20 0 547 KB
BAB I LAPORAN KASUS STATUS PASIEN I. IDENTITAS Nama
: Tn. R
Usia
: 55 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki Pekerjaan
: Tidak bekerja
Alamat
: Darungan 04/01, Mentor, Sumberasih
Masuk RS
: 15 April 2018
No. RM
: 013768
II. AUTO-ANAMNESIS Keluhan Utama : Bicara pelo 1 jam SMRS Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang dengan keluhan tiba-tiba bicara pelo 1 jam SMRS. Keluhan ini dirasakan saat pasien sedang beraktivitas. Pasien merasa sulit menggerakkan mulutnya terutama bagian kanan. Sudut mulut kanan lebih rendah dibanding kiri. Bibir mencong ke kiri. Pasien meneteskan air liur, pasien juga merasakan kelemahan separuh tubuh bagian kanan. Kejang, demam, mual, tersedak, baal sekitar mulut, dan pandangan berbayang disangkal. Tidak ada riwayat kepala terbentur atau trauma. Pasien juga tidak ada keluhan muntah, pusing berputar, dan juga telinga berdenging. BAK dan BAB pasien tidak ada keluhan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat stroke (+) Januari 2018 kelemahan separuh tubuh bagian kanan.
Riwayat hipertensi (+) tidak terkontrol
Riwayat DM tidak diketahui
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat stroke dalam keluarga disangkal
Riwayat hipertensi tidak diketahui
Riwayat DM tidak diketahui
Riwayat Pengobatan Pasien tidak pernah mengonsumsi obat secara teratur.
Riwayat Psikososial Pasien sehari-hari hanya beraktivitas dirumah semenjak serangan stroke yang pertama. Jarang olahraga dan tidak konsumsi alkohol. Sering makan ikan laut dan makanan asin.
Riwayat Alergi Obat disangkal Cuaca disangkal Makanan disangkal
III. STATUS GENERALIS
PEMERIKSAAN FISIK Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E 4 V 5 M 6 = 15
Tanda Vital -
TD
: 150/80 mmHg
-
Nadi
: 96 kali/menit (reguler,isi dan tegangan cukup)
-
Pernapasan
: 22 kali/menit (reguler)
-
Suhu
: 370C
Status Generalis Kepala dan leher -
Kepala
: Normochepal
-
Mata
: Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor,
refleks cahaya (+/+) -
Hidung
: Normonasi, sekret (-/-), epistaksis (-/-).
-
Telinga
: Normotia, serumen (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
-
Mulut
: Mukosa bibir basah (+), bibir tidak simetris (ke kiri), sianosis (-),
lidah kotor (-), lidah mencong ke kiri, lidah tremor (-), faring hiperemis (-), tonsil T1-T1.
-
Leher
: Pembesaran KGB (-), tiroid (-), bruit arteri karotis (-). JVP tidak
meningkat.
Thoraks Paru -
Inspeksi
: Simetris, retraksi dinding dada (-/-)
-
Palpasi
: Vokal fremitus kiri = kanan
-
Perkusi
: Sonor pada kedua lapang paru, batas paru-hepar setinggi ICS 6
midclavikularis dextra -
Auskultasi
: Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
Inspeksi
: Iktus kordis terlihat pada ICS 5 midclavikula sinistra
Palpasi
: Iktus kordis teraba pada ICS 5 midclavikula sinistra
Perkusi
: Batas kanan jantung ICS 4, linea parasternalis dextra Batas kiri jantung ICS 4, linea midclavikularis sinistra
Auskultasi
: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop(-)
Abdomen -
Inspeksi
: Bentuk datar
-
Auskultasi
: BU (+) normal pada 4 kuadran
-
Perkusi
: Timpani pada seluruh abdomen, asites (-)
-
Palpasi
: Supel, nyeri tekan (-), nyeri epigastrium (+), hepar, lien,tidak teraba.
