13 0 28 MB
Batch Februari
2023
UKMPPD CBT terdiri dari 150 soal dalam 200 menit 1 soal = 1 menit Baca soal Baca Kasus Kata kunci Informasi tambahan Pemeriksaan Objektif > Subjektif Jika kesulitan Eksklusi jawaban Memperbesar kemungkinan untuk benar
Bedakan antara terapi yang tepat, definitive, abortif, suportif, awal dan pendukung Terapi awal : Tatalaksana simtomatis / kegawat daruratan Terapi definitive : Terapi yang langsung ke etiologi Terapi supportif: Terapi yang membantu dalam terapi utama.
2
4
Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas 4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter 4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atauPendidikan Kedokteran Berkelanjutan (PKB)
3
Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk 3A. Bukan gawat darurat 3B. Gawat darurat
2
Mendiagnosis dan merujuk Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.
1
Mengenali dan menjelaskan Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien.
o
o
o
Bedah Digestif o Appendisitis o Peritonitis o Hernia o Ileus o Hemoroid Bedah Anak o Atresia Esofagus o Hypertrophic Pyloric Stenosis o Disease o Invaginasi o Volvulus o Diverticulum Meckel o Gastroschisis, Omphalocele Bedah Saraf o Trauma Kepala o Fraktur Basis Cranii o Hidrosefalus o Syok Spinal, Syok Neurogenik & Cedera Medulla Spinalis o Incomplete Cord Syndromes o Kelainan Vertebra o Spina Bifida
o
o
Bedah Ortopedi o Fraktur o Sindroma Kompartemen o Dislokasi Panggul Bahu o Osteomielitis o Ruptur Tendon Achilles o Ankle Sprain o Ruptur Ligamen dan Meniskus o Epiconylitis o Flexor Tenosynovitis o Dequervain Tenosynovitis o Stenosing Tenosynovitis o DMD o Osteogenesis Imperfecta o Rickets o Nursemaid Elbow o Developmental Dysplasia of the Hip Bedah Onkologi o Tumor Payudara o Kanker Tulang o Tumor Jinak Kulit
T O R AK S - V AS K U L AR DIGESTIF AN A K UROLOGI
Bedah Digestif
DIGESTIF
Appendisitis
Appendisitis Inflamasi pada Apendix Vermiformis
Etiologi Obstruksi pada lumen appendix : Hiperplasi jaringan limfoid Fekalit Neoplasma
Pemeriksaan Gejala Nyeri visceral (periumbilical) Nyeri peritonium parietal (RLQ) Anorexia Mual & muntah Demam
Obstruksi stasis mukosa multiplikasi bakteri infeksi tekanan intralumen iskemik dan perforasi Peritonitis
Leukositosis USG (target sign)
Target Sign Scoring Alvarado Score (MANTRELS)
Special Sign
Definitif : Appendektomi
McBurney Sign Rovsing Sign Blumberg Sign Obturator Sign Psoas Sign
NPO Resusitasi cairan Antibiotik Analgetik (?)
Penunjang
Patofisiologi
Tatalaksana
3B Definisi Inflamasi akut dari apendiks vermiformis.
Etiologi Obstruksi dari lumen apendiks Hiperplasia jaringan limfoid (60%) muda Fekalith dan stasis feses Neoplasma usia >50 tahun Infestasi parasit
anak dan dewasa dewasa
3B Alvarado score (MANTRELS)
Gejala Klinis Nyeri abdomen bermigrasi (Kocher sign) Dari periumbilikus (iritasi peritoneum viseral) ke RLQ (iritasi peritoneum parietal) dalam 12-24 jam Anoreksia (80%) Jika nafsu makan normal, kemungkinan besar bukan apendisitis Mual muntah Demam Pemeriksaan Penunjang Laboratorium Leukositosis shift to the left Tes plano pada pasien perempuan menyingkirkan DD KET Radiologi USG abdomen Target sign CT-scan non contrast Gold standard (tepat) X-ray BNO
Tanda dan gejala
Skor
M igratory pain in right iliac fossa
1
A norexia
1
N ausea & vomiting
1
T enderness in right iliac fossa
2
R ebound tenderness in right iliac fossa
1
E levated temperature
1
L eukocytosis
oC
sel/mm3
S hift to the left (diff. count) Skor total Skor total Skor total Skor total
4 Not likely appendicitis 5-6 Equivocal 7-8 Probably appendicitis 9-10 Highly likely appendicitis
2 1
3B Tatalaksana Suportif NPO Resusitasi cairan Koreksi elektrolit Analgetik, Antiemetik, Antipiretik Antibiotik Cefazolin 1-2 g Bedah Apendektomi terapi definitif
DIGESTIF
Peritonitis
Peritonitis Inflamasi pada jaringan peritoneum Klasifikasi
Primer Tidak berkaitan dengan organ intraabdomen
Gejala Klinis Nyeri perut Fenomena papan catur (Peritonitis TB) Demam Distensi abdomen Defans muscular
Pemeriksaan
Peritonitis
Sekunder Akibat perforasi hollow viscous (organ intraabdomen)
Tersier
Psoas line menghilang
Pneumoperitoneum
Gejala peritonitis menetap setelah tatalaksana adekuat
Cupula Sign
Football Sign
Tatalaksana Dekompresi Puasa Resusitasi cairan Laparatomi
3B Definisi
Inflamasi peritoneum, jaringan yang melapisi permukaan dalam dinding abdomen dan viscera abdomen
Peritonitis primer
Infeksi peritoneum yang tidak berhubungan langsung dengan kelainan intraabdomen Jarang : Peritonitis TB
KLASIFIKASI
Peritonitis Sekunder
Infeksi peritoneum berasal dari organ intraabdominal (Perforasi hollow viscous)
Peritonitis Tersier
Tahap akhir peritonitis. Tanda dan gejala klinis peritonitis dan sepsis tetap ada walaupun peritonitis sekunder sudah diterapi
3B Tanda & Gejala
GEJALA Penurunan nafsu makan, mual, muntah Nyeri abdomen yang tumpul yang segera berubah menjadi nyeri abdomen tajam, persisten, pada semua lapang abdomen Distensi abdomen, nyeri tekan abdomen Demam TANDA Bising usus menurun hingga menghilang Peritonitis TB fenomena papan catur Defans muskular (board like abdomen) spasm otot dinding abdomen involunter Nyeri lepas tekan abdomen (rebound tenderness)
3B Foto Polos Abdomen Peritonitis
Rontgen Abdomen Normal
Psoas line menghilang
Gambaran Pneumoperitoneum
Cupula Sign
Football Sign
Udara di rongga peritoneum
3B Tatalaksana TATALAKSANA AWAL meliputi (F I D A R) F: fasting/pasien dipuasakan I: IV line (pemasangan IV line atau bahkan double IV line) untuk mencegah terjadinya syok hipovolemik D: dekompresi (pemasangan NGT ataupun kateter urin) A: antibiotic (dipilih antibiotik broad spektrum) R: rujuk untuk selanjutnya dilakukan tindakan laparotomi eksplorasi
DIGESTIF
Hernia
2 75% hernia abdominal
hernia inguinalis
Hernia dibagi menjadi : HIL / Hernia inguinalis indirek HIM / Hernia inguinalis direk
2/3 Kasus 1/3 kasus
Hernia Inguinalis
Hernia Femoralis
Terletak di atas tuberculum pubicum
Terletak di bawah tuberculum pubicum
Lebih banyak dialami laki-laki
Lebih banyak dialami perempuan
Isi kantong hernia: usus
Isi kantong hernia: omentum
Lebih jarang mengalami strangulasi
Lebih sering mengalami strangulasi
MED+EASY ULa SaDi
Pemeriksaan Fisik
FINGER TEST
Bila massa diujung jari - Hernia Inguinalis Lateralis.
