Dasar-Dasar Layanan Kesehatan - Teknik Dasar Layanan Kesehatan Dengan Layanan Prima - Nuansa Bening Difa Senja [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DASAR-DASAR LAYANAN KESEHATAN KELAS X SMK Penyusun : Nuansa Bening Difa Senja, Amd.Keb. Reviewer : Trisno Muldani S. Sos, M.I.Kom.



SMK KESEHATAN ADI HUSADA 2021



TEKNIK DASAR LAYANAN KESEHATAN DENGAN LAYANAN PRIMA



I. Identitas Penyusun



Nuansa Bening Difa Senja, Amd.Keb



Nama Sekolah



SMK Kesehatan Adi Husada



Tahun Penyusunan



2021



Jenjang



SMK



Kelas



X Layanan Kesehatan



Alokasi Waktu



30 JP (5x270 menit)



Fase Capaian



E



Kode Modul



M.5.1_Nuansa2_A.5.1_Desti1



Profil Pelajar Pancasila



Mandiri, Bernalar Kritis, Kreatif



Model Pembelajaran



Discovery Learning



Moda Pembelajaran



Kombinasi



Metode Pembelajaran



Diskusi, Presentasi, Demonstrasi, Simulasi praktik, Kunjungan Industri



Bentuk Penilaian



Asesmen Non Kognotif dan Kognitif



Bahan Ajar



Buku Paket, Internet, Youtube



Alat Praktik Pembelajaran



PC/Laptop, Handphone, Buku Paket



Media Pembelajaran



Video Pembelajaran, Internet, PPT, LCD Proyector



Target Peserta Didik



Regular



Jumlah peserta didik



30 siswa



Elemen



Teknik dasar layanan kesehatan dengan layanan prima



Capaian Pembelajaran



Pada akhir fase E, peserta didik mampu menjelaskan secara komprehensif melalui praktik, proses layanan kesehatan, mencakup praktik dasar tenaga layanan kesehatan, memeriksa tanda-tanda



vital yang meliputi pemeriksaan suhu tubuh, pemeriksaan denyut nadi, dan pemeriksaan tekanan darah, menerapkan etika etiket dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan klien maupun tim kerja sesuai dengan budaya kerja di tempat kerja. Kata Kunci



Pelayanan Kesehatan, TTV, Komunikasi



Tujuan Pembelajaran



1. Peserta didik mampu memahami dan mempraktekan proses layanan kesehatan 2. Peserta didik dapat mendemonstrasikan pemeriksaan tanda-tanda vital 3. Peserta didik mampu mengaplikasikan etika etiket dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan klien maupun tim kerja



II. Kompetensi Inti PERTEMUAN 1 DARING/LURING (270 MENIT) Kegiatan Awal (25 Menit)



1. Peserta didik dan Guru memulai dengan berdo’a bersama. 2. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan guru. 3. Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang akan diterapkan dalam pembelajaran. 4. Peserta didik diberikan penjelasan bahwa selama pertemuan ke depan akan mengikuti pembelajaran secara daring dan/atau luring, dan materi hari ini adalah pelayanan prima dalam layanan kesehatan. Dengan demikian peserta didik diminta untuk fokus dan menyiapkan catatan apabila dibutuhkan. 5. Peserta didik menyimak Capaian Pembelajaran, tujuan pembelajaran yang akan dicapai yang disampaikan oleh guru 6. Peserta didik dan guru berdiskusi



Kegiatan Inti (225 Menit)



1. Peserta didik mendapatkan pemaparan secara umum tentang pelayanan dalam kesehatan. 2. Dengan metode Tanya jawab guru memberikan pertanyaan mengenai : a. Definisi pelayanan prima b.



Proses pelayanan



dalam



melakukan



3. Peserta didik menjawab pertanyaan guru dengan tepat dan antusias. 4. Peserta didik menyimak video pembelajaran yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan. 5. Peserta didik membaca buku, handout atau literature lainnya dari buku atau internet berkaitan dengan teknologi dalam pelayanan kesehatan dengan penuh responsive (berpikir kritis) dan kreatif. 6. Peserta didik membentuk kelompok beranggotakan 4-5 orang, kemudian tiap kelompok



melalui pertanyaan pemantik : a. Pernahkah kalian mendengar tentang pelayanan prima dalam kesehatan? b. Pernahkan kalian tahu pelayanan apa saja yang digunakan untuk melakukan pelayananan prima? c. Tindakan apa saja yang pertama dilakukan dalam melakukan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan?



mengerjakan LKPD mencari informasi tentang macam-macam pelayanan prima bidang kesehatan. 7. Peserta didik berdiskusi dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang ada di LKPD dengan komunikasi dan kerjasama yang baik 8. Peserta didik mencari, menemukan dan mencatat informasi tentang materi yang ditugaskan dengan penuh antusias dan berpikir kritis 9. Peserta didik mendiskusikan untuk menentukan informasi yang tepat dan sesuai dengan tugas yang diberikan 10. Peserta didik menganalisa dan membandingkan paparan materi yang telah diungkapkan dalam kelompoknya dengan cermat dan tepat 11. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusi dengan presentasi hasil tugasnya 12. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi LKPD dan simulasi dengan komunikasi yang baik dan penuh antusias 13. Peserta didik yang lain memberikan tanggapan terhadap presentasi temannya dengan cermat dan lugas 14. Peserta didik menerima tanggapan dari peserta didik lain dan guru



15. Peserta didik memperhatikan penguatan dan penjelasan yang lebih luas dari guru atau peserta didik lain 16. Peserta didik memberikan tepuk tangan pada kelompok yang sudah tampil mempresentasikan hasil diskusinya



Kegiatan Penutup (20 Menit)



Referensi



Refleksi Peserta Didik :



http://syintialarasatiakperpemkabsrg. blogspot.com/2016/11/pelayananprima-di-bidang-kesehatan.html



1. Peserta didik membuat rangkuman / simpulan terkait dengan materi yang dipelajari pada hari ini dengan penuh antusias, cermat dan tepat 2. Peserta didik dapat menannyakan hal yang tidak dipahami kepada guru. 3. Peserta didik mengkomunikasikan kendala yang dihadapi selama mengerjakan LK 4. Peserta didik menerima penilaian/refleksi hasil kegiatan yang sudah dilaksanakan dengan beberapa pertanyaan : a. Apa yang menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran hari ini? b. Apa yang Anda lakukan untuk memperbaiki hasil belajar Anda? c. Dengan pembelajaran hari ini, hidup saya lebih bermakna. (ya/tidak)



https://www.youtube.com/watch? v=QqQgPXmozIU



5. Peserta didik menerima apresiasi dan motivasi dari guru 6. Peserta didik menyimak rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya 7. Peserta didik mengakhiri pembelajaran dengan “Doa” dan salam penutup. Refleksi Guru : 1. Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran? 2. Apakah semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran? 3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat diidentifikasi pada kegiatan pembelajaran? 4. Apakah siswa yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi dengan baik? 5. Apa level pencapaian siswa dalam pembelajaran ini?



rata-rata kegiatan



6. Apakah seluruh siswa dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran? 7. Apa strategi agar seluruh siswa



dapat menuntaskan kompetensi?



PERTEMUAN 2 DARING/LURING (270 MENIT) Kegiatan Awal (25 Menit)



1. Peserta didik dan Guru memulai dengan berdo’a bersama.



Kegiatan Inti (225 Menit)



1. Peserta didik mendapatkan pemaparan secara umum tentang tanda-tanda vital. 2. Dengan metode Tanya jawab guru



2. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan guru. 3. Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang akan diterapkan dalam pembelajaran. 4. Peserta didik diberikan penjelasan bahwa selama pertemuan ke depan akan mengikuti pembelajaran secara daring dan/atau luring, dan materi hari ini adalah memahami dan mempraktikan pelayanan kesehatan (TTV). Dengan demikian peserta didik diminta untuk fokus dan menyiapkan catatan apabila dibutuhkan. 5. Peserta didik menyimak Capaian Pembelajaran, tujuan pembelajaran yang akan dicapai yang disampaikan oleh guru 6. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik : a. Pernahkah kalian mendengar tensimeter ? b. Apakah kalian sudah pernah melihat ketika seseorang menggunakan tensimeter? c. Selain tensimeter pelayanan apa sajakah yang dilakukan untuk melakukan pemeriksaan TTV?



memberikan pertanyaan mengenai : a. Tindakan dasar dalam pelayanan kesehatan b. Tindakan TTV 3. Peserta didik menjawab pertanyaan guru dengan tepat dan antusias. 4. Peserta didik menyimak video pembelajaran yang berkaitan dengan pengukuran tanda-tanda vital. 5. Peserta didik membaca buku, handout atau literature lainnya dari buku atau internet berkaitan dengan tindakan dasar keperawatan (TTV) dengan penuh responsive (berpikir kritis) dan kreatif. 6. Peserta didik membentuk kelompok beranggotakan 4-5 orang, kemudian tiap kelompok mengerjakan LKPD mencari informasi tentang pemeriksaan tanda-tanda vital. 7. Peserta didik berdiskusi dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang ada di LKPD dengan komunikasi dan kerjasama yang baik 8. Peserta didik mencari, menemukan dan mencatat informasi tentang materi yang ditugaskan dengan penuh antusias dan berpikir kritis 9. Peserta didik mendiskusikan untuk menentukan informasi yang tepat dan sesuai dengan tugas yang diberikan 10. Peserta didik menganalisa dan membandingkan paparan materi yang telah diungkapkan dalam kelompoknya dengan cermat dan tepat 11. Setiap kelompok diskusi dengan tugasnya



melaporkan presentasi



hasil hasil



12. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi LKPD dan simulasi dengan komunikasi yang baik dan penuh antusias 13. Peserta didik yang lain memberikan tanggapan terhadap presentasi temannya dengan cermat dan lugas 14. Peserta didik menerima tanggapan dari peserta didik lain dan guru 15. Peserta didik memperhatikan penguatan dan penjelasan yang lebih luas dari guru atau peserta didik lain 16. Peserta didik memberikan tepuk tangan pada kelompok yang sudah tampil mempresentasikan hasil diskusinya



Kegiatan Penutup (15 Menit)



Referensi



Refleksi Peserta Didik :



http://syintialarasatiakperpemkabsrg.blogs pot.com/2016/11/pelayanan-prima-dibidang-kesehatan.html



1. Peserta didik membuat rangkuman / simpulan terkait dengan materi yang dipelajari pada hari ini dengan penuh antusias, cermat dan tepat 2. Peserta didik dapat menannyakan hal yang tidak dipahami kepada guru. 3. Peserta didik mengkomunikasikan kendala yang dihadapi selama mengerjakan LK 4. Peserta didik menerima penilaian/refleksi hasil kegiatan yang sudah dilaksanakan dengan



beberapa pertanyaan : d. Apa yang menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran hari ini? e. Apa yang Anda lakukan untuk memperbaiki hasil belajar Anda? f. Dengan pembelajaran hari ini, hidup saya lebih bermakna. (ya/tidak) 5. Peserta didik menerima apresiasi dan motivasi dari guru 6. Peserta didik menyimak rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya 7. Peserta didik mengakhiri pembelajaran dengan “Doa” dan salam penutup. Refleksi Guru : 1. Apakah ada kendala kegiatan pembelajaran?



pada



2. Apakah semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran? 3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat diidentifikasi pada kegiatan pembelajaran? 4. Apakah siswa yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi dengan baik? 5. Apa level pencapaian rata-rata siswa dalam kegiatan pembelajaran ini? 6. Apakah seluruh siswa dapat dianggap tuntas dalam



pelaksanaan pembelajaran? 7. Apa strategi agar seluruh siswa



dapat kompetensi?



menuntaskan



PERTEMUAN 3 DARING/LURING (270 MENIT) Kegiatan Awal (25 Menit)



1. Peserta didik dan Guru memulai dengan berdo’a bersama. 2. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan guru. 3. Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang akan diterapkan dalam pembelajaran. 4. Peserta didik diberikan penjelasan bahwa selama pertemuan ke depan akan mengikuti pembelajaran secara daring dan/atau luring, dan materi hari ini adalah praktik TTV. Dengan demikian peserta didik diminta untuk ocus dan menyiapkan catatan apabila dibutuhkan. 5. Peserta didik menyimak Capaian Pembelajaran, tujuan pembelajaran yang akan dicapai yang disampaikan oleh guru 6. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan



Kegiatan Inti (225 Menit)



1. Peserta didik mendapatkan pemaparan secara umum tentang praktik Tandatanda vital. 2. Dengan metode Tanya jawab guru memberikan pertanyaan mengenai : a. Definisi pemeriksaan tanda-tanda vital b. Praktik pemeriksaan Tanda-tanda vital pada pasien 3. Peserta didik menjawab pertanyaan guru dengan tepat dan antusias. 4. Peserta didik menyimak pembelajaran yang berkaitan dengan pengukuran tanda-tanda vital. 5. Peserta didik membaca buku, handout atau literature lainnya dari buku atau internet berkaitan dengan pengukuran tanda-tanda vital dengan penuh responsive (berpikir kritis) dan kreatif. 6. Peserta didik membentuk kelompok beranggotakan 2 orang, kemudian tiap kelompok mengerjakan LKPD tentang pendokumentasian tanda-tanda vital. 7. Peserta didik melakukan praktik dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang ada di LKPD dengan komunikasi dan kerjasama yang baik 8. Peserta didik mencari, menemukan dan



pemantik : a. Sudahkah di rumah kalian mencoba menggunakan tensimeter? b. Apa saja hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan TTV?



mencatat informasi tentang materi tanda-tanda vital yang ditugaskan dengan penuh antusias dan berpikir kritis 9. Peserta didik mendiskusikan untuk menentukan informasi yang tepat dan sesuai dengan tugas yang diberikan 10. Peserta didik menganalisa dan membandingkan paparan materi yang telah diungkapkan dalam kelompoknya dengan cermat dan tepat 11. Setiap kelompok diskusi dengan tugasnya



melaporkan presentasi



hasil hasil



12. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi LKPD dan simulasi dengan komunikasi yang baik dan penuh antusias 13. Peserta didik yang lain memberikan tanggapan terhadap presentasi temannya dengan cermat dan lugas 14. Peserta didik menerima tanggapan dari peserta didik lain dan guru 15. Peserta didik memperhatikan penguatan dan penjelasan yang lebih luas dari guru atau peserta didik lain 16. Peserta didik memberikan tepuk tangan pada kelompok yang sudah tampil mempresentasikan hasil diskusinya



Kegiatan Penutup (15 Menit)



Referensi



Refleksi Peserta Didik :



http://syintialarasatiakperpemkabsrg.blogs pot.com/2016/11/pelayanan-prima-di-



1. Peserta



didik



membuat



rangkuman / simpulan terkait dengan materi yang dipelajari pada hari ini dengan penuh antusias, cermat dan tepat 2. Peserta didik dapat menannyakan hal yang tidak dipahami kepada guru. 3. Peserta didik mengkomunikasikan kendala yang dihadapi selama mengerjakan LK 4. Peserta didik menerima penilaian/refleksi hasil kegiatan yang sudah dilaksanakan dengan beberapa pertanyaan : g. Apa yang menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran hari ini? h. Apa yang Anda lakukan untuk memperbaiki hasil belajar Anda? i. Dengan pembelajaran hari ini, hidup saya lebih bermakna. (ya/tidak) 5. Peserta didik menerima apresiasi dan motivasi dari guru 6. Peserta didik menyimak rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya 7. Peserta didik mengakhiri pembelajaran dengan “Doa” dan salam penutup. Refleksi Guru : 1. Apakah ada kendala kegiatan pembelajaran?



pada



bidang-kesehatan.html



2. Apakah semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran? 3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat diidentifikasi pada kegiatan pembelajaran? 4. Apakah siswa yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi dengan baik? 5. Apa level pencapaian rata-rata siswa dalam kegiatan pembelajaran ini? 6. Apakah seluruh siswa dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran? 7. Apa strategi agar seluruh siswa



dapat kompetensi?



III.



menuntaskan



Asesmen Bentuk Jenis Diagnostik Formatif



Profil Pelajar Pancasila Penilaian diri



Sumatif



IV.



Tertulis Jawaban singkat Laporan observasi Pilihan ganda dan uraian



Performa



Presentasi dan simulasi



Pengayaan dan Remidial PENGAYAAN Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan, diberikan pembelajaran pengayaan sebagai berikut: i. Peserta didik yang mencapai nilai n (ketuntasan) > n > n (maksimum) diberikan materi masih dalam cakupan CP dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan.



ii.



Peserta didik yang mencapai nilai n > n (maksimum) diberikan materi melebihi cakupan CP dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan. Soal-soal yang diberikan untuk mereka jawab adalah soal-soal yang belum mampu mereka tuntaskan pada saat mengikuti Penilaian Harian dan soal lainnya yang relevan yang diberikan oleh guru. Nilai yang diberikan sebagai nilai akhir pada CP ini bagi para peserta didik yang menempuh perbaikan adalah nilai akhir yang berhasil diraih dan dengan pertimbangan lainnya dari guru.



REMIDIAL Program remidial diberikan kepada peserta didik yang belum tuntas atau belum mencapai nilai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Bagi para peserta didik ini, bila memungkinkan akan diberikan “review” pembelajaran atau bahkan pembelajaran ulang sehingga lebih memantapkan mereka untuk menempuh perbaikan pada tahap remedial. Soal-soal yang diberikan untuk mereka jawab adalah soal-soal yang belum mampu mereka tuntaskan pada saat mengikuti Penilaian Harian. Nilai yang diberikan sebagai nilai akhir pada CP ini bagi para peserta didik yang menempuh remedial adalah nilai akhir yang berhasil diraih dan dengan pertimbangan lainnya dari guru



V. Lampiran GLOSARIUM



DAFTAR PUSTAKA



http://idibalikpapankaltim.blogspot.com/2011/09/pelayanan-primaservice-excellent-di.html



https://dokumen.tips/documents/konsep-pelayanan-prima-di-bidangkesehatan-pada-rumah-sakit-kel-1.html https://med.unhas.ac.id/fisioterapi/wpcontent/uploads/2016/11/PEMERIKSAAN-VITAL-SIGN.pdf



RINGKASAN MATERI ASESMEN DIAGNOSTIK NON KOGNITIF LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK RUBRIK ASESMEN PRESENTASI HASIL LEMBAR KERJA PEMBELAJARAN REMEDIASI PEMBELAJARAN PENGAYAAN



LAMPIRAN



RINGKASAN MATERI Pelayanan prima di bidang kesehatan ( Health Excellent Service ), Health costumer care secara harfiah berarti pelayanan kesehatan yang sangat baik atau pelayanan kesehatan terbaik. Pelayanan prima adalah faktor kunci dalam keberhasilan pencapaian tujuan program kesehatan, khususnya dalam bidang pelayanan masyarakat. Jika program pelayanan masyarakat ingin dapat tumbuh dan berkembang, maka program biasa dapat melakukan upaya-upaya terobosan untuk dapat bertahan dalam persaingan. Program akan dapat diuntungkan dan dapat dukungan jika dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat yang terus meningkat. Untuk melaksanakan hal ini, kita perlu meningkatkan jumlah dukungan pelanggan program yang kita miliki. Dengan demikian kita hendaknya memiliki sistem yang dapat mempertahankan dukungan pelanggan. Seperti halnya mendapatkan dukungan pelanggan yang baru. Dalam hal untuk mendapatkan simpati baru, pelayanan bidang kesehatan juga perlu mempertahankan loyalitas konsumen/pelanggannya yang telah ada. Pelayanan prima bidang kesehatan ( Health costumer care ) berarti upaya memelihara dan mempertahankan para pelanggan pelayanan kesehatan dan terus melakukan upaya menambah pelanggan baru. Banyak aspek yang perlu dijadikan bahan permikiran dan bahan pertimbangan agar dapat mewujudkan kepuasan pelanggan pelayanan kesehatan dan bukan hanya sekedar memberikan janji pelayanan yang terbaik. tetapi ternyata dalam praktek pelayanannya tidak baik. Pelayanan prima bidang kesehatan ( Health costumer care ) yang baik dibutuhkan kesiapan semua anggota pelaksana program tanpa kecuali. apakah mereka yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan para pelanggannya, untuk dapat melaksanakan tugas dan bekerjasama bersama orang lain. Untuk itu dibutuhkan rasa percaya diri untuk menyesuaikan dan mempertimbangkan kepercayaan dan menjaga rahasia pelanggan yang ada pada kita. Pelayanan prima dibidang kesehatan ( Health costumer care ) bukan hanya sekedar memberikan susuatu layanan tekhnis kesehatan saja tetapi juga layanan informasi pelayanan kesehatan. Hal ini memerlukan sedikit layanan ekstra dengan harapan pelayanan yang akan diperoleh adalah pelayanan terbaik. Menurut Elthainammy (1990), Pelayanan Prima (excellence service) adalah suatu sikap atau cara karyawan dalam melayani pelanggan secara memuaskan. Dari defenisi tersebut dapat dipahami bahwa pelanggan/penerima layanan merupakan faktor penting dalam unsur Pelayanan Prima. Kebutuhan dan harapan pelanggan/penerima layanan selalu menjadi alat evaluasi bagi penyelenggara pelayanan public agar memenuhi



standar kualitas layanan. Karena itu standar kualitas layanan terkait erat dengan kepuasan penerima layanan/pelanggan. 2.2    Pentingnya Pelayanan Prima Pelayanan prima kesehatan, adalah salah satu pelayanan yang dirindukan oleh masyarakat pada saat ini, adalah pelayanan kesehatan yang dapat memperhatikan kebutuhan dari masyarakat, yakni jika unit pelayanan masyarakat yg ingin maju dan mengharapkan pelanggannya untuk memakai atau memanfaatkan jasa pelayanannya, maka unit pelayanan tersebut harus dan tetap mengajak (baca: melalui promosi ) kepada pelanggannya agar selalu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan . Walaupun banyak sudah unit lain yakni pihak swasta yang menawarkan produk-produk jasanya untuk bersaing. Maka barang siapa yang tetap konsisten terhadap azas kepatuhan pelayanan prima, maka dialah yang akan jadi pemenangnya. Masyarakat sekarang ini semakin cerdas dalam menilai dari setiap langkah yang akan diambil, karena kebutuhannya selalu di hitung dengan rincian untung rugi secara ekonomi yang terkadang agak terlalu rijit. Maka unit pelayanan kesehatan pun sudah saatnya melakukan reevaluasi dan pembenahan dari kebijakan yang telah dibuat, apakah menurut anggapan pelanggannya secara ekonomi menguntungkan atau tidak. Jika dalam perhitungan tersebut lebih cenderung berpihak pada keuntungan para pelanggannya, maka produk pelayanan kesehatan tersebut kemungkinan besar akan diminati oleh masyarakat pelanggan/pendukungnya. Namun juga jangan salah, tanpa dibarengi peran promosi yang efektif hal ini akan lama sampai pada tujuan akhir. Pelayanan prima bidang kesehatan, penting bagi unit pelaksana pelayanan kesehatan, termasuk pimpinan dan staf pelayanan tersebut. Ini catatan penting bagi civitas unit pelaksana pelayanan tersebut karena dapat meningkatkan citra dan mempertahankan loyalitas pelanggan serta membantu untuk menyamakan misi dan visi dari programnya. 2.3    Prinsip-Prinsip Pelayanan Prima Pelayanan prima bidang kesehatan, dikembangkan berdasarkan prinsip 3 A. Pertama, kita harus menyajikan Attitude (sikap) yang benar. Kedua, kita harus saling memberikan Attention (perhatian) yg tidak terbagi. Ketiga, semua pelanggan senantiasa mencari action (Tindakan) Pelayanan prima berdasarkan konsep attituide (sikap) meliputi tiga prinsip berikut: a. Melayani pelanggan berdasarkan penampilan yang sopan dan serasi. b. Melayani pelanggan dengan berfikir positif sehat dan logis. c. Melayani pelanggan dengan sikap selalu menghargai. Pelayanan prima berdasarkan attention (perhatian) meliputi tiga prinsip:



a. Mendengar dan memahami secara sungguh-sungguh kebutuhan para pelanggan. b. Mengamati dan menghargai kepada para pelanggannya. c. Mencurahkan perhatian penuh kepada para pelanggan. Pelayanan prima berdasarkan action (tindakan) meliputi lima prinsip: a. Mencatat setiap pesan para pelanggan. b. Mencatat kebutuhan pelayanan c. Menegaskan kembali kebutuhan pelayanan d. Mewujudkan kebutuhan pelanggan e. Menyatakan terima kasih dengan harapan pelanggan masih mau kembali setia untuk memanfaatkan pelayanan. Hal-hal yang perlu diperhatikan yang berkaitan dengan konsep pelayanan prima bidang kesehatan, yaitu: 1. Apabila dikaitkan dengan tujuan pemerintah dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat maka pelayanan prima kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat. 2. Pelayanan prima kesehatan didasarkan pada struktur pelayanan terbaik. 3. Untuk instansi yang sudah mempunyai standar pelayanan kesehatan maka pelayanan prima , yaitu adalah pelayanan yang memiliki standar. 4. Apabila pelayanan selama ini sudah sesuai dengan standar, maka pelayanan prima upaya mencari terobosan sehingga berarti pelayanan yang diberikan dapat melebihi standar. 5. Untuk instansi yang belum mempunyai standar pelayanan maka pelayanan prima adalah pelayanan yang terbaik dari instansi yang bersangkutan. Usaha selanjutnya adalah menyusun standar pelayanan prima. 2.4    Perilaku Dalam Pelayanan Prima Dalam memberikan pelayanan yang bermutu tinggi dan memuaskan pelanggan, faktor peilaku manusia adalah dapat menentukan, selain bentuk isi (content) mutu barang atau jasa yang diberikan. Perilaku yang baik pertama dalam memberikan pelayanan menurut De Vriye, et al. Adalah: 1. Self Esteem : Penghargaan terhadap diri sendiri, dengan pandai menghargai dirinya sendiri, seorang karyawan akan berpikiran dan bertindak positif terhadap orang lain, sehingga pandai menghargai pelanggan dengan baik. Dengan demikian pelayanan bukan menundukkan diri.



