kurang luas seperti di depan rumah dan samping rumah. Memang benar, penanaman segala jenis tanaman ada hampir ada di setiap halaman atau pekarangan rumah, namun kebanyakan dari masyarakat Desa Cileles hanya menanam tanaman tanpa tahu khasiat atau cara pengolahan yang benar dari tanaman yang mereka tanami. Kondisi sosial di Desa Cileles nya juga termasuk yang bagus karena responsifitas dari masyarakatnya sangat tinggi terhadap isu-isu baik isu lingkunga, ekonomi, maupun yang lainnya. Melihat potensi yang ada, kegiatan yang akan kami lakukan disana adalah dalam bentuk sosialisasi dan penyuluhan tentang cara menanam tanaman antioksidan. Selain itu juga, masyarakat akan diberikan informasi mengenai apa saja manfaat dan kegunaan dari pengolahan tanaman antioksidan tersebut.



2.2 Ringkasan Jurnal Pembanding A. PENDAHULUAN Sekolah adalah sebagai bentuk sebuah organisasi yang diartikan sebagai wadah dari kumpulan manusia yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu yakni tujuan pendidikan , dengan memanfaatkan manusia itu sendiri, sebagai sumber daya, disamping yang ada diluar dirinya, seperti uang, material dan watak yang bersamaan itu berjalan dengan baik, maka perlu ada aturan keberhasilan program pendidikan melalui proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, siswa, kurikulum, tenaga pendidik ,dana ,sarana prasarana dan faktor lingkungan. Sarana dan prasarana pendidikan adalah salah satu sumber daya yang menjadi tolok ukur mutu sekolah dan perlu peningkatan secara terus menerus dan berkala seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup cangih. Guna menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional, berkualitas dan juga berdaya guna baik sisi cognitive domain (aspek pengetahuan olah/pikir), affective domain (aspek sikap ) dan psychomotoric domain (aspek keterampilan) atau dikenal dengan istilah Taxonomy Bloom, diperoleh melalui pendidikan.Oleh karena itu pendidikan dipandang sebagai satu-satunya jalan untuk dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia (Rinjin dan Sarna, 1992). Life long education atau dikenal dengan motto “ pendidikan seumur hidup” telah menjadi agenda dalam dunia pendidikan. Profesional dalam hal ini menjadi modal utama utuk mewujudkan tujuan dari sekolah perhotelan, oleh karena itu, tantangan utama yang dihadapi bangsa Indonesia untuk masa yang akan datang ialah bagaimana mempersiapkan tenaga-tenaga terampil melakukan pekerjaan tetapi juga mempunyai daya analisis dan pandangan jaug kedepan untuk kemajuan dan kesejatraan. Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu prioritas pembangunan di bidang pendidikan. Berbagai inovasi program pendidikan juga telah dilaksanakan, antara lain; 1) menyempurnakan kurikulum, 2) pengadaan buku ajar dan buku refrensilainya melalui berbagai pelatihan, 3) peningkatan kualifikasi pendidikan tenaga pengajar, 4) peningkatan manajemen pendidikan, dan 5) pengadaan fasilitas lainya (Depdiknas,2002: 3) Dapur praktik bagian dari sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran siswa. Menurut Purwadarmita bahwa dapur diartikan sebagai ruangan atau bagian rumah tempat menyediakan makanan orang banyak, sedangkan dapur dalam New International Dictionary,edisi ketiga (1974: 1247) adalah “ a room or some other space (as well as area or separate building) with facilities for cooking or place for prepare meal” dapat diartikan bahwa dapur adalah sebuah ruangan atau area yang merupakan bagian dari sebuah bangunan yang digunakan untuk menyiapkan atau memproduksi makanan. Sebuah dapur harus memiliki perlatan dan perlengkapan yang memadai untuk menunjang proses pembelajaran.Secara garis besar peralatan dapur dapat dibagi menjadi; a) Large Equipment (peralatan dapur berukuran besar,



