Daftar Tilik Pelatihan OSCE 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PEMASANGAN SADAPAN ELEKTROKARDIOGRAFI Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1. 2.



3.



4.



Judul Keterampilan Pendahuluan



Pemasangan Sadapan Elektrokardiografi Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) merupakan salah satu pemeriksaan untuk melihat aktivitas listrik jantung. Pemeriksaan ini digunakan sebagai pemeriksaan skrining dan pemeriksaan penunjang untuk penegakan diagnosis kelainan jantung, sehingga penting untuk dikuasai oleh mahasiswa kedokteran. Sasaran Pembelajaran 1. Mampu melakukan pemasangan sadapan EKG Keterampilan pada orang normal 2. Menyiapkan PS untuk pemeriksaan EKG 3. Memasang elektroda dan kabel penghubung PS untuk pencatatan 12 sadapan rutin EKG 4. Menerapkan perilaku profesional Metode Pembelajaran 1. Sebelum KKD: a. Mahasiswa WAJIB mempelajari penuntun dan video simulasi pemasangan sadapan EKG yang diunggah melalui SCeLE b. Salah satu tutor akan memberikan kuliah pengantar mengenai pemasangan dan pembacaan EKG 2. KKD EKG 1 : a. PS Standar (PS) dalam pemeriksaan ini adalah mahasiswa dalam satu kelompok secara bergantian, diatur oleh kelompok masing-masing b. Setiap mahasiswa WAJIB mengenakan pakaian dengan kancing di depan (kemeja) c. Seorang mahasiswa ditunjuk untuk melakukan pemasangan sadapan EKG d. Mahasiswa melakukan langkah-langkah pemasangan sadapan EKG dengan bimbingan tutor. Tutor menunjukkan kekurangan dan kesalahan serta melakukan perbaikan dalam pemasangan sadapan EKG e. Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat f. Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan pemasangan sadapan EKG minimal 1 (satu) kali 3. KKD EKG 2:



5.



6.



7. 8. 9.



a. Setiap mahasiswa melakukan pemasangan sadapan EKG, tutor mengisi daftar tilik yang tersedia b. Tutor menilai daftar tilik untuk menetapkan bahwa mahasiswa mampu melakukan pemasangan sadapan EKG dengan baik dan benar c. Tutor menandatangani buku log mahasiswa yang mampu melakukan pemasangan sadapan EKG dengan baik benar Alat dan bahan yang 1. Elektroda lempeng untuk pergelangan kaki diperlukan dan tangan 2. Elektroda isap (suction electrode) 3. Kabel penghubung PS dan kabel penghubung tanah (grounding) 4. Gel elektrolit 5. Kapas dan alkohol 6. Tempat tidur 7. Tempat sampah 8. Cairan antiseptik pencuci tangan (hand rub) Rujukan  Bickley LS, Szilagyi PG. Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking, 11th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2013.  Departemen Fisiologi Kedokteran FKUI. Pedoman pemeriksaan elektrokardiografi. Jakarta: FKUI.  Ganong WF. Review of Medical Physiology, 22nd ed. New York: McGraw-Hill. 2005.  Pappano AJ, Wier WG. Cardiovascular Physiology: Mosby Physiology Monograph Series, 10th ed. Philadelphia: Mosby Elsevier. 2013. Daftar Tilik Terlampir PJ Keterampilan dr. Sophie Yolanda, MBiomed PJ KKD untuk dr. Nora Sutarina, SpKO keterampilan ini



Daftar Tilik Judul Keterampilan Nama Tutor



: Pemasangan Sadapan Elektrokardiografi : __________________________________



Hari/Tanggal Kelompok



: _______________________________ : _______________________________



Daftar Tilik* Tutor Assessment/Self Assessment/Peer Assessment No. 1.



2. 3.



4.



5.



Keterampilan MHS 1 Menyapa PS, membina hubungan, menjelaskan prosedur, meminta persetujuan PS, menginstruksikan PS berbaring di tempat tidur dengan telanjang dada Cuci tangan sesuai panduan WHO Membersihkan kulit dengan kapas alkohol di:  Kedua pergelangan tangan pada bagian yang datar  Kedua pergelengan kaki pada bagian yang datar  Bagian dada tempat pemasangan elektroda prekordial Membubuhkan gel elektrolit pada keenam elektroda hisap dan keempat elektroda lempeng ATAU pada kulit dada dan kedua pergelangan tangan dan kaki yang telah dibersihkan Memasang elektroda lempeng pada pergelangan tangan dan kaki dengan baik, pada bagian yang telah dibersihkan dan diberi jelly



MHS 2



MHS 3



MHS 4



MHS 5



MHS 6



MHS 7



MHS 8



MHS 9



MHS 10



6.



7.



8. 9.



Menentukan lokasi tempat pemasangan elektroda prekordial yang tepat di dada sambil memasang elektroda prekordial pada:  V1 – sela iga IV garis sternal kanan  V2 – sela iga IV garis sternal kiri  V3 – antara V2 dan V4  V4 – sela iga V garis midklavikula kiri  V5 – perpotongan garis horizontal melalui V4 – garis aksila anterior  V6 – perpotongan garis horizontal melalui V4 – garis aksila media Menghubungkan kabel penghubung PS dengan elektroda pergelangan tangan dan kaki yang sesuai:  Kabel merah – lengan kanan  Kabel kuning – lengan kiri  Kabel hijau – tungkai kiri  Kabel hitam – tungkai kanan Menghubungkan kabel penghubung PS dengan elektroda isap prekordial yang sesuai Membersihkan kembali dada OP



*beri tanda "v" bila mahasiswa melakukan; beri tanda "x" bila mahasiswa tidak melakukan Tanda Tangan Tutor (Nama Jelas dan Lengkap)



    1.   2.  



3.  



4.  



PANDUAN  DAN  DAFTAR  TILIK   TUTORIAL  MODUL  KETERAMPILAN  KLINIK  DASAR   KETERAMPILAN  PREKORDIAL  DAN  BUNYI  JANTUNG   Program  Studi  S1  Pendidikan  Dokter   Fakultas  Kedokteran  Universitas  Indonesia   Judul  Keterampilan   Pendahuluan  



Prekordial  dan  Bunyi  Jantung   Pemeriksaan   prekordial   merupakan   ketrampilan   yang   wajib   dimiliki   lulusan   dokter   (tingkat   keterampilan  4A  SKDI  2012).    Pemeriksaan  prekordial   meliputi   inspeksi,   palpasi,   perkusi,   dan   auskultasi   prekordial.   Selain   pemeriksaan   fisik   prekordial,   mahasiswa  juga  mempelajari  berbagai  bunyi  jantung.     Sasaran   Pembelajaran   • Mahasiswa   mampu   melakukan   inspeksi,   palpasi,   Keterampilan   perkusi,  dan  auskultasi  prekordial.     • Mahasiswa   mampu   mengenali   bunyi   jantung   normal   • Mahasiswa  mampu  mengenali  bunyi     o mitral  regurgitasi   o aorta  stenosis   o mitral  stenosis   o aorta  regurgitasi   o jantung  tiga   o jantung  empat   o mitral  valve  prolapse   Metode  Pembelajaran    



KKD-­‐1  2015/2016  



Sesi   tutorial   dilakukan   dalam   kelompok   kecil   dan   dipimpin   oleh   tutor.   Tutorial   pemeriksaan   fisik   prekordial   diadakan   dua   kali   masing-­‐masing   selama   120  menit.     Setiap   mahasiswa   mendapat   kesempatan   melakukan   pemeriksaan   fisik   prekordial   1   (satu)   kali   dan   bila   dinilai   telah   memiliki   ketrampilan   tersebut   akan   mendapat  tanda  tangan  pada  buku  log.     Pada  sesi  tutorial,  mahasiswa  laki-­‐laki  menjadi  pasien   yang   diperiksa   oleh   teman   lainnya,   mahasiswa   laki-­‐ laki   secara   bergiliran   menjadi   pasien.   Selama   pemeriksaan  fisik  prekordial,  pemeran  pasien  dalam   posisi  berbaring.   Setelah   sesi   tutorial   pemeriksaan   prekordial,   diadakan   satu   kali   sesi   tutorial   bunyi   jantung.   Bunyi   jantung   diperdengarkan   dengan   menggunakan   manekin.   Tutor   memberikan   penjelasan   tentang  



1  



bunyi  jantung  dan  cara  mengenalinya.     Alat   dan   bahan   yang   • Tempat  tidur   diperlukan   • Stetoskop     • Manekin  bunyi  jantung  (tutorial  bunyi  jantung)   • Daftar  tilik  



5.  



6.  



Rujukan    



7.   8.   9.  



Daftar  Tilik   PJ  Keterampilan   PJ   KKD   keterampilan  ini  



Bickley   LS   dan   Szilagyi   PG:   Bates’   guide   to   physical   examination   and   history   taking,   edisi   9,   2007,  Lippincott  Williams  and  Wilkins.   • Constant,  Jules:  Essentials  of  Bedside  Cardiology,   second  edition,  2003,  Humana  Press,  New  Jersey   • Bonow,   et   al:   Braunwald’s   heart   disease.   Ninth   edition,  2012,  Saunders  Elsevier   • Swartz   MH:   Textbook   of   Physical   Diagnosis:   history  and  examination,  edisi  5,  2006,  Saunders   Elsevier   • Lilly,  Leonard:  Pathophysiology  of  Heart  Disease,   Fifth   Edition,   2011,   Lippincott   Williams   and   Wilkins     • Suplemen   pemeriksaan   fisik   prekordial   modul   KKD  FKUI   Terlampir   dr.  Tri  Juli  Edi  Tarigan,  Sp.PD,  K-­‐EMD,  FINASIM   untuk   dr.  Tri  Juli  Edi  Tarigan,  Sp.PD,  K-­‐EMD,  FINASIM   •



 



KKD-­‐1  2015/2016  



2  



Daftar  Tilik   Judul  Keterampilan   Nama  Tutor    



:  Prekordial  dan  Bunyi  Jantung   Hari/Tanggal           :  ___________________________          Kelompok  



:  _______________________________   :  _______________________________  



Daftar  Tilik*  Tutor  Assessment/Self  Assessment/Peer  Assessment   No.   Keterampilan   1   Memperkenalkan   diri,   memberikan   informasi   tentang   pemeriksaan   yang   akan   dilakukan  dan  meminta  izin     2   Meminta   pasien   untuk   mengangkat/membuka   pakaian   sehingga   bagian   toraks   terpapar   dan   meminta   untuk   berbaring  posisi  supine    



MHS  1  



MHS  2  



MHS  3  



MHS  4  



MHS  5  



MHS  6  



MHS  7  



MHS  8  



MHS  9  



MHS  10  



Pemeriksaan  Inspeksi  Jantung   3   Inspeksi  letak  iktus  kordis  dan  menyebutkan   dengan  benar  letak  iktus  kordis   4   Inspeksi  habitus,  bentuk  dada,  dan  kelainan   yang  ditemukan   Pemeriksaan  Palpasi  Jantung   5   Melekatkan   seluruh   telapak   tangan   pada   dinding   toraks   pada   lokasi   iktus   kordis   dengan   gentle   dan   tekanan   yang   lembut,   serta   menyebutkan   letak   iktus   kordis   tersebut   6   Jika   iktus   kordis   tidak   dapat   diidentifikasi   dengan   posisi   supine,   pasien   diminta   untuk  



KKD-­‐1  2015/2016  



Iktus kordis ini adalah suatu denyutan sistolis yang dapat ditemukan pada area sela iga ke 5, sekitar 8 cm dari dari linea midsternalis kiri.



3  



mengangkat   lengan   kiri   lateral   dekubitus.   Palpasi   kembali   menggunakan   seluruh   telapak   tangan   dengan   tekanan   gentle   dan   lembut   7   Pada   palpasi   iktus   kordis,   identifikasi   pula   apakah   ada   thrill,   heaving,   lifting,   atau   tapping     Perkusi  Jantung   8   Dengan   posisi   supine,   perkusi   pada   linea   aksilaris   anterior   kiri   untuk   mencari   batas   paru   (sonor)   dengan   lambung   (timpani/redup)   9   Pada   posisi   2   jari   di   atas   batas   paru   dengan   lambung   dilakukan   perkusi   ke   medial   untuk   menentukan  batas  kiri  jantung  (redup)   10   Perkusi   pada   linea   parasternalis   kiri   ke   bawah   untuk   menentukan   pinggang   jantung   (redup)   11   Perkusi  pada  linea  midklavikula  kanan  untuk   mencari   batas   paru   (sonor)   dengan   hepar   (redup)   12   Pada   posisi   2   jari   di   atas   batas   paru   dengan   hati   dilakukan   perkusi   ke   medial   untuk   menentukan  batas  kanan  jantung  (redup)     Pemeriksaan  Auskultasi  Jantung   13   Melakukan   pemeriksaan   auskultasi   sambil   membandingkan   dengan   meraba   pulsasi   arteri  carotis     14   Auskultasi   pada   daerah   sela   iga   2   linea  



KKD-­‐1  2015/2016  



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



4  



parasternalis   kanan   untuk   mendengarkan   bunyi  katup  aorta   Auskultasi   pada   daerah   sela   iga   2   linea   parasternalis  kiri  untuk  mendengarkan  bunyi   katup  pulmonal   Auskultasi   pada   daerah   sela   iga   4-­‐5   linea   parasternalis  kiri  untuk  mendengarkan  bunyi   katup   trikuspid,   dibandingkan   waktu   inspirasi  dan  ekspirasi   Auskultasi   pada   daerah   sela   iga   4-­‐5   linea   midclavicula   kiri   untuk   mendengarkan   bunyi   katup  mitral   Melakukan   pemeriksaan   secara   sistematis   dan  menyenangkan   Setelah   pemeriksaan   selesai,   pasien   diminta   untuk   memakai   pakaian   kembali   dan   melaporkan   seluruh   hasil   pemeriksaan   prekordial   (inspeksi,   palpasi,   perkusi   dan   auskultasi)  



15  



16  



17  



18   19  



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



 



*beri  tanda  "v"  bila  mahasiswa  melakukan;  beri  tanda  "x"  bila  mahasiswa  tidak  melakukan                                



KKD-­‐1  2015/2016  



  Tanda  Tangan  Tutor   (Nama  Jelas  dan  Lengkap)  



5  



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PEMERIKSAAN THT DAN SWAB TENGGOROK Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



1. 2.



3.



4.



5.



Judul Keterampilan Pendahuluan



Pemeriksaan THT dan Swab Tenggorok Pemeriksaan fisik THT dan swab tenggorok merupakan keterampilan yang harus mampu dilakukan secara mandiri setelah lulus menjadi dokter (tingkat kemampuan 4A SKDI 2012) Pemeriksaan fisik THT dan swab tenggorok diajarkan di modul keterampilan klinik dasar (tahap akademik) untuk mempersiapkan mahasiswa sebelum masuk tahap klinik. Pada KURFAK 2012 FKUI, diadakan dua kali sesi KKD pemeriksaan THT dan swab tenggorok. Sasaran Pembelajaran Secara umum, mahasiswa mampu melakukan Keterampilan pemeriksaan fisik THT dan usap tenggorok Secara khusus, setelah mahasiswa mengikuti pemeriksaan fisik THT dan usap tenggorok, bila diberi pasien mahasiswa : 1. Mampu melakukan pemeriksaan telinga 2. Mampu melakukan pemeriksaan hidung 3. Mampu melakukan pengukuran tenggorok 4. Mampu melakukan tindakan usap tenggorok Metode Pembelajaran Pembelajaran diawali dengan kuliah pengantar. Selanjutnya sesi tutorial pemeriksaan fisik THT dan swab tenggorok dilakukan dalam 2 kali pertemuan, masing-masing dua jam dalam kelompok kecil mahasiswa yang dipimpin tutor. Setiap mahasiswa mendapat kesempatan latihan melakukan pemeriksaan fisik THT dan usap tenggorok 1 (satu) kali dan akan diulang 1 (satu) kali lagi pada pertemuan berikutnya. Pada pertemuan kedua, mahasisiwa yang dinilai telah memiliki ketrampilan tersebut akan mendapat tanda tangan tutor pada buku log. Pada sesi tutorial, setiap mahasiswa akan menjadi pasien yang diperiksa oleh mahasiswa lainnya secara bergiliran. Selama pemeriksaan fisik THT dan usap tenggorok, pasien dalam posisi duduk. Alat dan bahan yang Pemeriksaan Telinga : diperlukan 1. Lampu kepala 2. Otoskop Pemeriksaan Hidung : 1. Lampu kepala Pemeriksaan THT dan Swab Tenggorok 1|4



6.



Rujukan



7. 8. 9.



Daftar Tilik PJ Keterampilan PJ KKD keterampilan ini



2. Spekulum hidung Pemeriksaan tenggorok : 1. Lampu kepala 2. Spatula lidah Usap tenggorok : 1. Lampu kepala 2. Lidi kapas  Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok. Editor Efiaty Arsyad Soepardi dan Nurbaiti Iskandar edisi ke V , 2000.  Fundamental of Otolaryngology WB. Saunders Co, Asean Ed, 1989 Terlampir dr. Niken Lestari, SpTHT-KL untuk dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, K-EMD, FINASIM



Pemeriksaan THT dan Swab Tenggorok 2|4



Daftar Tilik Judul Keterampilan : Pemeriksaan THT dan Swab Tenggorok A. Pemeriksaan Telinga No.



Keterampilan



1 2



Pakai lampu kepala Duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien. Inspeksi telinga luar, daerah pre aurikuler dan retro aurikuler Palpasi telinga luar, daerah pre aurikuler dan retro aurikuler Pegang daun telinga, tarik ke arah posterior dan superior pada orang dewasa atau tarik ke arah posterior pada anak agar liang telinga lurus Inspeksi liang telinga. Inspeksi membran timpani. Perhatikan maleus, refleks cahaya dan pars tensa dan attic membran timpani. Pegang otoskop dengan tangan kanan seperti memegang pensil dan jari kelingking diletakkan diatas pipi kanan untuk melihat membran timpani kanan lebih jelas. Pegang otoskop dengan tangan kiri seperti memegang pensil dan jari kelingking diletakkan di atas pipi kiri untuk melihat membran timpani kiri lebih jelas. Inpeksi pergerakan membran timpani pada saat pasien meniup dengan hidung dan mulut tertutup (Valsava manuver) untuk menilai patensi tuba eustachius.



3 4 5 6 7 8



9 10



B. Pemeriksaan Hidung No.



1 2



Keterampilan



Pakai lampu kepala Duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien. Inspeksi hidung luar dari arah depan dan samping. Palpasi hidung luar dan daerah wajah sesuai dengan sinus frontal, etmoid dan maksila Inspeksi vestibulum dan nares anterior dengan menekan ke arah atas tip of the nose dengan ibu jari kiri Pegang spekulum hidung dengan tangan kiri. Masukkan bilah spekulum hidung ke dalam rongga hidung. Buka bilah spekulum hidung ke arah ala nasi dan jangan menekan septum. Inspeksi septum, konka inferior, konka media, meatus inferior dan meatus medius. Keluarkan bilah spekulum hidung dari dalam rongga hidung pada posisi terbuka.



3 4 5 6 7



8



C. Pemeriksaan Tenggorok No.



1 2 3 4



Keterampilan



Pakai lampu kepala Duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien. Pasien diminta membuka mulut. Inspeksi lidah, mukosa pipi, palatum durum, palatum mole, uvula dan arkus faring. Tekan lidah pada 2/3 bagian anterior. Inspeksi tonsil dan dinding faring posterior. Pemeriksaan THT dan Swab Tenggorok 3|4



D. Usap Tenggorok No.



1 2 3 4 5 6



Keterampilan



Pakai lampu kepala Duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien. Lidah ditekan pada 2/3 anterior dengan spatula lidah menggunakan tangan kiri Tangan kanan memegang lidi kapas steril Lidi kapas diusapkan ke daerah dinding faring posterior atau tonsil kanan dan kiri Lidi kapas dimasukkan ke dalam media transport.



Pemeriksaan THT dan Swab Tenggorok 4|4



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN VISUS & FUNDUSKOPI Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



1. 2.



Judul Keterampilan Pendahuluan



3.



Sasaran Pembelajaran Keterampilan



4.



Metode Pembelajaran



5.



6.



Visus dan Funduskopi Pemeriksaan visus adalah salah satu pemeriksaan dasar dalam oftalmologi. Dalam menilai gangguan tajam penglihatan, perlu dibedakan apakah gangguan terjadi karena refraksi atau organik. Pemeriksaan funduskopi dengan menggunakan oftalmoskopi direk adalah salah satu pemeriksaan yang harus dapat dilakukan oleh dokter umum (tingkat keterampilan 4A pada SKDI 2012). Pemeriksaan ini sangat berguna dalam melakukan skrining beberapa penyakit seperti retinopati hipertensi, diabetik dan glaukoma Setelah mengikuti kegiatan ini, peserta dapat melakukan pemeriksaan tajam penglihatan (visus) & Funduskopi dengan langkah-langkah yang baik dan melaporkan hasil pemeriksaan.



Pembelajaran diawali dengan kuliah pengantar pemeriksaan mata. Selanjutnya sesi tutorial pemeriksaan visus dilakukan dalam 2 kali pertemuan masing-masing dua jam bersamaan dengan tutorial pemeriksaan funduskopi. Pada sesi tutorial, tutor menjelaskan peralatan yang digunakan, langkah-langkah pemeriksaan tajam penglihatan. Setelah itu peserta mempraktekkan di bawah supervisi tutor sesuai dengan daftar tilik yang disediakan Alat dan bahan  Video pemeriksaan tajam penglihatan yang diperlukan  Snellen chart atau proyektor  Kartu Jaegger  Trial lens yang memiliki pin-hole  Trial frame  Senter  Penggaris  Tisu  Daftar tilik  Video pemeriksaan funduskopi  Oftalmoskop direk  Tetes mata tropikamid 0,5% (Midriatyl®) Rujukan 1. American Academy of Ophthalmology Preferred Practice Patterns Committee. Preferred Practice Pattern Guidelines. Comprehensive Adult Medical Eye Evaluation. Available at http://one.aao.org/CE/PracticeGuidelines/PPP_Content.aspx?



Visus dan Funduskopi 1|4



7. 8. 9.



cid=64e9df91-dd10-4317-8142-6a87eee7f517. Accessed February 26, 2013. 2. Colenbrander A. Measuring vision and vision loss. In: Tasman W, Jaeger EA, eds. Duane's Ophthalmology. 2013 ed. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2012:vol 5, chap 51. 3. Miller D, Schor P, Magnante P. Optics of the normal eye. In: Yanoff M, Duker JS, eds. Ophthalmology. 3rd ed. Philadelphia, PA: Elsevier Mosby; 2008:chap 2.6 4. Nover A. The ocular fundus: methods of examination and typical findings. Trans. FC Blodi. 4th ed. Philadelphia: Lea and Febiger, 1981 5. Chung KD, Wtatzke RC. A simple device for teaching direct ophthalmoscopy to primary care practitioners. Am J Ophthalmol. 2004;138(3):501-502 Daftar Tilik Terlampir PJ Keterampilan dr. Lukman Edwar, SpM(K) PJ KKD untuk dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, K-EMD, FINASIM keterampilan ini



Visus dan Funduskopi 2|4



Daftar Tilik Judul Keterampilan : Visus dan Funduskopi Daftar Tilik* Tutor Assessment/Self Assessment/Peer Assessment A. Visus No.



1. 2. 3. 4. 5.



6.



7.



8. 9.



10.



11.



12. 13.