ZIEMAN TEST
Jari ke 2: Hernia Inguinalis Lateralis Jari ke 3: Hernia Ingunialis Medialis
Bila massa disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.
Jari ke 4: Hernia Femoralis
THUMB TEST
Bila keluar benjolan medialis.
Hernia Inguinalis
Bila tidak keluar benjolan Inguinalis Lateralis.
Hernia
2
2 Klasifikasi Hernia Inguinalis Indirek Mengikuti kanalis inguinalis Terjadi akibat adanya prosesus vaginalis persisten Dapat turun hingga mencapai skrotum Hernia Inguinalis Direk Terjadi akibat adanya defek atau lemahnya fasia transversal dari trigonum Hasselbach DERAJAT Reponibel (2) Ireponibel (2) Inkarserata (3B) Strangulata (3B)
DEFINISI Bisa keluar dan masuk Kembali DIREPOSISI Tidak bisa masuk Kembali (-) DIREPOSISI IREPONIBEL + Gangguan Pasase usus
INKARSERATA + Gangguan Vaskularisasi
2
Tatalaksana Non Bedah Mencari dan mengatasi faktor resiko yang menyebabkan hernia. Analgetik bila nyeri Bedah (Tatalaksana Definitif)
Herniotomi, Herniorrhapy, Hernioplasty Hernia inguinalis reponibilis dan ireponibilis ELEKTIF Hernia Inguinalis inkarserata dan strangulata CITO!!
DIGESTIF
Ileus
Ileus Ileus Gejala Klinis Distensi abdomen (darm contour, steifung) Metallic sound, hiperperistaltik Ampula rekti kolaps
Kegagalan usus meneruskan isi lumen ke bagian yang lebih distal
Klasifikasi Obstuksi
Paralitik
Adanya sumbatan mekanik pada usus
Tidak adekuatnya peristaltic usus tanpa adanya obstruksi
Pemeriksaan Step ladder, herring bone, coiled spring appearance
Gejala Klinis Distensi abdomen Silent abdomen Ampula rekti intak
Pemeriksaan Tatalaksana Dekompresi dengan NGT dan pemasangan kateter urin NPO Resusitasi cairan Laparatomi
Step ladder (memanjang), distibusi udara difus
3A 3B Definisi Keadaan di mana usus tidak dapat meneruskan isi lumen ke tempat yang lebih distal
Klasifikasi Ileus Obstruktif (ileus mekanik/dinamik) : adanya sumbatan mekanik pada usus Ileus Paralitik (ileus fungsional/adinamik) : tidak adanya atau tidak adekuatnya peristaltik usus tanpa obstruksi mekanik. Disebabkan penghambatan neuromuskular, tonus simpatis yang berlebihan
3A 3B
Klasifikasi Ileus Obstruktif Manifestasi Klinis
Nyeri abdomen kolik, mual muntah, obstipasi
Ileus Paralitik Mual muntah, distensi abdomen, obstipasi
Pemeriksaan fisik
Distensi abdomen (darm contour, darm steifung) Hiperperistaltik Metalic sound (+) RT: ampula rekti kolaps Tanda dehidrasi (+)
Distensi abdomen Silent abdomen Perkusi : timpani RT : ampula rekti intak Tanda dehirasi (+)
Pemeriksaan Penunjang
Dilatasi usus Air fluid level Tidak ada udara di distal usus
Dilatasi usus difus (udara mengisi kolon dan rectum)
3A 3B
Pemeriksaan Radiologis Ileus Obstruktif
Distensi usus pada proksimal daripada obstruksi Usus kolaps pada distal dari obstruksi
Posisi tegak atau LLD: terdapat AIR-FLUID LEVELS Posisi supine:
Terdapat gambaran STEPLADDER SIGN
HERRINGBONE APPEARANCE
Gambaran step ladder /herring bone appearance
3A 3B Tatalaksana
Nil per os (NPO/dipuasakan) Pemasangan NGT
dekompresi, mencegah aspirasi
Resusitasi cairan & monitor urin output (UOP) Pemeriksaan abdomen secara berkala Pembedahan (Tatalaksana Definitif)
DIGESTIF
Hemoroid
Hemoroid Hemoroid Pelebaran bantalan vascular submucosa pada anal canal
I Hemoroid belum prolaps
Klasifikasi Interna
Externa Di bawah linea dentata Berasal dari ectoderm Pelebaran plexus hemoroidalis externa (vena rectalis inferior)
Di atas linea dentata Berasal dari entoderm Pelebaran plexus hemoroidalis interna (vena rectalis superior)
Grade
II Hemoroid dapat masuk spontan
III Hemoroid masuk dengan reduksi manual
Tatalaksana
IV
Grade I konservatif Grade I,II,III rubber band ligation Grade IV hemoroidektomi Pruritus, massa perianal yang nyeri
Hemoroid tidak dapat masuk kembali
Darah merah terang pada akhir defekasi, tanpa nyeri
Hemoroid Interna
4 3A
Hemoroid Externa
Terletak DI ATAS linea dentata
Terletak DI BAWAH linea dentata
Berasal dari endoderm
Berasal dari ektoderm
Ditutupi oleh epitel simplex columnar canalis analis
Ditutupi oleh epitel stratified squamous Diinervasi oleh persarafan cutaneous yang menyuplai area perianal biasanya nyeri
Pelebaran plexus hemorrhoidalis interna (dibentuk oleh vena rectal superior et media)
Pelebaran plexus hemorrhoidalis externa (dibentuk oleh vena rectalis inferior)
Hemoroid Interna
Hemoroid Externa
4 3A
Klasifikasi Hemoroid Interna Derajat I : mencapai lumen anal canal Derajat II : mencapai sfingter external dan masuk secara spontan Derajat III : melewati anal canal dan hanya masuk dengan reduksi manual Derajat IV : tidak dapat masuk kembali
PEMERIKSAAN PENUNJANG Anoskopi Kolonoskopi
Gejala Klinis Hemoroid Interna : prolaps dan keluarnya mukus, perdarahan, rasa tidak nyaman, gatal Hemoroid Eksterna : rasa terbakar dan nyeri
PEMERIKSAAN HISTOLOGI
4 3A Tatalaksana Hemoroid Interna : Grade I Konservatif (diet tinggi serat, pelunak tinja, sitz bath) Grade I,II,III Rubber band ligation Skleroterapi pada pasien dengan gangguan pembekuan darah Grade IV pembedahan definitif Hemoroid Eksterna eksisi
RUBBER BAND LIGATION
DIGESTIF
+ MED QUIZ
Seorang pria 45 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan BAB berdarah sejak 5 hari yang lalu. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien jarang mengkonsumsi sayur dan buah. Awalnya benjolan masih dapat masuk dengan sendirinya tetapi saat ini pasien harus mendorong benjolan tersebut dengan jari agar benjolan tersebut masuk kembali. Pada pemeriksaan rectal toucher didapatkan massa kenyal pada rectum arah jam 8 dan pada handscoen terdapat darah dan feses. Apakah diagnosis yang sesuai untuk scenario di atas? A. Hemoroid externa B. Hemoroid interna grade I C. Hemoroid interna grade II D. Hemoroid interna grade III E. Hemoroid interna grade IV
