Dardiri Jaya Saputra - 0519140103 - LAPORAN PRAKTIKUM STUDI KASUS HFACS [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM STUDI KASUS HFACS ANALISA DAN INVESTIGASI KECELAKAAN



Oleh: Nama : Dardiri Jaya Saputra NRP : 0519140103



TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. Secara umum, penelitian ini terbagi menjadi menjadi tiga tahapan utama. Tahap pertama adalah tahap pendahuluan yang merupakan bagian awal penelitian, termasuk di dalamnya studi pendahuluan, penentuan tujuan utama penelitian, serta studi literatur dan studi lapangan mengenai penelitian yang akan dilakukan. Tahap kedua adalah tahap pengumpulan dan pengolahan data. Tahap ini secara umum terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian pengumpulan dan pengolahan data kasus kecelakaan kerja saat kegiatan proyek Tol Cibitung – Cilincing serta bagian pengumpulan dan pengolahan data kasus kecelakaan. Bagian pertama berfokus pada data-data kecelakaan kerja yang pernah terjadi pada proyek Tol Cibitung – Cilincing. Pada bagian ini diambil sampel kasus kecelakaan terbaru di proyek Tol Cibitung – Cilincing untuk dianalisis lebih lanjut. Kasus kecelakaan dapat menjadi sebuah petunjuk mengenai permasalahan yang terjadi pada sistem kerja proyek Tol Cibitung – Cilincing. Bagian kedua berfokus pada data-data kecelakaan proyek Tol Cibitung – Cilincing. Dari kedua bagian ini, diharapkan akan didapatkan permasalahan utama proyek Tol Cibitung – Cilincing pada bidang keselamatan dan pengaruh faktor manusia pada sistem kerja. Tahap ketiga merupakan tahap analisis. Hasil dari pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya dianalisis pada tahap ini. Analisis secara umum terbagi menjadi tiga bagian, yaitu analisis kasus kecelakaan proyek Tol Cibitung – Cilincing dan analisis sistem kerja di proyek Tol Cibitung – Cilincing. Ketiga analisis ini kemudian akan menghasilkan sebuah kesimpulan yang ditujukan pada sistem kerja proyek Tol Cibitung – Cilincing dan saran bagi perusahaan



2. Tanggal & Tempat Kejadian Kecelakaan Kerja : 19 Agustus 2020 - Proyek Tol Cibitung – Cilincing, Marunda, Cilincing, Jakarta Utara



1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana Identifikasi kejadian yang terjadi pada proyek Tol Cibitung – Cilincing berdasarkan jenis kejadian ? 2. Bagaimana analisis masalah yang terjadi pada kegiatan proyek Tol Cibitung – Cilincing dengan menggunakan metode HFACS ? 3. Bagaimana solusi yang tepat untuk mengurangi kecelakaan yang terjadi ? 1.3 Tujuan Masalah 1. Mengetahui Identifikasi kejadian yang terjadi pada proyek Tol Cibitung – Cilincing berdasarkan jenis kejadian ? 2. Mengetahui analisis masalah yang terjadi pada kegiatan proyek Tol Cibitung – Cilincing dengan menggunakan metode HFACS ? 3. Mengetahui solusi yang tepat untuk mengurangi kecelakaan yang terjadi ?



BAB 2 DASAR TEORI Berdasarkan teknik pengumpulan datanya, penelitian yang akan dilakukan menggunakan teknik pengumpulan data survey, wawancara, observasi, dan tergolong sebagai penelitian survey. Survey dilakukan untuk memperoleh data primer . Dalam penelitian survey, data di lapangan diperoleh melalui survey langsung pada objek penelitian:  Survey Dalam studi lapangan ini, untuk mendapatkan data primer. Tujuannya adalah untuk mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden  Wawancara Wawancara adalah cara mendapatkan informasi dengan bertanya langsung kepada narasumber secara tatap muka yang beracuan pada daftar pertanyaan yang telah dibuat. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan memepengaruhi arus informasi (Cholid dan Abu, 2007:76).  Observasi Yaitu dengan pengamatan langsung terhadap karyawan yang sedang bekerja (Husein Umar, 2005:72). Untuk melengkapi informasi yang telah didapat dari kuesioner dan wawancara, Peneliti juga melakukan observasi atau melakukan pengamatan langsung ke lokasi proyek.  Studi Literatur Untuk memperoleh data sekunder, metode yang dilakukan adalah melalui studi literatur dengan cara mengumpulkan data dan dokumen mengenai pedoman/standart dan peraturanperaturan dari proyek tersebut dan menganalisis berbagai literatur yang ada seperti buku, skripsi dan tesis yang berhubungan dengan penelitian, serta dokumen-dokumen pendukung lainnya seperti majalah jurnal, karya ilmiah, internet, dan lain-lain. Data ini digunakan untuk mendukung data primer yang sebelumnya telah dilakukan dengan studi lapangan.



BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1. STUDI KASUS DARI INTERNET Bisnis.com, JAKARTA--Pemegang konsesi proyek jalan tol Cibitung-Cilincing, PT Cibitung Tanjung Priok Port Tollways (CTP) mengaku masih menghentikan pekerjaannya selepas terjadinya kecelakaan kerja di seksi 4, yakni ambruknya konstruksi pembangunan tol di Jalan Kampung Sungai Tiram, pada Minggu, 16 Agustus 2020. Thorry Hendrarto, Direktur Utama PT Cibitung Tanjung Priok Port Tollways (CTP), menjelaskan pihaknya masih menunggu rekomendasi dari Komite Keselamatan Konstruksi (K2). "Saat ini pelaksanaan konstruksi sementara masih dihentikan. Kami masih menunggu rekomendasi dari Komite Keselamatan Konstruksi," ujarnya kepada Bisnis Jumat (28/8/2020). Thorry menjelaskan perseroan selaku Badan Usaha Jalan Tol, bersama dengan kontraktor dan konsultan supervisi saat ini masih terus melakukan evaluasi, kajian dan penyusunan rencana tindakan perbaikan dan pencegahan. Langkah ini diambil agar kejadian kecelakaan kerja yang sama tidak terulang kembali. Sementara itu untuk target penyelesaian proyek jalan tol ini masih dilakukan evaluasi. "Namun sejauh ini kami belum akan merubah target penyelesaian keseluruhan proyek jalan tol Cibitung-Cilincing," ujarnya. Sebelumnya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan penghentian sementara pekerjaan pembangunan Tol Cibitung – Cilincing pada seksi 4 Kanal Banjir Timur – Cilincing. Hal tersebut merupakan tindak lanjut atas peristiwa kecelakaan konstruksi saat melakukan pengecoran pada STA 31+128 yang pada Minggu, 16 Agustus 2020 lalu. Baca Juga : Tol Cibitung-Cilincing Ambruk, Rekomendasi Komite K2 Segera Diputuskan Kementerian PUPR akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap desain, Standar Operasi Prosedur (SOP), metode kerja, sumber daya manusia, peralatan termasuk memperketat pengawasan. Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR Danang Parikesit telah meninjau lokasi kejadian dan telah meminta PT Waskita Beton Precast selaku kontraktor dan pimpinan proyek PT Cibitung Tanjung Priok Tollways untuk menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21/PRT/M/2019 tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan Konstruksi (SMK3). “Kami telah melaporkan kepada Bapak



Menteri PUPR. Sesuai arahan, harus ada tindakan tegas kepada Kontraktor dan konsultan pengawas yang telah lalai dalam menerapkan dan mengedepankan prosedur Keamanan, Keselamatan, dan Kesehatan Kerja (K3),” katanya dalam siaran pers Selasa (18/8/2020). . Sumber: https://ekonomi.bisnis.com/read/20200828/45/1284398/setelah-ambruk-proyek-tolcibitung-cilincing-masih-dihentikan 3.2. LANGKAH ANALISIS 1. Menambahkan asumsi yang sesuai pada a. manajemen, b. pekerja keseluruhan c. korban d. supervisor, e. teman pekerja 2. BUATKAN URUTAN PERISTIWA DALAM BAGAN ALUR Apa yang terjadi - Urutan kejadian - jumlah kerusakan - Tipe kecelakaan - Apakah ada barang-barang yang berbahaya Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan, sistem kerja proyek Tol Cibitung – Cilincing secara umum masih memiliki berbagai masalah mengenai keselamatan. Masalah-masalah tersebut di antaranya saling berhubungan dan secara langsung maupun tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kualitas hasil pekerjaan. Padahal kualitas pekerjaan akan sangat berpengaruh terhadap keselamatan yang menggunakan fasilitas tersebut di kemudian hari. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara kualitas suatu perusahaan secara umum berkaitan erat dengan sistem safety yang dimilikinya. Jika sebuah perusahaan sudah memiliki sistem safety yang baik, maka seharusnya dapat dipastikan bahwa kualitas dari jasa atau produk yang dihasilkan perusahaan sudah baik, Tidak terlepas pada proyek Tol Cibitung – Cilincing jika sistem keselamatan yang dimiliki oleh proyek Tol Cibitung – Cilincing sudah



tergolong baik, maka kualitas pekerjaan proyek Tol Cibitung – Cilincing secara umum sudah baik dan secara lebih luas, keamanan Tol Cibitung – Cilincing yang menggunakan fasilitasnya.