b) Mechanical Equipment (peralatan dapur yang berupa mesin) c) Small Equipment ( peralatan dapur yang berukuran kecil) Walau pembagian tersebut sudah secara umum tetapi tidak pada semua dapur terdapat peralatan-peralatan tersebut,karena penggunaan peralatan tersebut tergantung pada kebutuhan dan kemampuan sekolah pengelola dan merawat peralatan dapur tersebut. B. METODE PENELITIAN Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang menggambarkan suatu fenomena yang dikaitkan dengan fenomena lain melalui interprestasi bertujuan untuk mendiskripsikan sebuah kasus. Untuk mendapatkan data reliable dan sah peneliti mengunakan triangulasi data melalui observasi, langsung, wawancara dan pencataan dokumen Penelitian dilakukan di Sekolah tinggi Pariwisata Nusa Dua Bali. Pemilihan informan terdiri atas: 1) Ketua Program 2) Studi Manajemen Tata Boga, 3) Kepala Dapur, 4) Dosen, dan 5) Pegawai C. HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan laboratorium praktik produktif boga yang diimbangi dengan pemeliharaan laboratorium yang memadai khususnya oleh siswa bersama dengan guru praktiknya. Demikian juga dengan pengadaan alat laboratorium praktik. Kalau dahulunya diupayakan oleh sekolah, yang jumlahnya sangat terbatas, menyebabkan pemenuhan sarana praktik belum maksimal. Sarana peralatan praktik yang bersifat elektrik rentan rusah sedangkan tenaga repairing dan maintenance. Begitu pula pihak sekolah belum memiliki tenaga khusus yang bertugas: 1) menyiapkan alat untuk pembelajaran siswa dan guru, 2) mengerjakan administrasi laboratorium, 3) bertanggung jawab atas kebersihan alat dan ruang laboratorium praktik beserta perlengkapannya, dan 4) membantu guru-guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sehingga seluruh pekerjaan itu diambil alih oleh guru praktik pembelajaran, tetapi juga harus mengerjakan tugas-tugas tambahan lainnya terkait dengan laboratorium praktik produktif boga. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara iain: 1) suasana pembelajaran tidak nyaman karena belum adanya alat-alat penunjanglaboratorium, 2) kerusakan tidak dapat ditanggani segera karena harus menunggu teknisi yang berada diluar sekolah. Hal ini akan menghambat pembelajaran di laboratorium secara praktis. 3) Guru dan pegawai belum paham mengoperasikan peralatan yang moderan. Pengadaan Peralatan Laboratorium Produktif Boga



Perencanaan pengadaan peralatan laboratorium praktik boga didasarkan pada analisis kebutuhan yang ada. Dalam penerapan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah analisis kebutuhan beridasarkan pada analisis SWOT (streigh, Weakness,Opportunities, Treats). Di dalam analisis SWOT tersebut dimasukkan pula klasifikasi peralatan laboratorium yang dibutuhkan. Setiap perencanaan pemenuhan peralatan laboratorium, didahului oleh analisis kebutuhan berdasarkan skala prioritas dan urgensi. Di samping dilakukan analisis kebutuhan alat juga dicantumkan klasifikasi alat yang dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan prosedur pengadaan barang dan jasa yang mengacu kepada PP No 54 Tahun 2010, Pengadaan Barang dan Jasa, mengacu melalui prosedur 1) menganalisis kebutuhan dan fungsi sarana dan prasarana, 2) mengklasifikasikan sarana dan prasarana yang dibutuhkan, 3) membuat proposal pengadaan sarana dan prasarana yang ditujukan kepada pemerintah bagi sekolah negeri dan pihak yayasan bagi sekolah swasta 4) bila disetujui maka akan ditinjau dan dinilai kelayakannya untuk mendapat persetujuan Pemerintah, 5) setelah disetujui, maka akan dikirim perencana anggaran dana untuk sarana dan prasarana. Proses perencanaan pengadaan perlengkapan tidak mudah, karena harus dilakukan secara sistematis, rinci