Seorang pria 45 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan BAB berdarah sejak 5 hari yang lalu. Dari anamnesis didapatkan bahwa pasien jarang mengkonsumsi sayur dan buah. Awalnya benjolan masih dapat masuk dengan sendirinya tetapi saat ini pasien harus mendorong benjolan tersebut dengan jari agar benjolan tersebut masuk kembali. Pada pemeriksaan rectal toucher didapatkan massa kenyal pada rectum arah jam 8 dan pada handscoen terdapat darah dan feses. Apakah diagnosis yang sesuai untuk scenario di atas? A. Hemoroid externa B. Hemoroid interna grade I C. Hemoroid interna grade II D. Hemoroid interna grade III E. Hemoroid interna grade IV
Seorang pria berusia 20 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah sejak 1 hari lalu. Dari hasil anamnesis diketahui awalnya nyeri dirasakan di ulu hati. Nafsu makan berkurang serta mual dan muntah. Tanda vital TD 110/90 mmHg, RR 20x/menit, HR 90x/menit, suhu 38,0 C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada titik McBurney. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 14 gr/dl, HCT 40, RBC 4 juta, WBC 13.000, PLT 300.000. Apakah diagnosis yang tepat pada pasien di atas? A. Appendisitis B. Amebiasis C. Volvulus D. Perforasi appendiks E. Kolesistitis
Seorang pria berusia 20 tahun dibawa ke IGD dengan keluhan nyeri pada perut kanan bawah sejak 1 hari lalu. Dari hasil anamnesis diketahui awalnya nyeri dirasakan di ulu hati. Nafsu makan berkurang serta mual dan muntah. Tanda vital TD 110/90 mmHg, RR 20x/menit, HR 90x/menit, suhu 38,0 C. Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada titik McBurney. Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 14 gr/dl, HCT 40, RBC 4 juta, WBC 13.000, PLT 300.000. Apakah diagnosis yang tepat pada pasien di atas? A. Appendisitis B. Amebiasis C. Volvulus D. Perforasi appendiks E. Kolesistitis
T O R AK S - V AS K U L AR DI GESTIF ANAK UROLOGI
Bedah Anak
Muntah bilous terjadi apabila lokasi patoanatomi melewati duodenum pars 2 (descenden)
Muntah
Non-Bilier
Bilier
Atresia Esofagus
HSP
Drooling NGT coiling
Olive sign BNO : Single bubble Barium meal : mushroom sign
Mekonium > 24 jam
Mekonium < 24 jam
Hirschprung Disease
Atresia Ani
Atresia Duodenum
Atresia Jejunoileal
Megacolon Saw tooth app
Invertogram
Double bubble
Triple/multiple bubble
39
ANAK
Atresia Esofagus
2
Kelainan Penyerta Polihidramnion pada ibu. Gejala Klinis Tersedak saat pertama kali minum/ menyusu Muntah tidak hijau Drooling saliva Sesak Fistula trakeaesofageal Dipasang OGT/NGT tidak masuk ( 4 mm dan panjang > 16 mm
Double bubble
Triple bubble
Pemeriksaan fisis X-ray
- Catheter curling - Gassless abdomen (tanpa fistel)
MED+EASY
Single bubble Hypertrophic pyloric stenosis
Double bubble Atresia duodenal
Triple bubble Atresia jejenum
Coiled NGT Atresia esofagus
ANAK
Disease
2 Definisi Kelainan konginetal yang ditandai dengan TIDAK ADANYA ganglion (meissner dan auerbach) saraf di segmen usus, 80% terjadi di rectum/ kolon rectosigmoid Manifestasi klinis
Keterlambatan pengeluaran meconium >24 jam (delayed meconium) BAB menyemprot saat dilakukan RT Distensi abdomen MED+EASY Muntah bilous TRIAS : -Distensi Abdomen -Muntah bilous -Delayed meconium
2
2 Pemeriksaan Fisis
Darm kontur: terlihatnya bentuk usus pada abdomen (dapat teraba massa) Darm Steifung: terlihatnya gerakan peristaltic pada abdomen DRE: sfingter ani kuat, feses menyemprot Pemeriksaan Penunjang
FOTO POLOS ABDOMEN Dilatasi usus KONTRAS ENEMA Adanya zona transisisi BIOPSI
GOLD STANDARD
Tidak adanya segmen ganglionic parasimpatik di lapisan muskularis
ANAK
Invaginasi
3B Definisi Masukknya segmen usus proksimal ke segmen usus distal yang dapat menyebabkan obstruksi usus Intususepsi Manifestasi Klinis
Bayi menangis kesakitan (crying spells), nyeri perut, letargi, muntah Teraba massa berbentuk sosis pada kuadran kanan bawah perut (sausage like) Pemeriksaan DRE portio like BAB berdarah disertai lender (red current jelly stool)
MED+EASY
TRIAS : -Muntah -Red current jelly stool -Nyeri perut
3B
Etiologi Idiopatik Infeksi Post Operatif
3B USG Pseudokidney sign Barium Enema : coiled spring
Reduksi Hidrostatik Dengan kontras barium dapat diulang 3 kali selama 3 menit
ANAK
Volvulus
3B Definisi Malrotasi : Kegagalan usus berotasi sesuai perkembangan embriologi Volvulus : Terpuntirnya usus sehingga aliran darah terhenti dan terjadi obstruksi usus Lokasi Tersering
Sigmoid (65%), caecum (25%), colon transversum Manifestasi Klinis Gejala obstruksi (muntah bilous + nyeri perut + perut kembung + tidak dapat BAB) Pada anak dapat terjadi malabsorpsi dan gagal tumbuh
3B
3B Foto Polos Abdomen Gastric Midgut Sigmoid
Intrathoracic stomach
Gambaran radiologis: Coffee-bean sign
3B Barium Enema Midgut Sigmoid
Barium enema dikontraindikasikan untuk pasien yang dicurigai mengalami peritonitis, nekrosis usus, atau terbukti adanya free air pada diafragma
CORK SCREW SIGN
BIRD BEAK SIGN
3B USG
ANAK
Gastroschisis Omphalocele
Diagnosis Banding Defek Dinding Abdomen Omfalokel Herniasi viscera melalui cincin umbilkus
Sering disertai kelainan konginetal lainnya
Defek ditutup dengan kasa basah
Gastroskisis Protrusi usus melalui celah pada dinding abdomen dekat umbilikus
Jarang disertai dengan kelainan konginetal, prognosis lebih baik
Defek ditutup dengan bowel bag
3B Definisi Herniasi viscera abdomen melalui cincin umbilikus Kegagalan usus untuk kembali ke rongga abdomen setelah herniasi fisiologis selama minggu ke 6 Faktor risiko
Konsumsi alkohol, merokok, SSRI selama kehamilan Komplikasi Volvulus, iskemik usus
Tatalaksana Surgical repositioning
64
3B Definisi Protrusi usus ekstrasomatik melalui celah pada dinding abdomen dekat umbilikus Umumnya pada daerah kanan Protrusi usus halus (sering), lambung dan hepar (jarang)
Tatalaksana Antibiotik + bowel bag IV fluid Surgical repositioning
65
Omphalocele vs Gastroschisis
Fungsi GI baik. Tapi sering disertai kelainan genetik, Survival rate lebih buruk, usus masih di dalam O.
Fungsi GI lebih buruk, sering disamping kanan, Survival rate lebih baik. Usus sudah di luar G. 66
ANAK
Malformasi Anorektal
Malformasi Anorektal Atresia Ani
Letak Tinggi
Letak Rendah Udara distal berada : Di bawah M. Levator Ani Di bawah garis pubococcygeal < 1,5 cm dari marker
Udara distal berada : Di atas M. Levator Ani Di atas garis pubococcygeal > 1,5 cm dari marker
Pemeriksaan Tidak ditemukan anus Cross table view/knee chest position
Puasa Dekompresi Colostomy anorectoplasty
Puasa Dekompresi Anorectoplasty
Terminologi Anus imperforate: Anus tidak terbentuk sama sekali / tidak sempurna Kloaka persisten: pemisahan antara tractus urinarius, tractus genitalia dan tractus digestivus Pemeriksaan Inspeksi : tidak dijumpai anus X ray dengan knee chest position / invertogram
69
2 Tatalaksana Puasa Cairan melalui infus Dekompresi (NGT) Operatif Letak tinggi: Kolostomi PSARP Letak rendah: PSARP
70
ANAK
+ MED QUIZ
Seorang bayi berusia 2 hari dibawa ibunya ke IGD karena selalu terdapat gelembung busa dari mulutnya. Keluhan disertai batuk dan tersedak saat diberi ASI. Pada pemeriksaan tanda vital RR 30x/menit, HR 110x/menit dan suhu 38 C. Pada thorax didapatkan ronkhi +/+ pada basal kedua lapangan paru. Apakah diagnosis yang mungkin dialami anak tersebut? A. Akalasia esofagus + pneumonia B. Bronchiolitis + pneumonia C. Obstruksi esofagus + pneumonia D. Atresia esofagus + pneumonia E. Laringotracheoesofageal cleft + pneumonia
72
Seorang bayi berusia 2 hari dibawa ibunya ke IGD karena selalu terdapat gelembung busa dari mulutnya. Keluhan disertai batuk dan tersedak saat diberi ASI. Pada pemeriksaan tanda vital RR 30x/menit, HR 110x/menit dan suhu 38 C. Pada thorax didapatkan ronkhi +/+ pada basal kedua lapangan paru. Apakah diagnosis yang mungkin dialami anak tersebut? A. Akalasia esofagus + pneumonia B. Bronchiolitis + pneumonia C. Obstruksi esofagus + pneumonia D. Atresia esofagus + pneumonia E. Laringotracheoesofageal cleft + pneumonia
Seorang bayi berusia 4 bulan dibawa ke IGD oleh neneknya karena tiba-tiba muntah berwarna hijau. Tidak ada riwayat demam. Pada pemeriksaan didapatkan anak tampak lesu dan didapatkan distensi abdomen, peristaltik kesan meningkat dan tidak teraba massa. Dilakukan pemeriksaan USG dan didapatkan gambaran seperti berikut : Apakah diagnosis yang tepat pada bayi tersebut? A. Atresia jejenum B. Stenosis pilorus hipertrofi C. Atresia duodenum D. Intususepsi E. Midgut volvulus
74
Seorang bayi berusia 4 bulan dibawa ke IGD oleh neneknya karena tiba-tiba muntah berwarna hijau. Tidak ada riwayat demam. Pada pemeriksaan didapatkan anak tampak lesu dan didapatkan distensi abdomen, peristaltik kesan meningkat dan tidak teraba massa. Dilakukan pemeriksaan USG dan didapatkan gambaran seperti berikut : Apakah diagnosis yang tepat pada bayi tersebut? A. Atresia jejenum B. Stenosis pilorus hipertrofi C. Atresia duodenum D. Intususepsi E. Midgut volvulus
75
Bedah-2 3B
Bedah Saraf
Bedah Saraf 3B
Traumatic Brain Injury
Traumatic Brain Injury CT Scan : Salt & pepper
Kontusio
TBI
Kerusakan anatomis otak (+) Defisit neurologis (+)
Cedera structural pada otak atau gangguan fungsi normal otak akibat trauma kepala
Konkusio
CT Scan : Normal
Klasifikasi
Kerusakan anatomis otak (-) Defisit neurologis (-)
EDH Diantara skull dan duramater
Perdarahan Intrakranial
Primer
Sekunder
Cedera otak yang terjadi saat trauma akibat langsung cedera kepala
Cedera otak tidak langsung akibat perubahan fisiologis
SDH Diantara duramater dan arachnoidmater
SAH Di subarachnoid space
Derajat Cedera Kepala (GCS) Ringan : > 13 Sedang : 9-12 Berat : 65 tahun Muntah > 2 episode Kraniotomi
EDH : volume >30 cc, tebal > 15 mm, shift > 5mm SDH : tebal >10 mm, shift >5mm Depressed cranial fracture : Fraktur terbuka dengan fragmen depresi melebihi tebal skull 81
Bedah Saraf 3B
Fraktur Basis Cranii
Fraktur Basis Cranii Fraktur Basis Cranii Trauma akibat trauma tumpul
Fossa Anterior Raccoon eyes Halo sign Gangguan penghidu
Fossa Media Battle sign Gangguan pendengaran
Tatalaksana Observasi Repair duramater
Halo Sign
Fossa Posterior Cervical spine injury Gejala kurang khas
3B
Basilar skull fracture, merupakan bagian dari cedera kepala yang melibatkan paling sedikit 1 tulang pada basis cranium Terdiri dari os temporal, oksipital, sfenoid, ethmoid dan orbital part pada os frontal
LOKASI (FOSSA) ANTERIOR
MEDIA
POSTERIOR
TANDA & GEJALA Raccoon eyes Halo sign Gangguan penghidu Defek pergerakan bola mata
Gangguan pendengaran Gangguan keseimbangan Battle sign Cervical spine injury Gejala kurang khas
Basis Cranii
84
3B
Rhinorrhea
Halo Sign
Otorrhea
85
Bedah Saraf 2
Hidrosefalus
Hidrosefalus Hidrosefalus Pelebaran abnormal dari ventrikel otak dan/ ruang subarachnoid akibat akumulasi CSF yang berlebihan
Etiologi
Patofisiologi
Konginetal
Didapat
Akumulasi cairan CSF yang terjadi sejak lahir
Akumulasi cairan CSF terjadi seiring pertambahan usia
Infeksi Toxoplasma
Stroke, perdarahan intracranial, tumor
Komunikans
Produksi CSF Absorpsi CSF
Tatalaksana VP,AV Shunt
Non-Komunikans Adanya obstruksi aliran CSF dari ventrikel ke ruang subarachnoid
2 Definisi Merupakan akumulasi cairan serebrospinal yang menyebabkan dilatasi sistem ventrikel otak
Etiologi Gangguan Produksi Gangguan Sirkulasi Gangguan Absorpsi
NORMAL VENTRIKEL
DILATASI VENTRIKEL
2
Manifestasi Klinis Pembesaran kepala Nyeri kepala Gangguan tumbuh kembang Pandangan ganda Fontanel cembung Vena menonjol Sunset eye phenomenon Gangguan perkembangan motorik Tatalaksana Manitol, asetazolamid Pembedahan (shunting) : VP shunt, AV shunt
3B
Primary Survey ABCDE Metilprednisolone : : Metilprednisolone 30 mg/kgBB/IV (15 menit) dilanjutkan infus 5.4 mg/kgBB/jam selama 23 jam 3-8 jam : Metilprednisolone 30 mg/kgBB/IV (15 menit) dilanjutkan infus 5.4 mg/kgBB/jam selama 47 jam > 8 jam : tidak direkomendasikan
TRIPLE MANUVER AIRWAY
Bedah Saraf 2
Incomplete Cord Syndromes
92
3B
93
3B
Brown-Sequard Syndrome Kausa utama : Trauma tembus M : Paresis ipsilateral Ekt. : Gangguan kontralateral Prop. : Gangguan ipsilateral
Central Cord Kausa utama : Siringomiela, tumor, trauma M : Paresis lengan > tungkai S : Gangguan bervariasi di ujung distal lengan
3B
Anterior Cord Kausa utama : HNP M : Paresis UMN di bawah lesi, LMN setinggi lesi Ekt. : Gangguan ekteroseptif Prop. : Normal
Posterior Cord Kausa utama : Infark arteri spinalis posterior, trauma M : Paresis ringan Prop. : Gangguan bilateral Ekt. : Normal
Trauma Medula Spinalis Trauma Medula Spinalis
Anterior Cord Syndrome Kerusakan pada anterolateral system dan tractus piramidalis
Gangguan eksteroseptif, motorik
Posterior Cord Syndrome
Central Cord Syndrome
Brown Sequard Syndrome
Kerusakan pada dorsal columna
Kerusakan pada bagian central medulla spinalis
Kerusakan secara pada spinal cord
Gangguan proprioseptif
Gangguan motorik terutama pada extremitas atas
Kerusakan motorik dan proprioseptif : ipsilateral Kerusakan eksteroseptif : kontralateral
hemiseksi
Bedah Saraf 2
Kelainan Vertebra
2
Spondylolisis Definisi
Klinis
Interupsi yang terjadi dibagian pars interarticularis pada lumbar vertebra
Spondylolisthesis Pergeseran vertebrae kedepan terhadap segmen yang lebih rendah, yang biasa terjadi pada L4 atau L5
Spondilitis Inflamasi pada tulang vertebrae yang bisa disebabkan oleh beberapa hal misalnya proses infeksi, imunitas
Nyeri radikuler, seperti gejala tersengat listrik yang menjalar dari punggung ke tungkai Baal, kesemutan Kelemahan otot tungkai bawah Muscle tightness Stiffness Tenderness in the area of the slipped disc
98
2
Spondylolisis
Spondylolisthesis
Spondilitis
99
Kelainan Kurvatura Vertebra Lordosis
Perubahan kurvatura vertebra Definisi yang ditandai dengan angulasi ke arah anterior
Etiologi
Kifosis
Skoliosis
Perubahan kurvatura vertebra yang ditandai dengan angulasi ke arah posterior
Defleksi lateral dan rotasi pada corpus vertebra
Kongenital kelainan struktural Postural kelainan posisi (contoh : akibat kerja) Patologis akibat penyakit ( contoh: osteoporosis, spondylitis TB, dll)
100
2 Klasifikasi Infantile (0-3 tahun) Juvenile (4-10 tahun) Adolescent (11-18 tahun) Adult (> 18 tahun) Manifestasi Klinis Deformitas vertebra Pemeriksaan khusus Adam's forward bend test
menilai skoliosis
Pemeriksaan Penunjang X-Ray vertebra Cobb angle untuk diagnosis & menentukan derajat keparahan scoliosis MRI 101
2 Tatalaksana
Cobb angle
Klasifikasi
450
Berat
Cobb Angle
Tatalaksana
< 20°
Observasi
20-39
Bracing
> 40°
Operasi/pembedahan
MILWAUKEE
BOSTON
OMC 102
Bedah Saraf 2
Spina Bifida
Spina Bifida Spida Bifida Malformasi konginetal pada CNS
Open Spinal Dysraphism
Closed Spinal Dysraphism Spina Bifida Occulta
Paling sering terjadi Asimptomatik Patch of hair Skin dimple
Meningocele
Myelomeningocele
Myeloschisis
Herniasi menings (tanpa neural tissue)
Herniasi menings (tanpa neural tissue)
Herniasi menings (tanpa neural tissue)
Benjolan (+) Motor & sensory intact
Motor loss Sensory deficit Bladder & bowel dysfunction
2 Definisi
Defisiensi As. Folat (B9) kegagalan pada penutupan arkus vertebra dan lamina posterior tube defect/Spina Bifida
Neural
SPINA BIFIDA
Klasifikasi
MENINGOMYELOENCEPHALOCELE
Spina Bifida Oculta Teraba rongga, berambut Asimtomatis
Spina Bifida Aperta Meningokele Benjolan (+), defisit neurologis (-)
Myelomeningokele
Benjolan (+) Defisit Neurologis (+)
Myeloschisis Benjolan (+) tidak tertutup 105
2
Bedah-2
+ MED QUIZ
Seorang pria berusia 40 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 30 menit yang lalu. Pada pemeriksaan tanda vital TD 160/70 mmHg, HR 55x/menit, RR 28x/menit, GCS E2V2M4, pupil anisokor. Apakah tatalaksana awal yang paling tepat dilakukan? A. Burr hole B. Craniotomy C. MRI kepala D. Infus mannitol E. Infus cairan isotonis
108
Seorang pria berusia 40 tahun dibawa ke IGD setelah mengalami kecelakaan lalu lintas 30 menit yang lalu. Pada pemeriksaan tanda vital TD 160/70 mmHg, HR 55x/menit, RR 28x/menit, GCS E2V2M4, pupil anisokor. Apakah tatalaksana awal yang paling tepat dilakukan? A. Burr hole B. Craniotomy C. MRI kepala D. Infus mannitol E. Infus cairan isotonis
109
Seorang bayi berusia 2 bulan dibawa ke IGD oleh ibunya dengan keluhan ada benjolan pada punggung bawah sejak lahir. Pada pemeriksaan didapatkan benjolan ditutup selaput dan tampak gerak anak aktif. Apakah kemungkinan penyebab pada kasus di atas? A. Kekurangan asam folat saat kehamilan B. Kekurangan vitamin C saat kehamilan C. Kekurangan zat besi saat kehamilan D. Ibu menderita hipertiroid saat kehamilan E. Ibu mengkonsumsi obat-obatan saat kehamilan
110
Seorang bayi berusia 2 bulan dibawa ke IGD oleh ibunya dengan keluhan ada benjolan pada punggung bawah sejak lahir. Pada pemeriksaan didapatkan benjolan ditutup selaput dan tampak gerak anak aktif. Apakah kemungkinan penyebab pada kasus di atas? A. Kekurangan asam folat saat kehamilan B. Kekurangan vitamin C saat kehamilan C. Kekurangan zat besi saat kehamilan D. Ibu menderita hipertiroid saat kehamilan E. Ibu mengkonsumsi obat-obatan saat kehamilan
111
Bedah-2
Bedah Ortopedi
Bedah Ortopedi 3B
Fraktur
Fraktur Fraktur Terjadi diskontinuitas tulang
Fraktur Antebrachii
Fraktur Clavicula
MED+EASY CODan Si VENo
Fraktur Monteggia
Fraktur Galeazzi
Fraktur Colles
Fraktur Smith
Fraktur os Ulna & dislokasi caput radius
Fraktur 1/3 distal radius & dislokasi DRUJ
Dinner fork deformity Displacement dorsal
Garden spade deformity Displacement ventral
Klasifikasi (Allman)
I
II Tatalaksana Arm Sling Tindakan Operatif
III
3B
MED+EASY Fraktur Monteggia Garis fraktur di ulna Dislokasi caput radius
CODan Si VENo
Colles : Dorsal Ventral : Smith
Fraktur Galeazzi Fraktur 1/3 distal radius Dislokasi ulna
Colles
Smith
Jatuh dengan pergelangan tangan ekstensi
Jatuh dengan pergelangan tangan fleksi
Dinner fork deformity
Garden spade deformity
Fraktur distal radius
Fraktur distal radiusdisplacemen t ke arah anterior
displacement ke arah dorsal
115
3B Diagnosa Banding
Bennett Fracture
Fracture Distal radius + dislokasi radiocarpal
Styloid radius
MCP 5 distal (neck)
MCP 1 proximal (base)
116
3A Anatomi Dasar Merupakan tulang berbentuk S dan terbagi menjadi 3 bagian yaitu 1/3 lateral, 1/3 tengah, 1/3 medial Flat pada bagian lateral, tubular pada bagian tengah dan prismatic pada bagian medial Persendian : Sternoclavicular joint Acromioclavicular joint Ligamen : coracoclavicular ligament
117
3A
Etiologi Mechanism of Injury : jatuh pada bagian lateral bahu (85%), trauma langsung pada klavikula 80% terjadi pada 1/3 tengah clavicula Manifestasi Klinis Anamnesis : terdengar bunyi retakan pada daerah bahu setelah terjatuh, nyeri Pemeriksaan fisis : nyeri tekan, bengkak, krepitasi dan deformitas, skin tenting Pemeriksaan Penunjang X-Ray CT-Scan : menentukan jenis fraktur untuk persiapan preoperasi, jejas vascular 118
3A Tatalaksana
Non Operatif
Indikasi : < 2 cm shortening dan displacement Fraktur tertutup dan tidak ada jejas neurovascular Modalitas : arm sling (imobilisasi 4-6 minggu, ROM bertahap selama 2-4 minggu)
Indikasi : Absolut
Operatif
Fraktur terbuka Skin tenting Jejas pada arteri dan vena subclavia Floating shoulder
Relatif Displacement > 2 cm Jejas pleksus brachial Kejang Pasien politrauma
Intramedullary fixation Open reduction and internal fixation with plate and screw 119
Bedah Ortopedi 3B
Fraktur Terbuka
Fraktur Terbuka Fraktur Terbuka Adanya kontak langsung tulang dengan lingkungan luar Klasifikasi I
II
Ukuran < 1 cm Fraktur Simpel Kontaminasi : minimal
Ukuran 1-9 cm Fraktur Kominutif minimal Kontaminasi sedang
Cefazolin IV
III IIIA
IIIB
IIIC
Ukuran >10 cm Fraktur segmental/kominutif berat Periosteal stripping
Skin Coverage Tidak Intak
Kerusakan Pembuluh Darah
Cefazolin IV + Aminoglikosida
3B
Definisi Adanya kontak langsung tulang dengan lingkungan luar
Klasifikasi
I
Gustilo Anderson
II
III A
III B
III C
122
3B
Gustilo Type
I
II
IIIA
IIIB
IIIC
Wound Size
< 1 cm
> 1 cm
> 10 cm
> 10 cm
> 10 cm
Energi
Minimal
Sedang
Berat
Berat
Berat
Kontaminasi
Bersih
Sedang
Berat
Berat
Berat
Pola Fraktur
Fraktur simple (oblik,transversum)
Kominutif minimal
Fraktur segmental, kominutif berat
Fraktur segmental, kominutif berat
Fraktur segmental, kominutif berat
Skin coverage
Intak
Intak
Intak
Tidak dapat menutupi fragmen tulang
Tidak dapat menutupi fragmen tulang
Periosteal stripping
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Ya
Jejas Neurovaskular
Normal
Normal
Normal
Normal
Kerusakan pada pembuluh darah
Antibiotik
Generasi pertama sefalosporin
Sefalosporin generasi pertama untuk gram positif Aminoglikosida untuk bakteri gram negatif (gentamisin) Dilanjutkan 23-72 jam setelah debridemen terakhir
123
3B Awal Primary survey, stabilisasi & resusitasi (ABCDE) Antibiotik IV Antibiotik: kombinasi sefalosporin gen I (gram positif) & aminoglikosida (gram negative) Hingga 24 - 72 jam post debridement Grade I-Il = Cefazolin IV Grade III = Cefazoline + Aminoglikosida (gentamisin) IV Kontrol perdarahan (direct pressure) Dressing: bersihkan debris, jangan pindahkan fragmen tulang, dressing gunakan kassa steril yang direndam NaCl Stabilisasi : splint / brace (mengurangi nyeri, minimalisi trauma jaringan lunak) Profilaksis tetanus Rujuk
124
Bedah Ortopedi 3B
Sindroma Kompartemen
3B Definisi
Peningkatan tekanan intra kompartemen (>30 mmHg) suatu ruang anatomi tertutup yang dibatasi oleh dinding yang relatif kaku sehingga mengganggu sirkulasi ke distal dari kompartemen tersebut.
126
3B Manifestasi Klinis Pain Pallor Pulseless
Paresthesia Paralysis Poikilothermia
6P
Tatalaksana Menurunkan tekanan intrakompartemen Non bedah (buka cast/gips) Bedah : fasciotomi/eskarotomi
12 7
Bedah Ortopedi 3B
Dislokasi Panggul Bahu
3B ANTERIOR
POSTERIOR
Sering terjadi (98%)
Jarang terjadi (2%)
Posisi bahu abduksi dan rotasi eksterna
Posisi bahu dalam posisi fleksi, adduksi dan rotasi interna
Kontur bahu berubah
Bahu lebih datar (flat & squared off)
Teraba caput humeri di anterior, prominen acromion, sulcus sign (+)
Lengan dipegang di depan dada
Med+Easy ABang depan ADek belakang Anterior: Abduksi Posterior: Adduksi 129
Dislokasi Disklokasi Panggul Posterior: Lebih sering Ec: Dashbord Injury
-
Adduksi Endorotasi Fleksi panggul
Bahu
Posterior: Jarang
Anterior: Jarang
-
Abduksi Eksorotasi Fleksi panggul
Bagian anterior : ligamentum iliofemoral & pubofemoral Bagian posterior : ligamentum ischiofemoral
-
-
Adduksi Endorotasi
Med+Easy ABang depan ADek belakang Anterior: Lebih sering Caput humeri teraba di bawah clavicula
-
Abduksi Eksorotasi
X-Ray : Light Bulb Appereance
130
Bedah Ortopedi 3B
Osteomyelitis
3B Definisi
Peradangan pada tulang disebabkan oleh proses infeksi Etiologi Staphylococcus aureus (Tersering) Pseudomonas (IV drugs user) Enterobacteriaceae Gram (-) anaerob bacilli (jarang) Patogenesis Hematogen/endogen osteomyelitis Exogen osteomyelitis 132
3B Tanda & Gejala
Gejala sistemik : malaise, demam, menggigil Gejala lokal : nyeri tekan, edema, eritem dan perabaan hangat
Pemeriksaan Penunjang Awal rontgen Lab. darah Gold Standard Kultur
Staphylococcus aureus
133
3B Klasifikasi Klasifikasi Akut
< 2 minggu
Subakut
2 minggu - 3 bulan
Kronik
> 3 bulan
Soft tissue swelling abscess Kloaka, sekustrum, involukrum
134
3B
Tatalaksana Antibiotik empiris kemudian spesifik Debridement Pengobatan suportif untuk nyeri Antibiotik S. Aureus (methicillin sensitive) Cefazoline 1 1.5g IV / 6 jam S. Aureus (methicillin resistant) Vancomicyn 1g IV / 12 jam Pseudomonas Cefepime 2g IV / 12 jam Ciprofloxacin 400mg IV / 8 jam
135
Bedah Ortopedi 3A
Ruptur Tendon Achilles
3A
M. Gastrocnemius
M. Soleus M. Peroneus Longus
M. Peroneus Brevis
Tendon Achilles
Calcaneus 137
3A Klinis dan Pemeriksaan Fisik
Adanya sensasi di tumit Nyeri akut di belakang tumit Plantar fleksi (-) Palpable swelling Palpable gap Test Simmond Thompson (+) Pemeriksaan Penunjang X-Ray USG MRI Gold standard
MED+NOTES Pada jaringan ikat MRI merupakan pemeriksaan penunjang terbaik
138
Bedah Ortopedi 3A
Ruptur Ligamen & Meniskus
Anterior Cruciate Ligament
3A
Pemeriksaan Fisik
LACHMAN TEST
ANTERIOR DRAWER TEST
Bila terasa tonjolan di anterior (+)
Tibia translasi ke anterior
140
Anterior Cruciate Ligament
3A
Pemeriksaan Fisik PIVOT TEST (Macintosh)
Internal rotasi + valgus stress + lutut fleksi 90 subluksasi tibia ke anterior (20-30 )
141
Posterior Cruciate Ligament
3A
PEMERIKSAAN FISIK PCL SAG TEST
POSTERIOR DRAWER TEST
142
Meniscus
3A
PEMERIKSAAN FISIK Mc Murray Test : Palpable pop / bunyi klik (+) Ruptur Meniscus Medial : eksorotasi Ruptur Meniscus Lateral : endorotasi Apley Grind Test (+) Thessaly Test (+)
143
Collateral Ligament
3A
Pemeriksaan Fisik
CEDERA LCL
CEDERA MCL 144
Jenis Kelainan
Nama Test
Anterior Cruciate Ligament (ACL)
Anterior Drawer, Lachman Test, Pivot Shift Test (LaPAn)
Posterior Cruciate Ligament (PCL)
Posterior Drawer, Sag Sign (PeSeg)
Lateral Collateral Ligament (LCL)
Varus Test
Medial Collateral Ligament (MCL)
Valgus Test
Meniscus
Apley Test, Thessaly Test, Mc-Murray Test
Lateral
Endorotasi
Media
Eksorotasi
LaRi MeGu
MeSo LaDi
MED+EASY
145
Bedah Ortopedi 2
Flexor Tenosinovitis
2 Definisi Peradangan pada tendon dan sarung tendon flexor Kompartemen fleksor jari Manifestasi Klinis
Teraba hangat pada jari dengan riwayat trauma Pergerakan terbatas Tidak ada deformitas Kanavel Sign Edema difus (sausage digit) Nyeri saat ekstensi pasif Jari pada posisi fleksi Nyeri sepanjang pembungkus tendon fleksor 147
2
148
Bedah Ortopedi 2
Duchenne Muscular Dystrophy
2
Duchenne Muscular Dystrophy Merupakan kelainan otot progresif oleh karena mutase gen distrofin Distrofin berperan dalam menghubungkan sitoskeleton dalam sel otot Diturunkan oleh kromosom X-Linked Resesif umumnya pada laki-laki Onset 2-5 tahun Gejala Klinis Dimulai dari otot proksimal pada ext. bawah Pseudohipertrofi Kesulitan berdiri Waddling gait Lumbar lordosis
150
2
Klinis Khas Gower sign (+) : saat pasien akan berdiri maka pasien harus menggunakan tangannya dan menopang pada lutut disebabkan kurangnya kekuatan otot pinggul dan paha Gower Sign
Pemeriksaan Penunjang Kreatinin Kinase Serum Analisis genetik (Gold Standard) Tes Fungsi Hati DNA testing EMG 151
Duchenne Muscular Dystrophy
152
Bedah Ortopedi 2
Osteogenesis Imperfecta
1 Definisi Kelainan pembentukan jaringan kolagen disebabkan oleh mutasi gen COL1A1 dan COL1A2 sehingga pembentukan kolagen tipe 1 terganggu Cenderung mengalami fraktur multipel akibat trauma ringan-sedang (brittle bone disease) Terjadi kerapuhan tulang, penipisan kulit, skoliosis, kerapuhan gigi dan gangguan pendengaran
Pemeriksaan Anamnesis : Riwayat prenatal : ditemukan patah tulang panjang saat usg Riwayat perinatal : fraktur Riwayat keluarga: adanya kematian perinatal, patah tulang berulang, gigi rapuh (dentinogenesis imperfecta) Pemeriksaan fisis : berdasarkan jenis dan tipe OI. Fraktur dan osteopenia merupakan gambaran khas klinis OI
154
Osteogenesis Imperfecta
MED+NOTES
Sillence Classification of Osteogenesis Imperfecta
Tipe
Pewarisan
Sklera
Manifestasi Kecil
Tipe I
Autosomal dominan Gangguan kuantitatif pada kolagen
Biru
Bentuk ringan Gangguan pendengaran (50%) Terbagi tipe A dan B
Tipe II
Autosomal resesif Gangguan kuallitatif pada kolagen
Biru
Letal pada perinatal
Tipe III
Autosomal resesif Gangguan kuallitatif pada kolagen
Normal
Bentuk yang paling berat Fraktur saat lahir
Normal
Moderate severity Pendengaran normal Terbagi tipe A dan B
Tipe IV
Autosomal dominan Gangguan kuallitatif pada kolagen
155