2. Exceed Expectations (melampaui harapan) : Memberikan pelayanan dengan melebihi apa yang diharapkan pelanggan (mematuhi dan melebihi standar) secara konsisten. 3. Ricovery (pembenahan) : Adanya keluhan pelanggan jangan dianggap sebagai suatu beban masalah namun suatu peluang untuk memperbaiki atau meningkatkan diri. Apa masalahnya, dengrkan pelanggan, kumpulkan data, bagaimana pemenuhan standarnya. 4. Vision (visi) : Pelayanan yang prime berkaitan erat dengan visi organisasi. Dengan budaya kerja atau budaya organisasi (Corporate Culture) atau Budaya mutu (Quality Culture) dalam pelayanan prima, visi, impian akan dapat diwujudkan sepenuhnya seperti yang diharapkan. 5. Improve (Perbaikan atau peningkatan) : Peningkatan mutu pelayanan secara terus menerus (Continous Improvement) dalam memberikan kepuasan kepada pelanggan agar tidak ditinggalkan. Karena para pesaing ingin berusaha meningkatkan diri untuk menarik hati pelanggan. Meningkatkan diri dapat dengan pendidikan dan latihan sebagai modal, membuat standar pelayanan lebih tinggi, menyesuaikan tuntutan lingkungan dan pelnggan, dan merencanakan pelayanan yang baik bersama karyawan sejak awal. 6. Care (perhatian) : Perhatian atau perlakuan terhadap pelanggan dengan baik dan tulus. Memenuhi kebutuhannya, memperlakukannya dengan baik, menjaga dan memenuhi standar mutu sesuai dengan standar ukuran yang diharapkan. 7. Empower (Pemberdayaan) : Memberdayakan agar karyawan mampu bertanggung jawab dan tanggap terhadap persoalan dan tugasnya dalam upaya peningkatan pelayanan yang bermutu. 2.5    Pelayanan Prima Dalam Bidang Kesehatan Dalam instruksi Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.828/MENKES/VII/1999 tentang Pelaksanaan Pelayanan Prima Bidang Kesehatan, dijelaskan bahwa: Berdasarkan aspek-aspek kesederhanaan, kejelasan, kepribadian, keamanan, efisiensi, ekonomis, keadilan, ketepatan waktu, kebersihan, kinerja dan juga sikap perilaku, maka pelaksanaan pelayanan prima bidang kesehatan perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Mengupayakan paparan yang jelas melalui papan informasi atau petunjuk yang mudah dipahami dan diperoleh pada setiap tempat/lokasi pelayanan sesuai dengan kepentingannya menyangkut prosedur/tata cara pelayanan, pendaftaran, pengambilan sample atau hasil pemeriksaan, biaya/tarif pelayanan serta jadwal/waktu pelayanan.



2. Setiap aturan tentang prosedur/tata cara/petunjuk seperti yang tersebut diatas harus dilaksanakan secara tepat, konsisten, konsekuen sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. 3. Hak dan kewajiban pemberi atau penerima pelayanan diatur secara jelas setiap persyaratan yang diwajibkan dalam rangka menerima pelayanan harus mudah diperoleh dan berkaitan langsung dengan kepentingan pelayanan serta tidak menambah beban masyarakat penerima pelayanan. 4. Tersedia loket informasi dan kotak saran bagi penerima pelayanan yang mudah dilihat/dijumpai pada setiap tempat pelayanan. Saran yang masuk harus selalu dipantau dan dievaluasi, bila perlu diberi tanggapan atau tindak lanjut dalam rangka upaya perbaikan dan peningkatan mutu pelayanan. 5. Penanganan proses pelayanan sedapat mungkin dilakukan oleh petugas yang berwenang atau kompeten, mampu terampil dan professional sesuai spesifikasi tugasnya. Setiap pelaksanaan pemberian pelayanan dan hasilnya harus dapat menjamin perlindungan hukum dan dapat dijadikan alat bukti yang sah. 6. Selalu diupayakan untuk menciptakan pola pelayanan yang tepat sesuai dengan sifat dan jenis pelayanan yang bersangkutan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaannya. 7. Biaya atau tarif pelayanan harus ditetapkan secara wajar dengan memperhitungkan kemampuan masyarakat. Hendaknya diupayakan untuk mengatur mekanisme pungutan biaya yang memudahkan pembayarannya dan tidak menimbulkan biaya tinggi. Pengendalian dan pengawasan pelaksanaannya harus dilaksanakan dengan cermat, sehingga tidak terdapat titipan pungutan oleh instansi lain. 8. Pemberian pelayanan dilakukan secara tertib, teratur dan adil, tidak membedakan status social masyarakat. Cakupan / jangkauan pelayanan diupayakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata. 9. Kebersihan dan sanitasi lingkungan tempat dan fasilitas pelayanan harus selalu dijamin melalui pelaksanaan pembersihan secara rutin dan penyediaan fasilitas pembuangan sampah / kotoran secukupnya sesuai dengan kepentingannya. 10. Selalu diupayakan agar petugas memberikan pelayanan dengan sikap ramah dan sopan serta berupaya meningkatkan kinerja pelayanan secara optimal dengan kemampuan pelayanan yang tersedia dalam jumlah dan jenis yang cukup. PEMERIKSAAN VITAL SIGN



Vital sign atau tanda-tanda vital adalah ukuran statistik berbagai fisiologis yang digunakan untuk membantu menentukan status kesehatan seseorang, terutama pada pasien yang secara medis tidak stabil atau memiliki faktor-faktor resiko komplikasi kardiopulmonal dan untuk menilai respon terhadap intervensi. Tanda vital juga berguna untuk menentukan dosis yang adekuat bagi tindakan fisioterapi, khususnya exercise. Tanda-tanda vital terdiri atas : a. Tekanan darah Tekanan yang di alami darah pada pembuluh arteri ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh. Pengukuran tekanan darah dapat di ukurmelalui nilai sistolik dan diastolik. Tekanan darah dapat diukur dengan alat sphygmomanometer dan stestoskop untuk mendengar denyut nadi. Interpretasi hasil pengukuran tekanan darah pada usia ≥ 18 tahun : berdasarkan Joint National Committee VII adalah sebagai berikut : Klasifikasi TDS* TDD* mmHg mmHg Tekanan Darah Normal



< 120



< 80



Pre-Hipertensi



120-139



80-89



Hipertensi Stage 1



140-159



90-99



Hipertensi Stage 2



>160



>100



Keterangan : TDS : Tekanan Darah Sistolik TDD : Tekanan Darah Diastolik b. Denyut nadi Frekunsi denyut nadi manusia bervariasi,tergantung dari banyak faktor yang mempengaruhinya, pada saat aktivitas normal: 1) Normal: 60-100 x/mnt 2) Bradikardi: < 60x/mnt 3) Takhikardi: > 100x/mnt Pengukuran denyut nadi dapat dilakukan pada: 1) Arteri Radialis. Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba di atas pergelangan tangan pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin. 2) Arteri Brachialis. Terlertak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku. Digunakan untuk mengukur tekanan udara. 3) Arteri Karotis. Terletak di leher di bawah lobus telinga, di mana terdapat arteri karotid berjalan di antara trakea dan otot sternokleidomastoideus.



c. Suhu tubuh Temperatur (suhu) merupakan besaran pokok yang mengukur derajat panas suatu benda/makhluk hidup. Suhu tubuh dihasilkan dari: 1) Laju metabolisme basal diseluruh tubuh 2) Aktifitas otot 3) Metabolisme tambahan karena pengaruh hormon Tindakan dalam pemeriksaan suhu tubuh alat yang digunakan adalah termometer. Jenis2 termometer yang biasa dipakai untuk mengukur suhu tubuh adalah termometer air raksa dan digital. Metode mengukur suhu tubuh: 1) Oral. Termometer diletakkan dibawah lidah tiga sampai lima menit. Tidak dianjurkan pada bayi 2) Axilla. Metode yang paling sering di lakukan . Dilakukan 5-10 menit dengan menggunakan termometer raksa. Suhu aksila lebih rendah 0.6° C (1°F) dari pada oral 3) Rectal. Suhu rektal biasanya berkisar 0.4°C (0.7°F) lebih tinggi dari suhu oral



d. Pernapasan Frekuensi proses inspirasi dan ekspirasi dalam satuan waktu/menit. Faktor yang mempengaruhi Respiratory Rate: 1) Usia 2) Jenis kelamin 3) Suhu Tubuh 4) Posisi tubu 5) Aktivitas



Interpretasi a. Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit b. Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut c. Apnea : Bila tidak bernapas .



LEMBAR ASESMEN DIAGNOSTIK NON KOGNITIF 1. Coba amati lingkungan rumahmu saat ini, lalu pilih emoji berikut yang mewakili perasaanmu. (silang pada gambar)



2. Berikan pendapatmu tentang bagaimana kondisi lingkungan akan berdampak pada semangat belajarmu?



3. Apa saja yang dapat kamu lakukan untuk menciptakan kenyamanan lingkungan belajar di rumah?



4. Bagaimana menurutmu pelayanan prima dalam pelayanan kesehatan yang ada saat ini? Menurutmu fasilitas-fasilitas kesehatan yang sudah ada apakah sudah menerapkan pelayanan prima?



5. Apa harapanmu saat kamu mempelajari tentang pelayanan prima dalam pelayanan kesehatan?



LKPD 1 Instruksi Tugas proyek Instruksi: Kerjakan secara berkelompok yang terdiri dari 4-5 orang 1. Masing-masing kelompok melihat video yang sudah di share oleh bapak/ibu guru tentang pelayanan prima di RS!



2. Kemudian silahkan dijabarkan pelayanan prima seperti apakah yang sudah di terapkan dalam video tersebut! 3. Buatlah dalam bentuk Powerpoint agar dapat di presentasikan di depan kelas! 4. Maksimal pengumpulan 1 (satu) minggu setelah tugas diterima 5. Pada saat pembelajaran atau zoom meeting, kalian dapat melakukan koordinasi antar teman dalam satu kelompok dan sampaikan kesulitan yang di alami saat mengerjakan tugas 6. Buatlah struktur pembagian tugas dalam kelompok, deskripsikan pembagian tugas dengan jelas! 7. Diskusikan dengan kelompokmu hasil yang sudah kalian dapatkan saat observasi!



LEMBAR KERJA 1



Kelas Nama Anggota Kelompok



: ..................................................... : 1. 2. 3. 4. 5.



Petunjuk pengerjaan! 1. Pastikan nama anggota kelompok sudah ditulis pada tempat yang disediakan! 2. Bacalah perintah dengan seksama! 3. Jika terdapat perbedaan jawaban, buatlah kesepakatan untuk menentukan jawaban yang paling tepat!