Keterampilan



Memperkenalkan diri Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan Mencuci tangan Memeriksa mata kanan dengan cara (pilih salah satu)  menyuruh pasien menutup mata kiri dengan telapak tangan  memasang okluder pada trial frame di mata kiri  menghalangi penglihatan mata kiri dengan kertas bila pasien memaka kaca mata Meminta pasien menyebutkan angka/huruf yang ditunjukkan pada kartu Snellen atau proyektor, mulai dari objek terbesar sampai terkecil yang masih bisa dibaca (ket. dianggap dapat membaca 1 baris bila >50% angka/huruf pada baris tersebut yang dapat dibaca) Apabila pasien tidak bisa membaca huruf terbesar pada kartu Snellen, maka pasien diminta menghitung jari (1, 2 atau 5 jari) mulai dari jarak 1 meter, 2 meter hingga posisi huruf terbesar pada kartu Snellen Apabila visus tidak mencapai 6/6 dilakukan pemeriksaan pin-hole, mulai dari baris terakhir yang masih dapat dibaca sampai baris terkecil yang masih dapat dibaca Memeriksa mata kiri dengan cara (pilih salah satu)  menyuruh pasien menutup mata kanan  memasang okluder pada trial frame di mata kanan  menghalangi penglihatan mata kanan dengan kertas bila pasien memaka kaca mata Apabila pasien tidak bisa membaca huruf terbesar pada kartu Snellen, maka pasien diminta menghitung jari (1, 2 atau 5 jari) mulai dari jarak 1 meter, 2 meter hingga posisi huruf terbesar pada kartu Snellen Meminta pasien menyebutkan angka/huruf yang ditunjukkan pada kartu Snellen atau proyektor, mulai dari objek terbesar sampai terkecil yang masih bisa dibaca (ket. dianggap dapat membaca 1 baris bila >50% angka/huruf pada baris tersebut yang dapat dibaca) Apabila visus tidak mencapai 6/6 dilakukan pemeriksaan pin-hole, mulai dari baris terakhir yang masih dapat dibaca sampai baris terkecil yang masih dapat dibaca Mencatat hasil pemeriksaan di lembar yang telah disediakan - Tajam penglihatan mata /AVOD ……….



Visus dan Funduskopi 3|4



B. Funduskopi No.



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



Keterampilan



Memperkenalkan diri Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan Mencuci tangan Menyuruh pasien melihat ke satu titik jauh di dinding arah depan Melakukan pengaturan kekuatan dioptri dan lebar celah oftalmoskop Melakukan pemeriksaan mata kanan dengan mata kanan dan oftalmoskop dipegang dengan tangan kanan Meletakkan tangan kanan ke dahi atau bahu pasien sebagai fiksasi Melakukan pemeriksaan mata kiri dengan mata kiri dan oftalmoskop dipegang dengan tangan kiri Meletakkan tangan kanan ke dahi atau bahu pasien sebagai fiksasi Melaporkan dan menuliskan deskripsi hasil pemeriksaaan fundus mata kanan dan mata kiri meliputi: papil (bentuk, batas dan rasio cup-disc) rasio arteri/vena retina refleks makula



Visus dan Funduskopi 4|4



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN TES PENDENGARAN Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



1. 2.



3.



4.



Judul Keterampilan Pendahuluan



Tes Pendengaran Pemeriksaan fisik Tes Pendengaran merupakan keterampilan yang harus mampu dilakukan secara mandiri setelah lulus menjadi dokter (tingkat kemampuan 4A SKDI 2012) Pemeriksaan fisik Tes Pendengaran diajarkan di modul keterampilan klinik dasar (tahap akademik) untuk mempersiapkan mahasiswa sebelum masuk tahap klinik. Pada KURFAK 2012 FKUI, diadakan dua kali sesi KKD pemeriksaan Tes Pendengaran. Sasaran Pembelajaran Secara umum, mahasiswa mampu melakukan Keterampilan pemeriksaan pendengaran secara kualitatif dengan menggunakan garpu tala. Secara khusus, setelah mahasiswa mengikuti pemeriksaan pendengaran menggunakan garpu tala, bila diberi pasien mahasiswa : 1. Mampu melakukan pemeriksaan pendengaran secara kualitatif menggunakan garpu tala / Tes Pendengaran dengan frekuensi 512 Hz berupa tes Rinne. 2. Mampu melakukan pemeriksaan pendengaran secara kualitatif menggunakan garpu tala / Tes Pendengaran dengan frekuensi 512 Hz berupa tes Weber Mampu melakukan pemeriksaan pendengaran secara kualitatif menggunakan garpu tala / Tes Pendengaran dengan frekuensi 512 Hz berupa tes Schwabach Metode Pembelajaran Pembelajaran diawali dengan kuliah pengantar. Selanjutnya sesi tutorial dilakukan dalam 2 kali pertemuan masing-masing dua jam. Mahasiswa dibagi dalam kelompok kecil dan dipimpin oleh seorang tutor. Setiap mahasiswa mendapat kesempatan latihan melakukan tes Pendengaran 1 (satu) kali dan akan diulang 1 (satu) kali lagi pada pertemuan berikutnya. Pada pertemuan kedua , mahasisiwa yang dinilai telah memiliki ketrampilan tersebut akan mendapat tanda tangan pada buku log. Setiap mahasiswa akan menjadi pasien yang diperiksa oleh mahasiswa lainnya secara bergiliran. Selama Tes Pendengaran 1|3



5.



Alat dan diperlukan



bahan



6.



Rujukan



7. 8. 9.



Daftar Tilik PJ Keterampilan PJ KKD keterampilan ini



pemeriksaan tes Pendengaran, pasien dalam posisi duduk. yang 1. Garpu tala frekuensi 512 Hz 2. Daftar tilik  Buku Ajar Ilmu Penyakit Telinga, Hidung dan Tenggorok. Editor Efiaty Arsyad Soepardi dan Nurbaiti Iskandar , Jenny Bashirudin, Ratna Dwi Restuti, edisi ke VI , 2007  Hall & Colmans Diseases of The Ear, Nose and Throat. Burton M (Ed), V ed, Churchill Livingstone 2000: p13-15 Basic Otorhinolaryngology. A Step by Step Learning Guide. Probst R, Grevers G, Iro H (Ed)Stuttgart, Georg Thieme 2005 :p166-70 Terlampir dr. Niken Lestari, SpTHT-KL (K) untuk dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, K-EMD, FINASIM



Tes Pendengaran 2|3



Daftar Tilik Judul Keterampilan No.



:Tes Pendengaran



Keterampilan



Tes Pendengaran (Rinne) 1 Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien. 2 Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus dilakukan oleh pasien 3 Mengambil garpu tala 512 Hz, menggetarkan garpu tala tsb dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk tangan kiri 4 Meletakkan ujung garpu tala di prosesus mastoideus telinga yang diperiksa sampai pasien tidak mendengar bunyi lagi dg cara memberikan tanda (mengangkat tangan atau berbicara) 5 Meletakkan garputala di depan telinga yang diperiksa 2,5 cm dari liang telinga dan menanyakan apakah pasien masih mendengar bunyi atau tidak. 6 Kemudian sebaliknya menggetarkan pendengaran didepan telinga yang diperiksa 2,5cm dari liang telinga lebih dahulu. Bila tidak mendengar bunyi lagi, memberi tanda (dg mengangkat tangan atau berbicara) 7 Meletakkan ujung garpu tala di prosesus mastoideus telinga yang diperiksa dan menanyakan apakah pasien masih mendengar bunyi atau tidak. Bila masih mendengar bunyi, memberi tanda (dg mengangkat tangan atau berbicara ) Tes Pendengaran (Weber) 1 Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien. 2 Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus dilakukan oleh pasien. 3 Garpu tala digetarkan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk jari kiri, kemudian diletakkan di garis tengah kepala (verteks/dahi /pangkal hidung/dagu) atau di pertengahan gigi seri 4 Pasien memberi tanda dg cara mengangkat tangan atau memberi tahu bunyi terdengar lebih keras di telinga kiri/kanan atau bunyi sama kerasnya atau tidak dapat dibedakan ke arah telinga mana bunyi terdengar lebih keras Tes Pendengaran (Schwabach) 1 Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien dalam posisi kedua kaki tertutup di samping kiri atau kanan kaki pasien. 2 Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan apa yang harus dilakukan oleh pasien. 3 Garpu tala digetarkan dengan menggunakan ibu jari dan telunjuk jari tangan kiri 4 Garpu tala diletakkan di prosesus mastoideus telinga yang akan diperiksa sampai pasien tidak mendengar lagi bunyi dg cara memberi tanda (Mengangkat tangan atau berbicara). Tangkai pendengaran segera dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang sama (pendengaran pemeriksa harus normal) 5 Kemudian pendengaran digetarkan lagi dan diletakkan pd pros. Mastoideus pemeriksa lebih dahulu. Bila sudah tidak terdengar bunyi lagi, tangkai pendengaran segera dipindahkan ke pros.mastoideus pasien pada telinga yang sama.



Tes Pendengaran 3|3



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN KAMPIMETRI DAN TONOMETRI Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



1. 2.



3.



4.



5.



6.



Judul Keterampilan Pendahuluan



Kampimetri & Tonometri Pemeriksaan kampimetri atau pemeriksaan lapang pandang dapat menilai defek penglihatan sentral atau perifer yang dapat disebabkan oleh glaukoma, defisit neurologis sentral karena tumor atau gangguan vaskular (seperti stroke). Dalam tutorial ini, teknik yang digunakan adalah konfrontasi. Pemeriksaan tonometri diperlukan untuk mengukur tekanan intraokular. Dilakukan sebagai pemeriksaan dasar mata, skrining glaukoma dan menilai ada tidaknya komplikasi penyakit atau pengobatan yang dapat mempengaruhi tekanan intraokular Sasaran Pembelajaran Setelah mengikuti latihan ketrampilan ini, peserta Keterampilan diharapkan dapat melakukan kampimetri konfrontasi, melakukan pemeriksaan tekanan intraokular dengan tonometer Schiotz, melakukan konversi hasil pemeriksaan dalam satuan mmHg dengan langkahlangkah yang baik dan mengintepretasi hasil pemeriksaan Metode Pembelajaran Pembelajaran diawali dengan kuliah pengantar pemeriksaan mata. Selanjutnya sesi tutorial tonometri dilakukan dalam 2 kali pertemuan masing-masing dua jam bersamaan antara tonometri dan kampimetri. Pada sesi tutorial, Tutor menjelaskan peralatan yang digunakan, membersihkan, merakit dan membongkar tonometer Schiotz, langkah-langkah pemeriksaan (termasuk menera), dan mengkonversi hasil pemeriksaan. Setelah itu peserta mempraktekkan di bawah supervisi tutor sesuai dengan daftar tilik. Alat dan bahan yang  Set tonometer Schiotz diperlukan  Swab alkohol  Tetes mata Pantocain  Tetes mata Antibiotika  Tempat tidur  Tisu  Daftar tilik Rujukan  American Academy of Ophthalmology. Basic and Clinical Science Course Section 10: Glaucoma: American Academy of Ophthalmology, 2008



Kampimetri & Tonometri 1|4







7. 8. 9.



Daftar Tilik PJ Keterampilan PJ KKD keterampilan ini



Stamper R. A History of Intraocular Pressure and its Measurement. Optom Vis Sci 2011; 88(1): E1628  Budenz DL. Visual field testing in glaucoma. In: Yanoff M, Duker JS, eds. Ophthalmology. 3rd ed. Philadelphia, PA: Elsevier Mosby; 2008:chap 10.5  Skarf B, Glaser JS, Trick GL. Neuroophthalmologic examination: the visual sensory system. In: Tasman W, Jaeger EA, eds. Duane’s Ophthalmology. 2013 ed. Philadelphia, PA: Lippincott Williams & Wilkins; 2012:vol 2, chap 2 Terlampir dr. Lukman Edwar, SpM(K) untuk dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, K-EMD, FINASIM



Kampimetri & Tonometri 2|4



Daftar Tilik Judul Keterampilan A. Kampimetri



: Kampimetri & Tonometri



No.



Keterampilan



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Memperkenalkan diri Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan Meminta ijin Mencuci tangan Mempersilahkan pasien duduk ditempat yang telah disediakan Mahasiswa mengambil posisi tepat di depan pasien dalam jarak 1 meter Mahasiswa menyuruh pasien menutup mata kirinya, sedangkan pemeriksa menutup mata kanannya dan menggunakan mata kirinya sebagai acuan pemeriksaan Mahasiswa menyuruh pasien berfiksasi pada mata kirinya dan menyebut jumlah jari (1,2,5) yang diacungkan pemeriksa dalam jarak 60 cm dari pemeriksa pada 4 arah (superior, temporal, inferior dan nasal) Masing-masing kuadran diperiksa sebanyak 2 kali. Mahasiswa menyuruh pasien menutup mata kanannya, sedangkan pemeriksa menutup mata kirinya dan menggunakan mata kanannya sebagai acuan pemeriksaan Mahasiswa menyuruh pasien berfiksasi pada mata kanannya dan menyebut jumlah jari (1,2,5) yang diacungkan pemeriksa dalam jarak 60 cm dari pemeriksa pada 4 arah (superior, temporal, inferior dan nasal) Masing-masing kuadran diperiksa sebanyak 2 kali Membuat laporan (tanda + bila pasien dapat melihat di kuadran tersebut; tanda – bila pasien tidak dapat melihat di kuadran tersebut



8.



9. 10.



11.



12. 13.



Kampimetri & Tonometri 3|4



B. Tonometri No.



1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11.



12. 13. 14.



Keterampilan



Memperkenalkan diri Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan Meminta ijin Mencuci tangan Mempersilahkan pasien tidur terlentang atau setengah duduk di tempat yang telah disediakan Simulasi meneteskan anestesi topikal pada mata yang akan diperiksa dengan Pantocain (proparacaine HCl 0.5%) Merakit & menera tonometer dengan beban 5.5 gram dan melakukan desinfeksi tip tonometer dengan swab alkohol dan membiarkannya kering Simulasi menyuruh pasien melihat lurus ke atas atau kearah ibu jari tangan yang diacungkan keatas Meletakkan tonometer pada kornea mata Membaca jarum penunjuk pada tonometer Bila jarum pada skala terbaca ≤ 3 maka gunakanlah beban 7,5 gram dan ulangi prosedur 9 dan 10, dan bila tetap ≤ 3, maka beban ditambahkan lagi menjadi 10 gram, ulangi lagi prosedur 9 dan 10 Simulasi memberikan tetes mata antibiotik pada mata yang diperiksa Simulasi memberikan tetes mata antibiotik pada mata yang diperiksa Mencatat hasil pemeriksaan dalam satuan mm Hg dengan merujuk tabel konversi tonometer Schiotz



Kampimetri & Tonometri 4|4



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGI 1 (Pemeriksaan Kesadaran, Tanda Rangsang Meningeal & Saraf Kranial) Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1. 2.



3. 4. 5. 6.



7. 8. 9.



Judul Keterampilan



Pemeriksaan Fisik Neurologi 1 (Pemeriksaan Kesadaran, TRM & Kranial) Pendahuluan Pada pemeriksaan fisik neurologi 1 mahasiswa akan mempelajari dan melakukan pemeriksaan untuk mengetahui tingkat kesadaran berdasarkan pemeriksaan Glasgow Coma Scale (GCS), tanda rangsang meningeal, dan fungsi saraf kranialis. Pemeriksaan tingkat kesadaran sangatlah penting untuk mengevaluasi kesadaran seseorang akibat gangguan fungsi otak akibat proses yang terjadi intrakranial maupun penyebab ekstrakranial. Pemeriksaan dilanjutkan dengan pemeriksaan tanda rangsang meningeal yang dilakukan untuk mengetahui tanda iritasi meningeal dengan melakukan pemeriksaan kaku kuduk, Brudzinsky Neck Sign dan Brudzinsky Contralateral Reflex Sign, tanda Laseque dan tanda Kerniq. Pemeriksaan selanjutnya berupa pemeriksaan fungsi saraf kranial yaitu N II, III, IV, V, VI, VII, IX, X, XI, XII. Untuk pemeriksaan N VIII akan diberikan pada modul lain yaitu penginderaan. Pemeriksaan saraf kranial ini sangat penting untuk mengetahui dan mengenal adanya kelumpuhan saraf kranial yang terjadi pada pasien Sasaran Pembelajaran Mahasiswa mengetahui dan dapat melakukan Keterampilan pemeriksaan status kesadaran, tanda rangsang meningeal, dan fungsi saraf kranialis Metode Pembelajaran Pemberian materi secara lisan dan praktek melakukan ketrampilan ke Pasien Standard (PS) Alat dan bahan yang Penlight (2 buah), kapas, dan spatula lidah disposible, diperlukan tusuk gigi. Rujukan Buku Pemeriksaan Klinis Neurologi Praktis (Umum), 2018 – Kolegium Neurologi Indonesia William W Campbell. De Jong’s The Neurologic Examination. 2012 Daftar Tilik Terlampir PJ Keterampilan dr. Taufik Mesiano, SpS(K) PJ KKD untuk Dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, K-EMD, FINASIM keterampilan ini



Daftar Tilik Judul Keterampilan Nama Tutor



: Pemeriksaan Fisik Neurologi 1 (Pemeriksaan Kesadaran, TRM & N.Kranial) Hari/Tanggal :________________ : __________________________________ Kelompok : ________________



Daftar Tilik* Tutor Assessment/Self Assessment/Peer Assessment No. Keterampilan 1



MHS 1 MHS 2



Memperkenalkan diri, dan memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin PEMERIKSAAN KESADARAN Glasgow Coma Scale (GCS) Kemampuan membuka kelopak mata (Eye/E) 2 Pemeriksa menilai kemampuan membuka mata pasien secara spontan (E4) 3 Bila pasien tidak dapat membuka mata secara spontan, tetapi membuka mata dengan rangsang suara (memanggil nama pasien dan meminta membuka mata) → E3 4 Apabila tidak respon dengan rangsang suara berikan rangsang nyeri pada kuku (nail tip) jari tangan selama maksimal 10 detik. Rangsang nyeri diberikan dengan intensitas bertahap dari rendah hingga tinggi. Jika pasien membuka mata → E2



MHS 3



MHS 4



MHS 5



MHS 6



MHS 7



MHS 8



MHS 9 MHS 10



5



Apabila dengan rangsang nyeri tersebut tetap tidak membuka mata → E1 Pasien yang tidak dapat membuka mata misal karena edema palpebra atau trauma wajah, komponen E tidak dapat diperiksa secara akurat → NT (not testable) Respons motorik (M) 6 Pemeriksa menilai respons motorik dengan meminta pasien melakukan dua gerakan berurutan (two-step action), yaitu menggenggam dan melepaskan tangan pemeriksa. Pada pasien dengan kelumpuhan ekstremitas dengan meminta pasien membuka mulut dan menjulurkan lidahnya. Bila dapat melakukan gerakan sesuai perintah → M6 7 Bila tidak dapat mengikuti perintah, berikan rangsang nyeri dengan mencubit otot trapezius. Tangan kiri pemeriksa diletakkan pada bahu kanan pasien. Ibu jari berada di sisi anterior dan keempat jari lainnya di posterior bahu, kemudian berikan tekanan pada otot trapezius di atas tulang klavikula selama maksimal 10 detik dengan intensitas nyeri bertahap hingga muncul respon motorik terbaik. Jika belum ada respons motorik pemeriksa dapat memberikan



rangsang nyeri pada takik supraorbita maksimal 10 detik dengan intensitas bertahap. Jika belum ada repons motorik, dapat diberikan rangsang nyeri di sternum. Jika pasien dapat melokalisasi nyeri dengan menggerakkan tangannya melewati klavikula → M5 8 Jika dengan rangsang nyeri pasien dapat menggerakkan siku (gerakan fleksi cepat) tetapi tidak melewai klavikula dan mejauhkan lengan dari tubuh (fleksi normal) → M4 Bentuk fleksi normal bisa bervariasi 9 Jika dengan rangsang nyeri terjai gerakan fleksi abnormal: dekortikasi, gerakan fleksi siku terjadi dengan lambat. Gerakan fleksi ini disertai rotasi lengan bawah, ibu jari mengepal, dan ekstensi dorsum pedis. Bentuk gerakannya juga akan tetap sama jika pemeriksaan diulang-ulang (stereotipik). → M3 10 Jika dengan rangsang nyeri respons berupa ekstensi ekstensi lengan → M2 11 Tak ada gerakan yang terlihat dari pasien walaupun dengan rangsang nyeri yang cukup kuat →M1 Pasien dengan keterbatasan motorik misal dalam pengaruh pelumpuh otot →M not testable. Respons Verbal (V) 12 Pemeriksa menilai kemampuan berbicara, menanyakan nama pasien,



tempat saat ini berada dan waktu saat ini. Jika pasien mampu menjawab dengan benar → V5 13 Jika pasien masih dapat menjawab pertanyaan namun orientasi terhadap orang, tempat atau waktu terganggu → V4 14 Apabila pasien tidak menanggapi pembicaraan pemeriksa (inapropriate words) , atau hanya mengucapkan dalam bentuk kata bila diberi rangsang nyeri → V3 15 Apabila pasien hanya merintih/ mengerang jika diberi rangsang nyeri → V2 16 Jika sama sekali tidak ada respons verbal dengan rangsang nyeri → V1 Pasien dengan keterbatasan verbal misal dengan trakeostomi → V not testable Rangsang nyeri pada komponen V sama seperti pada komponen M 17 Pemeriksa menjumlahkan total skor yang didapat dari hasil respon penderita dengan nilai tertinggi 15 dan skor terendah 3 PEMERIKSAAN TANDA RANGSANG MENINGEAL 18 Pasien diminta berbaring terlentang tanpa bantal 19 Pemeriksa meletakkan tangan kirinya pada bagian belakang kepala pasien. Tangan kanan pemeriksa menahan dada pasien 20 Leher pasien kemudian difleksikan ke arah dada



21 22



23



24 25 26



27



Pemeriksa merasakan ada atau tidaknya tahanan (Kaku kuduk) Saat melakukan memfleksikan leher pasien diamati adanya fleksi pada sendi panggul dan lutut kedua tungkai (Brudzinski Neck Sign ) Apabila didapatkan kaku kuduk lakukan pemeriksaan untuk menyingkirkan adanya kaku leher pada pasien dengan cara merotasikan leher atau mengangkat bahu pasien Melakukan fleksi pada sendi panggul, dengan posisi tungkai lurus atau ekstensi (Lasegue) Bila timbul nyeri atau tahanan pada saat melakukan fleksi < 700 → Lasegue positif Melakukan fleksi pada sendi panggul 90o, dengan posisi fleksi pada sendi lutut, setelah tungkai atas dalam posisi vertikal, melakukan ekstensi pada sendi lutut (Kernig). Bila ekstensi tidak mencapai sudut < 135 o → Kernigue positif Pemeriksa memfleksikan sendi panggul dan lutut salah satu tungkai pasien. Perhatikan fleksi dari sendi panggul dan lutut tungkai kontralateral → Brudzinski Contralateral Reflex Sign



PEMERIKSAAN NERVUS III, IV, VI Pupil 28. Meminta pasien memandang lurus jauh ke depan. Pemeriksa melakukan inspeksi terhadap bentuk, posisi,



kesimetrisan, dan ukuran pupil pasien (dengan menggunakan cahaya senter dari bawah ke arah hidung) 29. Berikan cahaya dengan senter dari bawah ke arah hidung (terang cahaya cukup untuk menilai pupil). Ukur besar pupil pasien kiri dan kanan. Bentuk pupil, kesamaan kiri dan kanan, posisi pupil, dan reflek cahaya. 30. Pemeriksaan refleks cahaya langsung. Pasien diminta melihat jauh ke depan. Pemeriksa menyorotkan cahaya ke arah pupil dan mengamati perubahan diameter pupil yang terjadi. 31. Pemeriksaan refleks cahaya tidak langsung. Pemeriksa mengamati perubahan diameter pupil pada mata yang tidak disorot cahaya ketika mata lainnya masih mendapat sorotan cahaya langsung. 32. Pemeriksaan refleks akomodasi. Pemeriksa menggerakkan jari telunjuknya dari jarak yang agak jauh dari wajah pasien mendekat ke arah wajah pasien. Pasien diminta mengikuti gerakan jari pemeriksa tersebut. Perhatikan perubahan ukuran pupil yang terjadi (respons normal pupil akan miosis) Gerakan Bola Mata 33. Pemeriksa melakukan inspeksi posisi bola mata (perhatikan apakah kedudukan bola mata simetris) 34. Pasien diminta mengikuti gerakan jari pemeriksa yang digerakkan



mengikuti bentuk huruf H serta ke arah atas dan bawah. Pemeriksa mengamati ada tidaknya hambatan gerakan bola mata selama pasien mengikuti gerakan jari pemeriksa. 35. Pemeriksaan konvergensi. Pemeriksa menggerakkan jari telunjuknya dari jarak yang agak jauh dari wajah pasien mendekat ke arah wajah pasien. Pasien diminta mengikuti gerakan jari pemeriksa tersebut. Perhatikan gerakan konvergensi kedua mata pasien (pemeriksaan ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan akomodasi) Kelopak mata 36. Pemeriksa mengukur lebar celah mata (fisura palpebralis) kanan dan kiri 37. Lihat apakah ada ptosis, enoftalmus, blefarospasme, eksoftalmus, proptosis dll. 38. Pasien diminta untuk melakukan gerakan menutup dan membuka mata tanpa disertai tahanan dan pemeriksa mengamati ada tidaknya ptosis selama pemeriksaan PEMERIKSAAN N. V Pemeriksaan sensorik N. Trigeminus 39 Pasien dijelaskan terlebih dahulu prosedur yang akan dikerjakan 40 Pasien diminta untuk menutup matanya



41



Berikan rangsangan raba atau nyeri pada setiap distribusi sensorik cabang N.V oftalmikus (dahi), maksilaris (rahang atas, sudut nasolabialis), dan mandibularis (area dagu di bawah bibir) sisi kanan dan kiri wajah. Untuk sensasi raba dapat menggunakan kapas dan sensasi nyeri menggunakan tusuk gigi 42 Tanyakan kepada pasien “Apakah sensasi pada kedua sisi wajah sama?” 43 Pemeriksa menyimpulkan hasil pemeriksaan Pemeriksaan refleks kornea 44 Pemeriksa berdiri di samping atau belakang pasien 45 Sentuhlah kornea mata pasien dengan kapas dari arah lateral. Respon normal berupa kedipan pada kedua mata. 46 Pemeriksa menyimpulkan hasil pemeriksaannya Pemeriksaaan motorik N. Trigeminus 47 Pemeriksa meraba otot maseter dan pterigoid bilateral 48 Pasien diminta untuk menggigit atau mengunyah. Rasakan kontraksi otot tersebut dan bandingkan kiri dan kanan 49 Pasien diminta untuk membuka mulut, amati ada tidaknya deviasi rahang. Mintalah pasien menggerakkan rahang bawah ke arah depan dan belakang (maju



mundur) dan pemeriksa mengamati kesimetrisan rahang 50 Pasien diminta menggigit spatula lidah dengan gigi gerahamnya dengan sekuat mungkin kemudian pemeriksa mencoba menarik spatula lidah tersebut. 51 Bandingkan kekuatan kiri dan kanan. Bandingkan juga bekas gigitan pada spatula lidah antara geraham kanan dan kiri Pemeriksaan Nervus VII 52 Pemeriksa mengamati otot-otot wajah pasien pada keadaan istirahat dan saat berbicara. Pada saat inspeksi perlu diperhatikan kesimetrisan wajah, tonus otot, trofi otot maupun gerakan involunter. Diperhatikan juga kerutan dahi pada saat istirahat. 53 Pasien diminta mengerutkan dahinya. Amati kerutan dahi yang terlihat 54 Mintalah pasien untuk memejamkan mata sekuat mungkin. Perhatikan apakah kedua mata dapat tertutup rapat 55 Berikan tahanan pada m. Orbikularis okuli dengan mendorong area alis ke arah atas dengan jari telunjuk. Perhatikan kekuatan otot dan bandingkan kiri dan kanan 56 Mintalah pasien untuk tersenyum lebar, perhatikan kesimetrisan sudut bibir pasien dan sulkus nasolabialis.



57



Pasien diminta menggembungkan kedua pipinya. Pemeriksa menekan kedua pipi pasien dengan jari telunjuk secara bersamaan hingga udara keluar dari mulut pasien. Perhatikan apakah terdapat kebocoran udara pada salah satu sisi/ sudut mulut 58 Pasien diminta mengatupkan rahang atas dan bawah dan menarik sudut bibirnya untuk memunculkan m. platysma. PEMERIKSAAN NERVUS. IX DAN X Komponen motorik 59 Pasien diminta untuk membuka mulut. Lakukan inspeksi pada area palatum dan faring. Perhatikan apakah terdapat deviasi garis tengah palatum maupun uvula 60 Mintalah pasien untuk mengucapkan “aaaaaaaaah” Perhatikan lengkung palatum dan posisi uvula. Lidah pasien dapat ditekan dengan spatula lidah untuk visualisasi yang lebih baik Gag Refleks 61 Meminta pasien untuk membuka mulut. Pemeriksa memperhatikan lengkung langit-langit dan posisi uvula.Lidah pasien dapat ditekan dengan spatula lidah untuk visualisasi yang lebih baik 62 Sentuhlah bagian lateral orofaring, uvula, dasar lidah, dinding faring posterior atau palatum mole dengan



spatula lidah, stik aplikator, atau alat lain yang serupa 63 Perhatikan respons refleks muntah yang timbul. Pemeriksaan dilakukan pada kedua sisi PEMERIKSAAN NERVUS XI Muskulus Trapezius 64 Pemeriksa berdiri di belakang pasien. Amatilah leher, punggung dan bahu pasien. Diamati kesimetrisan, ukuran dan bentuk otot-ototnya. 65 Berikan tahanan dengan menekan kedua bahu pasien ke bawah dan mintalah pasien untuk mengangkat kedua bahunya ke atas dengan sekuat mungkin. 66 Bandingkan kekuatan bahu kiri dan kanan Muskulus Sternokleidomastoideus 67 Pasien diminta untuk menolehkan kepalanya ke satu sisi hingga maksimal 68 Pemeriksa berdiri di belakang pasien dan memberikan tahanan pada dagu pasien. Selanjutnya pasien diminta untuk menoleh kembali ke arah depan sambil melawan tahanan yang diberikan oleh pemeriksa. 69 Tangan pemeriksa lainnya melakukan palpasi pada otot sternokleidomastoideus Lakukan pemeriksaan pada kedua arah dan bandingkan kekuatan otot pasien



PEMERIKSAAN N.XII 70 Pasien diminta membuka mulutnya. Pemeriksa mengamati trofi, gerakan dan posisi lidah pasien 71 Mintalah pasien untuk menjulurkan lidahnya lurus ke depan. Perhatikan apakah lidah terdeviasi ke salah satu sisi, perhatikan juga apakah terdapat atrofi papil, fasikulasi ataupun tremor. 72 Pasien diminta menekan dinding dalam pipi dengan menggunakan ujung lidah, lalu melawan tekanan yang diberikan pemeriksa dari sisi luar pipi dengan jari atau spatula lidah. Bandingkan kekuatan motorik lidah sisi kanan dan sisi kiri.



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK NEUROLOGI 2 (MOTORIK, TONUS, REFLEK) Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1. 2.



3.



4. 5.



Judul Keterampilan



Pemeriksaan Fisik Neurologi 2 (Motorik, Tonus, Reflek) Pendahuluan Salah satu pemeriksaan dari status neurologi yaitu pemeriksaan motorik dan Fungsi refleks baik fisiologis maupun patologis. Pemeriksaan motoric meliputi pemeriksaan kekuatan otototot fleksor dan ekstensor keempat ekstremitas tubuh yang dinilai ditiap persendian. Selain pemeriksaan kekuatan juga diperiksa tonus otot dan juga trofi dari otot. Setelah melakukan pemeriksaan motoric dilanjutkan dengan pemeriksaan refleks fisiologis biseps, triceps, Knee refleks, dan Achilles. Dengan dua pemeriksaan motoric dan refleks pada prakteknya nanti Mahasiswa dapat mengenail gejala kelumpuhan yang terjadi dan dapat mengetahui kelumpuhan yang terjadi apakah akibat kelainan upper motor neuron atau lower motor neuron. Sasaran Pembelajaran Mahasiswa mengetahui dan dapat melakukan Keterampilan pemeriksaan fungsi motorik terkait tonus, trofi, dan reflex fisiologis dan patologis secara baik dan benar. Metode Pembelajaran Pemberian materi secara lisan dan praktek melakukan ketrampilan ke Pasien Standard Alat dan bahan yang Hammer Refleks diperlukan



6.



Rujukan



7. 8. 9.



Daftar Tilik PJ Keterampilan PJ KKD keterampilan ini



Pemeriksaan Klinis Neurologi Praktis. 2017. Kolegium Neurologi Indonesia William W Campbell. De Jong’s The Neurologic Examination. 2012 Terlampir dr. Taufik Mesiano, SpS untuk dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, K-EMD, FINASIM



Daftar Tilik Judul Keterampilan Nama Tutor



: Pemeriksaan Fisik Neurologi 2 (Motorik, Tonus, Reflek) : __________________________________



Hari/Tanggal : _______________________________ Kelompok : _______________________________



Daftar Tilik* Tutor Assessment/Self Assessment/Peer Assessment No. Keterampilan 1 Memperkenalkan diri dan menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin PEMERIKSAAN MOTORIK Inspeksi 2 Pemeriksa melakukan inspeksi pada otot-otot pasien (wajah, bahu, ekstremitas). Pasien diminta menjulurkan kedua lengannya dalam posisi supinasi dan merapatkan kedua lengannya. Perhatikan otot-otot kedua lengan tersebut dari tangan hingga ke bahu. Perhatikan pula otot tenar, hipotenar dan interoseus pada bagian palmar. Jika diperlukan pemeriksa dapat melakukan pengukuran dan membandingkannya dengan otot kontralateral. Pemeriksaan juga dilakukan pada otot tungkai



MHS 1



MHS 2



MHS 3



MHS 4



MHS 5



MHS 6



MHS 7



MHS 8



MHS 9



MHS 10



Tonus Arm-Dropping Test 3 Pemeriksa memfleksikan lengan atas pasien hingga lengan pasien setinggi bahu 4 Lepaskan lengan pasien tersebut dan biarkan berayun 5 Perhatikan ayunan lengan pasien. Bila terdapat hipotonus lengan tersebut jatuh lebih cepat. Bila terdapat spastisitas, gerakan jatuh akan tertunda (lebih lambat) Wartenberg Pendulum test (Tes Pendulum Tungkai) 6 Pasien diminta duduk di tepi meja atau tempat tidur dengan tungkai rileks dan terjuntai 7 Pemeriksa mengekstensikan kedua tungkai pasien dengan tinggi yang sama kemudian melepaskannya atau mendorong kedua tungkai yang terjuntai tersebut ke belakang dengan tekanan yang setara 8 Perhatikan ayunan tungkai pasien. Pada kondisi normal tungkai akan berayun-ayun dan lama kelamaan akan berhenti setelah 6 sampai 7 osilasi.



Pemeriksaan Tonus Umum Ekstremitas Atas 9 Pemeriksa menggerakkan pergelangan tangan pasien secara pasif dengan gerakan fleksi, ekstensi dan rotasi 10 Gerakan dilakukan perlahan dan lama kelamaan menjadi cepat 11 Gerakan juga dilakukan pada sendi siku dan bahu 12 Rasakan ada tidaknya tahanan maupun rigiditas. Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi 13 Menentukan/menilai tonus otot (eutoni, hipotoni, spastis, rigid). Kekuatan Ekstremitas Atas 14 Meminta pasien dalam keadaan duduk atau tidur 15 Pasien diminta melakukan gerakan abduksi lengan atas hingga sejajar bahu. Pemeriksa memberikan tahanan dengan mendorong lengan pasien ke arah bawah dan pasien diminta menahan sekuat mungkin. Nilailah kekuatan otot pasien. Pemeriksaan juga dilakukan pada arah sebaliknya (aduksi lengan atas). Lakukan pada kedua sisi



16



17



18



Pasien diminta memfleksikan sendi sikunya dan melakukan gerakan aduksi. Pemeriksa memberikan tahanan dengan menarik pergelangan tangan pasien dan mintalah pasien untuk menahan sekuat mungkin. Nilailah kekuatan otot pasien. Pemeriksaan juga dilakukan pada arah sebaliknya (ekstensi siku) dan pada kedua sisi Pasien diminta mengepalkan dan mengekstensikan kepalan tangannya. Pemeriksa memberikan tahanaan pada kepalan tangan pasien dengan mendorongnya ke arah yang berlawanan. Mintalah pasien untuk menahan sekuat mungkin. Nilailah kekuatan otot pasien. Pemeriksaan juga dilakukan untuk arah gerakan sebaliknya (fleksi pergelangan tangan) dan pada kedua sisi Pasien diminta mengekstensikan jari-jari tangannya. Pemeriksa memfiksasi dengan menggenggam pergelangan tangan pasien dengan tangan kirinya. Berikan tahanan



dengan mendorong jari-jari tangan pasien ke bawah dan mintalah pasien untuk menahan sekuat mungkin. Nilailah kekuatan otot pasien. Pemeriksaan juga dilakukan dengan arah gerakan sebaliknya (fleksi jari-jari tangan). Lakukan pada kedua sisi Kekuatan Ekstremitas Bawah 19 Meminta pasien dalam keadaan duduk atau tidur 20 Pasien diminta untuk memfleksikan tungkainya pada sendi panggul. Pemeriksa memberikan tahanan dari arah yang berlawanan (mendorong ke bawah) dan pasien menahan sekuat mungkin. Nilailah kekuatan otot pasien. Pemeriksaan juga dilakukan dengan gerakan sebaliknya (ekstensi tungkai). Lakukan pada kedua sisi 21 Pasien diminta memfleksikan lututnya. Pemeriksa berusaha mengekstensikannya dengan menarik pergelangan kaki pasien dan pasien diminta menahan sekuat mungkin. Nilailah kekuatan otot pasien. Pemeriksaan juga



dilakukan pada arah sebaliknya (pasien diminta mengekstensikan lututnya). Pemeriksaan dilakukan pada kedua sisi 22 Pasien diminta untuk melakukan gerakan plantarfleksi, Pemeriksa memberikan tahanan dengan mendorong telapak kaki pasien ke arah kranial. Nilailah kekuatan otot tersebut. Pemeriksaan juga dilakukan untuk gerakan dorsofleksi dan pada kedua sisi Pemeriksaan Pronator Drift (Barre’s Sign) (untuk menilai kelemahan ringan). 23 Pasien diminta menjulurkan kedua lengannya ke depan dengan posisi tangan supinasi dan mata tertutup. Perhatikan perubahan posisi lengan pasien selama 20-30 detik. Apabila terdapat kelemahan, lengan yang lemah akan menyimpang dan cenderung pronasi. Refleks Fisiologi Patella 24 Jelaskan pada pasien prosedur yang akan dikerjakan 25 Pasien diminta untuk duduk dengan kedua tungkai menggantung



26



Pasien diminta melihat ke arah depan dan mengaitkan kedua telapak tangannya 27 Pemeriksa meletakkan tangan kiri di atas otot quadrisep femoris pasien 28 Ketukkan palu refleks pada tendon patela pasien sambil memberi abaaba agar pasien menarik kedua tangannya yang saling terkait (bersamaan dengan ketukan palu refleks)(Jendrassic Manuver). Amati respons yang timbul 29 Periksalah perluasan zona refleks dan tentukan derajat refleks Lakukan pada kedua sisi Refleks Trisep sure (refleks tendon Achilles) 30 Pasien diminta berbaring terlentang 31 Posisikan tungkai pasien abduksi, rotasi eksternal dan lutut fleksi 32 Tangan kiri pemeriksa memegang plantar pedis pasien sambil sedikit menekannya ke atas 33 Tangan kanan pemeriksa mengetukkan palu refleks pada tendon Akiles (di atas insersinya pada kalkaneus) 34 Amati respons refleks berupa



gerakan plantar fleksi 35 Periksa ada tidaknya perluasan zona refleks dan tentukan derajat refleks 36 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi Refleks Fisiologis Biseps 37 Lengan bawah pasien diposisikan semifleksi dan sedikit pronasi. 38 Pemeriksa meletakkan ibu jari atau jari telunjuknya di atas tendon biseps yang akan diperiksa. Tekan dengan lembut, ketuk dengan palu refleks dan amati respons yang timbul 39 Periksalah perluasan zona refleks dan tentukan derajat refleks 40 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi Refleks fisiologis Triseps 41 Lengan pasien diposisikan semifleksi dengan lengan bawah diletakkan pada paha pasien atau disangga oleh pemeriksa atau tangan pasien memegang siku kontralateral 42 Ketuk palu refleks pada tendon trisep yang insersinya terletak sedikit di atas olekranon. Amatilah



respons yang timbul 43 Periksalah perluasan zona refleks dan tentukan derajat refleks 44 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi Refleks Fisiologis Brakioradialis 45 Lengan pasien diposisikan semifleksi dan semipronasi 46 Pemeriksa meletakkan ibu jari atau jari telunjuknya pada prosesus stiloideus pasien dan mengetuknya dengan palu refleks 47 Amati respons refleks berupa fleksi siku dan sedikit supinasi telapak tangan 48 Periksalah perluasan zona refleks dan tentukan derajat refleks 49 Lakukan pemeriksaan pada kedua sisi Refleks Patologis Babinsky 50 Pasien dalam posisi berbaring terlentang 51 Pemeriksa menggoreskan ujung palu refleks pada kulit telapak kaki pasien mulai dari tumit, menyusuri sisi lateral dan metatarsal plantar pedis hingga berakhir di area



bawah ibu jari. 52 Respons positif berupa dorsifleksi ibu jari dan abduksi jari-jari lainnya *beri tanda v bila mahasiswa melakukan; beri tanda x bila mahasiswa tidak melakukan Tanda Tangan Tutor ________________________ (Nama Jelas dan Lengkap)



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN ANAMNESIS TUMBUH KEMBANG Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



1. 2.



Judul Keterampilan Pendahuluan



Anamnesis tumbuh kembang Anamnesis merupakan suatu cara menggali berbagai informasi dari pasien atau dari orangtua (atau pengasuh) pasien maupun keluarga pasien. Anamnesis dilakukan dengan cara yang lege artis, memenuhi aturan sopan santun, etika dan empati. Pada dasarnya, anamnesis pada anak mempunyai kerangka yang sama dengan anamnesis pada umumnya. Namun, ada beberapa hal yang perlu ditambahkan atau menjadi perhatian dokter saat melakukan anamnesis pada anak. Selain keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan riwayat penyakit keluarga, maka pada anamnesis anak perlu ditambahkan riwayat kehamilan, kelahiran, makanan, perkembangan, dan imunisasi. Pembelajaran 1. Mengetahui kerangka anamnesis pada anak 2. Menemukan keluhan utama beserta lamanya. 3. Menguraikan perjalanan keluhan (penyakit) secara deskriptif dan kronologis. 4. Mendapatkan riwayat keluhan (penyakit) yang berhubungan, penyakit dalam keluarga 5. Mengetahui bahwa riwayat kehamilan, kelahiran, makanan, perkembangan, imunisasi, riwayat keluarga berperan dalam tumbuh kembang anak 6. Menerapkan dasar teknik komunikasi dan berperilaku yang sesuai dengan sosiobudaya pasien dalam hubungan dokterpasien.



3.



Sasaran Keterampilan



4.



Metode Pembelajaran



5.



Alat dan diperlukan



6.



Rujukan



bahan



1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 8-10 orang. 2. Diskusi dipimpin oleh seorang dosen pembimbing yang telah ditetapkan. 3. Cara pelaksanaan kegiatan : 3.1. Digunakan pasien simulasi atau pasien yang telah ditetapkan oleh tutor. 3.2. Ditunjuk seorang mahasiswa untuk melakukan anamnesis ataupun aloanamnesis. 3.3. Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat 3.4. Mahasiswa yang ditunjuk melaporkan hasil dengan memperhatikan urutan seperti keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, secara deskriptif, dan kronologis. 3.5. Dengan bimbingan tutor, mahasiswa mendiskusikan hasil anamnesis. Tutor menjelaskan kaitan yang ada, baik antara keluhan, pengaruh lingkungan, penyakit dalam keluarga, kelahiran, makanan, imunisasi dan faktor lainnya. Tutor menunjukkan kekurangan serta melakukan perbaikan dan bertindak sebagai peran contoh (role model) untuk membimbing sikap dalam anamnesis. 3.6. Setiap mahasiswa harus mendapat kesempatan melakukan anmnesis, minimal 1 (satu) kali. Satu kasus simulasi dapat dianamnesis oleh 2 mahasiswa. yang Soal simulasi, dengan materi: 1. Bayi dengan berat badan tidak naik 2. Anak belum bisa berdiri 3. Anak belum bisa bicara 4. Anak dengan kelebihan berat badan 5. Anak dengan perawakan pendek Wahidiyat I, Sastroasmoro S, penyunting. Pemeriksaan klinis pada bayi dan anak. Edisi ke-3. Jakarta: Sagung Seto, 2014.



7.



8. 9.



Daftar Tilik



1. Menyapa orangtua pasien dengan ramah. 2. Memperkenalkan diri. 3. Menanyakan identitas pasien dengan lengkap. 4. Menanyakan keluhan utama. 5. Menanyakan riwayat penyakit sekarang. 6. Menanyakan riwayat sebelumnya yang berhubungan dengan penyakit sekarang. 7. Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga. 8. Menanyakan riwayat kelahiran. 9. Menanyakan riwayat pertumbuhan dan perkembangan. 10. Menanyakan riwayat keluarga. 11. Mendapatkan informasi tentang penyebab/faktor risiko terjadinya kelainan pada pasien. 12. Mengucapkan terima kasih kepada orangtua pasien. PJ Keterampilan Dr. dr. Hartono Gunardi, SpA(K), dr. Dina Muktiarti, SpA(K) PJ KKD untuk keterampilan Dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD,K-EMD, ini FINASIM



Daftar Tilik Judul Keterampilan Hari/Tanggal Nama Tutor Kelompok



: Anamnesis tumbuh kembang : _______________________________ : _______________________________ : _______________________________



Daftar Tilik* Tutor Assessment/Self Assessment/Peer Assessment No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Keterampilan Menyapa orangtua pasien dengan ramah Memperkenalkan diri Menanyakan identitas pasien dengan lengkap Menanyakan keluhan utama Riwayat penyakit sekarang



7. 8. 9. 10. 11.



Riwayat penyakit dalam keluarga Riwayat kelahiran Riwayat perkembangan Riwayat keluarga Mendapatkan informasi tentang penyebab/faktor risiko terjadinya kelainan pada pasien Mengucapkan terima kasih kepada orangtua pasien.



12.



Riwayat sebelumnya yang berhubungan dengan penyakit sekarang



Tanda Tangan Tutor



________________________ (Nama Jelas dan Lengkap)



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PENYUNTIKAN INTRAVENA Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1. 2.



Judul Keterampilan Pendahuluan



3.



Sasaran Pembelajaran Keterampilan



4.



Metode Pembelajaran



5.



Alat dan bahan yang diperlukan



Penyuntikan Intravena Penyuntikan intravena (IV) adalah suatu cara pemberian obat parenteral. Teknik ini dapat mengurangi nyeri karena iritasi obat dan dosis pemberiannya lebih banyak dibandingkan teknik subkutan atau intradermal dan obat cepat diabsorbsi. Setelah mengikuti sesi tutorial ini diharapkan mahasiswa dapat: a. menyiapkan alat dan obat suntik b. menentukan indikasi dan kontraindikasi tindakan c. memilih dan menentukan daerah aman suntikan d. melakukan suntikan IV dengan benar Penyuntikan IV dilakukan dalam 1x pertemuan, dengan metode sebagai berikut: 1. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri atas 8 – 10 orang. 2. Tutor memberikan penjelasan singkat terkait tujuan, indikasi, kontraindikasi dan efek samping tindakan (5 menit) 3. Tutor melakukan demonstrasi sesuai dengan panduan yang tersedia (10 menit) 4. Setiap mahasiswa berlatih melakukan penyuntikan IM (@ 10 menit) 5. Dengan berpedoman kepada panduan, mahasiswa lainnya dan tutor memperhatikan dan menilai kemampuan mahasiswa. Tutor memberikan asupan kepada mahasiswa 6. Bila dinilai telah memiliki ketrampilan, mahasiswa akan mendapat tanda tangan pada buku log. 7. Tutor memberikan kesimpulan dan menutup pertemuan       



 



KKD 1 2017/2018 Penyuntikan intravena



Kran air dan sabun atau handsrub Handuk bersih dan kering/kertas tisu Sepasang sarung tangan Baki instrumen Basin instrumrnt dengan tutup Manekin untuk penyuntikan IV Jarum suntik steril : 1. Jarum ukuran: 19-22 gauge, ½-1½ inch. 2. Syringe : tergantung pada volume obat yang akan diberikan Kapas steril Obat injeksi (dalam bentuk vial, ampule, bubuk kering+pelarutnya)



1



 6.



Rujukan



7.



Daftar Tilik



8. 9.



PJ Keterampilan PJ KKD untuk keterampilan ini



KKD 1 2017/2018 Penyuntikan intravena



Tempat sampah medis, rumah tangga dan benda tajam



1. Rios RJ : Injections. Dalam Dehn RW, Asprey DP (eds): Essential clinical procedures, edisi 2, Saunders,2007, 93-112. Terlampir dr. Sri Wahdini,M.Biomed Dr. Nora Sutarina, SpKO



2



DaftarTilik Judul Keterampilan



: Penyuntikan Intravena



No



Ketrampilan



1



mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan menyebutkan tindakan yang akan dilakukan



2



cuci tangan



CARA MENGAMBIL OBAT 3



ambil jarum suntik yang baru



4



buang sisa udara di dalam jarum dengan mendorong plunger



5



ambil ampul aquabidest dan oleskan kapas alkohol, patahkan ujung ampul



6



aspirasi obat 2 cc



7



buang sisa udara di dalam jarum dengan mendorong plunger



CARA PENYUNTIKAN INTRAVENA 8



Menggunakan sarung tangan non steril



9



sisihkan pakaian yang menutupi lengan



10



pastikan pasien relax dan sangga (support) lengan pasien di bawah vena yang akan digunakan



11



pasang tourniquet



12



tentukan vena yang sesuai untuk suntikan



13



tunggu beberapa saat agar vena membesar



14



lakukan desinfeksi daerah suntikan dengan kapas alkohol. Mulai dari tengah ke perifer. Tunggu sampai alkohol kering.



15



stabilisasi vena dengan meregangkan kulit dengan arah longitudinal terhadap vena. Lakukan ini dengan tangan yang tidak akan digunakan untuk insersi jarum.



16



arahkan jarum dengan sudut antara 10-35 derajat



17



tusuk kulit dan masukan jarum ke vena



18



pegang syringe dan jarum dengan stabil



19



aspirasi. Apabila darah vena terlihat, jarum telah masuk vena. Bila tidak terlihat darah vena, coba lagi.



20



kendurkan tourniqet.



21



suntikan obat



22



periksa, apakah ada nyeri, bengkak, hematom. Apabila ragu apakah jarum masih di dalam vena, dapat dilakukan asapirasi kembali.



23



tarik jarum dengan gentle, setelah obat masuk.



24



segera tekan daerah bekas suntikan dengan kapas alkohol



25



lepaskan kapas alkohol dan lihat apakah ada perdarahan di tempat suntikan. Bila diperlukan plester kapas alkohol di tempat suntikan



KKD 1 2017/2018 Penyuntikan intravena



1



No



Ketrampilan



26



Memberitahu pasien bahwa prosedur sudah selesai



27



buang bekas suntikan dan sarung tangan pada tempat sampah medis



28



Cuci tangan



KKD 1 2017/2018 Penyuntikan intravena



2



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PENYUNTIKAN INTRAMUSKULER Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1.



Judul Keterampilan



Penyuntikan Intramuskuler



2.



Pendahuluan



Penyuntikan intramuskuler (IM) adalah menyuntikkan obat ke dalam otot. Pemilihan tempat suntikan harus mempertimbangkan keadaan umum dan usia pasien serta dosis obat yang akan diberikan. Keterampilan ini merupakan salah satu ketrampilan yang wajib dimiliki oleh setiap dokter umum. Pada modul keterampilan klinik dasar diberikan pelatihan sebagai bekal untuk dapat melakukan tindakan bedah dasar pada pasien.



3.



Sasaran Pembelajaran Keterampilan



Setelah mengikuti sesi tutorial ini diharapkan mahasiswa dapat:



Metode Pembelajaran



Penyuntikan IM dilakukan dalam 1x pertemuan, dengan metode sebagai berikut:



4.



a. b. c. d.



menyiapkan alat dan obat suntik menentukan indikasi dan kontraindikasi tindakan memilih dan menentukan daerah aman suntikan melakukan suntikan IM dengan benar



1. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri atas 8 – 10 orang. 2. Tutor memberikan penjelasan singkat terkait tujuan, indikasi, kontraindikasi dan efek samping tindakan (5 menit) 3. Tutor melakukan demonstrasi sesuai dengan panduan yang tersedia (10 menit) 4. Setiap mahasiswa berlatih melakukan penyuntikan IM (@ 10 menit) 5. Dengan berpedoman kepada panduan, mahasiswa lainnya dan tutor memperhatikan dan menilai kemampuan mahasiswa. Tutor memberikan asupan kepada mahasiswa 6. Bila dinilai telah memiliki ketrampilan, mahasiswa akan mendapat tanda tangan pada buku log. 7. Tutor memberikan kesimpulan dan menutup pertemuan 5.



Alat dan bahan yang diperlukan







Kran air dan sabun atau handsrub







Handuk bersih dan kering/kertas tisu







Sepasang sarung tangan







Baki instrumen







Basin instrumrnt dengan tutup







Manekin untuk penyuntikan IM







Jarum suntik steril : 1. Jarum ukuran: 19-22 gauge, ½-1½ inch.



KKD 1 2017/2018 Penyuntikan Intramuskular



1



2. Syringe : tergantung pada volume obat yang akan diberikan 



Kapas steril







Obat injeksi (dalam kering+pelarutnya)







Tempat sampah medis, rumah tangga dan benda tajam



6.



Rujukan



7.



Daftar Tilik



Terlampir



8.



PJ Keterampilan



dr. Sri Wahdini, M.Biomed



9.



PJ KKD untuk keterampilan ini



dr. Nora Sutarina, SpKO



KKD 1 2017/2018 Penyuntikan Intramuskular



bentuk



vial,



ampule,



bubuk



1. Rios RJ : Injections. Dalam Dehn RW, Asprey DP (eds): Essential clinical procedures, edisi 2, Saunders,2007, 93112.



2



Daftar Tilik Judul Keterampilan No



: Penyuntikan Intramuskular



Ketrampilan



1.



Mengucapkan salam, memperkenalkan diri, mengidentifikasi identitas pasien dan menyebutkan tindakan yang akan dilakukan



2.



Mencuci Tangan



3.



Mempersiapkan/memeriksa ketersediaan peralatan



KETERAMPILAN PENGAMBILAN OBAT 4.



mengambil jarum suntik yang baru



5.



membuang sisa udara di dalam jarum dengan mendorong plunger



6.



Mengambil ampul aquabidest dan oleskan kapas alkohol, patahkan ujung ampul atau bersihkan permukaan Vial dengan kapas alkohol (sesuaikan dengan obat yang tersedia)



7.



Melakukan aspirasi obat sesuai dosis/volume yang diperlukan



8.



membuang udara dari dalam syringe



Karena menggunakan manekin yang dapat rusak bila disuntik dengan cairan maka pada latihan ini dilakukan penyuntikan dengan udara, kosongkan jarum suntik dengan membuang obat ke mangkok yang telah tersedia KETERAMPILAN MELAKUKAN PROSEDUR PENYUNTIKAN INTRAMUSKULER 9.



Menentukan daerah suntikan dan memposisikan pasien 



penyuntikan dorsogluteal dan ventrogluteal pasien berbaring telungkup dan menurunkan celana agar bagian bokong terlihat jelas







penyuntikan vastus lateralis pasien berbaring terlentang atau duduk







penyuntikan deltoid pasien duduk



10. Memakai sarung tangan 11. Membersihkan daerah suntikan dengan kapas alcohol. Mulai dari tengah ke perifer. Tunggu sampai



alkohol kering. 12. Dengan jari jempol dan telunjuk tangan bebas tekan daerah suntikan dan kulitnya direnggangkan 13. Masukkan jarum dengan posisi sudut 900 secara cepat dan lurus hingga ke otot 14. Pegang jarum suntik dengan tangan yang bebas



KKD 1 2017/2018 Penyuntikan Intramuskular



1



15. Lakukan aspirasi sambil melihat apakah ada darah 16. Cabut jarum tersebut dan ganti dengan jarum lain bila terdapat darah 17. Suntikkan obat 18. Dengan sudut 900 tarik jarum dengan cepat 19. Segera tekan daerah bekas suntikan dengan kapas alkohol 20. Lepaskan kapas alkohol dan lihat apakah ada perdarahan di tempat suntikan 21. Mempersilahkan pasien kembali ke tempat duduk 22. Buang bekas suntikan pada tempat sampah medis dan lepaskan sarung tangan 23. Cuci tangan



KKD 1 2017/2018 Penyuntikan Intramuskular



2



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PEMERIKSAAN TANDA VITAL Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



1. 2.



Judul Keterampilan Pendahuluan



Pemeriksaan Tanda Vital Pemeriksaan tanda vital yang terdiri atas pemeriksaan kesadaran, tekanan darah, denyut nadi, suhu tubuh, dan pernapasan, merupakan pemeriksaan fisik dasar awal yang sangat penting dilakukan oleh seorang dokter pada pasien.



3.



Sasaran Pembelajaran Keterampilan



1. 2. 3. 4. 5.



4.



Metode Pembelajaran



Mampu melakukan pemeriksaan kesadaran dengan cara yang benar Mampu melakukan pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, suhu tubuh) dengan cara yang benar Mengetahui kisaran normal hasil pemeriksaan tanda vital pada pasien standar (PS). Menerapkan perilaku profesional dalam melakukan pemeriksaan tanda vital. Melaporkan hasil pemeriksaan secara lisan atau tertulis.



1.



Sebelum KKD: a. Mahasiswa WAJIB mempelajari penuntun dan video simulasi pemeriksaan kesadaran dan tanda vital yang diunggah di SCeLE b. Salah satu tutor akan memberikan kuliah pengantar



2.



KKD Tanda Vital 1: a. PS dalam pemeriksaan ini adalah sesama mahasiswa dalam satu kelompok secara bergantian, diatur oleh kelompok masingmasing b. Setiap mahasiswa WAJIB mengenakan pakaian dengan lengan yang longgar c. Seorang mahasiswa ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan kesadaran dan tanda vital serta melaporkan hasilnya d. Pemeriksaan kesadaran dan tanda vital dilakukan dalam waktu 10 menit e. Mahasiswa lainnya bertugas sebagai pengamat f. Dengan bimbingan tutor, mahasiswa mendiskusikan hasil pemeriksaan kesadaran dan tanda vital. Tutor menunj ukkan kekurangan dan kesalahan serta melakukan perbaikan dalam pemeriksaan kesadaran dan tanda vital g. Setiap mahasiswa har us mendapat



KKD-1 2017/2018 Pemeriksaan kesadaran dan tanda vital



1



kesempatan melakukan pemeriksaan kesadaran dan tanda vital minimal 1 (satu) kali



5.



Alat dan diperlukan



bahan



yang



3.



KKD Tanda Vital 2: a. Setiap mahasiswa WAJIB mengenakan pakaian dengan lengan yang longgar b. Setiap mahasiswa melakukan pemeriksaan kesadaran dan tanda vital, tutor mengisi daftar tilik yang tersedia c. Pemeriksaan kesadaran dan tanda vital dilakukan dalam waktu 10 menit d. Tutor menilai daftar tilik mahasiswa untuk menetapkan bahwa mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kesadaran dan tanda vital dengan baik dan benar e. Tutor menandatangani buku log mahasiswa yang mampu melakukan pemeriksaan kesadaran dan tanda vital dengan baik dan benar



  



Sfigmomanometer air raksa (2 alat/kelompok) Teaching stethoscope (2 alat/kelompok) Jam tangan yang memiliki jarum detik (dibawa oleh mahasiswa sendiri) Termometer maksimum/termometer klinik (2 alat/kelompok) Kapas dan alkohol Tempat tidur pasien Cairan antiseptik pencuci tangan ( hand rub) Tempat sampah



     6.







Rujukan











7. 8. 9.



Daftar Tilik PJ Keterampilan PJ KKD keterampilan ini



untuk



Bickley LS, Szilagyi PG. Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking, 11 th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer Health. 2013. Depar temen Fisiologi Kedokteran FKUI. Pedoman pemeriksaan umum dan tanda vital. Jakar ta: FKUI. Sherwood L. Human physiology from cells to systems, 7th ed. Australia: Brooks/Cole, Cengage Learning. 2010. P. 376-87.



Terlampir dr. Sophie Yolanda, MBiomed dr. Sri Wahdini, MBiomed



KKD-1 2017/2018 Pemeriksaan kesadaran dan tanda vital



2



DAFTAR TILIK Judul Keterampilan



: Pemeriksaan Kesadaran dan Tanda Vital



Hari/Tanggal



: _______________________________



Nama Tutor



: _______________________________



Kelompok



No.



: _______________________________



Keterampilan



PENILA IA N LANGKAH KEGIATA N PENILAIA N KESADARAN 1.



Mengamati keadaan umum PS, dan menentukan derajat kesadarannya dengan cara memberikan pertanyaan tentang keadaan sekeliling PS (contoh: nama, waktu, atau tempat PS berada)



2.



Melaporkan hasil penilaian kesadaran kepada tutor



3.



Menjelaskan prosedur, meminta persetujuan PS, meminta PS untuk berbaring atau duduk



4.



Cuci tangan sesuai panduan WHO



PENILA IA N LANGKAH KEGIATA N PENGUKURA N SUHU TUBUH MANUSIA 5.



Membersihkan ujung termometer dengan kapas alkohol



6.



Menurunkan meniskus air raksa (kolom Hg) sampai di bawah skala terendah



7.



Memasang termometer di bawah lidah selama 3 menit



8.



Membaca termometer dengan tepat (+/- 1 strip)



9.



Melaporkan hasil pengukuran suhu tubuh kepada tutor



10.



Membersihkan kembali termometer yang telah digunakan sebelum dimasukkan kedalam tempatnya



PENILA IA N LANGKAH KEGIATA N PENILAIA N DENYUT ARTERI PERIFER 11.



Mencari denyut a. brachialis pada fossa cubiti lengan kanan PS dengan palpasi menggunakan jari telunjuk dan jari tengah



12.



Mendapatkan lokasi a. brachialis yang terletak di sisi medial lengan, tepat di bawah tendo otot biceps



13.



Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut a. brachialis selama 1 menit



14.



Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan dan irama denyut a. brachialis



15.



Mencari denyut a. radialis pada pergelangan tangan kanan PS dengan palpasi menggunakan jari telunjuk dan jari tengah



16.



Mendapatkan lokasi a. radialis yang terletak di sisi lateral pergelangan tangan kanan



KKD-1 2017/2018 Pemeriksaan kesadaran dan tanda vital



3



No.



Keterampilan



17.



Menilai frekuensi, kekuatan dan irama denyut a. radialis selama 1 menit



18.



Melaporkan hasil penilaian frekuensi, kekuatan dan irama denyut a.radialis



PENILA IA N LANGKAH KEGIATA N PENGUKURA N SECARA TIDAK LANGSUNG TEKANA N DARAH ARTERI 19.



Mempersilahkan PS berbaring atau duduk dan memasang manset dengan kriteria 



Lengan baju tidak terlilit manset







Tepi bawah manset 2-3 cm di atas fossa cubiti







Balon dalam manset harus menutupi lengan atas di sisi ulnar (di atas a. brachialis)







Pipa karet tidak menutupi fossa cubiti







Manset diikat cukup ketat tetapi tidak membendung vena



20.



Palpasi denyut a. radialis dan a. brachialis untuk menentukan tempat meletakkan membran stetoskop dan palpasi nadi saat memompa manset



21.



Memompa manset:



22.



23.







Memompa manset sambil meraba a. radialis hingga denyut hilang







Kemudian menaikkan tekanan manset 30 mmHg + 5 mmHg



Meletakkan corong/membran stetoskop di atas a. brachialis dengan cermat 



Seluruh permukaan membran menempel pada kulit







Tidak terlalu keras







Tidak disisipkan di antara kulit dan manset



Menurunkan tekanan manset secara lancar dengan kecepatan tetap (2-4 mmHg/detik) sambil mendengarkan bunyi aliran darah. Tutor turut pengukuran)



24.



auskultasi



dengan



stetoskop



ganda



(pada



saat



Melaporkan hasil pengukuran tekanan darah kepada tutor



PENILA IA N LANGKAH KEGIATA N PENILAIA N PERNAPASA N 25.



Menginstruksikan PS untuk berbaring terlentang



26.



Melihat gerakan naik turun dari dinding dada dan perut, untuk menentukan frekuensi, irama, jenis, dan kedalaman pernapasan PS selama 1 menit



27.



Melaporkan hasil penilaian pernapasan kepada tutor



28.



Cuci tangan kembali setelah menyelesaikan seluruh pemeriksaan



KKD-1 2017/2018 Pemeriksaan kesadaran dan tanda vital



4



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN ANAMNESIS Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1. 2.



Judul Keterampilan Pendahuluan



3.



Sasaran Pembelajaran Setelah mengikuti latihan ini mahasiswa Keterampilan diharapkan: 1. Mampu memulai pertemuan dengan pasien secara baik 2. Mampu mendapatkan data tentang demografi, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat keluarga, dan riwayat sosial ekonomi secara lege artis 3. Mampu menutup pertemuan anamnesis dengan tepat 4. Menerapkan perilaku yang sesuai dengan kondisi dan sosiobudaya penderita dalam melakukan pemeriksaan Metode Pembelajaran



Anamnesis Anamnesis adalah kemampuan asasi seorang dokter dalam menjalankan profesinya. Anamnesis sesungguhnya bukan sekadar mencari informasi atau mengumpulkan data tentang pasien, tetapi tujuan lebih jauhnya adalah untuk membahagiakan pasien melalui proses dialog yang baik. Jadi anamnesis adalah bagian dari proses pengelolaan pasien secara keseluruhan. Anamnesis diindikasikan pada semua proses interaksi dengan pasien, terutama untuk pasien yang pertama kali berkunjung ke dokternya.



1. Kuliah introduksi anamnesis 2. Tutorial dan Role play a. Tutor menerangkan tujuan kegiatan selama 5 menit b. Ditunjuk seorang mahasiswa untuk melakukan anamnesis c. Mahasiswa melakukan anamnesis selama 10 menit. Mahasiswa ini harus menyelesaikan tugasnya mendapatkan anamnesis lengkap. d. Bila mengalami kesulitan, mahasiswa Anamnesis 1|4



5.



7. 8. 9.



meminta “time out”. Pada saat “time out” mahasiswa meminta bantuan temannya untuk mendapatkan pertanyaan yang belum ditanyakan. Setelah mendapat pertanyaan tambahan anamnesis dimulai lagi. “Time out” dapat dilakukan beberapa kali. e. Dengan menggunakan checklist, mahasiswa lainnya memperhatikan anamnesis yang berlangsung dan memberikan bantuan bila diperlukan pada saat “time out” serta di akhir anamnesis memberikan penilaian. f. Tutor menghentikan anamnesis bila dinilai data anamnesis telah lengkap. g. Mahasiswa yang melakukan anamnesis melakukan penilaian diri sendiri dengan checklist. Mahasiswa yang lain dan tutor juga memberikan penilaian dengan mengisi checklist anamnesis. Mahasiswa hendaknya memberikan penilaian yang objektif karena penilaian ini akan membantu temannya dalam pencapaian kemampuan anamnesis. Semua checklist anamnesis dikumpulkan kepada tutor. h. Tutor memimpin diskusi kelompok selama 10 menit untuk menilai apakah data-data yang harus didapat sudah lengkap, dan juga aspek komunikasi dokter-pasien sudah terpenuhi secara baik. i. Tutor memberikan kesimpulan selama 5 menit Alat dan bahan yang 1. Skenario kasus diperlukan 2. Pasien standar 3. Meja kursi untuk dokter dan pasien Daftar Tilik Terlampir PJ Keterampilan dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD,K-EMD, FINASIM PJ KKD keterampilan ini



untuk dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD,K-EMD, FINASIM



Anamnesis 2|4



DAFTAR TILIK Judul Keterampilan



: Anamnesis



No.



Keterampilan



I A 1. 2. 3. 4. 5.



TEKNIK KOMUNIKASI Mengawali Sesi Menyapa pasien Menyambut pasien sambil berdiri Memperkenalkan diri sambil menjabat tangan pasien Menunjukkan wajah ramah Menyilakan pasien duduk (dokter duduk setelah pasien duduk)



6. B 7. 8. 9. 10.



Berbasa-basi Komunikasi Non Verbal Suara ramah Vokal jelas Kecepatan cukup, tidak terlalu cepat atau lambat Volume yang cukup, tidak terlalu keras atau sulit didengar



11. 12.



C 15. 16.



Menunjukkan empati secara non verbal Sikap tubuh condong ke depan (leaning forward), tungkai tidak bersilang, tangan tidak bersedekap Kontak mata dipertahankan 70% Tidak melakukan gerakan yang tidak diperlukan/ hal-hal yang merugikan anamnesis Komunikasi Verbal Mengajukan pertanyaan satu-persatu Mengajukan pertanyaan terbuka dan mendalam di awal



17. 18. 19. 20. 21. 22. II A 23. 24. 25.



Mengajukan pertanyaan tertutup dengan tepat Mengajukan pertanyaan terbuka di saat yang tepat Menunjukkan empati secara verbal Melakukan refleksi isi bila diperlukan Melakukan refleksi perasaan bila diperlukan Menggunakan bahasa yang sederhana MATERI ANAMNESIS Memperoleh Identitas Mendapatkan/meneliti kembali nama Mendapatkan/meneliti kembali umur Memperoleh/meneliti kembali jenis kelamin dan gender



26. 27. 28.



Mendapatkan informasi tentang pendidikan Mendapatkan informasi tentang suku Mendapatkan informasi tentang status pernikahan



13. 14.



Anamnesis 3|4



29. 30. 31. 32.



Memperoleh informasi tentang status reproduksi Memperoleh informasi tentang pekerjaan pasien Mendapatkan alamat rumah pasien Memperoleh nomor telepon yang mudah dihubungi



B



Memperoleh Informasi Tentang Penyakit



33. 34.



Mendapatkan keluhan utama dan keluhan tambahan Mendapatkan riwayat penyakit sekarang sesuai dengan keluhan pasien



35.



Mendapatkan riwayat penyakit dahulu yang relevan dengan keluhan/alasan kedatangan pasien Mendapatkan riwayat penyakit keluarga yang relevan dengan keluhan/alasan kedatangan pasien Patient Centered Anamnesis Menanyakan pendapat pasien tentang penyakit yang dialaminya



36. C 37. 38. 39. 40. 41. 42. D 43. 44.



Menanyakan kekhawatiran pasien dan keluarga sehubungan dengan penyakit yang dialami pasien Menanyakan harapan pasien dan keluarga Menanyakan pengetahuan pasien tentang masalah yang dialaminya Memberikan kesempatan kepada pasien atau keluarga untuk bertanya atau menyampaikan pendapatnya Merangkum / mengambil kesimpulan aspek biopsikososial pasien Observasi Non-Verbal Observasi non-verbal dari pasien melingkupi cara berjalan, cara berbicara, cara pasien, mimik pasien, tampak kesakitan, afek pasien. Melakukan konfirmasi dari hasil observasi non-verbal pasien



Anamnesis 4|4



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GINEKOLOGI ,TES PAP & IVA Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



1.



Judul Keterampilan



Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA



2.



Pendahuluan



Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA merupakan keterampilan yang harus mampu dilakukan secara mandiri setelah lulus menjadi dokter (tingkat kemampuan 4A SKDI 2012) Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA diajarkan di modul keterampilan klinik dasar (tahap akademik) untuk mempersiapkan mahasiswa sebelum masuk tahap klinik. Pada KURFAK 2012, KKD Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA untuk KKI dan KR dilakukan dalam satu sesi, yang dilaksanakan pada Modul Reproduksi.



3.



4.



Sasaran Keterampilan



Pembelajaran TUJUAN UMUM: Mampu melakukan Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA TUJUAN KHUSUS : Setelah mahasiswa mengikuti KKD Ginekologi, Tes Pap & IVA, bila diberi pasien mahasiswa : 1. Mampu menjelaskan tujuan Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA 2. Mampu melakukan Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA 3. Mampu menjelaskan hasil Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA 4. Mampu menjelaskan rencana lanjutan Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA Metode Pembelajaran 1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 8 – 9 orang. 2. Tutorial KKD dipimpin oleh seorang tutor. 3. Mahasiswa wajib menggunakan jas laboratorium. 4. Tempat pelaksanaan : Medical Skill Lab Gedung C RIK Depok Lantai 3. 5. KKD Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA dilaksanakan sebanyak satu kali latihan selama 120 menit .



Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA 1|5



5.



6. 7. 8. 9.



6. Setiap mahasiswa melakukan Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA terhadap phantom/manekuin yang tersedia. 7. Ketrampilan yang harus dikuasai pada latihan ini merujuk pada daftar tilik. 8. Cara pelaksanaan kegiatan 8.1. Tutor membuka dan menerangkan tujuan kegiatan selama 5 menit. 8.2. Tutor melakukan demonstrasi Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA (10 menit) 8.3. Dengan menggunakan daftar tilik/cheklist, mahasiswa lainnya dan tutor memperhatikan dan menilai Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA yang dilakukan oleh setiap mahasiswa. 8.4. Semua daftar tilik/cheklist Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA dikumpulkan kepada Tutor. 9.5. Bila tutor menilai mahasiswa telah mampu melakukan Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA, maka tutor memberikan tandatangan pada logbook mahasiswa. 9.6. Tutor memberikan kesimpulan selama 5 menit. 9.7. Bagi mahasiswa yang tidak mendapat tandatangan logbook mohon menghubungi labskill untuk dijadwalkan ulang. Sebelum mengikuti ulangan tsb, agar mahasiswa berlatih mandiri untuk mencapai ketrampilan tersebut. Ulangan pemeriksaan dilakukan hanya satu kali. Alat dan bahan yang 1. Phantom obstetrik , ginekologi, dan diperlukan serviks 2. Ranjang Obstetrik/Periksa 3. Selimut/Kain penutup 4. Lampu sorot 5. Sarung tangan DTT 6. Apron 7. Sabun dan air bersih 8. Handuk bersih dan kering 9. Spekulum 10. Asam asetat 11. Swab kapas 12. Kantung plastik sampah 13. Gelas objek 14. Cytobrush 15. Spatula serviks Rujukan Buku Pedoman program pencegahan kanker mulut Rahim. Kementrian Kesehatan RI, 2008 Daftar Tilik Terlampir PJ Keterampilan dr. Tyas Priyatini, Sp.OG(K) PJ KKD untuk keterampilan dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, K-EMD, ini FINASIM



Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA 2|5



Daftar Tilik Judul Keterampilan No.



: Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA



Keterampilan



I



PEMERIKSAAN ABDOMEN DAN LIPAT PAHA



1



Meminta ibu untuk berbaring di meja periksa dengan kedua lengan di samping.



2



Memapar seluruh abdomen.



3



Perhatikan apakah ada benjolan pada abdomen. Perhatikan letak dan bentuk pusar.



4



Memeriksa abdomen untuk melihat apakah terdapat warna yang tak biasa, parut , guratan atau ruam dan lesi.



5



Menekan dengan ringan menggunakan permukaan jari-jari tangan, mempalpasi semua area abdomen. Mengidentifikasi adanya masa, daerah yang nyeri atau resistensi otot. Mencatat temuan.



6



Dengan menekan lebih dalam, tentukan ukuran, bentuk, konsistensi, rasa nyeri, mobilitas dan pergerakan massa. Mencatat massa dan area nyeri yang ditemukan.



7



Mengidentifikasi area yang terasa nyeri . Jika terdapat nyeri, periksa apakah terjadi nyeri lepas



8



Jika ada luka terbuka pada abdomen bagian bawah atau lipat paha, memakai sepasang sarung tangan periksa yang baru atau sarung tangan bedah yang telah di-DTT sebelum memeriksa daerah tersebut. Mempalpasi kedua area abdomen bawah apakah terdapat benjolan, atau bisul



II



PEMERIKSAAN GENITAL LUAR



1



Meminta ibu untuk menaruh kedua tumit pada dudukan . Jika tidak ada dudukan, membantu ibu menaruh kedua kakinya di tepi luar ujung meja. Tutupi ibu dengan selimut atau kain.



2



Mencuci tangan dengan air sabun sampai bersih dan dikeringkan dengan kain bersih dan kering, atau dianginkan.



3



Menyalakan lampu/senter dan mengarahkan ke daerah genital.



4



Memakai sepasang sarung tangan periksa yang baru atau telah di-DTT.



5



Menyentuh paha sebelah dalam sebelum menyentuh daerah genital ibu.



6



Memperhatikan labia, klitoris dan perineum apakah terdapat parut , lesi, inflamasi atau retakan kulit.



7



Dengan memisahkan labia majora dengan dua jari, memeriksa labia minora, klitoris, mulut uretra dan mulut vagina.



8



Mempalpasi labia minora. Lihat apakah terdapat benjolan, cairan,ulkus dan fistula. Rasakan apakah ada ketidakberaturan atau benjolan dan apakah ada bagian yang terasa nyeri



9



Memeriksa kelenjar Skene untuk melihat adanya keputihan dan nyeri. Dengan telapak tangan menghadap ke atas, masukkan jari telunjuk ke dalam vagina lalu dengan lembut mendorong ke atas mengenai uretra dan menekan kelenjar pada kedua sisi kemudian langsung ke uretra.



Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA 3|5



10



Memeriksa kelenjar Bartholin untuk melihat apakah ada cairan dan nyeri. Masukkan jari telunjuk ke dalam vagina di sisi bawah mulut vagina dan meraba dasar masing-masing labia majora. Dengan menggunakan jari dan ibu jari, mempalpasi setiap sisi untuk mencari apakah ada benjolan atau nyeri.



11



Meminta ibu untuk mengejan ketika menahan labia dalam posisi terbuka. Periksa apakah terdapat benjolan pada dinding anterior atau posterior vagina.



III



PEMERIKSAAN TES PAP DAN TES VISUAL MENGGUNAKAN ASAM ASETAT (INSPEKSI VISUAL DENGAN APLIKASI ASAM ASETAT/IVA)



1



Memasang spekulum dan menyesuaikannya sehingga seluruh leher rahim dapat terlihat.



2



Memasang cocor bebek spekulum dalam posisi terbuka sehingga spekulum tetap berada di tempatnya agar leher rahim dapat terlihat



3



Memindahkan lampu/senter sehingga dapat melihat leher rahim dengan jelas.



4



Memeriksa leher rahim apakah curiga Kanker Serviks atau terdapat servisitis,ektopion, tumor, ovula Naboti atau luka. Bila Curiga Kanker Serviks, pemeriksaan diakhiri, langsung ke langkah 15 dan seterusnya tanpa melakukan langkah ke 16. Bila banyak keputihan/ darah, tes pap tidak dapat dilanjutkan dan bila memungkinkan lanjutkan dengan prosedur pemeriksaan test IVA langkah 8.



5



Mengambil apusan dari cervix dengan menggunakan spatula (diputar 360o), mengoleskan hasil apusan ke gelas obyek.



6



Memasukkan cytobrush ke dalam kanalis servikalis (diputar 180o searah jarum jam), mengoleskan hasil apusan dengan cara memutar cytobrush berlawanan arah jarum jam ke gelas obyek.



7



Memasukkan gelas obyek ke larutan fiksasi segera.



8



Menggunakan swab kapas yang bersih untuk menghilangkan cairan, darah, atau mukosa dari leher rahim. Membuang swab kapas yang telah dipakai ke dalam wadah tahan bocor atau kantung plastik.



9



Mengidentifikasi ostium uteri, SSK (sambungan skuamo koloumnar) dan zona transformasi. Bila SSK tidak bisa ditampakkan, pemeriksaan IVA tidak dilanjutkan, lanjutkan ke langkah 15, dan seterusnya.



10



Mencelupkan swab bersih ke dalam cairan asam asetat lalu mengoleskan pada leher rahim. Membuang swab kapas ke dalam kantung plastik.



11



Menunggu minimal 1 menit agar asam asetat terserap dan tampak perubahan warna putih yang disebut dengan lesi putih.



12



13



Memeriksa SSK dengan teliti. 



Memeriksa apakah leher rahim mudah berdarah.







Mencari apakah terdapat plak putih yang tebal dan meninggi atau lesi putih.



Bila perlu, oleskan kembali asam asetat atau usap leher rahim dengan swab bersih untuk menghilangkan mukosa, darah atau debris. Membuang swab ke dalam kantung plastik.



Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA 4|5



14



Bila pemeriksaan visual telah selesai, gunakan swab baru untuk menghilangkan sisa cairan asam asetat dari leher rahim dan vagina. Membuang swab ke dalam kantung plastik.



15



Melepaskan spekulum dan melakukan dekontaminasi dengan meletakkan spekulum dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.



16



Melakukan pemeriksaan bimanual



IV



TUGAS/LANGKAH PASCA-TES IVA



1



Meminta ibu untuk duduk, turun dari meja periksa dan berpakaian.



2



Membersihkan lampu/senter dan alas tempat duduk pasien berturut-turut dengan larutan klorin 0,5%, cairan deterjen dan air bersih.



3



Merendam sarung tangan dalam keadaan dipakai ke dalam larutan klorin 0,5% Melepas sarung tangan dengan membalik sisi dalam keluar. 



Jika sarung tangan akan dibuang, buang ke dalam kantung plastik.







Jika sarung tangan akan dipakai ulang, dekontaminasi dengan merendam sarung tangan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.



4



Mencuci tangan dengan air dan sabun sampai benar-benar bersih lalu dikeringkan dengan kain kering dan bersih atau dianginkan.



5



Mencatat hasil tes IVA dan temuan lain ke dalam catatan medis ibu. 



Jika didapatkan lesi putih, menggambar peta leher rahim dan daerah lesi putih pada catatan medis ibu.



6



Membahas hasil pemeriksaan payudara dan tes IVA bersama ibu dan menjawab pertanyaan ● Jika hasil pemeriksaan payudara dan tes IVA negatif, sebutkan waktu kunjungan berikutnya untuk menjalani kembali pemeriksaan payudara dan tes IVA. ● Jika hasil pemeriksaan payudara atau tes IVA positif atau dicurigai terdapat kanker, membahas langkah-langkah selanjutnya



7



Meyakinkan ibu bahwa dia bisa kembali setiap saat bila membutuhkan konsultasi atau perawatan medis.



8



Setelah memberi konseling, memberikan pengobatan atau merujuk.



Pemeriksaan Ginekologi, Tes Pap & IVA 5|5



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PEMERIKSAAN OBSTETRI DALAM (GINEKOLOGI ASUHAN ANTENATAL) Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



1.



Judul Keterampilan



2.



Pendahuluan



Pemeriksaan Obstetri Dalam (Ginekologi Asuhan Antenatal) Pemeriksaan Obstetri Dalam (Ginekologi Asuhan Antenatal) merupakan keterampilan yang harus mampu dilakukan secara mandiri setelah lulus menjadi dokter (tingkat kemampuan 4A SKDI 2012) Pemeriksaan Obstetri Dalam (Ginekologi Asuhan Antenatal) diajarkan di modul keterampilan klinik dasar (tahap akademik) untuk mempersiapkan mahasiswa sebelum masuk tahap klinik. Pada KURFAK 2012, KKD Pemeriksaan Obstetri Dalam (Ginekologi Asuhan Antenatal) untuk KKI dan KR dilakukan dalam satu sesi, yang dilaksanakan pada Modul Reproduksi.



3.



4.



Sasaran Keterampilan



Pembelajaran TUJUAN UMUM: Mampu melakukan Pemeriksaan Obstetri Dalam (Ginekologi Asuhan Antenatal) TUJUAN KHUSUS : Setelah mahasiswa mengikuti KKD Pemeriksaan Obstetri Dalam (Ginekologi Asuhan Antenatal), bila diberi pasien mahasiswa : 1. Mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan obstetri dalam 2. Mampu melakukan pemeriksaan obstetri dalam 3. Mampu menjelaskan hasil pemeriksaan obstetri dalam 4. Mampu menjelaskan rencana lanjutan asuhan antenatal Metode Pembelajaran 1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 8 – 9 orang. 2. Tutorial KKD dipimpin oleh seorang tutor. 3. Mahasiswa wajib menggunakan jas laboratorium. 4. Tempat pelaksanaan : Medical Skill Lab Gedung C RIK Depok Lantai 3. 5. KKD Pemeriksaan Obstetri Dalam dilaksanakan sebanyak satu kali latihan selama 120 menit . 6. Setiap mahasiswa melakukan pemeriksaan obstetri dalam terhadap phantom/manekuin yang tersedia. 7. Selama melakukan pemeriksaan obstetri dalam, mahasiswa berada di sebelah kanan phantom/manekuin 8. Ketrampilan yang harus dikuasai pada latihan ini merujuk pada daftar tilik. 9. Cara pelaksanaan kegiatan 9.1. Tutor membuka dan menerangkan tujuan kegiatan selama 5 menit. 9.2. Tutor melakukan demonstrasi pemeriksaan obstetri dalam (10 menit) 9.3. Dengan menggunakan daftar tilik/cheklist, mahasiswa lainnya dan tutor memperhatikan dan menilai



Ginekologi Asuhan Antenatal 1|5



5.



6.



7. 8. 9.



pemeriksaan obstetri dalam yang dilakukan oleh setiap mahasiswa. 9.4. Semua daftar tilik/cheklist pemeriksaan obstetri dalam dikumpulkan kepada Tutor. 9.5. Bila tutor menilai mahasiswa telah mampu melakukan pemeriksaan obstetri dalam, maka tutor memberikan tandatangan pada logbook mahasiswa. 9.6. Tutor memberikan kesimpulan selama 5 menit. 9.7. Bagi mahasiswa yang tidak mendapat tandatangan logbook mohon menghubungi labskill untuk dijadwalkan ulang. Sebelum mengikuti ulangan tsb, agar mahasiswa berlatih mandiri untuk mencapai ketrampilan tersebut. Ulangan pemeriksaan dilakukan hanya satu kali. Alat dan bahan yang 1. Phantom obstetrik diperlukan 2. Kapas dan larutan antiseptik 3. Kateter nelaton 4. Spekulum cocor bebek dan wadahnya 5. Meja instrumen 6. Ranjang ginekologi 7. Lampu sorot 8. Sarung tangan DTT 9. Apron 10. Sabun dan air bersih 11. Handuk bersih dan kering Rujukan 1. Saifuddin, Abdul.(2009). “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal”. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 2. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Pedoman bagi tenaga kesehatan. Kementrian kesehatan RI, 2013 Daftar Tilik Terlampir PJ Keterampilan dr.Tyas Priyatini PJ KKD untuk keterampilan dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, K-EMD, FINASIM ini



Ginekologi Asuhan Antenatal 2|5



Daftar Tilik Judul Keterampilan



: Pemeriksaan Obstetri Dalam (Ginekologi Asuhan Antenatal)



No.



Keterampilan



I



PERSETUJUAN PEMERIKSAAN



1



Jelaskan prosedur pemeriksaan



2



Jelaskan tentang tujuan pemeriksaan



3



Jelaskan bahwa proses pemeriksaan mungkin akan menimbulkan perasaan khawatir atau kurang menyenangkan tetapi tidak akan menimbulkan ganguan pada kandungan



4



Pastikan bahwa ibu mengerti prosedur dan tujuan pemeriksaan



5



Mintakan persetujuan lisan untuk melakukan pemeriksaan



II



PERSIAPAN



6



A. IBU 



Kapas dan larutan antiseptik







Kateter nelaton







Spikulum cocor bebek dan wadahnya







Meja instrumen







Ranjang ginekologi







Lampu sorot B. PEMERIKSAAN







Sarung tangan DTT







Apron







Sabun dan air bersih







Handuk bersih dan kering



III PEMERIKSAAN IBU 7



Minta ibu untuk mengosongkan kandung kemih dan melepas pakaian dalam



8



Persilakan ibu untuk berbaring di ranjang periksa ginekologi



9



Atur ibu pada posisi litotomi



10



Pemeriksa menghidupkan lampu sorot, arahkan dengan benar pada bagian yang akan diperiksa



IV



MEMAKAI SARUNG TANGAN



11



Cuci tangan kemudian keringkan tersebut dengan handuk bersih



12



Lepaskan lipatan sarung tangan, ambil sarung tangan dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan pada bagian sebelah dalam kemudian pasang sesuai dengan jari-jari tangan kiri dan kencangkan dengan jalan menarik pangkal sarung sebelah dalam



Ginekologi Asuhan Antenatal 3|5



13



Ambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri (yang telah menggunakan sarung tangan) dengan menyelipkan jari-jari tangan kiri dibawah lipatan sarung tangan, kemudian tahan pangkal sarung tangan tersebut dengan ibu jari tangan kiri



14



Pasangkan sarung tersebut pada tangan kanan, sesuai dengan alur masing-masing jari tangan, kemudian kencangkan dengan cara menarik pangkal/lingkaran sarung tangan



V



PEMERIKSAAN



15



Pemeriksa duduk pada kursi yang telah disediakan, menghadap ke aspektus genitalis



16



Ambil kapas, basahi dengan larutan antiseptik kemudian usapkan pada daerah vulva dan perineum



17



Lakukan periksa pandang pada daerah vulva dan perineum



18



Buka celah antar kedua labium mayus, perhatikan muara uretra dan introitus (bila kandung kemih belum dikosongkan, lakukan pemasangan kateter untuk mengeluarkan air kemih).



19



Raba dan telusuri labium mayus kanan dan kiri (terutama dibagian kelenjar bartolini) dengan ibu jari dan ujung telunjuk(perhatikan dan catat kelainan-kelainan yang ditemukan)



20



Ambil spekulum dengan tangan kanan, masukkan ujung telunjuk kiri pada introitus (agar terbuka),masukkan ujung spikulum dengan arah sejajar dengan introitus (yakinkan bahwa tidak ada bagian yang terjepit) lalu dorong bilah kedalam lumen vagina.



21



Setelah cukup dalam,putar spekulum 900 hingga tangkainya kearah bawah



22



Atur bilah atas dan bawah dengan membuka kunci pengatur bilah atas bawah (hingga masingmasing bilah menyentuh dinding atas dan bawah vagina)



23



Tekan pengungkit bilah sehingga lumen vagina dan porsio tampak jelas (perhatikan ukuran dan warna porsio,dinding dan sekret vagina atau forniks).



24



Setelah periksa pandang selesai,lepaskan penggungkit dan pengatur jarak bilah, putar tangkai 900 keatas (hingga bilah sejajar dengan arah introitus) kemudian keluarkan spikulum.



25



Letakkan spikulum pada tempat yang telah disediakan.



26



Pemeriksa berdiri ,buka labium mayus kiri dan kanan dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri, kemudian memasukkan jari telunjuk dan tengah kedalam vagina (vaginal toucher)



27



Letakkan ujung-ujung jari tangan kiri pada suprasimfisis, tentukan tinggi fundus uteri (apabila besar kandungan memungkinkan untuk diraba dari luar)



28



Bersama tangan dalam, tentukan besar uterus, konsistensi, dan arahnya. Periksa pula konsistensi serviks dan keadaan parametrium.



29



Pindahkan jari-jari tangan luar dan kedalam ke bagaian isthmus. (tentukan apakah ada tanda Hegar, dengan mencoba untuk mempertemukan kedua ujung jari tangan luar dan dalam)



30



Tangan kiri menahan uterus pada bagian suprasimfisis,keluarkan ibu jari dan telunjuk tangan kanan



31



Angkat tangan kiri dari dinding perut ibu, ambil kapas yang telah dibasahi larutan anti septik, usapkan pada bekas sekret/ cairan yang ada pada dinding perut dan sekitar vulva/perineum. Ginekologi Asuhan Antenatal 4|5



32



Beritahukan pada ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan ibu untuk mengambil tempat duduk.



VI



PENCEGAH INFEKSI



33



Kumpulkan semua peralatan yang telah dipergunakan kemudian masukkan dalam wadah yang berisi cairan klorin 0,5% selama 10 menit.



34



Masukkan sampah bahan habis pakai pada tempat yang telah disediakan. Seka bagian-bagian yang dicemari sekret atau cairan tubuh dengan larutan klorin 0,5%



35



Masukkan tangan kedalam larutan klorin 0,5%,bersihkan dari sekret/cairan tubuh, kemudian lepaskan sarung tangan ssecara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut selama 10 menit.



36



Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir



37



Keringkan dengan handuk yang bersih.



VII



PENJELASAN HASIL PEMERIKSAAN



38



Jelaskan pada ibu tentang hasil pemeriksaan



39



Jelaskan tentang hasil kesimpulan pemeriksaan dan rencana asuhan antenatal selanjutnya



VIII



RENCANA LANJUTAN ASUHAN ANTENATAL



40



Jelaskan bahwa rencana lanjutan ini berkaitan dengan kesimpulan hasil pemeriksaan



41



Buat jadual kunjungan dan cantumkan semua hasil pemeriksan pada buku konrol pemeriksaan kehamilan



42



Pesankan pada ibu untuk membawa kartu kontrol/pemeriksaan kehamilan pada kunjungan ulang



43



Jelaskan apabila terjadi gangguan atau gejala-gejala yang dapat mengganggu kesehatan ibu atau kehamilan, segera lakukan kunjungan ulang walaupun diluar jadual yang telah ditetapkan



44



Pastikan bahwa ibu telah mengerti tentang semua penjelasan yang telah diberikan



45



Berikan kartu kontrol pada ibu dan ucapkan salam



Ginekologi Asuhan Antenatal 5|5



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PEMERIKSAAN OBSTETRI LUAR Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



1.



Judul Keterampilan



Pemeriksaan Obstetri Luar



2.



Pendahuluan



Pemeriksaan Obstetri Luar merupakan keterampilan yang harus mampu dilakukan secara mandiri setelah lulus menjadi dokter (tingkat kemampuan 4A SKDI 2012) Pemeriksaan Obstetri Luar diajarkan di modul keterampilan klinik dasar (tahap akademik) untuk mempersiapkan mahasiswa sebelum masuk tahap klinik. Pada KURFAK 2012, KKD Pemeriksaan Obstetri Luar untuk KKI dan KR dilakukan dalam satu sesi, yang dilaksanakan pada Modul Reproduksi.



3.



Sasaran Keterampilan



4.



Metode Pembelajaran



Pembelajaran TUJUAN UMUM: Mampu melakukan Pemeriksaan Obstetri Luar TUJUAN KHUSUS : Setelah mahasiswa mengikuti KKD Pemeriksaan Obstetri Luar, bila diberi pasien mahasiswa : 1. Mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan obstetri luar 2. Mampu melakukan pemeriksaan obstetri luar 3. Mampu menjelaskan hasil pemeriksaan obstetri luar 4. Mampu menjelaskan rencana lanjutan asuhan antenatal 1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 8 – 9 orang. 2. Tutorial KKD dipimpin oleh seorang tutor. 3. Mahasiswa wajib menggunakan jas laboratorium. 4. Tempat pelaksanaan : Medical Skill Lab Gedung C RIK Depok Lantai 3. 5. KKD Pemeriksaan Obstetri Luar dilaksanakan sebanyak satu kali latihan selama 120 menit . 6. Setiap mahasiswa melakukan pemeriksaan obstetri luar terhadap phantom/manekuin yang tersedia. 7. Selama melakukan pemeriksaan obstetri luar, mahasiswa berada di sebelah kanan phantom/manekuin Pemeriksaan Obstetri Luar 1|5



5.



Alat dan bahan yang diperlukan



6.



Rujukan



7. 8. 9.



Daftar Tilik PJ Keterampilan PJ KKD untuk keterampilan ini



8. Ketrampilan yang harus dikuasai pada latihan ini merujuk pada daftar tilik. 9. Cara pelaksanaan kegiatan 9.1.Tutor membuka dan menerangkan tujuan kegiatan selama 5 menit. 9.2.Tutor melakukan demonstrasi pemeriksaan obstetri luar (10 menit) 9.3.Dengan menggunakan daftar tilik/cheklist, mahasiswa lainnya dan tutor memperhatikan dan menilai pemeriksaan obstetri luar yang dilakukan oleh setiap mahasiswa. 9.4.Semua daftar tilik/cheklist pemeriksaan obstetri luar dikumpulkan kepada Tutor. 9.5.Bila tutor menilai mahasiswa telah mampu melakukan pemeriksaan obstetri luar, maka tutor memberikan tandatangan pada logbook mahasiswa. 9.6.Tutor memberikan kesimpulan selama 5 menit. 9.7.Bagi mahasiswa yang tidak mendapat tandatangan logbook mohon menghubungi labskill untuk dijadwalkan ulang. Sebelum mengikuti ulangan tsb, agar mahasiswa berlatih mandiri untuk mencapai ketrampilan tersebut. Ulangan pemeriksaan dilakukan hanya satu kali. 1. Phantom obstetrik 2. Ranjang Obstetrik/Periksa 3. Selimut/Kain penutup 4. Stetoskop Monoaural (Laenec) 5. Air hangat & wadahnya 6. Tempat bilas & gayung 7. Handuk bersih & kering 1. Saifuddin, Abdul.(2009). “Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal”. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo 2. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Pedoman bagi tenaga kesehatan. Kementrian kesehatan RI, 2013 Terlampir dr.Tyas Priyatini,Sp.OG(K) dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, K-EMD, FINASIM



Pemeriksaan Obstetri Luar 2|5



Daftar Tilik Judul Keterampilan : Pemeriksaan Obstetri Luar No. I 1 2 3 4 II 5



III 6 7



8 9 10 11



12



Keterampilan PERSETUJUAN PEMERIKSAAN Jelaskan prosedur pemeriksaan ini kepada ibu Jelaskan tujuan atau hasil yang diharapkan dari pemeriksaan ini Jelaskan bahwa pemeriksaan ini kadang-kadang menimbulkan perasaan khawatir atau tidak enak tetapi tidak akan membahayakan bayi yang ada didalam kandungan Bila ibu mengerti apa yang telah disampaikan, mintakan persetujuan lisan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan PERSIAPAN A. IBU  Ranjang Obstetrik/Periksa  Selimut/Kain penutup  Stetoskop Monoaural (Laenec) B. PEMERIKSAAN  Air hangat & wadahnya  Tempat bilas & gayung  Handuk bersih & kering PEMERIKSAAN Persilakan ibu untuk berbaring Sisihkan pakain ibu hingga seluruh bagian perut ibu tampak jelas kemudian minta ibu untuk meletakkan kedua telapak kaki pada ranjang sehingga terjadi sedikit fleksi pada sendi paha (coxae) dan lutut (genu), untuk mengurangi ketegangan dinding perut. Tutup paha & kaki ibu dengan kain yang telah disediakan. Cuci tangan pemeriksa dengan sabun, bilas dengan air hangat kemudain keringkan kedua tangan tersebut dengan handuk. Pemeriksa berada disisi kanan ibu, menghadap bagian lateral kanan. Beritahukan kepada ibu bahwa pemeriksaan akan memulai proses pemeriksaan. Leopold 1 :  Letakkan sisi lateral telunjuk kiri pada puncak fundus uteri untuk menentukan tinggi fundus. Perhatikan agar jari tersebut tidak mendorong uterus kebawah (jika diperlukan,fiksasi uterus bawah dengan meletakkan ibu jari dan telunjuk tangan kanan di bagian lateral depan kanan dan kiri, sehingga tepi atas simfisis)  Angkat jari telunjuk jari kiri (dan jari-jari yang memfiksasi uterus bawah) kemudian atur posisi pemeriksa sehingga menghadap kebagian kepala ibu.  Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada fundus uteri dan rasakan bagian bayi yang ada pada bagian tersebut dengan jalan menekan secara lembut dan menggeser telapak tangan kiri dan kanan secara bergantian. Leopold 2 :



Pemeriksaan Obstetri Luar 3|5







13



14



15



16



17 18



Letakkan telapak tangan kiri pada dinding perut lateral kanan dan telapak tangan kanan pada dinding perut lateral kiri ibu secara sejajar dan pada ketinggian yang sama  Mulai dari bagian atas, tekan secara bergantian atau bersamaan (simultan) telapak tangan kiri dan kanan, kemudian geser kearah bawah dan rasakan adanya bagain yang rata dan memanjang (punggung) atau bagian-bagian kecil (eksteremitas) Leopold 3 :  Atur posisi pemeriksaan pada sisi kanan dan menghadap ke bagian kaki ibu  Letakkan unjung telapak tangan kiri pada dinding lateral kiri bawah, telapak tangan kanan pada dinding lateral kanan bawah perut ibu, tekan secara lembut secara bersamaan /bergantian untuk menentukan bagian terbawah bayi (bagian keras, bulat dan hampir homogen, adalah kepala sedangkan tonjolan yang lunak dan kurang simetris, adalah bokong) Leopold 4 :  Letakkan ujung telapak tangan kiri dan kanan pada leteral kiri dan kanan uterus bawah, ujung-ujung jari tangan kiri dan kanan berada pada tepi atas simfisis  Temukan kedua ibu jari kiri dan kanan, kemudain rapatkan semua jari-jari tangan yang meraba dinding bawah uterus  Perhatikan sudut yang dibentuk oleh jari-jari kiri dan kanan (konvergen dan divergen)  Setelah itu pindahkan ibu jari dan telunjuk tangan kiri pada bagian terbawah bayi (bila presentai kepala, upayakan memegang bagian kepala di dekat leher dan bila presentasi bokong, upayakan untuk memegang pingggang bayi)  Fiksasikan bagian tersebut kearah pintu atas panggul kemudian letakkan jari-jari tangan kanan dianatara tangan kiri dan simfisis untuk menilai seberapa jauh bagian terbawah telah memasuki pintu atas panggul Pemeriksaan auskultasi : Angkat kedua tangan dari dinding perut ibu kemudian ambil stetoskop monoaural dengan tangan kiri, kemudian tempelkan ujungnya pada dinding perut ibu yang sesuai dengan posisi punggung bayi (bagian yang memanjang dan rata) Tempelkan telinga kiri pemeriksa dan dengarkan buyi jantung bayi (pindahkan titik dengar apabila pada titik pertama, buyi jantung tersebut kurang jelas, upayakan untuk mendapatkan punctum maksimum) Apabila dinding perut cukup tebal sehingga sulit untuk mendengarkan bunyi jantung bayi, pindahkan ujung stetoskop pada dinding perut yang relatif tipis yaitu sekitar 3 sentimeter dibawah pusat (sub-umbilikus) Dengarkan dan hitung bunyi jantung bayi setiap 5 detik sebanyak 3 kali pemeriksaan, dengan interval 5 detik diantara masing-masing perhitungan Jumlahkan hasil perhitungan 1,2 dan 3 kemudian dikalikan dengan angka 4 untuk mendapatkan frekuensi denyut jantung bayi per menit (perhatikan perbedaan jumlah masing-masing perhitungan untuk menilai irama atau keteraturan bunyi jantung) Pemeriksaan Obstetri Luar 4|5



19 20 21 IV 22



V 23 24 25 26 27



Letakkan semua peralatan yang telah digunakan pada tempat semula Beritahukan bahwa prosedur pemeriksaan telah selesai, angkat kain penutup dan rapikan kembali pakain ibu Persilakan ibu untuk duduk kembali dan catat hasil pemeriksaan pada lembar yang telah tersedia didalam status pasien PENJELASAN HASIL PEMERIKSAAN Jelsakan hasil pemeriksaan palpasi dan auskultasi yang meliputi :  Usia kehamilan  Letak janin  Posisi janin  Presentasi  Kondisi janin ( sesuai dengan hasil pemeriksaan auskultasi) RENCANA ASUHAN ANTENATAL Jelaskan hasil temuan atau penilaian klinis ibu Jelaskan tentang rencana asuhan antenatal berkaiatan dengan hasil temuan tersebut Catat pada buku kontrol ibu hamil dan jelaskan tentang langkah atau asuhan lanjutan serta jadual pemeriksaan ulangan Jelaskan untuk melakukan kunjungan ulang (walaupun diluar jadual yang telah ditentukna) apabila ibu meraskan beberapa kelainan/gangguan kehamilan Serahkan kembali buku kontrol ibu hamil dan ucapkan salam



Pemeriksaan Obstetri Luar 5|5



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PERTOLONGAN PERSALINAN NORMAL KALA 2 Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1. 2.



Judul Keterampilan Pendahuluan



Pertolongan Persalinan Normal Kala 2 Pertolongan Persalinan Normal Kala 2 merupakan keterampilan yang harus mampu dilakukan secara mandiri setelah lulus menjadi dokter (tingkat kemampuan 4A SKDI 2012) Pertolongan Persalinan Kala 2 diajarkan di modul keterampilan klinik dasar (tahap akademik) untuk mempersiapkan mahasiswa sebelum masuk tahap klinik. Pada KURFAK 2012, KKD Pertolongan Persalinan Kala 2 untuk KKI dan KR dilakukan dalam satu sesi, yang dilaksanakan pada Modul Reproduksi.



3.



4.



Sasaran Pembelajaran TUJUAN UMUM: Keterampilan Mampu melakukan Pertolongan Persalinan Normal Kala 2 TUJUAN KHUSUS : Setelah mahasiswa mengikuti KKD Pertolongan Persalinan Kala 2, bila diberi pasien mahasiswa : 1. Mampu mengenali gejala dan tanda persalinan normal kala dua 2. Mampu menyiapkan pertolongan persalinan 3. Mampu memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik 4. Mampu menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran 5. Mampu mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi 6. Mampu melakukan pertolongan kelahiran bayi 7. Mampu melakukan penanganan bayi baru lahir Metode Pembelajaran 1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 8 – 9 orang. 2. Tutorial KKD dipimpin oleh seorang tutor. 3. Mahasiswa wajib menggunakan jas laboratorium. 4. Tempat pelaksanaan : Medical Skill Lab Gedung C RIK Depok Lantai 3. 5. KKD Pertolongan Persalinan Normal Kala 2 dilaksanakan sebanyak satu kali latihan selama 120 menit .



P e r t o l o nga n P e rs a l i na n K a l a 2 1|7



5.



6. 7. 8. 9.



6. Setiap mahasiswa melakukan Pertolongan Persalinan Normal Kala 2 terhadap phantom/manekuin yang tersedia. 7. Ketrampilan yang harus dikuasai pada latihan ini merujuk pada daftar tilik. 8. Cara pelaksanaan kegiatan 8.1. Tutor membuka dan menerangkan tujuan kegiatan selama 5 menit. 8.2. Tutor melakukan demonstrasi Pertolongan Persalinan Normal Kala 2 (10 menit) 8.3. Dengan menggunakan daftar tilik/cheklist, mahasiswa lainnya dan tutor memperhatikan dan menilai Pertolongan Persalinan Normal Kala 2 yang dilakukan oleh setiap mahasiswa. 8.4. Semua daftar tilik/cheklist Pertolongan Persalinan Normal Kala 2 dikumpulkan kepada Tutor. 8.5. Bila tutor menilai mahasiswa telah mampu melakukan Pertolongan Persalinan Normal Kala 2, maka tutor memberikan tandatangan pada logbook mahasiswa. 8.6. Tutor memberikan kesimpulan selama 5 menit. 8.7. Bagi mahasiswa yang tidak mendapat tandatangan logbook mohon menghubungi labskill untuk dijadwalkan ulang. Sebelum mengikuti ulangan tsb, agar mahasiswa berlatih mandiri untuk mencapai ketrampilan tersebut. Ulangan pemeriksaan dilakukan hanya satu kali. Alat dan bahan yang 1. Phantom obstetrik diperlukan 2. Ranjang Obstetrik/Periksa 3. Selimut/Kain penutup 4. Lampu sorot 5. Sarung tangan DTT 6. Apron 7. Sabun dan air bersih 8. Handuk bersih dan kering 9. Kantung plastik sampah 10. Kapas/kasa pembersih 11. Doppler USG 12. Partus Set 13. Oksitosin 14. Spuit 3cc dengan jarum 15. Klorin 0,5% Rujukan 1. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. JNPKKementrian Kesehatan RI, 2008 Daftar Tilik Terlampir PJ Keterampilan dr.Tyas Priyatini, Sp.OG(K) PJ KKD untuk Dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD,K-EMD, FINASIM keterampilan ini P e r t o l o nga n P e rs a l i na n K a l a 2 2|7



Daftar Tilik Judul Keterampilan No.



: Pertolongan Persalinan Kala 2



Keterampilan



I



MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA DUA



1



Mendengar, melihat dan memeriksa gejala dan tanda Kala Dua



II 2







Ibu merasa ada dorongan kuat menekan







Ibu merasa regangan yang semakin meningkat pada rektum dan vagina







Perineum tampak menonjol







Vulva dan sfinger ani membuka



MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia  tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi. 



Menggelar kain di atas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi







Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di



dalam



partus set 3



Pakai celemek plastik



4



Lepaskan dan simpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.



5



Pakai sarung tangan DTT untuk melakukan periksa dalam.



6



Masukan Oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik).



III



MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN BAIK



7



Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT. 



Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang.







Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.



P e r t o l o nga n P e rs a l i na n K a l a 2 3|7







Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%  langkah #9).



8



Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. 



Bila selaput ketuban dalam pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi.



9



Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.



10



Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit) 



Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal







Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasilhasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.



IV



MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES BIMBINGAN MENERAN



11



Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik dan bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginannya. 



Tunggu hingga rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada







Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.



12



Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontrakasi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).



13



Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran : 



Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif







Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai







Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang pada waktu yang lama). P e r t o l o nga n P e rs a l i na n K a l a 2 4|7







Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.







Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu







Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)







Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.







Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida)



14



Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.



V 15



PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.



16



Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu



17



Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan



18



Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan



VI



PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI Lahirnya Kepala



19



Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernapas cepat dan dangkal.



20



Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi 



Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi







Jika tali pusat melilit leher secar kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong diantara dua klem tersebut



21



Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan Lahirnya Bahu



22



Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah



P e r t o l o nga n P e rs a l i na n K a l a 2 5|7



dan distal hingga bahu depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. Lahirnya Badan dan Tungkai 23



Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.



24



Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya).



VII 25



PENANGANAN BAYI BARU LAHIR Lakukan penilaian (selintas): 



Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?







Apakah bayi bergerak dengan aktif?



Jika bayi tidak menangis, tidak bernapas atau megap-megap segera lakukan tindakan resusitasi ( langkah 25 ini berlanjut ke langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia) 26



Keringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut ibu  Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya (tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan  Ganti handuk basah dengan yang kering  Pastikan bayi dalam kondisi mantap diatas perut ibu.



27



Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tak ada bayi lain dalam uterus (hamil tunggal).



28



Beritahukan pada ibu bahwa penolong akan menyuntikan oksitosin (agar uterus berkontraksi baik).



29



Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).



30



Dengan menggunakan klem, jepit tali pusat (2 menit setelah bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar (umbilikus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong isi tali pusat kearah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama.



31



Pemotongan dan pengikatan tali pusat P e r t o l o nga n P e rs a l i na n K a l a 2 6|7



 Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) diantara 2 klem tsb.  Ikat tali pusat dengan benang DTT /steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang kesisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan dengan simpul kunci  Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan 32



Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari posisi puting payudara ibu.



33



Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi



P e r t o l o nga n P e rs a l i na n K a l a 2 7|7



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PERSALINAN NORMAL KALA 3 & 4 Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



1. 2.



Judul Keterampilan Pendahuluan



Persalinan Normal Kala 3 & 4 Persalinan Normal Kala 3 & 4 merupakan keterampilan yang harus mampu dilakukan secara mandiri setelah lulus menjadi dokter (tingkat kemampuan 4A SKDI 2012) Pertolongan Persalinan Normal Kala 3 & 4 diajarkan di modul keterampilan klinik dasar (tahap akademik) untuk mempersiapkan mahasiswa sebelum masuk tahap klinik. Pada KURFAK 2012, KKD Persalinan Normal Kala 3 & 4 untuk KKI dan KR dilakukan dalam satu sesi, yang dilaksanakan pada Modul Reproduksi.



3.



4.



Sasaran Keterampilan



Pembelajaran TUJUAN UMUM: Mampu melakukan Persalinan Normal Kala 3 & 4 TUJUAN KHUSUS : Setelah mahasiswa mengikuti KKD Persalinan Normal Kala 3 & 4, bila diberi pasien mahasiswa : 1. Mampu melakukan penatalaksanaan aktif persalinan normal kala 3. 2. Mampu melakukan penilaian perdarahan. 3. Mampu melakukan asuhan pasca persalinan. 4. Mampu menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran 5. Mampu mempersiapkan pertolongan kelahiran bayi 6. Mampu melakukan pertolongan kelahiran bayi 7. Mampu melakukan penanganan bayi baru lahir Metode Pembelajaran 1. Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 8 – 9 orang. 2. Tutorial KKD dipimpin oleh seorang tutor. 3. Mahasiswa wajib menggunakan jas laboratorium. 4. Tempat pelaksanaan : Medical Skill Lab Gedung C RIK Depok Lantai 3. 5. KKD Persalinan Normal Kala 3 & 4 dilaksanakan sebanyak satu kali latihan selama 120 menit . 6. Setiap mahasiswa melakukan Persalinan Normal Kala 3 & 4 terhadap phantom/manekuin yang tersedia. Persalinan Normal Kala 3 & 4 1|5



5.



6. 7. 8. 9.



7. Ketrampilan yang harus dikuasai pada latihan ini merujuk pada daftar tilik. 8. Cara pelaksanaan kegiatan 8.1.Tutor membuka dan menerangkan tujuan kegiatan selama 5 menit. 8.2.Tutor melakukan demonstrasi Persalinan Normal Kala 3 & 4 (10 menit) 8.3.Dengan menggunakan daftar tilik/cheklist, mahasiswa lainnya dan tutor memperhatikan dan menilai Persalinan Normal Kala 3 & 4 yang dilakukan oleh setiap mahasiswa. 8.4.Semua daftar tilik/cheklist Persalinan Normal Kala 3 & 4 dikumpulkan kepada Tutor. 8.5.Bila tutor menilai mahasiswa telah mampu melakukan Persalinan Normal Kala 3 & 4, maka tutor memberikan tandatangan pada logbook mahasiswa. 8.6.Tutor memberikan kesimpulan selama 5 menit. 8.7.Bagi mahasiswa yang tidak mendapat tandatangan logbook mohon menghubungi labskill untuk dijadwalkan ulang. Sebelum mengikuti ulangan tsb, agar mahasiswa berlatih mandiri untuk mencapai ketrampilan tersebut. Ulangan pemeriksaan dilakukan hanya satu kali. Alat dan bahan yang diperlukan 1. Phantom obstetrik (plasenta/bayi) 2. Ranjang Obstetrik/Periksa 3. Selimut/Kain penutup 4. Lampu sorot 5. Sarung tangan DTT 6. Kateter nelaton 7. Apron 8. Sabun dan air bersih 9. Handuk bersih dan kering 10. Kantung plastik sampah 11. Kapas/kasa pembersih 12. Doppler USG 13. Partus Set 14. Oksitosin 15. Spuit 3cc dengan jarum 16. Klorin 0,5% Rujukan 1. Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal. JNPKKementrian Kesehatan RI, 2008 Daftar Tilik Terlampir PJ Keterampilan dr.Tyas Priyatini, Sp.OG(K) PJ KKD untuk keterampilan ini dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD,K-EMD, FINASIM



Persalinan Normal Kala 3 & 4 2|5



Daftar Tilik Judul Keterampilan No.



: Persalinan Normal Kala 3 & 4



Keterampilan



I



PENATALAKSANAAN AKTIF KALA TIGA



1



Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).



2



Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.



3



Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi, tangan lain menegangkan tali pusat.



4



Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas. 



Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.



5



Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial) 



Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta







Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat: 1. Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM 2. Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh 3. Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan 4. Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya 5. Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir 6. Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual



6



Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan 



Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal



Persalinan Normal Kala 3 & 4 3|5



Rangsangan Taktil (Masase) Uterus 7



Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus terasa keras) 



Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/masase



II



MENILAI PERDARAHAN



8



Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus



9



Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan Bila ada robekan yang menimbulkan pardarahan aktif, segera lakukan penjahitan



III



MELAKUKAN ASUHAN PASCA PERSALINAN



10



Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam



11



Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit ibu-bayi (di dada ibu paling sedikit 1 jam) 



Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara







Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu



12



Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramuskuler di paha kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu-bayi



13



Berikan suntikan imunisasi Hepatitis B (setelah satu jam pemberian vitamin K 1 ) di paha kanan anterolateral.  Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.  Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu. Evaluasi



14



Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam  2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan  Setiap 15 menit pada satu jam pertama pascapersalinan  Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan



Persalinan Normal Kala 3 & 4 4|5



 Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri. 15



Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi



16



Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah



17



Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan  Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pascapersalinan  Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal



18



Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (4060 kali /menit) serta suhu tubuh normal (36,5-37,5) KEBERSIHAN DAN KEAMANAN



19



Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasi



20



Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai



21



Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering



22



Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkannya



23



Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%



24



Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit



25



Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan dengan tissue atau handuk yang kering dan bersih. Dokumentasi



26



Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV



Persalinan Normal Kala 3 & 4 5|5



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN ANESTESI INFILTRASI DAN BLOK SARAF LOKAL Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



1.



Judul Keterampilan



Anestesi Infiltrasi dan Blok Saraf Lokal



2.



Pendahuluan



Blok Syaraf adalah penyuntikan obat anestetik lokal pada serabut syaraf besar yang menyebabkan hilangnya sensasi sensorik di area / bagian distal dari tempat penyuntikan. Area / daerah yang hilang sensoriknya merupakan bagian tubuh yang disarafi oleh serabut syaraf yang diblok. Blok infiltrasi adalah penyuntikan obat anestetik local di area yang akan dihilangkan sensasi sensoriknya. Blok ini bersifat terbatas di area yang disuntikkan. Bagian syaraf yang diblok merupakan cabang terminal dari suatu serabut syaraf Persyarafan jari tangan : Syaraf digiti berasal dari nervus medianus dan nervus ulnaris yang bercabang di bagian distal telapak tangan menjadi nervus yg mensyarafi bagian volar, ujung jari dan bagian bawah kuku. Persyarafan penis : Penis disyarafi oleh persyarafan yang berasal dari nervus pudendal dan pleksus pelvis. Syaraf bagian dorsal dari penis bercabang di level symphisis pubis menjadi dua syarah dorsal penis yang memberi inervasi ke batang penis. Obat anestetik local : 1. Bupivakain 0,5% ( 5mg/ml), durasi 120-360 menit, dosis maksimal 2,5 mg/kgbb 2. Lidokain 2% (20mg/ml), durasi 120180 menit, dosis maksimal 5mg/kgbb Pada blok digiti dan penile, obat anestetik local tidak boleh dicampur dengan efinefrin/adrenalin



3.



Sasaran Keterampilan



Pembelajaran



4.



Metode Pembelajaran



KKD-1 Anestesi infiltrasi dan blok saraf_Rev2016



Setelah selesaai megikuti tutorial ini, mahasiswa mampu melakukan infiltrasi dan blok saraf pada pasien di bawah pengawasan supervisi Mahasiswa dibagi menjadi kelompok kecil yang terdiri atas 8-10 mahasiswa



1



Diskusi dan praktek dengan bimbingan tutor Tutorial berlangsung selama 120 menit dengan 2x pertemuan 5.



Alat dan diperlukan



bahan



yang



1. sarung tangan 2. jarum suntik disposable 1,5 “ ukuran 25 / 27 G 3. jarum suntik disposable 1,5 “ ukuran 23 G 4. alat suntik disposable 3 ml dan 5 ml 5. kassa steril 6. swap alcohol 7. steril drap/ duk steril berlubang 8. larutan betadine 9. obat anestetik local 10. Manekin kulit dan penis 11. Bengkok untuk tempat bahan kotor, spuit bekas / sampah tajam



6.



Rujukan



7.



Daftar Tilik



Terlampir



8.



PJ Keterampilan



dr. Arif HM Marsaban, SpAn (K)



9.



PJ KKD untuk keterampilan ini



dr. Sri Wahdini, M.Biomed, SpAk



KKD-1 Anestesi infiltrasi dan blok saraf_Rev2016



2



GUIDELINES INFILTRATION BLOCK AND NERVE BLOCK Indications:



1. 2.



