CKD V [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG “ CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) ” DI RUANG MAWAR KUNING ATAS RSUD SIDOARJO



Oleh : MELLYA PUSPITASARI NIM. 2032000020



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS NURUL JADID PAITON PROBOLINGGO 2021



LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN TENTANG “ CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) ” DI RUANG MAWAR KUNING ATAS RSUD SIDOARJO



Sidoarjo, 22 Juni 2021 Mahasiswa



Mellya Puspitasari NIM. 2032000020 Mengetahui, Pembimbing Akademis



Pembimbing Ruangan



Kepala Ruangan



LEMBAR KONSUL



No



Tanggal



Keterangan



Paraf



LAPORAN PENDAHULUAN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)



A. KONSEP TEORI CKD 1. DEFINISI Chronic Kidney Disease (CKD) adalah suatu proses patofisiologis dengan etiologi yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang irreversibel dan progresif dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan uremia (Dwy Retno, 2018). Chronic kidney disease atau penyakit ginjal kronik didefinisikan sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan Glomerulus Filtration Rate (GFR) (Nahas & Levin,2010). Sedangkan menurut Terry & Aurora, 2013 CKD merupakan suatu perubahan fungsi ginjal yang progresif dan ireversibel. Pada gagal ginja kronik, ginjal tidak mampu mempertahankan keseimbangan cairan sisa metabolisme sehingga menyebabkan penyakit gagal ginjal stadium akhir. Gagal



ginjal



yaitu



ginjal



kehilangan



kemampuannya



untuk



mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan asupan makanan normal. Gagal ginjal biasanya dibagi menjadi 2 kategori, yaitu akut dan kronik. CKD atau gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat (biasanya berlangsung bertahuntahun), sebaliknya gagal ginjal akut terjadi dalam beberapa hari atau minggu (Price & Wilson, 2010). CKD atau gagal ginjal kronik didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara lambat, progresif, irreversibel, dan



samar



(insidius)



dimana



kemampuan



tubuh



gagal



dalam



mempertahankan metabolisme, cairan, dan keseimbangan elektrolit, sehingga terjadi uremia atau azotemia (Smeltzer, 2010).



2. KLASIFIKASI Pada dasarnya pengelolaan tidak jauh beda dengan cronoic renal failure (CRF), namun pada terminologi akhir CKD lebih baik dalam rangka untuk membatasi kelainan klien pada kasus secara dini, kerena dengan CKD dibagi 5 grade, dengan harapan klien datang/ merasa masih dalam stage – stage awal yaitu 1 dan 2. secara konsep CKD, untuk menentukan derajat (stage) menggunakan terminology CCT (clearance creatinin test) dengan rumus stage 1 sampai stage 5. sedangkan CRF (cronic renal failure) hanya 3 stage. Secara umum ditentukan klien datang dengan derajat 2 dan 3 atau datang dengan terminal stage bila menggunakan istilah CRF. a. Gagal ginjal kronik / Cronoic Renal Failure (CRF) dibagi 3 stadium : 1) Stadium I : Penurunan cadangan ginjal a) Kreatinin serum dan kadar BUN normal b) Asimptomatik c) Tes beban kerja pada ginjal: pemekatan kemih, tes GFR 2) Stadium II : Insufisiensi ginjal a) Kadar BUN meningkat (tergantung pada kadar protein dalam diet) b) Kadar kreatinin serum meningkat c) Nokturia dan poliuri (karena kegagalan pemekatan) Ada 3 derajat insufisiensi ginjal: a) Ringan :40% - 80% fungsi ginjal dalam keadaan normal b) Sedang :15% - 40% fungsi ginjal normal c) Kondisi berat :2% - 20% fungsi ginjal normal 3) Stadium III: gagal ginjal stadium akhir atau uremia a) kadar ureum dan kreatinin sangat meningkat b) ginjal sudah tidak dapat menjaga homeostasis cairan dan elektrolit c) air kemih/ urin isoosmotis dengan plasma, dengan BJ 1,010 b. KDOQI (Kidney Disease Outcome Quality Initiative) merekomendasikan pembagian CKD berdasarkan stadium dari tingkat penurunan LFG (Laju Filtrasi Glomerolus) : 1) Stadium 1: kelainan ginjal yang ditandai dengan albuminaria persisten dan LFG yang masih normal ( > 90 ml / menit / 1,73 m2)



2) Stadium 2 : Kelainan ginjal dengan albuminaria persisten dan LFG antara 60 - 89 mL/menit/1,73 m2). 3) Stadium 3 : Kelainan ginjal dengan LFG antara 30-59 mL / menit / 1,73 m2 ). 4) Stadium 4 : Kelainan ginjal dengan LFG antara 15-29 mL/menit/1,73 m2 ). 5) Stadium 5 : Kelainan ginjal dengan LFG < 15 mL/menit/1,73m2 atau gagal ginjal terminal. c. Rumus Laju GFR : 1) GFR laki-laki : (140 - Umur) x Kg BB / (72 x Serum Kreatinin) 2) GFR perempuan : (140 - Umur) x Kg BB x 0,85 / (72 x Serum Kreatinin) 3. ETIOLOGI Menurut Delima (2014) etiologi dari gagal ginjal diantaranya sebagai berikut: biasanya mulai di renal pelvis, saluran ginjal yang menghubungkan ke saluran kencing (ureter) dan parencyma ginjal atau jaringan ginjal. Glomerulonefritis disebabkan oleh salah satu dari banyak penyakit yang merusak baik glomerulus maupun tubulus. Pada tahap penyakit berikutnya keseluruhan kemampuan penyaringan ginjal sangat berkurang a. Penyakit



vaskuler



hipertensif



misalnya



nefrosklerosis



benigna,



nefrosklerosis maligna, stenosis arteria renalis. Disebabkan karena terjadinya kerusakan vaskulararisasi di ginjal oleh adanya peningkatan tekanan darah akut dan kronik. b. Gangguan



jaringan



ikat



misalnya



lupus



eritematosus



sistemik,



poliarteritis nodosa, sklerosis sistemik progresif. Disebabkan oleh kompleks imun dalam sirkulasi yang ada dalam membran basalis glomerulus dan menimbulkan kerusakan. Penyakit peradangan kronik dimana sistem imun dalam tubu menyerang jaringan sehat, sehingga menimbulkan gejala diberbagai organ. c. Gangguan kongenital dan herediter misalnya penyakit ginjal polikistik, asidosis tubulus ginjal. Penyakit ginjal polikistik ditandai dengan kista multiple,



bilateral,



dan



berekspansi



yang



lambat



laun



akan



mengganggu dalam menghancurkan d. Penyakit



metabolik



misalnya



DM



(Diabetes



Mellitus),



gout,



hiperparatiroidisme, amiloidosis. Penyebab terjadinya ini dimana kondisi genetik yang ditandai dengan adanya kelainan dalam proses metabolisme dalam tubuhakibat defisiensi hormon dan enzim. Proses metabolisme ialah proses memecahkan karbohidrat protein, dan lemak dalam makanan untuk menghasilkan energi. e. Nefropati toksik misalnya penyalahgunaan analgesik, nefropati timbal. Penyebab penyakit yang dapat dicagah bersifat refersibel, sehingga penggunaan berbagai prosedur diagnostik. f. Nefropati obstruktif misalnya saluran kemih bagian atas: kalkuli neoplasma, fibrosis netroperitoneal. Saluran kemih bagian bawah: hipertropi prostat, striktur uretra, anomali kongenital pada leher kandung kemih dan uretra. g. Batu saluran kencing yang menyebabkan hidrolityasis. Merupakan penyebab gagal ginjal dimana benda padat yang dibentuk oleh presipitasi berbagai zat terlarut dalam urin pada saluran kemih. 4. MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis menurut Nahas & Levin (2010) adalah sebagai berikut: a. Gangguan kardiovaskuler Hipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis, effusi perikardiak dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edema. Kondisi bengkak bisa terjadi pada bagian pergelangan kaki, tangan, wajah, dan betis. Kondisi ini disebabkan ketika tubuh tidak bisa mengeluarkan semua cairan yang menumpuk dalam tubuh, genjala ini juga sering disertai dengan beberapa tanda seperti rambut yang rontok terus menerus, berat badan yang turun meskipun terlihat lebih gemuk. b. Gangguan Pulmoner Nafas dangkal, kussmaul, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels. c. Gangguan gastrointestinal