Ekstremitas -
Atas
: Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
-
Bawah
: Akral hangat, RCT < 2 detik, edema (-/-), sianosis (-/-)
IV. STATUS NEUROLOGIK
Keadaan umum
: tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: E4 V5 M6
Rangsang Meningeal Kaku Kuduk
:-
Laseque sign
: tidak terbatas
Kernig sign
: tidak terbatas
Brudzinki I/II/III
: -/-/-
Saraf Kranial o N.I (Olfaktorius) Daya Pembau
: Normosmia (+/+)
o N.II (Optikus )
Kanan
Kiri
Visus
6/6
6/6
Lapang Pandang
normal
normal
Funduskopi
tidak dilakukan
Papil Arteri; vena o N.III (Okulomotorius)
Kanan
Kiri
:
-
-
Atas
:
baik
/
baik
Bawah
:
baik
/
baik
Medial
:
baik
/
baik
Ptosis Gerakan Bola Mata
Pupil
:
bulat, isokor, Ø ODS 3 mm
Refleks cahaya langsung
:
+
/
+
Refleks cahaya tidak langsung
:
+
/
+
Akomodasi
:
baik
baik
Kanan
Kiri
o N.IV (Trokhlearis) Gerakan mata ke medial bawah :
o N.V (Trigeminus)
baik
/
Kanan
baik
Kiri
Menggigit
:
normal
Membuka Mulut
:
normal
Sensibilitas 5.1.(oftalmikus)
:
+
+
5.2.(maksilaris)
:
+
+
5.3 (mandibularis)
:
+
+
Reflek kornea
:
Refleks bersin
:
+ normal
o N.VI (ABDUSENS) Gerakan mata ke lateral
+
:
o N.VII (FASIALIS)
Kanan
Kiri
baik
baik
Kanan
Kiri
Kerutan kulit dahi
:
+
+
Menutup mata kuat
:
+
+
Mengangkat alis
:
normal
normal
Menyeringai
:
tertinggal
normal
Daya Kecap Lidah 2/3 depan
:
Kesan
: Parese N. VII dextra sentral
o N.VIII (Vestibulochoclearis)
normal
Kanan
Kiri
Tes Bisik
:
tidak dilakukan
Tes Rinne
:
tidak dilakukan
Tes Weber
:
tidak dilakukan
Tes Schwabach
:
tidak dilakukan
o N. IX (Glosofaringeus) dan N. X (Vagus) Arkus faring
: gerakan simetris
Daya kecap lidah 1/3 belakang : tidak dilakukan Uvula
: letak ditengah, gerakan simetris
Menelan
: Normal
Refleks muntah
: +/+
o N. XI (Aksesorius)
Kanan
Kiri
Memalingkan Kepala
:
baik
baik
Mengangkat Bahu
:
baik
baik
o N.XII (Hipoglosus) Sikap lidah
: Deviasi ke kanan
Atropi otot lidah
: (-)
Tremor lidah
: (-)
Fasikulasi lidah
: (-)
Kesan
: Parese N. XII dextra
Motorik Kekuatan Otot
Tonus
Atropi
3333
5555
4444
5555
(Hemiparasis dextra)
: Normal
Normal
Normal
Normal
-
-
-
-
:
Klonus Kaki
: -/-
Patella
: -/-
Sensorik Nyeri
: Ektremitas Atas
: hemihipalgesia dextra
Ekstremitas Bawah : hemihipalgesia dextra Raba
: Ektremitas Atas
: hipestesia dextra
Ekstremitas Bawah : hipestesia dextra Suhu
: tidak dilakukan
Fungsi Vegetatif Miksi
: baik
Defekasi
: baik
Keringat
: baik
Fungsi luhur MMSE
: tidak dilakukan
Reflek Fisiologis
Refleks Patologis
Reflek bisep
: ++/++
Babinski
: -/-
Reflek trisep
: ++/++
Chaddock
: -/-
Reflek brachioradialis : ++/++
Oppenheim
: -/-
Reflek patella
: ++/++
Gordon
: -/-
Reflek Achilles
: ++/++
PEMERIKSAAN PENUNJANG Tanggal 15 April 2018 Parameter Leukosit Eritrosit Hemoglobin Hematokrit MCV MCH MCHC Trombosit Granulosit% Lymfosit% Monosit%
Nilai Rujukan HEMATOLOGY 12,1 4.0 – 10.6 4,15 3.90 – 5.50 12,7 12.0 – 16.0 37,1 37.0 – 47.0 89,4 81 – 99 30,6 27 – 31 34,2 33 – 37 164 150 – 450 DIFFERENTIAL TELLING 48,8 50 – 70 44,8 20 – 40 Hasil
Satuan
10^3/uL 10^6/uL g/dL % fL Pg g/dL 10^3/uL % %
3 – 12
%
70 – 140
mg/dl
40 10 – 50 0,3 < 0.9 PROFIL LIPID 107 135-148 3.4 3.7-5.3 65 98-109 168 1 : Perdarahan otak < -1: Infark otak
Sensivitas : Untuk perdarahan: 89.3%. Untuk infark : 93.2%. Ketepatan diagnostik: 90.3%.
= 1 (Hipertensi) =0
Hasil : (2,5 x 0) + (2 x 0) + (2 x 0) + (0,1 x 80) – (3 x 1) - 12 = -7 Skor < - 1 : Stroke Non Perdarahan/Infark
Skor stroke Gadjah Mada Penurunan
Nyeri kepala
Babinski
Jenis stroke
+
+
+
Perdarahan
+
_
_
Perdarahan
_
+
_
Perdarahan
_
_
+
Iskemik
_
_
_
Iskemik
kesadaran
PENATALAKSANAAN UMUM STROKE
A. Penatalaksanaan di Ruang Gawat Darurat 1.
Evaluasi Cepat dan Diagnosis Oleh karena jendela terapi dalam pengobatan stroke akut sangat pendek, maka evaluasi
dan diagnosis harus dilakukan dengan cepat, sistematik, dan cermat (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B). Evaluasi gejala dan klinik stroke akut meliputi: a.
Anamnesis, terutama mengenai gejala awal, waktu awitan, aktivitas penderita saat serangan, gejala seperti nyeri kepala, mual, muntah, rasa berputar, kejang, cegukan (hiccup), gangguan visual, penurunan kesadaran, serta faktor risiko stroke (hipertensi, diabetes, dan lain-lain).1
b.
Pemeriksaan fisik, meliputi penilaian respirasi, sirkulasi, oksimetri, dan suhu tubuh. Pemeriksaan kepala dan leher (misalnya cedera kepala akibat jatuh saat kejang, bruit karotis, dan tanda-tanda distensi vena jugular pada gagal jantung kongestif). Pemeriksaan torak (jantung dan paru), abdomen, kulit dan ekstremitas.1
c.
Pemeriksaan neurologis dan skala stroke. Pemeriksaan neurologis terutama pemeriksaan saraf kranialis, rangsang selaput otak, sistem motorik, sikap dan cara jalan refleks,
d.
koordinasi, sensorik dan fungsi kognitif. Skala stroke yang dianjurkan saat ini adalah NIHSS (National Institutes of Health Stroke Scale) (AHA/ASA, Class 1, Level of evidence B).1
2.
Terapi Umum
a.
Stabilisasi Jalan Napas dan Pernapasan
Pemantauan secara terus menerus terhadap status neutologis, nadi, tekanan darah, suhu tubuh, dan Saturasi oksigen dianjurkan dalam 72 jam, pada pasien dengan defisit neurologis yang nyata (ESO, Class IV, GCP).2
Pembetian oksigen dianjurkan pada keadaan dengan saturasi oksigen < 95% (ESO, Class V, GCP).2
Perbaiki jalan nafas termasuk pemasangan pipa orofaring pada pasien yang tidak sadar. Berikan bantuan ventilasi pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran atau disfungsi bulbar dengan gangguan jalan napas (AHA/ASA, Class I, Level of evidence C).1
Terapi oksigen diberikan pada pasien hipoksia (AHA/ASA, Class I, Level of evidence C).1
Pasien stroke iskemik akut yang nonhipoksia tidak mernerlukan terapi oksigen (AHA/ASA, Class I, Level of evidence C).1
Intubasi ETT (Endo Tracheal Tube) atau LMA (Laryngeal Mask Airway) diperlukan pada pasien dengan hipoksia (p02 50 mmHg), atau syok, atau pada pasien yang berisiko untuk terjadi aspirasi.
Pipa endotrakeal diusahakan terpasang tidak lebih dari 2 minggu. Jika pipa terpasang lebih dari 2 rninggu, maka dianjurkan dilakukan trakeostomi.
b.
Stabilisasi Hemodinamik
Berikan cairan kristaloid atau koloid intravena (hindari pernberian cairan hipotonik seperti glukosa).