dan teliti berdasarkan informasi yang realistis tentang kondisi sekolah tersebut. Perencanaan pengadaan yang baik tentunya berdasarkan analisis kebutuhan dan skala prioritas yang disesuaikan dengan dana dan tingkat kepentingan (Sukirman (2002:29) Gunawan (1982: 8) mengemukakan bahwa penyesuaian perencanaan dengan analisis kebutuhan itu meliputi empat tahapan antara lain: a) Identifikasi tujuan umum yang mungkin dapat dicapai b) menyusun tujuan berdasarkan kepentingan c) Identifikasi perbedaan apa yang dinginkan dan apa yang sesungguhnya d) Menetukan Skala Prioritas Pengadan sarana pendidikan sebaiknya sesuai kreteria pemilihan Suhasimi Arikunto (1979: 44) memberikan empat kreteria dalam pemilihan sarana yaitu: a) Alat itu harus berguna atau digunakan dalam waktu dekat (mendadak) b) Mudah digunakan c) Bentuk bagus dan menarik d) Aman atau tidak menimbulkan bahaya jika digunakan. Peraturan Pemerintah No 54 Tahun 2010, Pengadaan barang /jasa Pemerintah. Dengan ketentuan: a) Pengumuman pelelangan, b) Pendaftaran dan pengambilan dokumen c) Pemberian penjelasan, d) Pemasukan dokumen penawaran,



e) Evaluasi penawaran, f) Penetapan pemenang g) Sangahan dan sanggahan banding. Hal ini pengadaan peralatan laboratorium praktik dilaksanakan sesuai dengan mekanisme dan prosedur yang ditentukan Penggunaan Laboratorium dalam Kegiatan Lainnya . Hal ini sejalan dengan fungsi laboratoriurn praktik produktif secara teoritis bahwa laboratorium praktik produktif boga adalah tempat bagi praktik siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengajaran praktik. Selaniutnya ditegaskan bahwa pendayagunaan laboratorium berarti meningkatkan peran dan fungsi laboratorium sebagai salah satu sarana dalam menunjang pembelaiaran. Berbagai keterarnpilan dapat ditumbuh kembangkan, baik keterampilan intelektual maupun keteraimpilan psikomotor kelangsungan pelajaran praktik boga. Materi yang dirancang persemester untuk masing-masing kelas sebagai berikut.: 1) membuat program sesuai silabus, 2) mempersiapkan projek work 3) pada PBM dengan mendemonstrasikan yang diikuti siswa, dan 4) mempraktekan dengan menggunakan bahan praktik yang telah disiapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan teori, dinyatakan bahwa agar kegiatan praktikum di laboratorium dapat tercapai secara maksimal perlu ada penyesuaian waktu atau schedulling antara kegiatan di laboratoriurn (eksperimen atau demonstrasi) yang sesuai jenis praktikum dengan program semester yang digariskan KPS. (Dahar, 1986: 15). Oleh karena itu, penggunaan laboratorium harus dijadwal dengan sebaik-baiknya agar dapat digunakan secara merata oleh semua kelas yang memerlukan. Modjadi, (1985: 34) menyarankan bahwa penyusunan jadwal kegiatan laboratorium dilakukan satu minggu sekali atau hanya berlaku satu minggu. Disamping itu penggunaan laboratorium praktik, pengelola laboratorium memberlakukan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam bentuk tata tertib memasuki laboratoriurn praktik. . Untuk menjamin kelancaran penggunaan laboratorium praktik dilaksanakan supervisi secara sisternatis, artinya dilaksanakan secara teratur, berencana, dan kontinyu oleh dosen yang mengampu mata kuliah tehnik supervisi. Kegiatan ini dimaksudkan dalam rangka pembinaan serta pengevaluasian kegiatan laboratoriurn praktik secara optimal. Pemeliharaan Peralatan Laboratorium Praktik Produktif Boga Pemeliharaan sarana dan prasarana laboratorium praktik produkif boga untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdayaguna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan. Pemeliharaan merupakan kegiatan penjagaan atau pencegahan dari kerusakan suatu barang, sehingga barang tersebut kondisinya baik dan siap digunakan.