Anoreksia, metabolisme



nausea,



dan



protein



dalam



fomitus usus,



yang



berhubungan



perdarahan



pada



dengan saluran



gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia. d. Gangguan muskuloskeletal Resiles leg sindrom (pegal pada kakinya sehingga selalu digerakan), burning feet syndrom (rasa kesemutan dan terbakar, terutama ditelapak kaki, tremor. e. Gangguan Integumen Kulit terlihat pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom, gatal – gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuh f. Gangguan endokrim Gangguan seksual : libido fertilitas dan ereksi menurun, gangguan menstruasi dan aminore. Gangguan metabolik glukosa, gangguan metabolik lemak dan vitamin D. g. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basa Biasanya retensi garam dan air tetapi dapat juga terjadi kehilangan natrium



dan



dehidrasi,



asidosis,



hiperkalemia,



hipomagnesemia,



hipokalsemia. h. System hematologi Anemia yang disebabkan karena berkurangnya produksi eritopoetin, sehingga rangsangan eritopoesis pada sum – sum tulang berkurang, hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam suasana uremia toksik, dapat juga terjadi gangguan fungsi trombosis dan trombositopeni. 5. PATOFISIOLOGI Disfungsi ginjal mengakibatkan keadaan patologik yang komplek termasuk diantaranya penurunan GFR (Glumerular Filtration Rate), pengeluaran



produksi



urine



dan



eksresi



air



yang



abnormal,



ketidakseimbangan elektrolit dan metabolik abnormal. Homeostatis dipertahankan oleh hipertropi nefron. Hal ini terjadi karena hipertrofi nefron hanya dapat mempertahankan eksresi solates dan sisa-sisa produksi dengan jalan menurunkan reabsorbsi air sehingga terjadi hipostenuria



(kehilangan



kemampuan



memekatkan



urin)



dan



polyuria



adalah



peningkatan output ginjal. Hipostenuria dan polyuria adalah tanda awal CKDdan dapat menyebabkan dehidrasi ringan. Perkembangan penyakit selanjutnya, kemampuan memekatkan urin menjadi semakin berkurang. Osmolitasnya (isotenuria). Jika fungsi ginjal mencapai tingkat ini serum BUN meningkat secara otomatis, dan pasien akan beresiko kelebihan beban cairan seiring dengan output urin yang makin tidak adekuat. Pasien dengan CKD mungkin menjadi dehidrasi/ mengalami kelebihan beban cairan tergantung pada tingkat gagal ginjal (Brunner & Suddart, 2010). Perubahan