LKPD 2 Instruksi Tugas proyek Instruksi: Kerjakan secara berkelompok yang terdiri dari 4-5 orang 1. Masing-masing kelompok melakukan study literasi tentang pemeriksaan tanda-tanda vital! 2. Kemudian silahkan membuat poster tentang rentang normal tiap tandatanda vital! 3. Buatlah poster semenarik mungkin agar dapat ditempelkan di ruangan kelas! 4. Maksimal pengumpulan 1 (satu) minggu setelah tugas diterima 5. Pada saat pembelajaran atau zoom meeting, kalian dapat melakukan koordinasi antar teman dalam satu kelompok dan sampaikan kesulitan yang di alami saat mengerjakan tugas 6. Buatlah struktur pembagian tugas dalam kelompok, deskripsikan pembagian tugas dengan jelas! 7. Diskusikan dengan kelompokmu hasil yang sudah kalian dapatkan saat observasi!



LEMBAR KERJA 2



Kelas Nama Anggota Kelompok



: ..................................................... : 1. 2. 3. 4. 5.



Petunjuk pengerjaan! 1. Pastikan nama anggota kelompok sudah ditulis pada tempat yang disediakan! 2. Bacalah perintah dengan seksama! 3. Jika terdapat perbedaan jawaban, buatlah kesepakatan untuk menentukan jawaban yang paling tepat!



RUBRIK ASESMEN PRESENTASI HASIL LEMBAR KERJA 1



RUBRIK ASESMEN PRESENTASI HASIL LEMBAR KERJA 1 dan 2 INSTRUMEN PENILAIAN: PROSES ASPEK



Belum Kompeten (06)



Cukup Kompeten (6-7)



Kompeten (8-9)



Sangat Kompeten (10)



Proses



Peserta didik tidak terlibat



Peserta didik terlibat dalam



Peserta didik terlibat dalam



Peserta didik terlibat



dalam observasi pelayanan prima di layananan kesehatan



Observasi pelayanan prima di layananan kesehatan



Observasi pelayanan prima di layananan kesehatan secara aktif tetapi menutup



dalam pelayanan prima di layananan kesehatan secara aktif



Observasi pelayanan prima di layananan kesehatan



namun kurang aktif



diri untuk diskusi Proses presentasi hasil



Hasil Observasi pelayanan kesehatan



dan terbuka untuk diskusi



Peserta didik tidak mampu



Peserta didik mampu



Peserta didik mampu



Peserta didik mampu



mempresentas ikan hasil



mempresentasik an hasil



mempresentasik an hasil



mempresentasik an hasil



observasi



observasi namun dengan sikap yang kurang baik



observasi dengan observasi dengan sikap sikap yang baik yang baik dan namun tidak mampu mampu berdiskusi berdiskusi



Peserta didik tidak



Peserta didik kurang mampu



Peserta didik mampu



Peserta didik mampu



menyusun observasi



mengidentifikasi



mengidentifikasi



mengidentifikasi



permasalahan dan kurang



permasalahan tetapi tidak



permasalahan dan



mampu mengobservasi



mampu mengobservasi dengan baik atau



menyusun observasi



dengan baik



dengan baik



sebaliknya



Keterangan : Siswa yang belum kompeten maka harus mengikuti pembelajaran remediasi. Siswa yang cukup kompeten diperbolehkan untuk memperbaiki pekerjaannya sehingga mencapai level kompeten.



PEMBELAJARAN REMEDIASI Siswa melakukan : 1. Menonton video tentang pelayanan prima di pelayanan kesehatan. 2. Membuat rangkuman tentang video yang sudah di tonton tentang pelayanan prima.



PEMBELAJARAN PENGAYAAN Siswa melakukan : 1. Menonton video tentang tentang pelayanan prima kesehatan. 2. Membuat soal dan jawaban tentang pelayanan prima.



di



pelayanan



LKPD 3 Instruksi Tugas Praktek Instruksi: Kerjakan secara berkelompok yang terdiri dari 2 orang PENUNTUN PRAKTEK PEMERIKSAAN VITAL SIGN NO



LANGKAH / PROSEDUR PEMERIKSAAN A. PENGUKURAN TEKANAN DARAH



1.



Pemeriksa berada di sebelah pasien.



2.



Memberi penjelasan mengenai pemeriksaan tekanan darah



3.



Menempatkan penderita dalam keadaan duduk/berbaring dengan lengan rileks, sedikit menekuk pada siku dan bebas dari tekanan oleh pakaian



4.



Menempatkan tensimeter dengan membuka aliran air raksa, mengecek saluran pipa dan meletakkan meteran secara vertikal



5.



Mempersiapkan stetoskop dengan corong bel yang terbuka



6.



Memasang manset sedemikian rupa sehingga melingkari lengan atas secara rapi dan tidak terlalu ketat, 2 cm di atas fossa cubiti dan bagian balon karet yg menekan tepat diatas arteri brachialis serta sejajar dengan jantung



7.



Memastikan pipa karet tidak terlipat atau terjepit manset.



8.



Meraba pulsasi a. brachialis di fossa cubiti sebelah medial Menutup katup pengontrol pada pompa manset



9.



Dengan tiga jari meraba pulsasi a. Brachialis pompa manset dengan cepat sampai 30 mmHg di atas hilangnya pulsasi Menurunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai pulsasi arteri teraba kembali. Melaporkan hasil sebagai tekanan sistolik palpatoir.



10.



Mengambil stetoskop dan memasang corong bel pada tempat perabaan pulsasi



11.



Memompa kembali manset sampai 30 mmHg di atas tekanan sistolik palpatoir



112.



Mendengarkan melalui stetoskop, sambil menurunkan perlahanlahan (3 mmHg per detik). Melaporkan saat mana mendengar bising pertama sebagai tekanan sistolik.



13.



Melanjutkan penurunan tekanan manset sampai suara bising yang terakhir sehingga setelah itu tidak terdengar bising lagi sebagai tekanan darah diastolik



14.



Apabila ingin diulang tunggu minimal 30 detik



15.



Melepas manset dan merapikannya.



16.



Dapat melaporkan hasil tekanan sistolik dan diastolik



ILUS T



RASI GAMBAR



B. PEMERIKSAAN NADI 1.



Meletakkan lengan yang akan diperiksa dalam keadaan rileks



2.



Menggunakan jari telunjuk dan jari tengah untuk meraba a. Radialis



3.



Menghitung frekuensi denyut nadi minimal 15 detik



4.



Melaporkan hasil frekuensi nadi dalam satu Menit



ILUSTRASI GAMBAR



C. PEMERIKSAAN SUHU BADAN AXILLA 1.



Membersihkan dengan tissue atau cucilah dalam air dingin bila disimpan dalam desinfektan serta bersihkan dengan lap bersih



2



Memegang ujung termometer yang tumpul dengan ibu jari dan jari kedua, turunkan tingkat air raksa sampai angka 35 derajat celsius



3



Membuka lengan pasien dan membersihkan keringat pasien dengan handuk yang kering/ tissue



4



Menempatkan ujung termometer yang berisi air raksa pada apex fossa aksillaris kiri dengan sendi bahu adduksi maksimal lalu menurunkan lengan dan silangkan lengan bawah pasien ke atas dada, sedangkan pada anak, pegang tangannya dengan lembut.



5.



Menunggu sampai 3 – 5 menit, kemudian dilakukan pembacaan



6



Mengangkat termometer dan bersihkan dengan soft tissue/ lap bersih dengan gerak rotasi.



7



Menurunkan tingkat air raksa ≤ 0°C.



8



Mencuci tangan dan menginformasikan ke pasien dan catat hasil pemeriksaan pada buku. ILUSTRASI GAMBAR



D. PEMERIKSAAN PERNAFASAN 1.



Meminta penderita melepas baju (duduk atau berbaring)



2.



Melakukan inspeksi atau melakukan palpasi dengan kedua tangan pada punggung/dada untuk menghitung gerakan pernafasan selama 1 menit. Gerakan naik (inhalasi) dan turun (ekhalasi) dihitung 1 frekuensi napas



3.



Melaporkan hasil frekuensi nafas per menit



LEMBAR KERJA 3



Kelas Nama Anggota Kelompok No.



Nama Px



: ..................................................... : 1. 2. Diagnosa



Ket



RUBRIK ASESMEN PRESENTASI HASIL LEMBAR KERJA 3 INSTRUMEN PENILAIAN: PROSES ASPEK



Belum Kompeten (06)



Cukup Kompeten (6-7)



Kompeten (8-9)



Sangat Kompeten (10)



Proses



Peserta didik



Peserta didik



Peserta didik



Peserta didik



Observasi fase prakerja praktik TTV



Proses presentasi hasil



Hasil Observasi penutup dan pendokume ntasian praktik TTv



tidak terlibat



terlibat dalam



terlibat dalam



terlibat



dalam observasi fase prakerja praktik TTV



Observasi fase prakerja praktik TTV



Observasi fase prakerja praktik TTV



dalam fase prakerja praktik TTVsecara aktif



namun kurang aktif



tetapi menutup



dan terbuka untuk



diri untuk diskusi



diskusi



Peserta didik tidak mampu



Peserta didik mampu



Peserta didik mampu



Peserta didik mampu



mempresentas ikan hasil



mempresentasik an hasil



mempresentasik an hasil



mempresentasik an hasil



observasi



observasi namun dengan sikap yang kurang baik



observasi dengan observasi dengan sikap sikap yang baik yang baik dan namun tidak mampu mampu berdiskusi berdiskusi



Peserta didik tidak



Peserta didik kurang mampu



Peserta didik mampu



Peserta didik mampu



menyusun observasi



mengidentifikasi



mengidentifikasi



mengidentifikasi



permasalahan dan kurang



permasalahan tetapi tidak



permasalahan dan



mampu mengobservasi



mampu mengobservasi dengan baik atau



menyusun observasi



dengan baik



dengan baik



sebaliknya



Keterangan : Siswa yang belum kompeten maka harus mengikuti pembelajaran remediasi. Siswa yang cukup kompeten diperbolehkan untuk memperbaiki pekerjaannya sehingga mencapai level kompeten.



PEMBELAJARAN REMEDIASI Siswa melakukan : 1. Melakukan praktik TTV dengan keluarga dirumah. 2. Membuat dokumentasi tentang TTV yang sudah dilakukan dengan keluarga di rumah.



PEMBELAJARAN PENGAYAAN Siswa melakukan : 1. Melakukan praktik TTV dengan keluarga dirumah. 2. Membuat dokumentasi tentang TTV yang sudah dilakukan dengan keluarga di rumah.



II. Kompetensi Inti PERTEMUAN 4 DARING/LURING (270 MENIT) Kegiatan Awal (25 Menit)



1. Peserta didik dan Guru memulai dengan berdo’a bersama. 2. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan guru. 3. Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang akan diterapkan dalam pembelajaran. 4. Peserta didik diberikan penjelasan bahwa selama pertemuan ke depan akan mengikuti pembelajaran secara daring dan/atau luring, dan materi hari ini adalah etika etiket dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan klien maupun tim kerja. Dengan demikian peserta didik diminta untuk fokus dan menyiapkan catatan apabila dibutuhkan. 5. Peserta didik menyimak Capaian Pembelajaran, tujuan pembelajaran yang akan dicapai yang disampaikan oleh guru 6. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik : a. Pernahkah kalian mendengar kata etika? b. Ada yang bisa menjelaskan apa yang di maksud dengan etika? c. Selain etika ada yang namanya etiket? d. Apa bedanya etika dan etiket



Kegiatan Inti (225 Menit)



1. Peserta didik mendapatkan pemaparan secara umum tentang etika etiket dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan klien maupun tim kerja. 2. Dengan metode Tanya jawab guru memberikan pertanyaan mengenai : a. Definisi Etika dan Etiket b. Definisi komunikasi yang efektif c. Melakukan komunikasi efektif dengan menerapkan etika dan etiket di lingkungan kerja 3. Peserta didik menjawab pertanyaan guru dengan tepat dan antusias. 4. Peserta didik menyimak video pembelajaran yang berkaitan dengan etika etiket dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan klien maupun tim kerja. 5. Peserta didik membaca buku, handout atau literature lainnya dari buku atau internet berkaitan dengan etika etiket dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan klien maupun tim kerja dengan penuh responsive (berpikir kritis) dan kreatif. 6. Peserta didik membentuk kelompok beranggotakan 4-5 orang, kemudian tiap kelompok mengerjakan LKPD mencari informasi tentang etika etiket dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan klien maupun tim kerja. 7. Peserta



didik



berdiskusi



dalam



kelompok untuk mengerjakan tugas yang ada di LKPD dengan komunikasi dan kerjasama yang baik 8. Peserta didik mencari, menemukan dan mencatat informasi tentang materi yang ditugaskan dengan penuh antusias dan berpikir kritis 9. Peserta didik mendiskusikan untuk menentukan informasi yang tepat dan sesuai dengan tugas yang diberikan 10. Peserta didik menganalisa dan membandingkan paparan materi yang telah diungkapkan dalam kelompoknya dengan cermat dan tepat 11. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusi dengan presentasi hasil tugasnya 12. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi LKPD dan simulasi dengan komunikasi yang baik dan penuh antusias 13. Peserta didik yang lain memberikan tanggapan terhadap presentasi temannya dengan cermat dan lugas 14. Peserta didik menerima tanggapan dari peserta didik lain dan guru 15. Peserta didik memperhatikan penguatan dan penjelasan yang lebih luas dari guru atau peserta didik lain 16. Peserta didik memberikan tepuk



tangan pada kelompok yang sudah tampil mempresentasikan hasil diskusinya



Kegiatan Penutup (20 Menit)



Referensi



Refleksi Peserta Didik :



Hardjana, A.M., 2003. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal, Kanisius, Jakarta



1. Peserta didik membuat rangkuman / simpulan terkait dengan materi yang dipelajari pada hari ini dengan penuh antusias, cermat dan tepat 2. Peserta didik dapat menannyakan hal yang tidak dipahami kepada guru. 3. Peserta didik mengkomunikasikan kendala yang dihadapi selama mengerjakan LK 4. Peserta didik menerima penilaian/refleksi hasil kegiatan yang sudah dilaksanakan dengan beberapa pertanyaan : a. Apa yang menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran hari ini? b. Apa yang Anda lakukan untuk memperbaiki hasil belajar Anda? c. Dengan pembelajaran hari ini, hidup saya lebih bermakna. (ya/tidak) 5. Peserta didik menerima apresiasi dan motivasi dari guru 6. Peserta didik menyimak rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya 7. Peserta didik mengakhiri



Susanto, Phill Astrid, 1982, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek, Binacipta, Bandung



Yusuf A, Fitryasari PK, Nihayati HE, 2015, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Salemba Medika; Jakarta.



https://lancangkuning.com/post/170 37/menerapkan-prinsip-etika-etiketdalam-keperawatan.html



pembelajaran dengan “Doa” dan salam penutup. Refleksi Guru : 1. Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran? 2. Apakah semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran? 3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat diidentifikasi pada kegiatan pembelajaran? 4. Apakah siswa yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat teratasi dengan baik? 5. Apa level pencapaian siswa dalam pembelajaran ini?



rata-rata kegiatan



6. Apakah seluruh siswa dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran? 7. Apa strategi agar seluruh siswa



dapat menuntaskan kompetensi?



PERTEMUAN 5 DARING/LURING (270 MENIT) Kegiatan Awal (25 Menit)



1. Peserta didik dan Guru memulai dengan berdo’a bersama. 2. Peserta didik disapa dan melakukan pemeriksaan kehadiran bersama dengan guru. 3. Peserta didik bersama dengan guru membahas tentang kesepakatan yang akan diterapkan dalam pembelajaran.



Kegiatan Inti (225 Menit)



1. Peserta didik mendapatkan pemaparan secara umum tentang penerapan etika etiket dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan klien maupun tim kerja. 2. Dengan metode Tanya jawab guru memberikan pertanyaan mengenai : a. Perbedaan Etika dan Etiket b. Bagaimana melakukan



4. Peserta didik diberikan penjelasan bahwa selama pertemuan ke depan akan mengikuti pembelajaran secara daring dan/atau luring, dan materi hari ini adalah menerapkan etika etiket dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan klien maupun tim kerja. Dengan demikian peserta didik diminta untuk fokus dan menyiapkan catatan apabila dibutuhkan. 5. Peserta didik menyimak Capaian Pembelajaran, tujuan pembelajaran yang akan dicapai yang disampaikan oleh guru 6. Peserta didik dan guru berdiskusi melalui pertanyaan pemantik : a. Apa yang dimaksud etika dan etiket dalam bekerja? b. Apa perbedaan antara etika dan etiket?



3. 4.



5.



6.



komunikasi yang efektif dengan teman kerja dan tim Peserta didik menjawab pertanyaan guru dengan tepat dan antusias. Peserta didik menyimak video pembelajaran yang berkaitan dengan etika etiket dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan klien maupun tim kerja. Peserta didik membaca buku, handout atau literature lainnya dari buku atau internet berkaitan dengan etika etiket dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan klien maupun tim kerja dengan penuh responsive (berpikir kritis) dan kreatif. Peserta didik membentuk kelompok beranggotakan 4-5 orang, kemudian tiap kelompok mengerjakan LKPD mencari informasi tentang etika etiket dalam melakukan komunikasi yang efektif dengan klien maupun tim kerja.



7. Peserta didik berdiskusi dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang ada di LKPD dengan komunikasi dan kerjasama yang baik 8. Peserta didik mencari, menemukan dan mencatat informasi tentang materi yang ditugaskan dengan penuh antusias dan berpikir kritis 9. Peserta didik mendiskusikan untuk menentukan informasi yang tepat dan sesuai dengan tugas yang diberikan 10. Peserta didik menganalisa dan



membandingkan paparan materi yang telah diungkapkan dalam kelompoknya dengan cermat dan tepat 11. Setiap kelompok melaporkan hasil diskusi dengan presentasi hasil tugasnya 12. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi LKPD dan simulasi dengan komunikasi yang baik dan penuh antusias 13. Peserta didik yang lain memberikan tanggapan terhadap presentasi temannya dengan cermat dan lugas 14. Peserta didik menerima tanggapan dari peserta didik lain dan guru 15. Peserta didik memperhatikan penguatan dan penjelasan yang lebih luas dari guru atau peserta didik lain 16. Peserta didik memberikan tepuk tangan pada kelompok yang sudah tampil mempresentasikan hasil diskusinya



Kegiatan Penutup (20 Menit)



Referensi



Refleksi Peserta Didik :



Hardjana, A.M., 2003. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal, Kanisius, Jakarta



1. Peserta didik membuat rangkuman / simpulan terkait dengan materi yang dipelajari pada hari ini dengan penuh antusias, cermat dan tepat 2. Peserta didik dapat



Susanto, Phill Astrid, 1982, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek,



menannyakan hal yang tidak dipahami kepada guru. 3. Peserta didik mengkomunikasikan kendala yang dihadapi selama mengerjakan LK 4. Peserta didik menerima penilaian/refleksi hasil kegiatan yang sudah dilaksanakan dengan beberapa pertanyaan : a. Apa yang menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran hari ini? b. Apa yang Anda lakukan untuk memperbaiki hasil belajar Anda? c. Dengan pembelajaran hari ini, hidup saya lebih bermakna. (ya/tidak) 5. Peserta didik menerima apresiasi dan motivasi dari guru 6. Peserta didik menyimak rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya 7. Peserta didik mengakhiri pembelajaran dengan “Doa” dan salam penutup. Refleksi Guru : 1. Apakah ada kendala pada kegiatan pembelajaran? 2. Apakah semua siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran? 3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat diidentifikasi pada kegiatan pembelajaran? 4. Apakah siswa yang memiliki kesulitan ketika berkegiatan dapat



Binacipta, Bandung



Yusuf A, Fitryasari PK, Nihayati HE, 2015, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Salemba Medika; Jakarta.



https://lancangkuning.com/post/170 37/menerapkan-prinsip-etika-etiketdalam-keperawatan.html



teratasi dengan baik? 5. Apa level pencapaian siswa dalam pembelajaran ini?



rata-rata kegiatan



6. Apakah seluruh siswa dapat dianggap tuntas dalam pelaksanaan pembelajaran? 7. Apa strategi agar seluruh siswa



dapat menuntaskan kompetensi?



V.



Asesmen Bentuk Jenis Diagnostik Formatif



Profil Pelajar Pancasila Penilaian diri



Sumatif



VI.



Tertulis Jawaban singkat Laporan observasi Pilihan ganda dan uraian



Performa



Presentasi dan simulasi



Pengayaan dan Remidial PENGAYAAN Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan, diberikan pembelajaran pengayaan sebagai berikut: i. Peserta didik yang mencapai nilai n (ketuntasan) > n > n (maksimum) diberikan materi masih dalam cakupan CP dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan. ii.



Peserta didik yang mencapai nilai n > n (maksimum) diberikan materi melebihi cakupan CP dengan pendalaman sebagai pengetahuan tambahan. Soal-soal yang diberikan untuk mereka jawab adalah soal-soal yang belum mampu mereka tuntaskan pada saat mengikuti Penilaian Harian dan soal lainnya yang relevan yang diberikan oleh guru. Nilai yang diberikan sebagai nilai akhir pada CP ini bagi para peserta didik yang menempuh perbaikan adalah nilai akhir yang berhasil diraih dan dengan pertimbangan lainnya dari guru.



REMIDIAL Program remidial diberikan kepada peserta didik yang belum tuntas atau belum mencapai nilai standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Bagi para peserta didik ini, bila memungkinkan akan diberikan “review” pembelajaran atau bahkan pembelajaran ulang sehingga lebih memantapkan mereka untuk menempuh perbaikan pada tahap remedial. Soal-soal yang diberikan untuk mereka jawab adalah soal-soal yang belum mampu mereka tuntaskan pada saat mengikuti Penilaian Harian. Nilai yang diberikan sebagai nilai akhir pada CP ini bagi para peserta didik yang menempuh remedial adalah nilai akhir yang berhasil diraih dan dengan pertimbangan lainnya dari guru



V. Lampiran GLOSARIUM



DAFTAR PUSTAKA



Hardjana, A.M., 2003. Komunikasi Intrapersonal & Interpersonal, Kanisius, Jakarta



Susanto, Phill Astrid, 1982, Komunikasi Dalam Teori Dan Praktek, Binacipta, Bandung



Yusuf A, Fitryasari PK, Nihayati HE, 2015, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa, Salemba Medika; Jakarta.



https://lancangkuning.com/post/17037/menerapkan-prinsip-etikaetiket-dalam-keperawatan.html



RINGKASAN MATERI ASESMEN DIAGNOSTIK NON KOGNITIF LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK RUBRIK ASESMEN PRESENTASI HASIL LEMBAR KERJA PEMBELAJARAN REMEDIASI PEMBELAJARAN PENGAYAAN



LAMPIRAN



RINGKASAN MATERI Etika keperawatan adalah sebuah metode pemikiran yang digunakan oleh perawat dalam membuat keputusan, bertanggung jawab pada masyarakat, anggota tim kesehatan lain dan pada profesinya, sedangkan etika profesi keperawatan merupakan alat ukur perilaku moral dalam keperawatan. Organisasi profesi dapat menjadikan metode pemikiran perawat dalam pengambilan keputusan dan bertanggungjawab kepada masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain dan kepada profesi ( ANA,1976). Menurut American Ethics Commision Bureau on Teaching, tujuan etika profesi keperawatan adalah untuk: 1) Mengenal dan memahami unsur moral dalam praktik keperawatan. 2) Membuat strategi atau cara untuk menganalisa masalah moral yang terjadi dalam praktik keperawatan. 3) Menghubungkan prinsip-prinsip moral atau pelajaran yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan dan diterapkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya. 1. Prinsip etika etiket dalam keperawatan beerta contohnya 1. Otonomi (Autonomy) Autonomy adalah suatu kemampuan untuk mengatur dirinya sendiri, prinsip moral ini sebagai dasar perawat dalam memberikan layanan keperawatan dengan cara menghargai pasien, karena pasien adalah seorang yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya. Perawat harus melibatkan pasien dalam setiap pengambilan keputusan tentang pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien.   Contoh aplikasi prinsip moral otonomi dalam asuhan keperawatan adalah seorang perawat apabila akan memberikan suntik kepada pasien harus memberitahu untuk apa obat tersebut, prinsip otonomi ini dilanggar ketika seorang perawat tidak menjelaskan suatu tindakan keperawatan yang akan diberikannya, tidak menawarkan pilihan misalnya memberikan suntikan atau injeksi bisa dilakukan di pantat kanan atau kiri dan sebagainya. Perawat dalam hal ini telah bertindak sewenang-wenang pada orang yang lemah. Contoh lainnya adalah kebebasan pasien untuk memilih jenis pengobatan dan siapa yang berhak mengobatinya sesuai dengan yang diinginkan oleh pasien tersebut. 2. Berbuat Baik (Beneficience) Prinsip beneficience ini dikemukakan oleh Chiun dan Jacobs (1997) didefinisikan dengan kata lain doing good yaitu melakukan yang terbaik.



Beneficience adalah sebuah prinsip melakukan yang terbaik dan tidak merugikan orang lain atau dengan kata lain dalam konsep keperawatan ini adalah tidak membahayakan pasien . Apabila tindakan yang akan diambil dapat membahayakan pasien, namun menurut pasien hal itu yang terbaik maka perawat harus menghormati keputusan pasien tersebut, sehingga keputusan yang akan diambil oleh perawat merupakan keputusan yang terbaik bagi pasien dan keluarganya. Contoh aplikasi prinsip Beneficience dalam asuhan keperawatan : Seorang pasien mengalami perdarahan setelah melahirkan, menurut program kehamilan pasien tersebut harus diberikan tranfusi darah, tetapi pasien mempunyai kepercayaan bahwa pemberian tranfusi tidak memberikan pengaruh dengan hasil akhir dari program kehamilan tersebut, dengan demikian perawat mengambil tindakan yang sesuai dengan keinginan pasien dalam rangka penerapan prinsip moral ini yaitu tidak memberikan tranfusi setelah pasien memberikan pernyataan tertulis tentang penolakannya. Perawat tidak memberikan tranfusi kepada pasien, padahal hal tersebut membahayakan pasien, dalam hal ini perawat berusaha berbuat yang terbaik dan menghargai pasien. Contoh lainnya adalah setiap perawat harus dapat merawat & memperlakukan Klien dengan baik & benar tanpa membedakan pasien tersebut. 3. Keadilan (Justice) Setiap individu harus mendapatkan pelayanan kesehatan yang sama, hal ini   merupakan prinsip dari justice (Perry and Potter, 1998 ; 326). Justice adalah   keadilan, prinsip justice ini adalah dasar dari setiap tindakan keperawatan bagi seorang perawat untuk berlaku adil pada setiap pasien, artinya setiap pasien berhak mendapatkan tindakan yang sama tanpa dibedabedakan. Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya tindakan yang sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung tinngi prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini diterapkan dalam praktik profesional ketika perawat         bekerja untuk tindakan yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan yang bermutu. Contoh aplikasi prinsip justice dalam asuhan keperawatan : Klien yang dimasukkan dalam unit neurologi setelah mengalami trauma kepala membutuhkan pengkajian segera dan perhatian untuk mencegah kerusakan otak yang berhubungan dengan edema atau hemoragi. Klien lainnya dalam unit yang sama dalam kondisi yang lebih stabil secara moral dirawat dalam waktu yang berbeda dan dalam tingkat intensitas yang berbeda. Kriteria kebutuhan, ditambah dengan prognosis klien adalah dasar dari triase, yang digunakan oleh perawat. Contoh lainnya adalah tindakan keperawatan yang dilakukan seorang perawat baik di bangsal maupun di ruang VIP harus sama dengan Standart Procedure Operational (SOP). (Mahfuzon).



Komunikasi dalam Pelayanan Kesehatan / Keperawatan Komunikasi dalam pelayanan keperawatan merupakan salah satu komponen keterampilan utama yang harus dimiliki oleh seorang perawat, selain keterampilan intelektuan dan teknikal. Menjadi seorang perawat dituntut tidak hanya pandai dan menguasai semua permasalahan kesehatan yang dialami pasien, terutama dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar ketika pasien sakit. Perawat dituntut juga harus terampil dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang telah direncanakan dan berperilaku adaptif dalam membangung hubungan interpersonal saat melakukan asuhan keperawatan. Keterampilan interpersonal ini menjadi ciri khas utama yang dapat membedakan antara perawat satu dengan lainnya. Hal ini penting diperhatikan karena pasien yang dirawat bukanlah robot, tetapi manusia yang memiliki perasaan dan harga diri. Beberapa karakter interpersonal yang baik antara lain, ketika bertemu pasien perawat harus selalu senyum, salam, dan sapa. Ketika akan melakukan tindakan perawatan, lakukanlah komunikasi verbal meskipun hanya sekedar menanyakan kondisi terkini pasien. ketika telah selesai melakukan tindakan, berpamitanlah kepada pasien, jika mungkin sertakan doa kesembuhan untuk pasien. Dengan demikian maka pasien akan sangat terkesan dan senang dengan asuhan yang berikan oleh perawat berkarakter ini. Keterampilan interpersonal juga merupakan skill utama yang harus dikuasai perawat, diataranya berupa komunikasi verbal, non verbal, bekerja dengan kertas dan hitung-hitungan, dengan angka, penggunaan teknolgi, keterampilan yang dapat diaplikasikan pada berbagai kondisi, kepribadian dan beberapa keterampilan tambahan seperti menjahit, memasak, mengendarai kendaraan dan sebagainya. Pengertian Komunikasi Efektif. Salah satu komponen terpenting dalam pelayanan kesehatan adalah sumber daya manusia kesehatan. Semua tenaga kesehatan profesional yang terlibat di dalam pelayanan kesehatan kepada pasien harus mempunyai kemampuan komunikasi yang baik. Dokternya sudah komunikatif, tetapi perawatnya tidak komunikatif dengan sendirinya maka pelayanan yang diberikan tidak maksimal. Oleh karena itu komunikasi efektif perlu diciptakan oleh semua tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien. Komunikasi efektif adalah pengembangan hubungan antara tenaga kesehatan (dokter, perawat, fisioterapis, bidan, nutrisionis, atau tenaga kesehatan lain) dengan pasien secara efektif dalam kontak sosial yang



berlangsung secara baik, menghargai kemampuan dan 8 keunikan masingmasing pihak, dalam upaya menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien secara bersama. Pengembangan hubungan berkaitan erat dengan kepercayaan, yang dilandasi keterbukaan, kejujuran, saling menghargai, serta memahami kebutuhan dan harapan masing-masing. Dengan terjalinya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap berkaitan dengan kondisinya, sehingga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi terapi yang tepat bagi pasien. Demikian juga dengan tenaga kesehatan lain, apabila sudah terjalin hubungan saling percaya, maka tindakan keperawatan akan lebih mudah untuk dilaksanakan. Pasien dan tenaga kesehatan sama-sama memperoleh manfaat dari hubungan saling percaya. Setiap pihak merasa dimengerti dan dihargai, sehingga apa yang diinginkan dapat tercapai. Pasien ingin segera mendapat pertolongan dari dokter karena penyakitnya, segera ditangani dan lekas sembuh. Sebaliknya dokter membutuhkan informasi yang jelas berkaitan dengan gejala dan keluhan yang dihadapi oleh pasien, dan saat dilakukan pemeriksaan pasien kooperatif. Kedua tujuan ini baik dari pasien maupun dokter dapat tercapai apabila didasari keinginan yang kuat untuk terus menjalin dan mempertahankan hubungan saling percaya. Komunikasi efektif harus terus dipertahankan mulai awal kontak dengan pasien, selama proses pengobatan/perawatan, sampai akhir dari terapi atau pasien dinyatakan sembuh. Tehnik Komunikasi Efektif Agar komunikasi dapat berjalan lancar, maka tenaga kesehatan harus paham tentang tehnik komunikasi efektif. Bagaimana menciptakan hubungan saling percaya? Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh petugas kesehatan sebelum komunikasi berlangsung yaitu: 1. Ciptakan Lingkungan yang Kondusif Langkah pertama yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan pada saat berkomunikasi dengan pasien adalah menciptakan lingkungan yang membuat nyaman pasien untuk menjalin suatu hubungan profesional. Sebagai contoh ruangan dokter praktek, apabila ruangan tersebut didominasi warna putih yang monoton, maka akan menimbulkan image tersendiri bagi pasien yaitu formal dan jagalah kebersihan, sehingga pasien sudah terbelenggu oleh warna yang menghakiminya, bahwa dia harus sopan karena berhadapan dengan orang yang ahli di bidang kesehatan, serta hati - hati agar jangan mengotori ruangan ini. Alangkah indahnya jika kesan formal tersebut sedikit dirubah menjadi lebih welcome atau dinamis, menggunakan permainan warna yang lembut, serta dekorasi yang indah, dengan tetap mengedepankan konsep bersih.



Pasien akan merasa lebih nyaman berada di lingkungan yang hangat, sehingga akan lebih dapat membuka diri untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya. Efek ruangan yang dinamis dan welcome tersebut juga dengan sendirinya akan mempengaruhi psikologis dokter, sehingga tidak terlalu memposisikan diri sebagai orang yang ahli di bidang kesehatan. Demikian juga dengan tenaga kesehatan lain, perawat atau bidan harus memperhatikan ruangan perawatan apakah nyaman bagi pasien. Pasien tidak akan dapat berkomunikasi dengan baik jika ruangan gaduh, kotor, atau privacy-nya tidak terjamin. Bagaimana pasien bisa terbuka menceritakan tentang masalahmasalah yang dihadapi, apabila orang lain bisa mendengarkan pembicaraannya. Hal tersebut sering dijumpai pada pasien yang harus menjalani perawatan di bangsal dengan kapasitas tempat tidur yang banyak. Perawat, bidan, atau fisioterapis, harus pintar membaca kebutuhan pasien akan lingkungan yang dikehendaki, dan dapat meminimalkan faktor lingkungan yang menghambat proses komunikasi efektif. Sebagai contoh apabila pasien bisa berjalan atau mobilisasi, maka perawat atau bidan bisa mengajak pasien berbicara di ruang perawat, taman, atau ruangan lain yang bisa dimanfaatkan. Sebaliknya jika pasien harus bedrest atau tinggal di tempat tidur, padahal saat itu dia membutuhkan ruangan yang privacy maka perawat bisa membatasi tempat tidur antar pasien dengan skat atau pembatas. 2. Hargai penampilan dan harga diri pasien Bagaimanapun buruknya penampilan seorang pasien, petugas kesehatan baik dokter atau perawat, sama sekali tidak diperkenankan untuk mengaggap bahwa kepribadian pasien juga buruk. Penampilanpenampilan tersebut hendaknya tidak menghalangi petugas kesehatan untuk mengangkat harga diri pasien, dan memberikan pelayanan kesehatan sebaik mungkin. Terkadang dijumpai pasien dengan kondisi yang kotor dan bau, akibat kondisi/penyakitnya. Dokter atau perawat tidak boleh menunjukkan rekasi baik verbal maupun nonverbal yang dapat menyebabkan pasien malu atau menyinggung harga diri pasien. Harga diri pasien harus kita jaga dan lindungi. Petugas kesehatan hendaknya tidak sekali-kali merendahkan harga diri pasien, meskipun tidak di depan umum. Apabila pasien merasa dipermalukan dan harga dirinya jatuh, maka dipastikan pasien tidak akan mau menjalin hubungan dengan dokter atau perawat, sehingga komunikasi efektif tidak akan berlangsung, bahkan pasien bisa mengakhiri suatu hubungan. Agar harga diri pasien tetap terjaga, petugas kesehatan harus siap menerima kondisi pasien apa adanya, dan terus membina hubungan yang baik dan harmonis, siap membatu



mengatasi permasalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien, dengan penuh perhatian dan penghargaan. 3. Posisi Petugas Kesehatan (dokter/perawat/nakes lain) Dengan Pasien Posisi seseorang dalam berkomunikasi, akan mempengaruhi proses interaksi selanjutnya. Pasien akan merasa tidak nyaman apabila posisi antara dokter dan pasien tidak sejajar, sebagai contoh pada saat komunikasi berlangsung pasien dalam posisi duduk, sedangkan dokter berdiri. Situasi ini sangat tidak menyenangkan, pasien akan merasa berada di posisi yang lebih rendah, atau akan timbul perasaan digurui atau dihakimi. Sedangkan dokter akan merasa superior atau keberadaannya lebih tinggi dari pasien. Keberadaan psikologis antara kedua belah pihak sangat berbeda, dan sifat hubungan ini antara “aku dan dia”. Demikian juga sebaliknya, apabila petugas kesehatan (dokter/perawat) duduk, sedangkan pasien berdiri, maka pasien akan merasa tidak nyaman, apakah kehadirannya tidak dikehendaki, sehingga pasien akan membatasi komunikasi atau tidak berani terbuka. Agar komunikasi dapat efektif, maka dalam berkomunikasi usahakan posisi petugas kesehatan (dokter / perawat) dengan pasien sejajar, saling berhadapan, dengan jarak personal (1,5 – 4 meter). Apabila kedua belah pihak dalam posisi yang sama, maka sifat hubungan menjadi “kami / kita,” tidak ada pihak yang lebih rendah atau tinggi. 4. Menyamakan Tujuan Perlunya Komunikasi Berlangsung Sebelum komunikasi berlangsung, dokter dan pasien harus sama-sama meyakinkan diri, bahwa mereka menghendaki komunikasi tersebut harus berlangsung, sehingga mereka merasa perlu untuk menjalin suatu hubungan. Apabila salah satu dari kedua belah pihak tidak menghendaki, maka komunikasi efektif tidak akan tercapai. Masing-masing pribadi mempersiapkan diri untuk memulai suatu hubungan yang baik, dengan tetap menghargai keunikan masing-masing. Seorang dokter akan merasa perlu menjalin hubungan baik dengan pasien, dengan harapan dapat memperoleh informasi yang berkaitan dengan penyakit pasien selengkap mungkin, timbulnya kepercayaan pasien terhadap dokter, pasien kooperatif dalam semua tindakan yang dilaksanakan, serta mau menjalankan saransaran yang diberikan oleh dokter untuk mengatasi permasalahan kesehatannya. Pelayanan kesehatan merupakan industri jasa, oleh karena itu dokter maupun petugas kesehatan lain, harus mengetahui dasar-dasar pelayanan terhadap pelanggan atau pasien, hal tersebut bertujuan untuk menghindari



kesalahan atau hal-hal yang tidak diinginkan selama proses pemberian pelayanan kesehatan. Menurut Endar Sugiarto, ada 8 (delapan) teknik keterampilan dasar yang dapat diterapkan pada semua situasi pelayanan. Dan kedelapan 10 teknik ketrampilan dasar tersebut dapat diaplikasikan dalam pelayanan kesehatan, guna menciptakan komunikasi efektif atara dokter dengan pasien. Teknik komunikasi efetif tersebut adalah: 1. Pusatkan perhatian pada pasien Semua pasien ingin mendapat pelayanan yang terbaik bagi dirinya, pasien ingin mendapat perhatian penuh dari dokter atau perawat yang menanganinya. Oleh karena itu dokter atau perawat pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada pasien hendaknya tidak memecah perhatiannya pada orang atau obyek lain. Pasien akan marah jika merasa diabaikan atau dilayani separuh hati. Dengan memberikan perhatian penuh kepada pasien, berarti dokter / perawat telah memberikan pelayanan yang sopan, bermartabat, dan menyenangkan. 2. Berikan pelayanan kesehatan yang efisien Memberikan pelayanan yang efisien adalah menggunakan waktu sewajarnya untuk memenuhi harapan dan keinginan pasien. Fokus dari prinsip ini adalah petugas kesehatan baik dokter maupun perawat harus bisa membaca apa kebutuhan pasien. Beberapa pasien membutuhkan waktu pelayanan kesehatan yang lebih lama, apabila pasien ingin mencurahkan perasaannya, berkaitan dengan respon psikologis akibat penyakitnya. Pasien yang mengalami kecemasan, depresi, atau gangguan jiwa, sangat sulit untuk memulai suatu komunikasi, dengan sendirinya waktu yang dibutuhkan lebih banyak, dibandingkan dengan pasien yang tidak mengalami gangguan psikologis. Kalau petugas kesehatan terburu-buru dalam melayani pasien, dengan sendirinya pasien tidak berani untuk menyampaikan semua keluhannya. Dan sebaliknya petugas kesehatan tidak memperoleh informasi atau data yang lengkap tentang penyakit pasien. Apabila petugas kesehatan melakukan tindakan medis secara terburu-buru, maka dikhawatirkan akan terjadi kelalaian pada pasien. Tetapi jika petugas kesehatan terlalu lama melayani pasien, juga akan menimbulkan kesan negatif, yaitu terlalu lambat dalam memberikan pelayanan, membosankan, dan tidak profesional atau terampil. 3. Naikkan harga diri pasien Harga diri adalah segala-galanya bagi pasien. Dalam kondisi apapun pasien akan berusaha untuk tetap



mempertahankan harga dirinya. Baginya tidak masalah mengeluarkan uang banyak, asal harga dirinya tetap terjaga. Sering dijumpai keluhan pasien akan pelayan tenaga kesehatan baik dokter atau perawat yang tidak menyenangkan, bahkan menyinggung harga diri, sehingga pasien marah dan memutuskan untuk pindah ke rumah sakit yang lebih mahal, bahkan bila perlu berobat ke luar negeri.Jasa pelayanan kesehatan juga menghadapi berbagai permasalahan yang kompleks, khususnya penyakitpenyakit yang akan berdampak kepada harga diri si pasien. Sebagai contoh, pasien yang menderita penyakit kelamin akan malu datang ke tempat pelayanan kesehatan, dan biasanya pada awal komunikasi pasien cenderung tertutup atau bertele-tele saat menjelaskan riwayat penyakitnya. Demikian juga dengan pasien / penderita kusta atau penyakit lepra, sebagian besar dari mereka mengalami gangguan konsep diri, yaitu timbul perasaaan malu dan rendah diri, terutama berkaitan dengan perubahan fisik atau anatomi tubuh. Karena penyakit khusta dapat menimbulkan kecacatan. Pada kondisi tersebut penderita sangat sensitif perasaannya, karena sebagian besar masyarakat menganggap penyakit kelamin dan penyakit kusta adalah penyakit yang memalukan, menjijikkan, dan masih banyak stigma negatif lain tentang penyakit ini. Dokter atau perawat harus berusaha agar harga diri pasien tidak jatuh, dan selalu menjaganya, terutama jika menghadapi pasien-paien dengan masalah penyakit yang sensitif tersebut. 4. Bina hubungan baik dan harmonis dengan pasien Seseorang akan terus melanjutkan interaksi dengan orang lain, apabila merasa nyaman selama hubungan berlangsung, dan seseorang akan segera mengakhiri suatu hubungan, apabila merasa dirinya terancam, tidak nyaman atau dilecehkan. Membina hubungan yang baik antara dokter / petugas kesehatan dengan pasien sangat diperlukan , tanpa ini niscaya pasien tidak akan mau melanjutkan pemeriksaan atau pengobatan berikutnya, apabila masing terus melanjutkan hubungan hal tersebut terjadi karena keterpaksaan semata. Dengan membina hubungan baik dengan pasien, dokter/tenaga kesehatan setidaknya dapat mengerti apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh pasien. Coba anda bayangkan bagaimana seseorang menjalani saat-saat bersama dengan orang lain, padahal bubungan antara kedua belah pihak sangat buruk. Bagaimana pasien akan tenang di rawat jika dia merasa perawat tidak ramah terhadap dirinya, pasti pasien akan malas untuk berbicara , curhat tentang penyakitnya, atau minta tolong pada perawat tersebut. Apabila respon pasien demikian dengan sendirinya akan menghambat proses perawatan, pasien



tidak akan terbuka tetang riwayat penyakti atau permasalahan yang dihadapi, dan perawat juga akan kesulitan dalam melakukan asuhan keperawatan. 5. Berikan penjelasan dan informasi sebaik mungkin Salah satu prinsip dasar dalam memberikan pelayanan jasa adalah menjaga kepercayaan pelanggan. Di dalam pelayanan kesehatan, kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan khususnya dokter dan perawat, mempunyai peran penting untuk kegiatan tersebut. Seseorang yang menderita sakit, tidak hanya fisiknya saja, tetapi secara psikologis dan sosial juga sakit. Pasien akan menjadi lebih sensitif, karena dihadapkan pada kondisi tidak nyaman, dan situasi lingkungan yang baru. Dokter tidak akan bisa memeriksa pasien, apabila pasien tidak percaya terhadap kredibilitas sang dokter, dengan sendirinya dokter juga akan kesulitan dalam memberikan pengobatan. Demikian juga dengan keperawatan, asuhan keperawatan akan sulit dilaksanakan, jika pasien tidak kooperatif. Pasien akan kooperatif terhadap keperawatan, apabila sudah ada trust atau hubungan saling percaya antara pasien dengan perawat. Salah satu cara untuk menjaga kepercayaan pasien, adalah memberikan penjelasan dan informasi sebaik mungkin, mengenai penyakitnya, maupun tindakan yang akan diberikan. Dari pengamatan sering terjadi miskomunikasi. Timbul perasaan curiga karena ketidaktahuan, akibat minimnya informasi yang diterima oleh pasien. Karena itu, penjelasan dan informasi yang diberikan kepada pasien/keluarga tidak boleh dilebihkan atau dikiurangi. Hal tersebut penting untuk meyakinkan, dan menjaga kepercayaan pasien. Pelayanan kesehatan juga memiliki tingkat resiko yang cukup besar bagi pasien, apabila salah dalam memberikan informasi. Sebagai contoh, apabila dokter salah memberikan informasi tentang obat yang harus di minum, entah itu dosis, cara dan waktu minum obat, maka akan bisa berakibat fatal bagi pasien. Pernah ada kejadian di salah satu rumah sakit, seorang pasien dengan infark miokart akut (IMA), kurang lengkap diberikan informasi secara rinci dan jelas oleh petugas kesehatan baik dokter atau perawat, bahwa pasien harus bedtres atau tinggal di tempat tidur selama kondisi serangan. Saat itu pasien ingin buang air besar (BAB), karena tidak terbiasa BAB dengan menggunakan pispot di atas tempat tidur, maka pasien mencoba turun dan BAB di kamar mandi. Akibatnya cukup fatal, pasien terjatuh dan kondisi pasien semakin buruk. Salah satu kontra indikasi pasien dengan serangan IMA adalah melakukan aktifitas fisik dan mengejan, karena kegiatan ini dapat memacu kerja jantung. Oleh karena itu memberikan informasi sejelas mungkin kepada pasien, sangat



diperlukan, agar pasien dapat mengerti tentang tindakan apa yang harus dilakukan agar mendukung proses kesembuhannya, dan tidak berakibat fatal bagi dirinya. 6. Ketahuilah apa yang diinginkan pasien Memang sulit sekali mengetahui apa yang diinginkan orang lain, tetapi tenaga kesehatan harus belajar dan terus mengasah ketrampilan perasaan atau insting, untuk menerka dan mengantisipasi kebutuhan pasien. Tenaga kesehatan harus “care” dan “peka” terhadap keinginan pasien, hal tersebut penting agar pasien merasa diperhatikan. Alangkah sedihnya pasien apabila dia membutuhkan pertolongan, tetapi petugas kesehatan tidak peduli. Apabila tenaga kesehatan masih mengerti pasiennya dalam keadaan sedih, hal tersebut sangat bagus. Berarti petugas kesepatan masih peka terhadap respon psikologis pasien.Tenaga kesehatan akan dianggap tidak punya hati nurani, apabila mereka tidak tahu pasien dalam kondisi sedih atau tidak. Mengetahui apa yang diinginkan oleh pasien, dan melatih kepekaan untuk memahami perasaan pasien, sangat diperlukan untuk kelangsungan hubungan komunikasi efektif. Untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh pasien, petugas kesehatan dapat melihat respon pasien baik secara verbal maupun non verbal. Sebagai contoh, pasien yang hilir mudik di ruang tunggu dokter, menunjukkan dirinya sedang cemas atau gelisah. Pasien yang sering menatap keluar jendela ruang perawatan, menunjukkan ada sesuatu yang sedang dipikirkan atau kegalauan. Pasien yang sering marah-marah, menunjukkan adanya ketakutan di dalam dirinya. 7. Jelaskan pelayanan atau tindakan medis yang akan dilakukan pada pasien. Tindakan medis di pelayanan kesehatan banyak mengandung resiko, baik secara fisik, psikologis, sosial, maupun ekonomi. Oleh karena itu sebelum melakukan tindakan medis, petugas kesehatan khususnya dokter atau perawat, harus menginformasikan secara jelas tentang penyakit yang diderita, atau tindakan yang akan dilakukan, alasan atau keuntungan tindakan tersebut perlu untuk dilakukan, akibat atau kerugian yang kemungkinan timbul dari tindakan tersebut baik secara fisik, psikologis,sosial maupun ekonomi, serta alternatif lain yang memungkinkan untuk mengatasi penyakitnya. Setelah pasien mendapat informasi secara jelas, pasien perlu menandatangani informet consent. Informet consent bisa berupa persetujuan atau penolakan pasien / keluarga terhadap tindakan yang akan dilakukan setelah yang bersangkutan memperoleh informasi



secara jelas. Tindakan ini perlu dilakukan untuk menghindari salah pengertian, dan meminimalkan kekecewaan di belakang hari. Di samping itu dengan memberikan penjelasan kepada pasien sebelum melakukan tindakan medis, berarti tenaga kesehatan menghargai pasien, sebagi orang yang mempunyai otonomi terhadap dirinya. 8. Apabila dokter atau perawat tidak mampu melayani alihkan pada tenaga kesehatan lain yang lebih mampu. Kemampuan seseorang sangat terbatas, demikian juga dengan keahliannya. Terkadang dokter yang ahli di penyakit tertentu, perlu meminta bantuan tenaga kesehatan lain untuk mengatasi permasalahan pasien, yang terkadang kompleks atau di luar kemampuannya. Tenaga kesehatan harus berperilaku profesional, apabila tidak tahu atau tidak mampu, maka lebih baik mengatakan tidak tahu. Dokter atau perawat tidak boleh melakukan tindakan medis, apabila yang bersangkutan ragu-ragu untuk melakukan tindakan tersebut. Tindakan medis tidak boleh dilakukan dengan dasar cobamencoba, tetapi harus didasari oleh keahlian dan ketrampilan. Lebih baik dokter atau perawat merujuk pasien kepada dokter atau perawat lain yang lebih ahli. Hal ini penting, agar pasien bisa tertangani secara baik. Prinsip-Prinsip Komunikasi Efektif Komunikasi efektif diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang kemungkinan timbul akibat hubungan antara dokter/tenaga kesehatan dengan pasien. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan menimbulkan rasa nyaman dan puas bagi kedua belah pihak. Prinsip – prinsip komunikasi efektif yang dapat dilakukan adalah: 1. Keterbukaan, artinya membuka diri bagi orang lain, bereaksi pada orang lain secara spontan dengan didasari ketulusan. Prinsip komunikasi efektif yang pertama adalah keterbukaan, pada awal komunikasi yang pertama di lihat oleh pasien adalah, apakan dokter atau tenaga kesehatan membuka diri untuk kehadiran pasien secara tulus? Keterbukaan secara fisik dan psikologis sangat diperlukan untuk memasuki hubungan lebih lanjut. 2. Respect atau peduli kepada orang lain, dengan memberikan rasa hormat dan saling menghargai. Rasa peduli kepada orang lain, dengan didasari rasa hormat dan saling menghargai merupakan



kunci berkomunikasi dengan oang lain. Pada prinsipnya semua manusia ingin dihargai dan diakui keberadaannya. Demikian juga dengan pasien, Apabila dokter atau perawat respect kepada pasien, dengan sendirinya pasien akan merasa dihormati dan dihargai. 3. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada situasi atau kondisi yang dihadapi oleh orang lain atau merasakan perasaan orang lain. Perasaan empati sangat diperlukan dalam jasa pelayanan kesehatan, bagaimana seorang dokter atau perawat dapat merasakan penderitaan pasien tanpa harus hanyut dalam permasalahan pasien. Rasa empati dapat dikembangkan, apabila tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat memiliki ketrampilan mendengarkan, merasakan (feeling), dan berbicara. Empati ini harus dipelajari dan dilatih secara terus menerus, hal tersebut penting untuk melatih kepekaan terhadap permasalahan. 4. Care atau perhatian, adalah kemampuan untuk memberikan perhatian pada orang lain. Seseorang akan merasa senang apabila dirinya diperhatikan, dengan diperhatikan maka harga diri individu akan meningkat. Pasien akan merasa seorang diri, disisihkan, dan tersinggung, apabila tidak diperhatikan oleh petugas kesehatan. Secara psikologis pasien sudah merasa asing dengan lingkungan baru rumah sakit, kondisi ini akan diperparah apabila petugas kesehatan tidak care terhadap kebutuhan pasien. Semua pasien akan merasa senang apabila petugas kesehatan baik dokter maupun perawat, memberikan perhatian denga tulus. Sapaan sederhana kepada pasien “bagaimana perasaan anda hari ini?” merupaka bagian dari terapi yang mujarap bagi pasien, pasien akan merasa diperhatikan. 5. Sikap positif (positiveness), dokter atau perawat diharapkan menunjukkan sikap positif atau kebesaran jiwa, baik kepada pasien, diri sendiri, dan lingkungan. Apapun yang dilakukan oleh pasien, dan dikomunikasikan baik secara verbal maupun nonverbal, dokter atau perawat harus tetap memberikan penilaian yang positif. Karakter atau kepribadian pasien masing-masing berbeda, ada yang temperamen suka marah, ada yang cuek atau acuh tak acuh, dan ada juga yang kooperatif atau mudah diajak bekerjasama. Petugas kesehatan harus tetap profesional apabila ada pasien yang berbicara keras/kasar, petugas kesehatan tidak boleh membalasnya. Tetapi menerima kondisi pasien apa adanya, mendengarkan dengan penuh perhatian, dengan tetap memegang konsep, bahwa pasien adalah individu yang sedang sakit. Kondisi



sakit dapat didefinisikan situasi yang tidak seimbang baik fisik, psikologis, sosial maupun spiritual. 6. Sikap mendukung (supportiveness), komunikasi akan efektif apabila kedua belah pihak saling memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikan. Dokter atau perawat akan memberikan dukungan kepada pasien guna menyelesaikan masalah kesehatan yang dihadapi, sebaliknya pasien memberikan dukungan kepada dokter dengan memberikan informasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara jelas, dan kooperatif dalam setiap tindakan medis. Sikap saling mendukung ini akan memberikan perasaan nyaman bagi kedua belah pihak, selama proses hubungan berlangsung. 7. Rendah hati, apapun kondisi pasien tidak peduli apakah pasien kaya atau miskin, berpendidikan atau tidak, pintar atau bodoh, semua itu harus dilayani dengan rendah hati dan kasih sayang. Terkadang karena kondisi penyakitnya, pasien akan mengalami kecemasan atau gangguan psikologis. Mudah sekali marah, cerewet, minta perhatian, dan merasa sudah membayar jasa pelayanan, sehingga pasien harus dilayani. Kalau tenaga kesehatan baik dokter maupun perawat tidak memahami kondisi pasien, maka akan timbul situasi yang tidak kondusif atau efektif lagi. Dokter atau perawat bisa jengkel karena ulah dari si pasien, kondisi ini tidak boleh terjadi, karena dapat mempengaruhi kualitas pelayanan yang profesional. Oleh karena itu mengembangkan rasa rendah hati perlu terus dilakukan oleh tenaga kesehatan, agar timbul rasa kasih sayang terhadap pasien. Apapun keadaan pasien, saat ini dia sedang sakit, dan harus ditolong. Dengan melakukan komunikasi efektif antara petugas kesehatan dengan pasien, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan/kepuasan kedua belah pihak. Masalah-masalah yang bisa terjadi dalam proses pelayanan kesehatan, dapat diminimalkan apabila petugas kesehatan mempunyai ketrampilan komunikasi efektif. Opini yang mengatakan komunikasi tidak penting dan menghambat pekerjaan perlu untuk diluruskan. Justru dengan membangun komunikasi efektif dengan pasien, maka banyak pekerjaan dokter atau perawat yang lebih diuntungkan. Dokter atau perawat lebih mengetahui bagaimana kondisi dan keinginan pasien. Dan pasien merasa percaya dan lebih nyaman ditangani oleh dokter dan perawat, karena mereka yakin bahwa semua yang dilakukan demi untuk kebaikan dan mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi. Dokter atau perawat akan lebih efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, karena pasien



memberikan dukungan penuh kepada petugas kesehatan untuk menjalankan tugas dan kewajibannya.



LEMBAR ASESMEN DIAGNOSTIK NON KOGNITIF 1. Coba amati lingkungan rumahmu saat ini, lalu pilih emoji berikut yang mewakili perasaanmu. (silang pada gambar)



2. Berikan pendapatmu tentang bagaimana kondisi lingkungan akan berdampak pada semangat belajarmu?



3. Apa saja yang dapat kamu lakukan untuk menciptakan kenyamanan lingkungan belajar di rumah?



4. Bagaimana menurutmu tentang etika dan etiket dalam keperawatan? Apa saja yang menjadi kendala dalam penerapan etika dan etiket keperawatan dalam pelayanan kesehatan?



5. Apa harapanmu saat kamu mempelajari tentang etika dan etiket yang ada dalam fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada saat ini?



LKPD Instruksi Tugas proyek Instruksi: Kerjakan secara berkelompok yang terdiri dari 4-5 orang 1. Buatlah poster tentang etika dan etiket dalam bidang kesehatan! 2. Maksimal pengumpulan 1 (satu) minggu setelah tugas diterima 3. Pada saat pembelajaran atau zoom meeting, kalian dapat melakukan mempresentasikan antar teman dalam satu kelas. 4. Buatlah struktur pembagian tugas dalam kelompok, deskripsikan pembagian tugas dengan jelas!



5. Diskusikan dengan kelompokmu hasil yang sudah kalian dapatkan saat observasi!



LEMBAR KERJA 4



Kelas Nama Anggota Kelompok



: ..................................................... : 1. 2. 3. 4. 5.



Petunjuk pengerjaan! 1. Pastikan nama anggota kelompok sudah ditulis pada tempat yang disediakan! 2. Bacalah perintah dengan seksama! 3. Jika terdapat perbedaan jawaban, buatlah kesepakatan untuk



menentukan jawaban yang paling tepat!



RUBRIK ASESMEN PRESENTASI HASIL LEMBAR KERJA 1 INSTRUMEN PENILAIAN: PROSES ASPEK



Belum Kompeten (06)



Cukup Kompeten (6-7)



Kompeten (8-9)



Sangat Kompeten (10)



Proses



Peserta didik tidak terlibat



Peserta didik terlibat dalam



Peserta didik terlibat dalam



Peserta didik terlibat



dalam observasi poster etika dan etiket dalam



Observasi poster etika dan etiket dalam Pelayanan Kesehatan



Observasi poster etika dan etiket dalam Pelayanan Kesehatan secara aktif



dalam observasi poster etika dan etiket dalam Pelayanan Kesehatan



Observasi poster etika dan etiket dalam Pelayanan Kesehatan



Pelayanan Kesehatan



namun kurang aktif



tetapi menutup



secara aktif



diri untuk diskusi



dan terbuka untuk diskusi



Proses presentasi hasil



Hasil Observasi pelayanan kesehatan



Peserta didik tidak mampu



Peserta didik mampu



Peserta didik mampu



Peserta didik mampu



mempresentas ikan hasil



mempresentasik an hasil



mempresentasik an hasil



mempresentasik an hasil



observasi



observasi namun dengan sikap yang kurang baik



observasi dengan observasi dengan sikap sikap yang baik yang baik dan namun tidak mampu mampu berdiskusi berdiskusi



Peserta didik tidak



Peserta didik kurang mampu



Peserta didik mampu



Peserta didik mampu



menyusun observasi



mengidentifikasi



mengidentifikasi



mengidentifikasi



permasalahan dan kurang



permasalahan tetapi tidak



permasalahan dan



mampu mengobservasi



mampu mengobservasi dengan baik atau



menyusun observasi



dengan baik



dengan baik



sebaliknya



Keterangan : Siswa yang belum kompeten maka harus mengikuti pembelajaran remediasi. Siswa yang cukup kompeten diperbolehkan untuk memperbaiki pekerjaannya sehingga mencapai level kompeten.



PEMBELAJARAN REMEDIASI Siswa melakukan :



1. Membuat contoh percakapan yang menerapkan etika dan etiket dalam komunikasi efektif di pelayananan kesehatan. 2. Buat dalam tema kesehatan.



PEMBELAJARAN PENGAYAAN Siswa melakukan : 1. Membuat contoh percakapan yang menerapkan etika dan etiket dalam komunikasi efektif di pelayananan kesehatan. 2. Buat dalam tema kesehatan.