Berikut adalah masalah-masalah yang dihadapi oleh sistem kerja proyek Tol Cibitung – Cilincing pada bidang keselamatan secara umum.



a. Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia di proyek Tol Cibitung – Cilincing secara umum sudah terlatih dan tersertifikasi secara nasional maupun internasional. Namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, karyawan proyek Tol Cibitung – Cilincing masih memiliki kesadaran yang rendah mengenai keselamatan kerja. Hal ini dapat ditemui pada kasus kecelakaan di proyek Tol Cibitung – Cilincing, berlaku pula di departemen lain. Baik karyawan maupun



teknisi masih sering melakukan pekerjaan tanpa memikirkan keselamatan dirinya sendiri. Para karyawan dan teknisi belum memiliki pola pikir bahwa keselamatan kerja berbanding lurus dengan kualitas jasa/produk yang dihasilkan. Rendahnya kesadaran mengenai keselamatan, tidak terlepas dari masalah pengawasan (supervisory) yang masih lemah. Masalah yang dihadapi oleh proyek Tol Cibitung – Cilincing saat ini secara umum serupa dengan masalah yang dihadapi banyak perusahaan.



kesalahan kecil pun dapat berakibat fatal, karena kesalahan dapat mengakibatkan kecelakaan kerja ataupun kecelakaan penerbangan di kemudian hari. b. Metode Pengawasan dan Pelatihan Lemahnya pengawasan dipengaruhi oleh sistem yang belum dapat menjamin bahwa pengawasan berjalan dengan baik. Sering kali para pengawas/para atasan masih belum menyadari bahwa dirinya sendiri melakukan pelanggaran atau membiarkan bawahannya melakukan pelanggaran, dengan alasan karena memang tidak mengerti bahwa hal tersebut melanggar peraturan, maupun karena memang sudah menjadi kebiasaan. Hal ini dipengaruhi juga oleh pelatihan yang dianggap masih kurang, baik kepada para teknisi maupun kepada para pengawas. Baik teknisi maupun pengawas harus mendapatkan pelatihan lebih banyak, terutama mengenai peraturan-peraturan perusahaan, pentingnya keselamatan kerja dan hubungannya dengan kualitas jasa maintenance, salah satunya dengan mengaplikasikan konsep Total Quality Management (TQM). Mengenai



peraturan perusahaan, perusahaan harus membuat sebuah sistem yang memungkinkan para pengawas dan teknisi terus mengingat mengenai peraturan-peraturan yang ada, karena pada dasarnya berbagai peraturan dibuat salah satunya juga demi keselamatan karyawan. Pengawasan mengenai keselamatan kerja dari divisi HSE dan QA pun masih tergolong rendah. Saat ini karyawan divisi HSE hanya berjumlah 3 orang (asumsi), padahal jumlah karyawan proyek Tol Cibitung – Cilincing saat ini seluruhnya berjumlah 343 orang (asumsi). Selain divisi HSE, divisi QA yang bertugas menjadi auditor internal pun masih belum dapat berbuat banyak. Saat ini Divisi QA selalu melakukan audit internal terhadap semua divisi selama beberapa bulan sekali. Namun masalah kesadaran para karyawan keselamatan masih belum dapat teratasi. c. Lingkungan Kerja Pada sampel kasus kecelakaan di proyek Tol Cibitung – Cilincing, lingkungan kerja masih belum mendukung terciptanya suasana kerja dengan berlandaskan keselamatan kerja. Pelanggaran peraturan sudah menjadi hal yang lumrah, seperti tidak memakai APD, bekerja ketika waktunya istirahat (coffee break), bekerja tidak sesuai dengan TMWO, dan pemberian perintah langsung tanpa mengikuti rantai komando yang seharusnya. Lingkungan kerja seperti ini yang kemudian membuat para karyawan terbiasa dan tidak sadar melakukan kesalahan ketika melakukan sebuah pelanggaran. Untuk mengatasi hal ini, pihak manajemen perusahaan juga harus membuat sebuah sistem yang memungkinkan agar tidak terciptanya lingkungan kerja seperti ini. Beberapa cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan diantarnya adalah lebih mengintensifkan kegiatan pelatihan dan memasukkan berbagai materi pelatihan mengenai keselamatan kerja dan memastikan dapat diaplikasikan pada lingkungan kerja perusahaan. d. Masalah Keuangan Masalah mendasar proyek Tol Cibitung – Cilincing sebenarnya adalah masalah keuangan. Masalah ini yang kemudian membatasi gerakan proyek Tol Cibitung – Cilincing secara