Give local anesthesia in surgical/invasive procedure in a restricted area Give local anesthesia in surgical/invasive procedure in a specific region of the body



Contraindications:



1. 2.



Allergic to local anesthesia drugs. Infection in the area to be injected



Complications:



1. 2. 3.



Subcutaneous hematoma Infection Nerve injury



INFILTRATION BLOCK



KKD-1 Anestesi infiltrasi dan blok saraf_Rev2016



3



DIGITI BLOCK



PENILE NERVE BLOCK



KKD-1 Anestesi infiltrasi dan blok saraf_Rev2016



4



KKD-1 Anestesi infiltrasi dan blok saraf_Rev2016



5



Daftar Tilik Judul Keterampilan



: Anestesi Infiltrasi



No.



Keterampilan



1.



Memeriksa kelengkapan alat-alat



2.



Memberi penjelasan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan



3.



Mencuci tangan



4.



Memasang sarung tangan



5.



Tentukan area atau daerah yang akan disuntikkan



6.



Permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi dengan menggunakan betadine lalu swab dengan alkohol



7.



Di tepi bagian tengah dari area kulit yang akan diinfiltrasi, suntikan obat anestetik lokal dg jarum 25/27 G dg membuat skin wheal



8.



Tusukkan jarum lebih kedalam lagi di subkutis dan suntikkan 1-2 ml obat anestetik lokal sesuai dg luas area



9.



Bila area yg disuntikkan luas, ganti jarum dg ukuran 23 G lalu suntikkan di titik yg sama tapi arahkan ke kanan dari titik semula lalu aspirasi. Bila tidak ada darah yg terhisap, suntikkan 1 ml obat anestetik lokal



10.



Lalu sambil jarumnya ditarik keluar, suntikkan secara kontinyu sejumlah volume obat anestetik lokal yg sesuai dg luas area sampai jarum berada di bawah kulit



11.



Tanpa menarik jarum keluar dari kulit, arahkan ke sisi lainnya (kiri) dan lakukan langkah yg sama seperti di point 9.



12.



Bila areanya luas, langkah 9 dan 10 bisa diulang atau jarumnya dipindahkan ke tepi area lainnya dan lakukan langkah yg sama



13.



Bekas tusukan ditekan dengan swab alkohol



14.



Rapikan Alat-alat, lepas sarung tangan dan/atau dibuang sesuai tempatnya



15.



Cuci tangan Judul Keterampilan



: Blok Saraf digiti



No.



Keterampilan



1.



Persiapkan perlengkapan dan obat



2.



Memberi penjelasan kepada pasien



3.



Mencuci tangan



4.



memasang sarung tangan



5.



Letakkan tangan pasien di tempat yg datar atau ditopang oleh asisten



6.



Permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi dengan menggunakan betadine lalu swab dengan alkohol



7.



Tusukkan jarum di titik dorsolateral pangkal jari, suntikkan dg membuat skin wheal



8.



Tusukkan jarum ke anterior ke arah pangkal falangs sampai kontak dg falangs, sambil memperhatikan ujung jarum tidak menembus kulit palmar



9.



Tarik jarum 1-2 mm, lakukan aspirasi, bila tidak ada darah suntikkan 1 ml obat anestetik lokal



KKD-1 Anestesi infiltrasi dan blok saraf_Rev2016



6



No.



Keterampilan



10.



Sambil menarik keluar jarum, suntikkan 1 ml obat anestetik lokal secara kontinyu sampai jarum keluar dari kulit



11.



Tekan dan usap dg swab alkohol di tempat bekas tusukan



12.



Lakukan langkah-langkah yang sama pada sisi lainnya dari pangkal jari



13.



Rapikan Alat-alat, lepas sarung tangan dan/atau dibuang sesuai tempatnya



14.



Cuci tangan Judul Keterampilan



:Anestesi blok Penis



No.



Keterampilan



1.



Persiapkan perlengkapan dan obat



2.



Memberi penjelasan kepada pasien



3.



Mencuci tangan



4.



Memasang sarung tangan



5.



Permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi dengan menggunakan betadine lalu swab dengan alkohol



6.



Raba bagian pangkal dorsum penis



7.



Tusukkan jarum tegak lurus di pangkal penis dg jarum 25/27 G, suntikkan dg membuat skin



8.



Tusukkan jarum ke ruang infra pubic sampai terasa hilangnya tahanan dg sensasi ”pop” saat jarum masuk ke kompartemen fasial



9.



Lakukan aspirasi, bila tidak ada darah , arahkan jarum ke kanan – kiri batang penis dan suntikkan obat anestetik lokal dg dosis sesuai umur di masing-masing sisi kiri-kanan batang penis



10.



Tekan dan usap dg swab alkohol di tempat bekas tusukan



11.



Rapikan Alat-alat, lepas sarung tangan dan/atau dibuang sesuai tempatnya



12.



Cuci tangan



wheal



KKD-1 Anestesi infiltrasi dan blok saraf_Rev2016



7



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN DASAR BEDAH Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1. 2.



3.



4.



5.



Judul Keterampilan Pendahuluan



Ketrampilan Dasar Bedah Ketrampilan dasar bedah adalah ketrampilan yang dibutuhkan untuk melakukan/ membantu melakukan tindakan bedah pada seseorang. Ketrampilan ini merupakan salah satu ketrampilan yang wajib dimiliki oleh setiap dokter umum. Pada modul ketrampilan klinik dasar ini diberikan pelatihan sebagai bekal untuk dapat melakukan tindakan bedah dasar pada pasien. Sasaran Pembelajaran Setelah mengikuti modul ini diharapkan mahasiswa Keterampilan dapat melakukan: a. Teknik a dan antisepsis yang benar b. Melakukan handling peralatan bedah dengan baik dan benar c. Membuat simpul dengan baik dan benar, baik menggunakan tangan maupun menggunakan instrument d. Mengetahui dasar-dasar penjahitan kulit dengan baik dan benar e. Mengetahui prinsip dan cara melakukan pencabutan benang jahitan dengan baik dan benar Metode Pembelajaran Pembelajaran dilakukan dalam 2 kali pertemuan: a. Pembekalan: Kuliah dan video demonstrasi instrumen bedah, cara penggunaannya dan cara menjahit kulit yang baik dan benar b. Latihan: Tutor menunjukkan secara perlahan, bagaimana membuat simpul surgeon’s knot, memegang instrument bedah dan cara melakukan penjahitan dan pengangkatan jahitan. Setelah itu masing-masing peserta didik mempraktekkan di bawah supervisi tutor, sesuai dengan ceklist yang disediakan Alat dan bahan yang Video handling instrument bedah diperlukan Model penjahitan kulit Instrument bedah: needle holder Pinset anatomis Pinset chirurgis Klem lurus Klem bengkok Gunting jaringan Keterampilan Dasar Bedah 1|3



Gunting benang Jarum jahit beserta benang Kom kecil cairan antiseptic Kassa 6.



Rujukan



http://www.who.int/surgery/publications/s16383e.pdf



7. 8. 9.



Daftar Tilik Terlampir PJ Keterampilan dr. Wifanto S. Joe, SpB-KBD PJ KKD untuk dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD, K-EMD, FINASIM keterampilan ini



Keterampilan Dasar Bedah 2|3



DAFTAR TILIK Judul Keterampilan



No



: Ketrampilan Dasar Bedah



Keterampilan



A & Anti Sepsis 1 Mengetahui prinsip steril dan non steril 2 Memegang kassa untuk antisepsis dengan benar, baik dengan maupun tanpa menggunakan instrumen 3 Menggunakan cairan antiseptic secukupnya 4 Melakukan tindakan antisepsis dengan gerakan sentripetal ataupun sejajar Membuat simpul dengan benar 1 Dapat membuat surgical knot dengan benar menggunakan tangan Membuat jahitan interrupted dengan benar 1 Dapat memegang dan menggunakan instrument bedah dengan baik dan benar 2 Dapat menempatkan jarum pada needle holder tanpa memegang langsung dengan jari, pada posisi yang tepat yaitu 2/3 dari ujung tajam 3



Dapat membuat tusukan pada model jahit secara tegak lurus dengan bidang yang akan dijahit



4



Dapat mengarahkan dan mengeluarkan jarum setelah melakukan jahitan dengan baik dan benar menggunakan instrument bedah



5



Dapat membuat simpul surgical knot menggunakan instrument dengan baik dan benar



6



Memotong benang dari simpul tidak terlalu pendek agar memfasilitasi pencabutan benang



7



Dapat melakukan pencabutan benang jahitan dengan baik dan benar



Keterampilan Dasar Bedah 3|3



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PEMRIKSAAN FISIK KEPALA Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1. 2.



3.



Judul Keterampilan Pendahuluan



Pemeriksaan Fisik Kepala Pemeriksaan kepala meliputi pemeriksaan rambut dan kulit kepala, wajah, mata, telinga, sinus paranasal, bibir, mulut dan gigi geligi Sasaran Pembelajaran 1. Mampu melakukan pemeriksaan kepala Keterampilan 2. Mampu melakukan pemeriksaan rambut kepala 3. Mampu melakukan pemeriksaan mata 4. Mampu melakukan pemeriksaan telinga 5. Mampu melakukan pemeriksaan sinus paranasalis 6. Mampu melakukan pemeriksaan bibir 7. Mampu melakukan pemeriksaan mulut 8. Mampu melakukan pemeriksaan gigi



4.



Metode Pembelajaran



5.



Alat dan diperlukan



6.



Rujukan



7. 8. 9.



Daftar Tilik PJ Keterampilan PJ KKD keterampilan ini



bahan



yang



1. Sesi tutorial dalam kelompok kecil dilaksanakan dua kali masing-masing selama dua jam. 2. Setiap mahasiswa mendapat kesempatan melakukan pemeriksaan fisik kepala 1 (satu) kali dan bila dinilai telah memiliki ketrampilan tersebut akan mendapat tanda tangan tutor pada buku log. 3. Mahasiswa menjadi pasien yang diperiksa oleh teman lainnya, mahasiswa secara bergiliran menjadi pasien. 4. Ruangan periksa hendaknya memiliki cahaya yang cukup. 5. Selama pemeriksaan fisik kepala, pasien dalam posisi duduk 1. Kursi Pemeriksaan 2. Pen light



Bickley, Lynn S. Guide to physical examination and history taking. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins. 2013 Terlampir dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD, K-EMD, FINASIM untuk Tim KKD-2



Pemeriksaan Fisik Kepala 1|2



DAFTAR TILIK Judul Keterampilan No 1



2



3



4



5



6



7



8



9



:Pemeriksaan Fisik Kepala



Keterampilan Pemeriksaan Kepala Perhatikan bentuk dan ukuran, apakah terdapat benjolan, lekukan, dan nyeri tekan Cara pemeriksaan : Inspeksi dan palpasi Pemeriksaan Rambut Perhatikan warna, penyebaran, dan apakah mudah dicabut. Cara pemeriksaan : Inspeksi dan palpasi Pemeriksaan Wajah Perhatikan ekspresi, bentuk dan apakah wajah simetri. Apakah terdapat asimetri wajah, gerakan involunter, bengkak dan benjolan Cara pemeriksaan :inspeksi Pemeriksaan Kulit Wajah Perhatikan warna dan apakah terdapat kelainan kulit. Cara pemeriksaan : inspeksi Pemeriksaan Telinga Perhatikan bentuk daun telinga, liang telinga (pen light), membrane timpani serta tulang mastoid. Lakukan penekanan pada tragus. Cara pemeriksaan : Inspeksi, palpasi dan gunakan pen light Pemeriksaan Sinus paranasalis Lakukan penekanan di daerah sinus maksilaris, frontalis dan etmoidalis. Cara pemeriksaan : Inspeksi dan palpasi Pemeriksaan Bibir Perhatikan warna, apakah terdapat benjolan atau ulkus Cara pemeriksaan : Inspeksi Pemeriksaan Mulut Perhatikan warna mukosa dan apakah terdapat ulkus. Perhatikan warna, papil dan gerakan lidah Cara pemeriksaan : Inspeksi dan gunakan penlight Pemeriksaan Gigi Perhatikan jumlah gigi, apakah terdapat gigi berlubang Perhatikan warna gusi. Cara pemeriksaan : Inspeksi dan gunakan flash light



Pemeriksaan Fisik Kepala 2|2



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK LEHER Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



1. 2.



Judul Keterampilan Pendahuluan



3.



Sasaran Keterampilan



4.



Pemeriksaan Fisik Leher Pemeriksaan fisik leher yang dimaksud di sini adalah pemeriksaan JVP (jugular venous pressure), pemeriksaan kaku kuduk, pemeriksaan tiroid, pemeriksaan kelenjar getah bening leher, dan pemeriksaan arteri karotis. Semua pemeriksaan rutin ini bertujuan untuk mencari adanya kelainan fisik pada leher yang mungkin berhubungan dengan penyakit tertentu. Tidak ada kontra indikasi mutlak untuk dilakukan pemeriksaan fisik tersebut.



Pembelajaran Setelah mengikuti latihan ini mahasiswa diharapkan: 1. Mengetahui anatomi leher dan organorgan penting 2. Mampu melakukan pemeriksaan JVP ( jugular venous pressure ) 3. Mampu melakukan pemeriksaan kaku kuduk 4. Mampu melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid 5. Mampu melakukan pemeriksaan kelenjar getah bening 6. Mampu melakukan pemeriksaan arteri karotis Metode Pembelajaran 1. Introduksi Dapat dilakukan dengan melihat video 2. Tutorial/latihan a. Tutor membuka dan menerangkan tujuan kegiatan selama 5 menit b. Tutor melakukan demonstrasi pemeriksaan fisik leher c. Setiap mahasiswa berlatih melakukan fisik leher @ 10 menit d. Dengan menggunakan checklist, mahasiswa lainnya dan tutor Pemeriksaan Fisik Leher 1|5



memperhatikan dan menilai pemeriksaan yang berlangsung. e. Semua checklist pemeriksaan fisik leher dikumpulkan kepada tutor. f. Tutor memberikan kesimpulan selama 5 menit.



5.



6. 7. 8.



Alat dan diperlukan



bahan



yang



1. 2. 3. 4.



Pasien standar Stetoskop Penggaris 2 buah Tempat tidur yang dapat ditinggikan di bagian kepala 5. Bantal Daftar Tilik Terlampir PJ Keterampilan dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD,K-EMD, FINASIM PJ KKD untuk keterampilan dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD,K-EMD, ini FINASIM



Pemeriksaan Fisik Leher 2|5



DAFTAR TILIK Judul Keterampilan



: Pemeriksaan Leher



1. Pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis (JVP) No. Ketrampilan 1 Memperkenalkan diri dan menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin 2 Meminta pasien untuk tidur terlentang dengan bantal dengan sudut 30-450 3 4



Menekan vena dengan 1 jari disebelah atas clavicula



5 6 7 8



Melepas tekanan disebelah bawah di atas clavicula Menunjuk dimana vena terisi waktu inspirasi biasa Membuat bidang datar melalui angulus ludovici sejajar lantai Menghitung jarak antara puncak pengisian vena dengan bidang datar yang melalui angulus ludovici



9



Menekan vena disebelah atas dekat mandibula dengan jari yang lain



Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan



2. Pemeriksaan Kaku Kuduk Ketrampilan No 1 Memperkenalkan diri 2 Memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta ijin 3 Meminta pasien untuk tidur terlentang tanpa bantal, dengan posisi tungkai lurus rileks 4 Meletakkan tangan kiri pemeriksa di belakang kepala pasien dan tangan kanan di atas dada, lalu melakukan fleksi pada leher 5 Melaporkan hasil pemeriksaan 6 Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan



Pemeriksaan Fisik Leher 3|5



3. Pemeriksaan Kelenjar tiroid No. Ketrampilan 1 Memperkenalkan diri, menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin. 2 Meminta pasien untuk duduk dan sedikit mengekstensikan kepalanya 3 Melakukan Inspeksi 4 Berdiri di belakang pasien 5 Melakukan palpasi pada regio tiroid dengan menggunakan ujung jari dari kedua tangan 6 Meminta pasien melakukan gerakan menelan 7 Memeriksa seluruh kelenjar tiroid 8 Menggunakan stetoskop untuk menilai adanya bruit 9 Melaporkan hasil dengan benar 10 Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan. 4. Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening No. Ketrampilan 1 Memperkenalkan diri, menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin. 2 Melakukan pemeriksaan dari belakang pasien 3 Palpasi dengan jari pada daerah submental 4 5



Palpasi dengan jari pada daerah submandibular Palpasi dengan jari pada daerah jugular chain (anterior muskulus sternocleidomastoideus)



6



Palpasi dengan jari pada daerah posterior triangle (posterior muskulus sternocleidomastoideus)



7 8



Palpasi dengan jari pada daerah oksipital Palpasi dengan jari pada daerah postauricular



9



Palpasi dengan jari pada daerah preauricular



10



Melakukan pemeriksaan dengan cara yang sistematis dan menyenangkan



11



Melaporkan hasil pemeriksaan palpasi KGB leher dengan benar



12



Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan



Pemeriksaan Fisik Leher 4|5



5. Pemeriksaan Arteri Karotis No. Ketrampilan 1 Memperkenalkan diri, menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin 2 Meminta pasien untuk tidur terlentang dengan bantal, dengan sudut 300 3 Inspeksi daerah medial otot sternokleidomastoideus kanan 4 Palpasi arteri karotis pada daerah 1/3 bawah kanan leher 5 Auskultasi arteri karotis kanan 6 Inspeksi daerah medial otot sternokleidomastoideus kiri 7 Palpasi arteri karotis pada daerah 1/3 bawah kiri 8 Auskultasi arteri karotis kiri 9 Melakukan pemeriksaan dengan cara yang menyenangkan



Pemeriksaan Fisik Leher 5|5



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN SUNTIKAN SUBKUTAN DAN INTRAKUTAN Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



1. 2.



3.



4.



Judul Keterampilan Pendahuluan



Suntikan subkutan dan intrakutan Sebagai seorang dokter yang baik tentu diharapkan bisa melakukan prosedur suntikan secara benar. Suntikan adalah prosedur yang ditujukan untuk memasukkan obat ke dalam tubuh dengan tujuan tertentu. Suntikan dapat dilakukan secara intrakutan, subkutan, intramuskular, intravena, intraartikular, intratekal dan lain-lain. Sasaran Pembelajaran Setelah melakukan latihan ini mahasiswa Keterampilan diharapkan: 1. Dapat memberikan contoh obat-obatan yang diberikan secara intrakutan dan subkutan 2. Dapat menjelaskan lapisan-lapisan kulit tempat dideposit obat-obatan 3. Dapat menjelaskan indikasi dan kontraindikasi dilakukannya suntikan intrakutan dan subkutan 4. Dapat melakukan suntikan intrakutan dan kutan secara lege artis Metode Pembelajaran 1. Kuliah introduksi Dapat dilakukan dengan melihat video atau audio visual aids lain 2. Tutorial/latihan a. Tutor membuka dan menerangkan tujuan kegiatan selama 5 menit. b. Tutor melakukan demonstrasi penyuntikan intrakutan dan subkutan selama 15 menit. c. Setiap mahasiswa berlatih melakukan prosedur @ 15 menit d. Dengan menggunakan checklist, mahasiswa lain dan tutor memperhatikan dan menilai prosedur yang berlangsung e. Semua cheklist prosedur penyuntikan Suntikan subkutan dan intrakutan 1|3



f.



5.



6. 7. 8.



Alat dan diperlukan



bahan



dikumpulkan kepada tutor Tutor memberikan kesimpulan selama 5 menit & menutup pertemuan



yang



1. Manekin suntikan subkutan dan intrakutan 2. Jarum dan semprit 1 cc 3. Berbagai jenis dan ukuran jarum insulin 4. Insulin vial 5. Swab alkohol 6. Sarung tangan non steril 7. Kotak berbagai jenis pen insulin 8. Disposal box Daftar Tilik Terlampir PJ Keterampilan dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD,K-EMD, FINASIM PJ KKD untuk keterampilan dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD,K-EMD, ini FINASIM



Suntikan subkutan dan intrakutan 2|3



DAFTAR TILIK Judul Keterampilan



: Suntikan Subkutan dan Intrakutan



No. Keterampilan SUNTIKAN SUBKUTAN 1. Memeriksa kelengkapan alat-alat 2. Memberi penjelasan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan 3. 4. 5.



Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan non steril Mencocokkan spuit insulin dengan konsentrasi insulin yang dipakai Mengisi spuit insulin sesuai dosis dengan cara tegak lurus terhadap botol insulin, setelah itu mengeluarkan udara yang masih tersisa di ujung spuit 6. Menentukan lokasi suntikan kemudian mencubit kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk, lalu menyuntikkan jarum secara tegak lurus 7. Menekan tuas spuit sehingga insulin masuk ke subkutan, lalu membiarkan jarum tetap di lokasi selama 5-10 detik 8. Menarik jarum dari kulit dan jika ada rembesan darah cukup dengan memberikan tekanan ringan dengan kapas atau kasa di lokasi penyuntikan 9. Untuk suntikan dengan insulin pen, pastikan bahwa semua bagian-bagian pen sudah terpasang dengan benar, lalu memutar dosis sesuai yang diinginkan. Lalu menusukkan pen secara tegak lurus terhadap permukaan kulit di lokasi suntikan 10. Melakukan semua prosedur secara lege artis dan menyenangkan 11. Merapikan semua peralatan dan atau membuang barang yang tidak diperlukan lagi SUNTIKAN INTRAKUTAN 1. Memeriksa kelengkapan alat-alat 2. Memberi penjelasan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan 3. 4. 5.



6. 7.



Mencuci tangan dan menggunakan sarung tangan non steril Mengisi spuit 1cc dengan bahan yang akan disuntikkan lalu mengeluarkan udara dari ujung spuit Menentukkan lokasi, meregangkan kulit dengan ibu jari dan jari telunjuk, lalu menyuntikkan jarum dengan arah paralel dengan permukaan kulit sejauh 2mm. Pada saat menusukkan ke kulit permukaan jarum mengarah ke atas. Akan timbul endurasi seperti kulit jeruk dan tidak keluar darah jika suntikan benar Melakukan semua prosedur secara lege artis dan menyenangkan Merapikan semua peralatan dan atau membuang barang yang tidak diperlukan lagi



Suntikan subkutan dan intrakutan 3|3



1. 2.



3.



4.



5.



7. 8. 9.



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PEMERIKSAAN GLUKOMETER Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Judul Pemeriksaan glukometer Keterampilan Pendahuluan Glukometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur gula darah di pembuluh kapiler. Pemeriksaan ini diindikasikan sebagai bagian monitoring pasien diabetes secara keseluruhan, selain dengan pemeriksaan HbA1C. Hasil pemeriksaan bed site ini dapat dijadikan panduan untuk mengetahui episode hipoglikemia atau gula darah yang terlalu tinggi pada pasien diabetes yang sedang dalam terapi sehingga membutuhkan penyesuaian obat-obatan. Sasaran Setelah mengikuti latihan ini mahasiswa diharapkan: Pembelajaran 1. Mengetahui prinsip-prinsip kerja bermacam-macam alat Keterampilan glukometer yang tersedia 2. Mengetahui indikasi atau saat yang tepat untuk dilakukan pemeriksaan glukometer 3. Mengetahui langkah-langkah menggunakan alat glukometer dari awal sampai akhir Metode 1. Kuliah introduksi Pembelajaran Dapat dilakukan dengan melihat video atau audio visual aids lain 2. Tutorial/latihan a. Tutor membuka dan menerangkan tujuan kegiatan selama 5 menit. b. Tutor melakukan demonstrasi pemeriksaan glukometer selama 15 menit. c. Setiap mahasiswa berlatih melakukan prosedur @ 15 menit d. Dengan menggunakan checklist, mahasiswa lain dan tutor memperhatikan dan menilai prosedur yang berlangsung e. Semua cheklist prosedur pemeriksaan glukometer dikumpulkan kepada tutor f. Tutor memberikan kesimpulan selama 5 menit & menutup pertemuan Alat dan bahan 1. Set glucometer lengkap yang diperlukan 2. Swab alcohol 3. Disposal box Daftar Tilik Terlampir PJ Keterampilan dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD,K-EMD, FINASIM PJ KKD untuk dr. Tri Juli Edi Tarigan, SpPD,K-EMD, FINASIM keterampilan ini Glukometer 1|3



DAFTAR TILIK Judul Keterampilan No.



: Pemeriksaan glukometer



Keterampilan



1 2 3



Mencucui tangan secara lage artis. Memakai sarung tangan non steril. Desinfeksi (antisepsis) jari pasein dengan alkohol swab pada sisi samping jari, cukup usap 1-2 kali satu arah. Biarkan mengering 5-10 detik (TIDAK BOLEH BASAH/ BANJIR ALKOHOL SAAT MENUSUK JARI DENGAN LANCET/PRICKING)



4



Lancet : Sambil menunggu alkohol mengering 5-10 detik, siapkan jarum lancet. Buka segel lancet. Jika menggunakan lancet pena, perlu lakukan desinfeksi alkohol swab pada kepala softclix untuk mencegah risiko infeksi nosokomial. Jika menggunakan Uno, sudah bebas risiko infeksi nosokomial karena metoda sekali pakai (single use)



5



Strip : Ambil satu strip tes dari tabung, segera tutup tabung rapat-rapat. Glukometer : Masukan/pasang strip kedalam alat glukometer. Code chip : Pastikan kode di tabung, sama dengan kode yang muncul di layar glukometer. Bila terlalu cepat dan belum sempat melihat kode dilayar, cabut strip dan pasang kembali. Setiap pengambilan tabung baru, alat akan dikalibrasi dengan chip yang kodenya sesuai. Catatan : Jika sudah menggunakan code chip hitam/kemasan strip isi 50 pc, maka pastikan code chip hitam sudah terpasang. Sekali terpasang, maka code chip hitam tak perlu diganti-ganti selamanya. Glukometer : Ketika simbol tetesan darah berkedip-kedip, artinya glukometer siap menerima sempel darah. Pijat lembut (soft milking) jari pasien dari pangkal ke ujung jari 1-2 kali, untuk mendapatkan volume tetesan darah yang mencukupi. Tahan/jepit ruas jari terakhir dengan jempol supaya darah terbendung.



6 7



8



9



10



Bidik/tempelkan ke sisi samping jari. Kemudian tusuk/coblos (prick) jari dengan lancet pada lokasi sisi samping jari (supaya bebas nyeri).



Glukometer 2|3



11



12



Aplikasi sampel darah ke strip : Sentuhkan tetesan darah ke strip dari arah horizontal pada ujung dengan strip (yg ada kurva warna kuning). Jangan teteskan darah dari atas strip. Jika sudah muncul simbol berkedip-kedip, maka sampel darah sudah cukup.



13



Baca/catat hasil : Tunggu 5 detik hingga hasil muncul di layar, catat hasilnya di buku log, sebelum disalin ke rekam medis maupun ke formulir laporan glukosa stik untuk laboratorium.



14



Buang lancet dan strip yang sudah terpakai ke tempat sampah medis.



15



Membuka sarung tangan, lalu menucuci tangan.



Glukometer 3|3



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1. 2.



Judul Keterampilan Pendahuluan



Pemeriksaan Keseimbangan Pemeriksaan keseimbangan adalah bagian dari pemeriksaan neurologi dasar yang bertujuan untuk mengetahui kelainan pada saraf yang terkait dengan keseimbangan tubuh



3.



Sasaran Pembelajaran Keterampilan



Setelah mengikuti sesi tutorial ini diharapkan mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan keseimbangan: a. Tes Romberg b. Tes Romberg yang dipertajam c. Tes Fukuda d. Tandom Gait Test e. Past Pointing Test f. Tes Nistagmus



4.



Metode Pembelajaran Pemeriksaan keseimbangan dilakukan dalam 2x pertemuan, dengan metode sebagai berikut: 1. Mahasiswa dibagi menjadi kelompok yang terdiri atas 8 – 10 orang. 2. Tutor memberikan penjelasan singkat terkait tujuan, indikasi, kontraindikasi dan efek samping tindakan (5 menit) 3. Tutor melakukan demonstrasi sesuai dengan panduan yang tersedia (10 menit) 4. Setiap mahasiswa berlatih melakukan pemeriksaan keseimbangan (@ 10 menit) 5. Dengan berpedoman kepada panduan, mahasiswa lainnya dan tutor memperhatikan dan menilai kemampuan mahasiswa. Tutor memberikan asupan kepada mahasiswa 6. Bila dinilai telah memiliki keterampilan, mahasiswa akan mendapat tanda tangan pada buku log. 7. Tutor memberikan kesimpulan dan menutup pertemuan



5.



Alat dan bahan yang diperlukan



6.



Rujukan



7.



Daftar Tilik



 



Kran air dan sabun atau handsrub Ruang pemeriksaan



Pemeriksaan Klinis Neurologi Praktis 2017. Kolegium Neurologi Indonesia Terlampir



8. 9 10.



PJ Keterampilan dr. Taufik Mesiano, SpS(K) Reviewer Dr. dr. Riwanti Estiasari, Sp.S(K) PJ KKD untuk Tim Modul KKD-2 keterampilan ini



Daftar Tilik Judul Keterampilan : Pemeriksaan Keseimbangan No Keterampilan 1 Memperkenalkan diri dan menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan serta meminta ijin TES ROMBERG 1 Pasien diminta berdiri pada alas yang datar dengan kedua kaki rapat dan kedua lengan berada di sisi tubuh atau menyilang di dada. Mata tetap terbuka. Pasien sebaiknya tidak memakai alas kaki selama pemeriksaan 2



Pemeriksa berdiri di dekat pasien dengan kedua lengan terjulur ke depan agar dapat segera menangkap jika pasien terjatuh.



3



Observasi selama 20 detik. Perhatikan apakah pasien bergoyang atau jatuh.



4 5



Pasien diminta memejamkan kedua matanya dengan posisi tubuh seperti pada poin 4. Observasi selama 30 detik. Perhatikan kemampuan pasien untuk mempertahankan posisinya agar tetap tegak



TES ROMBERG YANG DIPERTAJAM 1 Pasien diminta berdiri pada alas yang datar dengan kedua kaki berada pada 1 garis dengan ibu jari kaki berada di belakang tumit kaki lainnya. Kedua lengan menyilang di dada dan mata tetap terbuka. Pasien sebaiknya tidak memakai alas kaki selama pemeriksaan. 2



Pemeriksa berdiri di dekat pasien dengan kedua lengan terjulur ke depan agar pemeriksa dapat segera menangkap jika pasien terjatuh.



3 4



Observasi selama 20 detik. Perhatikan apakah pasien bergoyang atau jatuh ke salah satu Pasien diminta memejamkan kedua matanya dengan posisi tubuh seperti pada poin 4.



5



Observasi selama 30 detik. Perhatikan apakah pasien bergoyang atau jatuh ke salah satu sisi.



FUKUDA STEPPING TEST 1



Pasien diminta berdiri dan kedua lengan ekstensi serta terjulur ke depan. Pasien sebaiknya tidak memakai alas kaki selama pemeriksaan.



2



Pemeriksa berdiri di dekat pasien dengan kedua lengan terjulur ke depan agar pemeriksa dapat segera menangkap jika pasien terjatuh.



3



Pasien diminta berjalan di tempat dengan mata terbuka sebanyak 50 langkah dengan mata tertutup sambil berhitung dengan suara keras



4 Perhatikan apakah pasien jatuh atau posisi berdiri mengalami deviasi >450 dari posisi awal TANDEM GAIT TEST 1



Pasien diminta berjalan mengikuti garis lurus



2 3



Pemeriksa berada di belakang pasien selama pemeriksaan dilakukan Analisis hasil pemeriksaan



PAST POINTING TEST 1 Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pasien pada posisi duduk maupun berdiri 2 3



Pasien diminta mengekstensikan lengannya ke atas dengan jari telunjuk ekstensi Pemeriksa meletakkan jari telunjuknya di depan pasien. Kemudian pasien diminta mengarahkan jari telunjuknya ke jari telunjuk pemeriksa dengan posisi lengan tetap lurus



4 5



Pasien diminta melakukan gerakan tersebut beberapa kali dengan mata terbuka Gerakan diulang kembali beberapa kali dengan mata tertutup



6



Perhatikan apakah terdapat deviasi jari pasien dari target (jari pemeriksa) dan konsistensi arah deviasi pada beberapa kali pengulangan



7



Teknik yang sama dilakukan pada lengan lainnya.



8 Selama pemeriksaan jari pemeriksa tidak berpindah-pindah TES NISTAGMUS 1 2



Pemeriksa meletakkan satu jari di depan mata pasien Pasien diminta melirik mengikuti gerakan jari pemeriksa dengan deviasi gerakan bola mata maksimal 300



3 4



Perhatikan apakah terdapat nistagmus. Teknik yang sama dilakukan pada arah kanan-kiri (horizontal) dan atas-bawah (vertikal).



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASARKONSULTASI DAN RUJUKAN Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



1. 2.



3.



4.



5.



6.



7. 8. 9.



Judul Keterampilan Pendahuluan



Konsultasi dan rujukan Konsultasi dan rujukan adalah salah satu bentuk layanan kedokteran yang terintegrasi dengan tenagatenaga kesehatan lainnya, baik di tingkat yang sama maupun ke tingkat yang lebih tinggi atau rendah. Kedua hal tersebut dilakukan dalam rangka mengoptimalkan penatalaksanaan pasien.



Konsultasi dan rujukan diharapkan tidak berjalan secara terkotak-kotak, terkoordinasi dengan baik, dan dilakukan dengan dasar komunikasi efektif antar dokter, pasien dan tenaga kesehatan lainnya. Sasaran Pembelajaran 1. Mahasiswa mampu menjelaskan konsultasi dan Keterampilan langkah konsultasi dengan baik. 2. Mahasiswa mampu melakukan konsultasi dengan baik 3. Mahasiswa mampu menjelaskan penulisan surat rujukan dan langkahnya dengan baik. 4. Mahasiswa mampu menulis surat rujukan dengan baik. Metode Pembelajaran 1. Kuliah. Dilakukan satu kali selama 1 jam pelajaran di awal modul. 2. Praktikum. Merupakan kegiatan berkelompok dengan bimbingan fasilitator dengan kegiatan berupa konfirmasi materi, bermain peran (role play), dan penilaian berkelompok menggunakan daftar tilik yang disediakan. Paraktikum dilakukan sebanyak dua kali dalam satu modul. 3. Belajar mandiri. Menggunakan materi pembelajaran yang disediakan. Alat dan bahan yang 1. Materi pembelajaran diperlukan 2. Referensi 3. Skenario Kasus 4. Lembar daftar tilik 5. Pasien standar Rujukan 1. Silverman J, Kurtz SM, Draper J, van Dalen J, Platt FW. Skills for communicating with patients. 6th Ed. 2013. 2. Stewart MA. Effective physician-patient communication and health outcomes: a review. CMAJ. May 1, 1995; 152(9): 1423–1433. Daftar Tilik Terlampir PJ Keterampilan Dr. dr. Retno Asti W, M.Epid PJ KKD untuk keterampilan Tim KKD-2 ini



Konsultasi dan rujukan 1|2



Daftar Tilik Judul Keterampilan



: Konsultasi dan rujukan



No.



Keterampilan



1



Konseling Memberikan informasi benar mengenai indikasi rujukan



2



Memberikan informasi jelas mengenai indikasi rujukan



3



Memberikan informasi lengkap mengenai indikasi rujukan



4



Memberi kesempatan pasien bertanya



5



Memberi kesempatan pasien berpikir



6



Mempersilakan klien berbicara secara bebas



7



Dokter tidak memaksakan kehendak



8 9 10 11



Berempati kepada pasien Wajah ramah Suara jelas Posisi tubuh baik Surat rujukan Tulisan jelas Tulisan lengkap Tanda tangan dan nama jelas



1 2 3



Konsultasi dan rujukan 2|2



PANDUAN DAN DAFTAR TILIK TUTORIAL MODUL KETERAMPILAN KLINIK DASAR KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK PARU DAN BUNYI NAPAS Program Studi S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia



1. 2.



3.



4.



Judul Keterampilan Pendahuluan



Pemeriksaan Fisik Paru dan Bunyi Napas Pemeriksaan fisik paru merupakan bagian dari pemeriksaan fisik/jasmani lengkap yang harus dilakukan dengan komprehensif. Pemeriksaan fisik paru dilakukan dengan cermat agar mampu menganalisis temuan atau hasil sebagai dasar diagnosis Sasaran Pembelajaran  Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik Keterampilan paru dengan sistematis, benar dan professional yaitu meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.  Mahasiswa mampu menganalisis temuan pemeriksaan fisik paru.  Mahasiswa mampu mengenali dan membedakan bunyi napas berikut serta memahami mekanismenya.  vesikuler  bronkovesikuler, bronkial/trakeobronkial, amforik  tambahan (adventitious lung sound/ADL) o continuous ADL (whezing, stridor, ronki kering) discontinuous ADL ( ronki basah, pleural friction rub) Metode Pembelajaran



Sebelum tutorial pemeriksaan fisik paru. mahasiswa diberikan kuliah pengantar. Sesi tutorial pemeriksaan fisik diadakan dua kali, masing-masing 120 menit. Pada sesi tutorial pertama, mahasiswa melihat demonstrasi ketrampilan pemeriksaan fisik paru oleh tutor selanjutnya setiap mahasiswa melakukan pemeriksaan fisik paru secara bergantian di bawah bimbingan tutor. 1. Setelah pertemuan pertama, sebaiknya mahasiswa berlatih secara mandiri atau kelompok berdasarkan panduan/pedoman pemeriksaan fisik paru 2. Pada pertemuan kedua, mahasiswa melakukan ketrampilan seluruhnya dan tutor menilai kemampuan masing-masing mahasiwa berdasarkan daftar tilik pemeriksaan fisis paru



Pemeriksaan Fisik Paru dan Bunyi Napas 1|6



5.



6.



7. 8. 9.



Sesi tutorial bunyi napas diadakan setelah tutorial pemeriksaan fisik paru, hanya satu kali selama 2 jam. Tutor mengawali dengan menjelaskan mekanisme bunyi napas (± 30 menit) lalu setiap mahasiswa melakukan auskultasi (± 60 menit) dada depan dan dada belakang manekin dengan teaching stetoskop (tanpa amplifier). Bunyi napas yang didengarkan diatur oleh tutor, meliputi bunyi napas pokok dan bunyi napas tambahan. Setelah itu, didiskusikan kasus terkait bunyi napas dan diperdengarkan bunyi napas sesuai kasus (± 30 menit). Alat dan bahan yang  Video pemeriksaan fisik paru diperlukan  Pedoman Pemeriksaan fisik pernapasan  Meja tidur pasien  Teaching Stetoskop  Kursi  Manekin bunyi napas (tutorial bunyi napas) dan amplifier  Contoh kasus  Daftar tilik Rujukan  Bickley, Lynn S. Guide to Physical Examination and History Taking. Philadelphia: Lippicold Williams & Walkins, 2003.  Pedoman Pemeriksaan Fisis Paru. Departemen Pulmonologi & I. Kedokteran Respirasi FKUI, RS Persahabatan, 2007, Jakarta  Wilkins R & Specht L. Fundamentals of Physical Examination. In : Wilkins R, Sheldon RL, Krider JS eds. Clinical Assessment in Respiratory Care. 5ed Elsevier Mosby. St Louis, 2000 : 63-82 Daftar Tilik Terlampir PJ Keterampilan dr. Fathiyah Isbaniyah, Sp.P, MPd.Ked PJ KKD untuk dr. Nora Sutarina, SpKO keterampilan ini



Pemeriksaan Fisik Paru dan Bunyi Napas 2|6



Daftar Tilik Judul Keterampilan No.



: Pemeriksaan Fisik Paru dan Bunyi Napas



Keterampilan



1



Memperkenalkan diri, memberikan informasi tentang pemeriksaan yang akan dilakukan, meminta ijin dan meminta PS melepaskan pakaian atas serta berbaring Pemeriksaan Inspeksi Inspeksi keadaan umum berkaitan dengan pernapasan 2 Menyebutkan PS tampak sesak atau tidak 3 Menyebutkan ada tidaknya napas cuping hidung, ada tidaknya penggunaan otot bantu napas 4 Menyebutkan terdengar tidaknya suara serak, mengi,stridor Inspeksi warna kulit berkaitan dengan pernapasan 5 Menyebutkan ada tidaknya sianosis 6 Menyebutkan warna kulit pucat atau tidak pucat Inspeksi leher berkaitan dengan pernapasan 7 Menyebutkan ada tidaknya penggunaan otot bantu napas M. Sternokleidomastoideus, suprasternal 8 Menyebutkan ada tidaknya bendungan vena leher 9 Menyebutkan ada tidaknya pembesaran kelenjar limfe Inspeksi ekstremitas berkaitan dengan pernapasan 10 Menyebutkan ada tidaknya jari tabuh Inspeksi Dada Depan 11 Menyebutkan ada tidaknya bendungan vena, benjolan (tumor), ginecomastia, emfisema subkutis 12 Menyebutkan ada tidaknya retraksi M. interkostal 13 Menyebutkan bentuk dada dengan menilai diameter anteroposterior dibandingkan diameter sagital, serta besar sudut angulus costae 14 Menyebutkan ada tidaknya penyempitan dan pelebaran sela iga 15 Menyebutkan kesimetrisan hemitoraks kiri dan kanan (statis) dan saat bernapas (dinamis) 16 Menyebutkan frekuensi pernapasan dengan melihat gerakan dada 17 Menyebutkan sifat pernapasan dengan menilai pergerakan toraks dan abdomen 18 Menyebutkan irama pernapasan Pemeriksaan Palpasi Palpasi leher 19 Melakukan perabaan kelenjar limfe : palpasi dengan ujung jari pada daerah submandibula, sepanjang M. Sternokleidomatoideus dan supraklavikula 20 Melakukan pemeriksaan posisi trakea dengan meletakkan jari telunjuk pada daerah antara trakea-sternokleidomastoideus, kiri –kanan Palpasi Dada Depan 21 Palpasi Umum Melakukan perabaan di seluruh dada untuk menilai ada tidaknya emfisema subkutis, sela iga dan menilai benjolan/ tumor bila ada 22 Melakukan pemeriksaan ekspansi dada dengan meletakkan kedua telapak tangan pada dada kiri dan kanan dengan kedua ibu jari saling bertemu dan meminta subyek inspirasi dalam



Pemeriksaan Fisik Paru dan Bunyi Napas 3|6



23



24



25



26



27



21



22



23



24



25







Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan meletakkan permukaan palmar jari-jari kedua tangan pada dada kiri dan kanan  Meminta PS menyebutkan angka 77 atau 99 berulang-ulang, dan merasakan dengan teliti getaran suara napas yang ditimbulkannya.  Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri pada setiap lokasi  Melakukan pemeriksaan fremitus secara sistematis dari atas ke bawah Perkusi Umum Melakukan perkusi seluruh dada depan untuk menilai secara umum ada tidaknya kelainan Melakukan perkusi paru secara sistematis  Dilakukan dari apeks paru (daerah supraklavikula) sampai kebawah  Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan Perkusi batas –batas organ pada rongga dada Batas paru- hati  Perkusi pada garis midklavikula kanan sampai mendapatkan perubahan dari sonor menjadi redup Kemudian menilai peranjakannya atau batas paru hati saat inspirasi dibandingkan ekspirasi  Batas jantung kanan (paru dan mediastinum kanan)  Pada posisi 2 jari di atas batas paru-hati dilakukan perkusi ke medial untuk menentukan batas jantung kanan (mediastinum) Batas paru –lambung  Perkusi pada garis aksilaris anterior kiri sampai mendapatkan perubahan dari sonor mejadi timpani (lambung kosong) atau redup (lambung penuh)  Batas jantung kiri (paru dan mediastinum kiri)  Pada posisi 2 jari di atas batas paru-lambung dilakukan perkusi ke medial untuk menentukan batas jantung kiri (mediastinum) Palpasi Umum Melakukan perabaan di seluruh dada untuk menilai ada tidaknya emfisema subkutis, sela iga dan menilai benjolan/ tumor bila ada Melakukan pemeriksaan ekspansi dada dengan meletakkan kedua telapak tangan pada dada kiri dan kanan dengan kedua ibu jari saling bertemu dan meminta subyek inspirasi dalam  Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan meletakkan permukaan palmar jari-jari kedua tangan pada dada kiri dan kanan  Meminta PS menyebutkan angka 77 atau 99 berulang-ulang, dan merasakan dengan teliti getaran suara napas yang ditimbulkannya.  Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri pada setiap lokasi  Melakukan pemeriksaan fremitus secara sistematis dari atas ke bawah Perkusi Umum Melakukan perkusi seluruh dada depan untuk menilai secara umum ada tidaknya kelainan Melakukan perkusi paru secara sistematis  Dilakukan dari apeks paru (daerah supraklavikula) sampai kebawah  Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan Pemeriksaan Fisik Paru dan Bunyi Napas 4|6



Perkusi batas –batas organ pada rongga dada Batas paru- hati  Perkusi pada garis midklavikula kanan sampai mendapatkan perubahan dari sonor menjadi redup Kemudian menilai peranjakannya atau batas paru hati saat inspirasi dibandingkan ekspirasi  Batas jantung kanan (paru dan mediastinum kanan)  Pada posisi 2 jari di atas batas paru-hati dilakukan perkusi ke medial untuk menentukan batas jantung kanan (mediastinum) 27 Batas paru –lambung  Perkusi pada garis aksilaris anterior kiri sampai mendapatkan perubahan dari sonor mejadi timpani (lambung kosong) atau redup (lambung penuh)  Batas jantung kiri (paru dan mediastinum kiri)  Pada posisi 2 jari di atas batas paru-lambung dilakukan perkusi ke medial untuk menentukan batas jantung kiri (mediastinum) Pemeriksaan Auskultasi Dada Depan 28 Melakukan auskultasi paru secara sistematis  Dilakukan dari apeks paru (daerah supraklavikula) sampai kebawah  Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi Pemeriksaan  Konsentrasi pada saat fase inspirasi dan ekspirasi 26



Pemeriksaan Dada Belakang (Meminta PS duduk membelakangi pemeriksa) Inspeksi dada belakang 29 Menyebutkan ada tidaknya benjolan (tumor), kelainan bentuk tulang belakang atau benjolan pada tulang belakang Palpasi dada belakang 30 Palpasi Umum  Melakukan perabaan di seluruh dada belakang untuk menilai ada tidaknya emfisema subkutis dan menilai benjolan/ tumor bila ada 31  Melakukan pemeriksaan ekspansi pada dada belakang dengan meletakkan kedua telapak tangan pada dada belakang kiri dan kanan dengan kedua ibu jari saling bertemu dan meminta subyek inspirasi dalam  Melakukan mulai dari bawah skapula 32  Melakukan pemeriksaan fremitus raba dengan meletakkan permukaan palmar jari-jari kedua tangan pada dada belakang kiri dan kanan  Meminta PS menyebutkan angka 77 atau 99 berulang-ulang, dan merasakan dengan teliti getaran suara napas yang ditimbulkannya.  Melakukan di daerah paru belakang mulai dari daerah interskapula ke bawah  Melakukan konfirmasi antara tangan kanan dan kiri pada setiap lokasi Perkusi Dada Belakang 33 Perkusi Umum Melakukan perkusi seluruh dada belakang untuk menilai ada tidaknya kelainan 34  Melakukan perkusi paru secara sistematis Pemeriksaan Fisik Paru dan Bunyi Napas 5|6







Melakukan dari apeks paru (daerah atas skapula) sampai kebawah (interskapula terus ke bawah skapula)  Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan 35 Batas paru belakang Perkusi pada garis skapula kanan dan kiri untuk mencari batas paru belakang kanan dan kiri , dengan berpedoman kepada korpus vertebra mulai dari vertebra prominens (C7) Auskultasi Dada Belakang 36  Melakukan auskultasi paru secara sistematis  Milakukan dari apeks paru (daerah atas skapula), daerah interskapula terus ke bawah  Membandingkan paru kiri dan kanan pada setiap lokasi pemeriksaan  Konsentrasi pada fase inspirasi dan ekspirasi



Pemeriksaan Fisik Paru dan Bunyi Napas 6|6