1 Pemeriksaan Penunjang Radiologi : Penipisan korteks Osteopenia Saber shins Radiografi skull : Wormian bones Laboratorium : peningkatan ALP Histologi
Saber Shins
Histologi Tulang OI
Worminan bones 156
1 Tatalaksana Pencegahan Fraktur Early bracing Bifosfonat Transplantasi sumsum tulang
Penanganan Fraktur Observasi Operatif : fixation with telescoping rods and fixation with load sharing device
Fixation with telescoping rods
157
Bedah Ortopedi 2
Developmental Dysplasia Of The Hip
2 Definisi Instabilitas, subluksasi dan dislokasi dari caput femoris dan/atau dysplasia acetabular pada perkembangan sendi panggul Etiologi pasti belum diketahui Faktor Resiko Riwayat keluarga Presentasi bokong Oligohidramnion Penyakit terkait kelemahan ligamentum Manifestasi Klinis Perbedaan panjang tungkai Lipat kulit paha tidak simetris Galleazi/Allis/Perkins test (+), test barlow-ortolani (+)
159
2 Pemeriksaan Fisik
Barlow
Mencoba mendislokasi dengan adduksi dan fleksi hip serta diberikan penekanan ke bawah
Ortolani
Mencoba mereduksi panggul dengan fleksi dan abduksi panggul diberikan penekanan ke atas
2 Tatalaksana Bertujuan untuk reduksi sendi panggul agar dapat mempertahankan stabilitas sedini mungkin
Usia Lahir
6 bulan
7 24 bulan 24
72 bulan
Tatalaksana Pavlic Harness Hip-Spina Cast Open reduction dengan osteotomy pelvis/femoral
Bedah-2
+ MED QUIZ
Seorang pria berusia 27 tahun datang ke IGD karena mengeluh nyeri pada bahu kanan setelah terjatuh saat main futsal. Tidak ada keluhan kesemutan. Pada pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan abduksi, eksorotasi pada bahu kanan. Apakah diagnosis pada kasus ini? A. Dislokasi articulatio glenohumeral joint ke anterior B. Dislokasi articulatio glenohumeral joint ke posterior C. Dislokasi articulatio acromioclavicular D. Fraktur humerus 1/3 proximal E. Fraktur clavicula 1/3 lateral
163
Seorang pria berusia 27 tahun datang ke IGD karena mengeluh nyeri pada bahu kanan setelah terjatuh saat main futsal. Tidak ada keluhan kesemutan. Pada pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan abduksi, eksorotasi pada bahu kanan. Apakah diagnosis pada kasus ini? A. Dislokasi articulatio glenohumeral joint ke anterior B. Dislokasi articulatio glenohumeral joint ke posterior C. Dislokasi articulatio acromioclavicular D. Fraktur humerus 1/3 proximal E. Fraktur clavicula 1/3 lateral
164
Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa ayahnya ke poliklinik dengan keluhan kelainan cara berjalan. Dari hasil anamnesis diketahui anaknya sering terjatuh saat berjalan dan kesulitan saat menaiki tangga. Anaknya juga kesulitan saat melompat dan tidak bisa berlari. Paman pasien meninggal saat usia 15 tahun karena penyakit otot. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan pada otot panggul, Gower sign (+) dan tampak pseudohipertrofi pada betis. Apakah uji laboratorium yang penting untuk menegakkan diagnosis pasien tersebut? A. Kadar Alkali Phospatase B. Kadar Urokinase C. Kadar Kreatinin Kinase D. Kadar Glukokinase E. Kadar Katalase
Seorang anak laki-laki berusia 3 tahun dibawa ayahnya ke poliklinik dengan keluhan kelainan cara berjalan. Dari hasil anamnesis diketahui anaknya sering terjatuh saat berjalan dan kesulitan saat menaiki tangga. Anaknya juga kesulitan saat melompat dan tidak bisa berlari. Paman pasien meninggal saat usia 15 tahun karena penyakit otot. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan pada otot panggul, Gower sign (+) dan tampak pseudohipertrofi pada betis. Apakah uji laboratorium yang penting untuk menegakkan diagnosis pasien tersebut? A. Kadar Alkali Phospatase B. Kadar Urokinase C. Kadar Kreatinin Kinase D. Kadar Glukokinase E. Kadar Katalase
Bedah-2
Bedah Onkologi
Bedah Onkologi 3A
Benjolan Payudara
Benjolan Payudara Benjolan Payudara Benigna
Maligna
Kenyal, regular, mobile, permukaan halus
Keras, ireguler, terfiksir, skin dimpling, retraksi puting, ulkus
Fibroadenoma (FAM)
Fibrokistik Mammae
Tumor Filoides
Karsinoma Mammae
Dari stromal dan epitel, mobile dan pertumbuhan lambat, tidak nyeri
Berisi cairan, multipel, dipengaruhi oleh hormon
Tumor padat, multinodular, ukuran >10 cm
Tumor invasive, dapat disertai penyebaran ke limfa (axilla, leher) serta paru dan tulang
Pemeriksaan 40 tahun
Ultrasonografi Mammae
Mammografi
Diagnosis Banding Benjolan Payudara BENIGNA Kenyal Nyeri +/Reguler, halus Mobile, tidak terfiksasi Tidak ada skin dimpling Tidak ada retraksi puting
2
MALIGNA Keras Irreguler Terfiksasi ke kulit / dinding dada Skin dimpling Discharge bloody Retraksi putting Ulkus
170
2
Fibroadenoma (FAM)
Kista Payudara (Fibrokistik)
Tumor Filodes
Ciri-ciri
Tumor padat jinak dari stromal dan epitel, berkapsul, teraba padat tetapi mobile, pertumbuhan ukuran lambat, tidak nyeri
Kantung berisi cairan, biasanya multiple, ukuran bervariasi dalam siklus menstruasi karena dipengaruhi hormon
Tumor padat, halus, multinodular, berukuran cukup besar, biasanya > 15 cm. Jika terlalu besar dapat menyebabkan nekrosis.
Epidemiologi
Sering pada usia 35 tahun,
Sering pada usia 40-50 tahun
Diagnosis
Triple diagnosis : Klinis + Radiologis + HistoPA
Ca Payudara Tumor invasif, nyeri, skin dimpling, retraksi nipple, nipple discharge peau , hiperemis/livid, ulkus Disertai penyebaran ke nodus limfa (nodul aksila, leher, supra/infra klavikula) Metastasis : hati, paru, tulang Sering pada usia >40 tahun
Gold standard
2 Fibrokisti k
Ca Payudara
Fibroadenoma
Skin dimpling
Retraksi puting
Tumor Phyllodes
Peau
Discharge
Ulkus payudara
Pencitraan Pada Benjolan Payudara ULTRASONOGR AFI
40 Tahun
2
Bedah Onkologi 2
Keganasan Tulang
Tumor Tulang Tumor Tulang Osteosarcoma Metafisis < 30 tahun Codmann triangle Sunburst appearance
Ewing Sarcoma
Diafisis 10-20 tahun Onion skin appearance
Ostochondroma
Metafisis < 30 tahun Cauliflower appearance
Osteoclastoma
Diafisis Soap bubble appearance
Chondrosarcoma Metafisis >30 tahun Kalsifikasi intramedular (popcorn appearance)
2 Osteosarcoma
Ewing Sarcoma
Osteochondroma
Predileksi
Metafisis
Diafisis
Metafisis
Usia