umum, seperti menambah jumlah personil Divisi HSE dan melakukan penambahan frekuensi waktu pelatihan bagi seluruh karyawan. Saat ini proyek Tol Cibitung – Cilincing masih terus berjuang untuk menaikkan kualitas dan menambah pelanggan dari dalam maupun luar negeri. Meskipun terdapat masalah ini, namun sebenarnya proyek Tol Cibitung – Cilincing tetap harus menjadikan permasalahan keselamatan sebagai prioritas, karena pada dasarnya keselamatan kerja akan menjamin kualitas jasa yang ditawarkan perusahaan. Sebenarnya saat ini terdapat beberapa metode-metode awal yang dapat diterapkan perusahaan tanpa harus mengeluarkan banyak biaya, seperti penerapan pola pikir Behavioural Based Safety, Zero Accident Vision, atau yang paling sederhana adalah dimulainya kebiasaan safety talk setiap hari.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL



4.2. PEMBAHASAN Gambaran Umum Proyek Pada dasarnya PT. Cibitung Tanjung Priok Port Tollways (CTP) merupakan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) yang berada dibawah naungan sekaligus sebagai anak perusahaan dari PT. Waskita Toll Road (WTR) sebagi pemegang perusahaan hingga 31 Desember 2017 terdiri dari PT. Waskita Toll Road sebesar 55% dan PT. Akses Pelabuhan Indonesia sebesar 45%. Pendirian perusahaan disahkan melalui akta pendirian nomor 4 tanggal 13 September 2006 yang juga ditetapkan menjadi tanggal resmi pendirian perusahaan. Sebagai BUJT, perusahaan memiliki tugas untuk melakukan kegiatan konstruksi dan pengelolaan untuk ruas Jalan Tol Cibitung hingga Tanjung Priok yang secara ekonomis memiliki peran signifikan dalam mendukung efektivitas alur distribusi dari kawasan industri strategis disekitarnya hingga ke Pelabuhan Tanjung Priok sebagai sentra Pelayanan jasa ke Pelabuhan. Pembangunan ruas Jalan Tol Cibitung hingga Pelabuhan Tanjung Priok merupakan bagian dari amanah pemerintah dalam rangka merealisasikan Program Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015-2019 dimana salah satunya adalah penyediaan infrastruktur jalan dalam rangka mendukung strategi pertumbuhan ekonomi nasional. Ruas jalan tol CibitungPelabuhan Tanjung Priok memiliki panjang 34 km, pintu gerbang tol berlokasi di Cibitung dan memiliki 4 pintu keluar dan memiliki akses terhadap ruas jalan tol lainnya yaitu ruas jalan tol Cimanggis – Cibitung dan ruas jalan tol atas laut Pelabuhan New Tanjung Priok Kalibaru. Jalan tol ini diharapkan dapat mengurangi beban angkutan barang dan kendaraan di ruas jalan tol Jakarta-Cikampek yang melintasi kawasan Cawang. Analisis Penerapan Program K3 Sehingga Tercapainya Zero Accident Untuk mencapai zero accident maka semua instrumen dalam sebuah program K3 seperti pengorganisasian, penerapan dan pengawasan serta pelaporannya harus bersinergi. Kinerja dari K3 dalam penelitian ini adalah; 1. Dukungan dan Kebijakan Manajemen Secara Umum Terhadap Program K3 Perusahaan. Dalam isi kebijakan perusahaan kontraktor yaitu mematuhi peraturan perundangan yang berlaku dan kontraktor melakukannya.