metabolik



pada



gagal



ginjal



juga



menyebabkan



gangguan eksresi BUN dan kreatinin. Kreatinin sebagian dieksresikan oleh tubulus ginjal dan penurunan fungsi ginjal berdampak pada pembentukan serum kreatinin. Adanya peningkatan konsentrasi BUN dan kreatinin dalam darah disebut azotemia dan merupakan salah satu petunjuk gagal ginjal (Brunner & Suddart, 2010). Perubahan kardiak pada CKD menyebabkan sejumlah gangguan system kardiovaskuler. Manifestasi umumnya diantaranya anemia, hipertensi, gagal jantung kongestif, dan perikaraitis, anemia disebabkan oleh penurunan tingkat eritropetin, penurunan masa hidup sel darah merah akibat dari uremia, defisiensi besi dan asam laktat dan perdarahan gastrointestinal (Brunner & Suddart, 2010). Hipertropi terjadi karena peningkatan tekanan darah akibat overlood cairan dan sodium dan kesalahan fungsi system renin. Angiostin aldosteron CRF menyebabkan peningkatan beban kerja jantung karena anemia, hipertensi, dan kelebihan cairan (Brunner & Suddart, 2010). Tahap gangguan ginjal antar lain: a. Tahap 1 : Diminishid Renal Reserve Tahap ini penurunan fungsi ginjal, tetapi tidak terjadi penumpukan sisasisa metabolik dan ginjal yang sehat akan melakukan kompensasi terhadap gangguan yang sakit tersebut. b. Tahap II : Renal Insufficiency (insufisiensi ginjal) Pada tahap ini dikategorikan ringan apabila 40-80% fungsi normal,



sedang apabia 15-140% fungsi normal dan berat bila fungsi ginjal normal hanya 2-20%. Pada insufisiensi ginjal sisa-sisa metabolik mulai berakumulasi dalam darah karena jaringan ginjal yang lebih sehat ridak dapat berkompensasi secara terus menerus terhadap kehilangan fungsi ginjal



karena



adanya



penyakit



tersebut.



Tingkat



BUN,



Kreatinin, asam urat, dan fosfor mengalami peningkatan tergntung pada tingkat penurunan fungsi ginjal. c. Tahap III : End Stage Renal Desease (penyakit ginjal tahap lanjut) Sejumlah besar sisa nitrogen (BUN, Kreatinin) berakumulasi dalam darah



dan



ginjal



tidak



mampu



mempertahankan



hemostatis.



Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit terjadi bila segera dianalisa akan menjadi fatal/ kematian.



6. PATHWAY



(Sumber: Brunner&Sudart, 2013 dan SDKI, 2016)



7. PEMERIKSAAN PENUNJANG Didalam memberikan pelayanan keperawatan terutama intervensi maka perlu pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan baik secara medis ataupun kolaborasi antara lain : a. Hematologi (Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit, Leukosit, Trombosit) b. RFT (Renal Fungsi Test) (Ureum dan Kreatinin) c. LFT (Liver Fungsi Test) d. Elektrolit (Klorida, kalium, kalsium) e. Koagulasi studi PTT,PTTK f. BGA 1) BUN/ Kreatinin : meningkat, biasanya meningkat dalam proporsi kadar kreatinin 10mg/dl diduga tahap akhir (rendahnya yaitu 5). 2) Hitung darah lengkap : hematokrit menurun, HB kurang dari 7-8 g/dl. SDM : waktu hidup menurun pada defisiensi erritripoetin seperti azotemia. 3) AGD : penurunan asidosis metabolik (kurang dari 7:2) terjadi karena kehilangan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan hidrogen dan amonia atau hasil akhir katabolisme protein bikarbonat menurun PC02 menurun. 4) Kalium



: Peningkatan sehubungan dengan



retensi sesuai dengan



perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan hemolisis SDM pada tahap akhir perubahan EKG tidak terjadi kalium 6,5 atau lebih besar urine rutin g. Urin Khusus : benda keton, analisa kristal batu Volume : kurang dari 400ml/jam, oliguri, anuria Warna : secara abnormal urine keruh, disebabkan bakteri, partikel, koloid



dan fosfat. Sedimen : kotor, kecoklatan menunjukan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin. Berat jenis : kurang dari 1.015 (menetap pada 1,015) menunjukkan kerusakan ginjal berat. h. ECG i. ECO EKG : Mungkin abnormal untuk menunjukkan keseimbangan elektrolit dan asam basa. Endoskopi ginjal : dilakukan secara endoskopik untuk menentukkan pelvis ginjal, pengangkatan tumor selektif. j. USG abdominal k. CT scan abdominal l. BNO/IVP, FPA m. Renogram n. RPG ( Retio Pielografi ) Untuk menunjukkan abnormalis pelvis ginjal dan ureter. (Nahas & Levin 2010). 8. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu : a. Konservatif 1. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin 2. Observasi balance cairan 3. Observasi adanya odema 4. Batasi cairan yang masuk b. Dialysis 1) Peritoneal dialysis Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency. Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak bersifat akut adalah CAPD (Continues Ambulatori Peritonial Dialysis)