Dianjurkan pemasangan CVC (Central Venous Catheter), dengan tujuan untuk memantau kecukupan cairan dan sebagai sarana untuk rnemasukkan cairan dan nutrisi.
Usahakan CVC 5 -12 mmHg.
Optimalisasi tekanan darah (Iihat Bab V.A Penatalaksanaan Tekanan Darah pada Stroke Akut)
Bila tekanan darah sistolik 20 menit, diulangi setiap 4 - 6 jam
dengan target ≤ 310 mOsrn/L. (AHA/ASA, Class III, Level of evidence C). Osmolalitas sebaiknya diperiksa 2 kali dalam sehari selama pemberian osmoterapi. o vii.
Kalau perlu, berikan furosemide dengan dosis inisial 1 mg/kgBB i.v.
Intubasi untuk menjaga normoventilasi (pCO2 35 - 40 mmHg). Hiperventilasi mungkin diperlukan bila akan dilakukan tindakan operatif.
viii. Paralisis neuromuskular yang dikombinasi dengan sedasi yang adekuat dapat mengurangi naiknya TIK dengan cara mengurangi naiknya tekanan intratorakal dan tekanan vena akibat batuk, suction, bucking ventilator (AHA/ASA, Class III-IV, Level of evidence C). Agen nondepolarized seperti vencuronium atau pancuronium yang sedikit berefek pada histamine dan blok pada ganglion lebih baik digunakan (AHA/ASA, Class III-IV, Level of evidence C). Pasien dengan
kenaikan krtitis TIK sebaiknya diberikan relaksan otot sebelum suctioning atau lidokain sebagai alternative.3 ix. Kortikosteroid tidak direkomendasikan untuk mengatasi edema otak dan tekanan tinggi intracranial pada stroke iskemik, tetapi dapat diberikan kalau diyakini tidak ada kontraindikasi. (AHA/ASA, Class III, Level of evidence A).1 x. Drainase ventricular dianjurkan pada hidrosefalus akut akibat stroke iskemik serebelar (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B).1 xi. Tindakan bedah dekompresif pada keadaan iskemik sereberal yang menimbulkan efek masa, merupakan tindakan yang dapat menyelamatkan nyawa dan memberikan hasil yang baik. (AHA/ASA, Class I, Level of evidence B). e. Penanganan Transformasi Hemoragik Tidak ada anjuran khusus tentang terapi transformasi perdarahan asimptomatik (AHA/ASA, Class Ib, Level of evidence B).1 Terapi transformasi perdarahan simtomatik sama dengan terapi stroke perdarahan, antara lain dengan memperbaiki perfusi serebral dengan mengendalikan tekanan darah arterial secara hati-hati. f. Pengendalian Kejang
Bila kejang, berikan diazepam bolus lambat intravena 5-20mg dan diikuti oleh fenitoin, loading dose 15-20 mg/kg bolus dengan kecepatan maksimum 50 mg/menit.
Bila kejang belum teratasi, maka perlu dirawat di ICU.
Pemberian antikonvulsan profilaksis pada penderita stroke iskemik tanpa kejang tidak dianjurkan (AHA/ASA, Class III, Level of evidence C).1
Pada stroke perdarahan intraserebral, obat antikonvulsan profilaksis dapat diberikan selama 1 bulan, kemudian diturunkan, dan dihentikan bila tidak ada kejang selama pengobatan (AHA/ASA, Class V, Level of evidence C).3
g. Pengendalian Suhu Tubuh
Setiap pederita stroke yang disertai demam harus diobati dengan antipiretika dan diatasi penyebabnya (AHA/ASA, Class I, Level of evidence C).1
Berikan Asetaminofen 650 mg bila suhu lebih dari 38,5 oC (AHA/ASA Guideline)1 atau 37,5 oC (ESO Guideline).3
Pada pasien febris atau berisiko terjadi infeksi, harus dilakukan kultur dan hapusan (trakea, darah dan urin) dan diberikan antibiotik. Jika memakai kateter ventrikuler, analisa cairan serebrospinal harus dilakukan untuk mendeteksi meningitis.
Jika didapatkan meningitis, maka segera diikuti terapi antibiotic (AHA/ASA Guideline).3
h. Pemeriksaan Penunjang
EKG
Laboratorium (kimia darah, fungsi ginjal, hematologi, faal hemostasis, kadar gula darah, analisis urin, analisa gas darah, dan elektrolit)
Bila perlu pada kecurigaan perdarahan subaraknoid, lakukan punksi lumbal untuk pemeriksaan cairan serebrospinal
Pemeriksaan radiologi i.
Foto rontgen dada
ii.
CT Scan
B. Penatalaksanaan Umum di Ruang Rawat 1. Cairan a. Berikan cairan isotonis seperti 0,9% salin dengan tujuan menjaga euvolemi. Tekanan vena sentral dipertahankan antara 5-12 mmHg. b. Pada umumnya, kebutuhan cairan 30 ml/kgBB/hari (parenteral maupun enteral). c. Balans cairan diperhitungkan dengan mengukur produksi urin sehari ditambah dengan pengeluaran cairan yang tidak dirasakan (produksi urin sehari ditambah 500 ml untuk kehilangan cairan yang tidak tampak dan ditambah lagi 300 ml per derajat Celcius pada penderita panas).
d. Elektrolit (natrium, kalium, kalsium dan magnesium) harus selalu diperiksa dan diganti bila terjadi kekurangan sampai tercapai nilai normal. e. Asidosis dan alkalosis harus dikoreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah. f. Cairan yang hipotonik atau mengandung glukosa hendaklah dihindari kecuali pada keadaan hipoglikemia. 2. Nutrisi a. Nutrisi enteral paling lambat sudah harus diberikan dalam 48 jam, nutrisi oral hanya boleh diberikan setelah hasil tes fungsi menelan baik. b. Bila terdapat gangguan menelan atau kesadaran menurun makanan, nutrisi diberikan melalui pipa nasogastrik. c. Pada keadaan akut, kebutuhan kalori 25-30 kkal/kg/hari dengan komposisi:
Karbohidrat 30-40 % dari total kalori;
Lemak 20-35 % (pada gangguan nafas dapat lebih tinggi 35-55 %);
Protein 20-30% (pada keadaan stress kebutuhan protein 1.4-2.0 g/kgBB/hari (pada gangguan fungsi ginjal 6 minggu, pertimbangkan untuk gastrostomi. e. Pada keadaan tertentu yaitu pemberian nutrisi enteral tidak memungkinkan, dukungan nutrisi boleh diberikan secara parenteral. f. Perhatikan diit pasien yang tidak bertentangan dengan obat-obatan yang diberikan. Contohnya, hindarkan makanan yang banyak mengandung vitamin K pada pasien yang mendapat warfarin.4 3. Pencegahan dan Penanganan Komplikasi a. Mobilisasi dan penilaian dini untuk mencegah komplikasi subakut (aspirasi, malnutrisi, pneumonia, thrombosis vena dalam, emboli paru, dekubitus, komplikasi ortopedi dan kontraktur) perlu dilakukan (AHA/ASA, Level of evidence B and C).1
b. Berikan antibiotika atas indikasi dan usahakan sesuai dengan tes kultur dan sensitivitas kuman atau minimal terapi empiris sesuai dengan pola kuman (AHA/ASA, Level of evidence A).1 c. Pencegahan dekubitus dengan mobilisasi terbatas dan atau memakai kasur antidekubitus. d. Pencegahan thrombosis vena dalam dan emboli paru. e. Pada pasien tertentu yang beresiko menderita thrombosis vena dalam, heparin subkutan 5000 IU dua kali sehari atau LMWH atau heparinoid perlu diberikan (AHA/ASA, Level of evidence A).5 Resiko perdarahan sistemik dan perdarahan intraserebral perlu diperhatikan.6 Pada pasien imobilisasi yang tidak bias menerima antikoagulan, penggunaan stocking eksternal atau aspirin direkomendasikan untuk mencegah thrombosis vena dalam. (AHA/ASA, Level of evidence A and B).6 4. Penatalaksanaan Medis Lain a. Pemantauan kadar glukosa darah sangat diperlukan. Hiperglikemia (kadar glukosa darah >180 mg/dl) pada stroke akut harus diobati dengan titrasi insulin (AHA/ASA,Class I, Level of evidence C).1 Target yang harus dicapai adalah normoglikemia. Hipoglikemia berat (