Pemeliharaan mencangkup segala daya upaya yang terus menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam keadaan baik. Pemeliharaan dinilai dari pemakaian barang, yaitu dengan cara hati-hati dalam menggunakannya. Pemeliharaan peralatan laboratorium praklik prodtuktif boga menyangkut 3 (tiga) hal pokok yang meliputi: 1) perencanaan pemeliharan, 2) proses pemeliharaan, 3) hasil pemeliharaan peralatan laboratorium praktik produktif boga. Dhillon (1985) ,Perawatan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang atau memperbaiki suatu kondisi yang bisa diterima, Pemeliharaan merupakan segala daya upaya yang terus menerus untuk mengusahakan agar peralatan tersebut tetap dalam keadaan baik setiap harinya ,meliputi perawatan rutin,perawatan berkala, perawatan darurat dan perawatan preventif Dengan demikian, perencanaan peralatan laboratorium praktik dilakukan secara internal, artinya secara formal oleh tenaga-tenaga yang ada di sekolah sendiri dan ekstemal belum ada. Proses pemeliharaan peralatan laboratorium praktik produktii di Prodi MTB dilaksanakan setiap hari sehabis siswa praktikum hanya sebatas mencuci dan mengepel, kecuali terjadi kerusakan sangat mendadak alat praktik dan bersifat insidental, maka pengelola dapur praktik melapor ke pihak manajemen. Di samping itu, berdasarkan observasi peneliti secara langsung di lapangan ditemukan bahwa pemeliharaan peralatan laboratorium dapur praktki boga dilakukan kurang optimal oleh pengelola dapur praktik boga. Hal ini tentu kurang mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerusakan. Dengan cara pemeliharaan peralatan laboratorium dapu praktik boga di Prodi MTB sebagaimana diungkapkan diatas, maka dapat diantisipasi segala kerusakan dan keamanan peralatan dapat dijamin keselamatannya di laboratorium. Walaupun sekolah tidak menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai perarlatanperalatan laboratorium praktik, namun sekolah sudah dapat mengantisipasi segala hambatan yang kemungkinan timbul dalam pengelolaaa peralatan praktik dilaboratorium. Pemeliharaan preventif sangat diperlukan dilakukan secara rutin dengan kreteria yang ditentukan sebelumnya. Tujuan perawatan preventif mencegah atau mengurangi kemungkinan sarana dan prasarana tidak bekerja dengan normal, dan membantu agar sarana dan prasarana dapat aktif sesuai dengan fungsinya Perawatan tak terduga sebelumnya dan berbahaya atau merugikan apabila tidak diantisipasi secepatnya Peralatan praktik yang bersifat elektrik rentan rusak, sedangkan tenaga repairing dan maintenance (tehnisi) masih sangat terbatas. Begitu pula pihak sekolah belum memiliki tenaga khusus yang bertugas: 1) bertanggung jawab atas kebersihan alat dan dapur praktek beserta perlengkapanya, 2) membantu dosen dalam kegiatan pembelajaran praktik, 3) kerusakan tidak dapat ditangani segera, karena harus menunggu teknisi dari luar. Priyanta (2002) menyebutkan bahwa Jika tindakan pemeliharaan terhadap suatu plant



menggunakan prinsip minimal maintenance approach, dan dikombinasikan dengan manajemen pemeliharaan yang terabaikan, maka hal ini memperpendek masa berguna (useful life) mungkin juga akan menambah biaya lainya seperti biaya kerusakan (downtime cost) dan berbagai denda yang timbul akibat dampak yang ditimbulkan oleh kerusakan sistim. dapat dikatakan efektif penggunaanya apabila dalam penggunanya dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan pendidikan. Disamping itu faktor eksternal sebuah laboratorium harus memiliki sarana dan prasarana yang mendekati sempurna, Penggunaan laboratorium tidak semata-mata untuk pembelajaran tetapi dipakai juga dalam pengembangan kreativitas siswa. Berdasarkan teori, dinyatakan bahwa agar kegiatan praktikum di laboratorium dapat tercapai secara maksimal perlu adanya penyesuaian waktu atau scheduling antara kegiatan (eksprimen atau demontrasi) yang sesuai dengan program semester yang digariskan (Dahar,186: 15) Oleh karena itu penggunaan dapur praktik harus dijadwalkan dengan sebaikbaiknya agar dapat digunakan secara merata oleh siswa yang memerlukan, Modjadi,dkk (1985:34) menyarankan bahwa penyusunan jadwal kegiatan laboratorium dilakukan satu minggu sekali atau hanya berlaku satu minggu agar cepat terjadinya transper keterampilan antara dosen dan siswa.yang mendekati sempurna, Penggunaan laboratorium tidak sematamata untuk pembelajaran tetapi dipakai juga dalam pengembangan kreativitas siswa.