2) Hemodialisis Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan: a) AV fistule : menggabungkan vena dan arteri b) Double lumen : langsung pada daerah jantung (vaskularisasi ke jantung). Tujuannya yaitu untuk menggantikan fungsi ginjal dalam tubuh fungsi eksresi yaitu membuang sisa-sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa metabolisme yang lain. c. Operasi 1) Pengambilan batu 2) Tranplantasi ginjal 9. KOMPLIKASI a. Hiperkalemia



akibat



penurunana



ekskresi,



asidosis



metabolic,



katabolisme dan masukan diet berlebih. b. Perikarditis, efusi pericardial, dan tamponade jantung akibat retensi produk sampah uremik dan dialysis yang tidak adekuat c. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin-angiotensin aldosteron d. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel darah merah, perdarahan gastrointestinal akibat iritasi toksin dna kehilangan drah selama hemodialisa e. Penyakit tulang serta kalsifikasi metastatik akibat retensi fosfat, kadar kalsium serum yang rendah dan metabolisme vitamin D abnormal. f. Asidosis metabolic. g. Osteodistropi ginjal h. Sepsis i. Neuropati perifer dan Hiperuremia



B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian a. Identitas Pasien Terdiri dari nama, nomor rekam medis, umur (lebiha banyak terjadi pada usia 30-60 tahun), agama, jenis kelamin (pria lebih beresiko daripada wanita), pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk, pihak yang mengirim, cara masuk RS, diagnosa medis, dan identitas penanggung jawab meliputi : Nama, umur, hubungan denga pasien, pekerjaan dan alamat. b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama Keluhan utama merupakan hal-hal yang dirasakan oleh pasien sebelum masuk ke Rumah sakit. Pada pasien gagal ginjal kronik biasanya didapatkan keluhan utama bervariasi, mulai dari urin keluar sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas bau (ureum) dan gatal pada kulit (Muttaqin, 2011). 2) Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya pasien mengalami penurunan frekuensi urin, penurunan kesadaran, perubahan pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau amoniak, rasa sakit kepala, nyeri panggul, penglihatan kabur, perasaan tidak berdaya dan perubahan pemenuhan nutrisi (Muttaqin, 2011). 3) Riwayat Kesehatan Dahulu Biasanya pasien berkemungkinan mempunyai riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran kemih, payah jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan berulang, penyakit diabetes melitus, hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi prdisposisi penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat kemudian dokumentasikan (Muttaqin, 2011). 4) Riwayat Kesehatan Keluarga Biasanya pasien mempunyai anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dengan pasien yaitu



gagal ginjal kronik, maupun penyakit diabetes melitus dan hipertensi yang bisa menjadi faktor pencetus terjadinya penyakit gagal ginjal kronik. c. Pengakajian Pola Persepsi dan Penanganan Kesehatan 1) Persepsi Terhadap Penyakit Biasanya persepsi pasien dengan penyakit ginjal kronik mengalami kecemasan yang tinggi. Biasanya pasien mempunyai kebiasaan merokok, alkohol, dan obat-obatan dalam kesehari-hariannya. 2) Pola Nutrisi/Metabolisme a) Pola Makan Biasanya terjadi peningkatan berat badan cepat (edema), penurunan berat badan (malnutrisi), anoreksia, nyeri ulu hati, mual dan muntah. b) Pola Minum Biasnya pasien minum kurang dari kebutuhan tubuh akibat rasa metalik tak sedap pada mulut (pernafasan ammonia). 3) Pola Eliminasi a) BAB Biasanya abdomen kembung, diare atau konstipasi b) BAK Biasanya terjadi penurunan frekuensi urin < 400 ml/hari sampai anuria, warna urin keruh atau berwarna coklat, merah dan kuning pekat. 4) Pola Aktivitas/Latihan Biasanya kemampuan perawatan diri dan kebersihan diri terganggu dan biasanya membutuhkan pertolongan atau bantuan orang lain. Biasnya pasien kesulitan menentukan kondisi, contohnya tidak mampu bekerja dan mempertahankan fungsi, peran dalam keluarga. 5) Pola Istirahat Tidur Biasanya pasien mengalami gangguan tidur, gelisah adanya nyeri panggul, sakit kepala, dan kram otot/kaki (memburuk pada malam hari). 6) Pola Kognitif-Persepsi Biasanya tingkat ansietas pasien mengalami penyakit ginjal kronik ini pada tingkat ansietas sedang sampai berat. 7) Pola Peran Hubungan Biasanya pasien tidak bisa menjalankan peran atau tugasnya seharihari karena perawatan yang lama.



8) Pola



Seksualitas/reproduksi



Biasanya



terdapat



masalah



seksual



berhubugan dengan penyakit yang diderita pasien. 9) Pola Persepsi Diri/Konsep Diri a) Bdody Image/Gambaran Diri Biasanya mengalami perubahan ukuruan fisik, fungsi alat terganggu, keluhan karena kondisi tubuh, pernah operasi, kegagalan fungsi tubuh, prosedur pengobatan yang mengubah fungsi alat tubuh. b) Role/peran Biasanya mengalami perubahan peran karena penyakit yang diderita c) Identity/identitas diri Biasanya mengalami kurang percaya diri, merasa terkekang, tidak mampu menerima perubahan, merasa kurang mampu memiliki potensi. d) Self



Esteem/Harga



Diri



Biasanya



mengalami



rasa



bersalah,



menyangkal kepuasan diri, mengecilkan diri, keluhan fisik. e) Self Ideal/Ideal Biasanya mengalami masa depan suram, terserah pada nasib, merasa tidak memiliki kemampuan, tidak memiliki harapan, merasa tidak berdaya. 10) Pola Koping-Toleransi Stres Biasanya pasien mengalami faktor stres, contoh finansial, perasaan tidak berdaya, tidak ada harapan, tidak ada kekuatan, menolak, ansietas, takut, marah, mudah tersinggung, perubahan kepribadian dan perilaku serta perubahan proses kognitif. 11) Pola Keyakinan Nilai Biasanya tidak terjadi gangguan pola tata nilai dan kepercayaan. d. Pemeriksaan Fisik 1) Keadaan umum dan tanda-tanda vital 2) Keadaan umum pasien lemah, letih dan terlihat sakit berat 3) Tingkat kesadaran pasien menurun sesuai dengan tingkat uremia dimana dapat mempengaruhi sistem syaraf pusat. 4) TTV : RR meningkat, TD meningkat 5) Kepala



6) Rambut : biasanya pasien bermbut tipis dan kasar, pasien sering sakit kepala, kuku rapuh dan tipis. 7) Wajah : biasanya pasien berwajah pucat 8) Mata : biasanya mata pasien memerah, penglihatan kabur, konjungtiva anemis dan sklera ikterik. 9) Hidung : biasanya tidak ada pembengkakan polip dan pasien bernafas pendek. 10)



Bibir : biasanya terdapat peradangan mukosa mulut, ulserasi gusi, perdarahan gusi dan nafas berbau.



11)



Gigi : biasanya tidak terdapat karies pada gigi



12)



Lidah : biasanya tidak terjadi perdarahan



13)



Leher : biasanya tidak terjadi pembesaran kelenjar tiroid atau kelenjar getah bening.



14)



Dada/Thorak a) Inspeksi : biasanya pasien dengan nafas pendek, kusmaul (cepat/dalam) b) Palpasi : biasanya fremitus kiri dan kanan c) Perkusi : biasanya sonor d) Auskultasi : biasanya vesikuler



15)



Jantung a) Inspeksi : biasanya ictus cordis tidak terlihat b) Palpasi : biasanya ictus cordis teraba di ruang intercostal 2 linea dekstra sinistra c) Perkusi : biasanya ada nyeri Auskultasi : biasanya terdapat irama jantung yang cepat



16)



Perut/Abdomen a) Inspeksi : biasanya terjadi distensi abdomen, acites atau penumpukan cairan, pasien tampak mual dan muntah b) Palpasi : biasanya acites, nyeri tekan pada bagian pinggang, dan adanya pembesaran hepar pada stadium akhir.



c) Perkusi : biasanya terdengar pekak karena terjadinya acites d) Auskultasi : biasanya bising usus normal, antara 5-35 kali/menit 17) Genitourinaria Biasanya terjadi penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria, distensi abdomen, diare atau konstipasi, perubahan warna urin menjadi kuning pekat. 18) Ekstremitas



Biasanya



didapatkan



nyeri



panggul,



edema



pada



ekstremitas, kram otot, kelemahan pada tungkai, rasa panas pada telapak kaki dan keterbatasan gerak sendi. 19) Sistem Integumen Biasanya warna kulit abu-abu, kulit gatal, kering dan bersisik, adanya area ekimosis pada kulit. 20) Sistem Neurologi Biasanya terjadi gangguan status mental seperti penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, penurunan tingkat kesadaran,disfungsi serebral, seperti perubahan proses fikir dan disorientasi. Pasien sering didapati kejang, dan adanya neuropati perifer. 2. Diagnosa Keperawatan Pada Klien CKD, Meliputi : a. Ketidakefektifan pola nafas b/d ansietas, hiperventilasi, keletihan, nyeri, obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru dan sindrom hipoventilasi. b. Kelebihan volume cairan b/d gangguan mekanisme regulasi, kelebihan asupan cairan dan kelebihan asupan natrium. c. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b/d faktor biologis, faktor ekonomi, gangguan psikososial, ketidakmampuan makan, ketidakmampuan mencerna makan, ketidakmampuan mengabsorbsi nutrient. d. Gangguan rasa nyaman b/d gejala terkait penyakit (gatal), program pengobatan. e. Kerusakan integritas kulit b/d gejala penyakit (pruritus/gatal) f. Gangguan pola tidur b/d proses penyakit



3. Intervensi



DAFTAR PUSTAKA



Arif Muttaqin dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta : Selemba Medika Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta. EGC Delima, 2014, ‘Faktor Risiko Penyakit Ginjal Kronik : Studi Kasus Kontrol di Empat Rumah Sakit di Jakarta’. [online] jurnal. Herdmand.T, Heather dan Kamitsuru, Shigemi. 2018. NANDA-I Diagnosis Keperawatan defenisi dan klarifikasi. Edisi 11. Jakarta : EGC Nahas, Meguid El & amp; Adera Levin. 2010. Chronic Kidney Disese: A Prctical Guide to Understanding and Mangement. USA: oxford University Press Price Sylvia A, Wilson Lorraine M. 2010. Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit. Jakarta: EGC Retno, Dwy, 2014. ‘Efektivitas Training Efikasi Diri Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik Dalam Meningkatkan Kepatuhan Terhadap Intake Cairan’. [Online]Jurnal.Dari Jurnal. Media.Neliti.Com/Media/Publications/219966None.Pdf (26 Desember 2018) Smeltzer, S. C. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddart edisi 8, Jakarta: EGC Terry, Cynthia Lee & Aurora Weaver. 2013. Keperawatan Kritis. Yogyakarta: Rapha Publishing