2. Penerapan Sistem Organisasi dan Administrasi K3 Pihak kontraktor maupun pihak PMI selalu bersama-sama dalam melaksanakan Safety Induction kepada para tenaga kerja secara berkala dan juga pihak K3LMP telah membuat program tanggap darurat yang berisikan struktur organisasi tanggap darurat dan menentukan penanggung jawabnya. 3. Identifikasi Bahaya, Penilaian Risiko & Penentuan Kontrol HIRADC (Hazard Identification Risk Assesment Determinating Control) Yaitu Identifikasi Bahaya, Penelitian risiko dan Penentuan Kontrol selalu dilaksanakan tiap bulan dengan baik. 4. Pengendalian Kebakaran dan Higenitas dalam lingkungan di area kerja Pada hal ini, pelatihan kebakaran seperti simulasi tanggap darurat sudah dilakukan, dan untuk higenitas area kerja disebut dengan inspeksi housekeeping selalu dilaksanakan 30 menit sebelum meninggalkan tempat kerja. 5. Pelatihan, Pengawasan, Partisipasi dan Motivasi di Area Kerja Dalam hal pelatihan, kontraktor mempunyai program tanggap darurat yaitu simulasi/pelatihan tanggap darurat mencakup simulasi P3K kecelakaan kerja, gempa bumi, kebakaran, longsor, huruhara, banjir maupun tumpahan oli 6. Pendataan, Pemeriksaan Kecelakaan, dan Prosedur Pelaporan Berkala Dalam hal ini pihak kontraktor mempunyai prosedur laporan kecelakaan kerja dan investigasi dalam program pemantauan dan evaluasi kinerja. Pihak K3LMP selalu melakukan catatan kinerja K3, melakukan rekap laporan cacat pekerjaan dan mencatat dalam register cacat serta membuat serta mengirimkan laporan kinerja K3LM. 7. Sistem Monitor untuk Pengendalian Jumlah Kecelakaan di Area Kerja Pada hal ini sistem monitor dilaksanakan oleh kontraktor, konsultan supervisi, pihak PT.CTP dan PMI. Kelima pihak tersebut melakukan inspeksi dan kunjungan lapangan bersama. Pihak kontraktor mempunyai indikator dan target keselamatan dan kesehatan serta lingkungan. Pihak tersebut mempunyai sistem manajemen K3, sistem manajemen yang mengurus lingkungan, dan sistem manajemen yang mengurus lalu lintas sekitar area proyek dan selalu dilaksanakan setiap bulan oleh pihak K3LMP dan pelaksana. 8. Dampak pada Lingkungan Diluar dan Sekitar Area Proyek Untuk hal ini pihak kontraktor mempunyai program pemantauan faktor fisika yang dilakukan dalam 6 bulan sekali.Program ini melakukan pengukuran cahaya, kebisingan, kelembaban, dan suhu, melakukan uji emisi kendaraan, melakukan pengukuran udara lingkungan kerja,



melakukan pengujian terhadap air limbah dan bersih. Selain itu ada program penyediaan dan pemantauan sarana yang dilaksanakan setiap hari yaitu menyediakan sarana pencegahan dan penganggulangan tumpahan oli/solar dari alat berat, serta memasang label B3 pada drum-drum penyimpanan 9. Penerapan Sistem Pengamanan Area Proyek Pihak kontraktor mempunyai program pengamanan fisik dilaksanakan setiap hari yang terdiri dari pemasangan pagar pengaman disekeliling area proyek, menentukan akses kontrol keluar dan masuk area proyek, melakukan pengaturan terhadap tamu, alur kendaraan, sistem parkir serta kendaraan tamu, melakukan patrol disekitar area proyek, terakhir yaitu menentukan sistem pengamanan penyimpanan KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa yang diperoleh, mendapatkan simpulan bahwa kedisipilinan dari seluruh komponen yang bersinergi dalam organisasi dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan sistem pengendalian keselamatan kesehatan kerja dan lingkungan yang optimal untuk proyek konstruksi.



DAFTAR PUSTAKA Budiono, Sugeng dan M.S, Jusuf. 2005. Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. 2006. Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Unutk Konstruksi Jalan dan Jembatan. Jakarta Dessler, Garry. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Bahasa Indonesia (Jilid II). Jakarta: Penerbit Erlangga. Hutasoit, Fransiskus. 2015. Teori Praktisi Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan di Indonesia 2005-2015. Jakarta: Univeristas Indonesia International Labor Organization Jakarta. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana untuk Produktivitas. Indonesia. Nawawi, H. Hadarai. 200. Manajemen Sumber Daya Manusia: cetakan ketiga. Yogyakarta: Gama Press. Soejono dan H. Abdurrahman. 2005. Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta.