Daya Setimbang Pada Sistem 3 Fasa [PDF]

  • Author / Uploaded
  • fenny
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DAYA SETIMBANG PADA SISTEM 3 FASA



Oleh: Alvian Iqbal Fahmi Fenny Andiny Hery Susanto Wahyu Rizkia Rohma



POLITEKNIK NEGERI MALANG JARINGAN TELEKOMUNIKASI DIGITAL 2017 1



DAFTAR ISI 1 Latar Belakang…………………………………………………………….. 3 2 Sistem 3 Fasa……………………………………………………………….



4



3 Daya Setimbang Dan Tidak Setimbang…………………………………..



5



4 Transformasi Y Dan Delta (Y-Δ)………………………………………….. 7 5 Sistem 3 Fasa Pada Industri………………………………………………. 8 6 Aplikasi Atau Penerapan System 3 Fasa Pada Industry………………… 15 7 Lampiran



2



1. Latar belakang Sistem jaringan listrik yang terpasang di Indonesia merupakan jaringan listrik 3 fasa yang disalurkan oleh produsen (PLN) ke konsumen yaitu rumah tangga dan industri. Secara umum system tenaga listrik terbagi ke dalam beberapa bagian yakni pembangkitan, penyaluran (transmisi) dan beban. Generator akan membangkitkan daya listrik yang akan disalurkan. Daya yang dibangkitkan adalah daya listrik 3 fasa. Pada system transmisi dibutuhkan daya yang besar, untuk mengurangi rugi-rugi daya maka tegangan dinaikkan dengan menggunakan trafo step up menjadi tegangan tinggi atau extra tinggi.agar dapat didistribusikan ke konsumen maka tegangan kembali diturunkan menjadi 380/220 V menggunaka trafo step down. Daya yang dierima konsumen adalah daya listrik arus bolak balik tiga fasa. Untukindustri, daya yang digunakan adalah daya listrik 3 fasa, sedangkan untuk rumah tangga daya yang digunakan adalah daya listrik satu fasa.



Gambar 1 Sistem Distribusi Listrik



3



2. System Tiga Fasa a. Pengertian Sistem 3 Fasa Sistem3 fasa adalah sistemyang paling banyak dipakai. Pada distribusi primeruntuk tegangan menengah memakai tiga fase tiga kawat, sedangkan untuk distribusi sekunder untuk tegangan rendah memakai tiga fasa empat kawat. Listrik 3-phase adalah listrik AC (alternating current) yang menggunakan 3 penghantar ‘R,S,T’ yang mempunyai tegangan sama tetapi berbeda dalam sudut phase sebesar 120 degree. Ada 2 macam hubungan dalam koneksi 3 penghantar tadi : hubungan bintang (“Y” atau star) dan hubungan delta. Sesuai bentuknya, yang satu seperti huruf “Y” dan satu lagi seperti simbol “delta”



Gambar 2 Sistem Tiga Fasa b. Syarat Sistem 3 Fasa Setimbang Salah satu karakteristrik sistem 3-phase adalah bila sistem 3-phase tersebut mempunyai beban yang seimbang, maka besaran arus phase di penghantar R-S-T akan sama sehingga In (arus netral) = 0 Ampere.



3. Daya Setimbang Dan Tidak Setimbang



4



a.



Daya Sistem 3 Fase Pada Beban Yang Seimbang Jumlah daya yang diberikan oleh suatu generator 3 fase atau daya yang



diserap oleh beban 3 fase, diperoleh dengan menjumlahkan daya dari tiap-tiap fase. Pada sistem yang seimbang, daya total tersebut sama dengan tiga kali daya fase, karena daya pada tiap-tiap fasenya sama.



Gambar 3. Hubungan Bintang Dan Segitiga Yang Seimbang. Jika sudut antara arus dan tegangan adalah sebesar θ, maka besarnya daya perfasa adalah Pfase= Vfase.Ifase.cos θ sedangkan besarnya total daya adalah penjumlahan dari besarnya daya tiap fase, dan dapat dituliskan dengan, PT = 3.Vf.If.cos θ Pada hubungan bintang, karena besarnya tegangan saluran adalah 1,73Vfase maka tegangan perfasanya menjadi Vline/1,73, dengan nilai arus saluran sama dengan arus fase, IL = If, maka daya total (PTotal) pada rangkaian hubung bintang (Y) adalah: PT = 3.VL/1,73.IL.cos θ = 1,73.VL.IL.cos θ Dan pada hubung segitiga, dengan besaran tegangan line yang sama dengan tegangan fasanya, VL= Vfasa, dan besaran arusnya Iline= 1,73Ifase, sehingga arus perfasanya menjadi IL/1,73, maka daya total (Ptotal) pada rangkaian segitiga adalah: PT = 3.IL/1,73.VL.cos θ= 1,73.VL.IL.cos θ Dari persamaan total daya pada kedua jenis hubungan terlihat bahwa besarnya daya pada kedua jenis hubungan adalah sama, yang membedakan hanya pada tegangan kerja dan arus yang mengalirinya saja, dan berlaku pada kondisi beban



5



yang seimbang. Sifat terpenting dari pembebanan yang seimbang adalah jumlah phasor dari ketiga tegangan adalah sama dengan nol, begitupula dengan jumlah phasor dari arus pada ketiga fase juga sama dengan nol b. Daya Sistem 3 Fase Pada Beban Yang Tidak Seimbang Pada daya system 3 fasa tidak seimbang nilai impedansi beban dari ketiga fase tidak sama sehingga jumlah phasor dan arus netralnya (In) tidak sama dengan nol dan beban dikatakan tidak seimbang. Ketidakseimbangan beban ini dapat saja terjadi karena hubung singkat atau hubung terbuka pada beban. Dalam sistem 3 fase ada 2 jenis ketidakseimbangan, yaitu: 1. Ketidakseimbangan pada beban. 2. ketidakseimbangan pada sumber listrik (sumber daya). Pada saat terjadi gangguan, saluran netral pada hubungan bintang akan teraliri arus listrik. Ketidakseimbangan beban pada sistem 3 fase dapat diketahui dengan indikasi naiknya arus pada salah satu fase dengan tidak wajar, arus pada tiap fase mempunyai perbedaan yang cukup signifikan, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada peralatan



4. Transformasi Y Dan Delta (Y-Δ)



Gambar 4 transformasi dari star ke delta



6



Berikut cara mencari resistor pengganti untuk transformasi dari rangkaian star ke delta. Dari transformasi delta ke star didapat :



Kemuadian kalikan tiap tiap R pada rangkaian star;



Kemudian jumlahkan ketiga persamaan tersebut;



Sehingga diperoleh;



7



5. Sistem 3 Fasa Pada Industri



Gambar 5 Distribusi Listrik Pada Industry



PTL



PEMBANGKIT



TM TRAFO STEP UP



GI SALURAN TRANSMISI 8



TT



TRAFO STEP DOWN



PEMAKAI TEG.



TET



GI



GARDU DISTRIBUSI



Gambar 6 Diagram Distribusi Listrik Industri Sistem listrikindustri meliputi; a. Generator Pembangkit Generator adalah alat yang mengubah energi mekanik menjadi energi MENENGAH



mekanik (gerak) menjadi energi listrik. Konstruksi generator tiga fasa terdiri dari stator dan rotor.3 fasa pada generator terletak pada lilitan stator yang terdiri dari 3 fasa yaitu lilitan fasa U, lilitan phasa V dan lilitan fasa W.



Gambar 7 Generator 3 Fasa



9



Ujung-ujung lilitan diberikan notasi U1-U2, V1-V2, dan W1-W2. Aliran listrik dari pembangkit, pengukuran tegangan dan penyaluran daya ke beban 3 fasa, dalam hubungan bintang (Y) dan segitiga (Δ).



Gambar 8 Rangkaian Pembangkit, Pengukuran Dan Beban Wye Dan Delta Pada Generator Listrik 3 fasa dari pembangkit, fasa U, V dan W, tegangan ketiga fasa masing-masing berbeda 120o. fasa U mengalirkan arus I1, fasa V mengalirkan arus listrik I2 dan phasa W mengaliarkan arus I3. dengan jala-jala L1, L2, L3, dan N tegangan diukur dengan tiga buah voltmeter. Tegangan L1-L2 terukur V12, tegangan L2-L3 terukur V23 dan tegangan L3-L1 terukur V31. Aliran ke beban ada dua jenis, beban bintang (Y) dan beban segitiga (Δ). Beban bintang mengunakan empat kawat L1-U, L2-V, L2-W dan N-N. Lilitan beban mendapatkan arus fasa, juga mendapatkan tegangan fasa-netral. Rumus tegangan fasa-fasa :



Pada beban segitiga, dipakai tiga penghantar jala-jala ke beban dengan hubungan L1-U1W2, L2-U2V1, dan L3-V2W1. Setiap lilitan mendapatkan tegangan phasa-phsa V12, V 23, dan V31, demikian juga dengan arus jala-jala I12, I23, dan I31. Rumus Arus jala-jala :



10



b. Saluran distribusi TM Tegangan yang dihasilkan oleh pusat tenaga listrik adalah tegangan menengah antara 6kV hingga 20 kV - Gardu induk Pada sistem tenaga listrik yg besar apa bilamana PTL terletak jauh dari pemakai maka energy listrik itu perlu diangkut melalui saluran transmisi dan tegangannya harus dinaikkan dari TM menjadi Tegangan tinggi. Pada jarak yg sangat jauh malah diperlukan tegangan ekstra tinggi TET. Menaikkan tegangan itu dilakukan di gardu induk GI dengan menggunakan transformator step up. Tegangan tinggi di Indonesia adalah 70 kv- 275 kv sedangkan tegangan ekstra tinggi 500 kv. - Trafo Step Up 1. Transformator (trafo) 3 fasa hubung bintang ke bintang (Y-Y) Pada transformator ini ujung pada masing – masing terminal dihubungkan secara bintang. Dan titik netralnya dijadikan satu. Kelebihan dari hubung ini adalah lebih ekonomis untuk arus nominal yang kecil, transformator tegangan tinggi. Coba perhatikan gambar :



Gambar 9 Transformator (trafo) 3 fasa hubung bintang ke bintang (Y-Y)



Bila Pada transformator (trafo) 3 fasa hubung bintang – bintang ini beban pada sisi sekunder dari tranformator tidak simbang,maka tegangan fasa dari sis beban akan berubah kecuali titik bintang dibumikan



11



Gambar 10



2. Tranformator Hubung Segitiga – Segitiga (Δ-Δ)



12



Gambar 11 Tranformator Hubung Segitiga – Segitiga (Δ-Δ) Tranformator hubung segitiga – segitiga digunakan untuk sistem yang menyalurkan arus besar pada tegangan rendah diutamakan pada saat kesinambungan dari pelayanan harus dipelihara meski 1 fasa mengalami gangguan Keuntungan dari Tranformator hubung segitiga – segitiga adalah : a. Luas penampang dari konduktor bisa dikurangi karena aurs fasa 1/√3 arus jala – jala b. Tidak ada perubahan fasa diantara tegangan primer dan sekunder c. Tidak ada kesulitan akibat beban tidak seimbang pada sisi sekunder Pada rangkaian Tranformator hubung segitiga – segitiga ini juga memiliki kekurangan diantaranya : a. Dibanding dengan gaya pengasutan lain, para rangkaian ini cendrung memiliki isolasi yang lebih banyak b. Ketidak adaan titik bintang merupakan kerugian yang dapat membahayakan. 3. Tranformator 3 fasa hubung bintang segitiga (Y-Δ) Jenis trafo dengan koneksi Y –Delta banyak dipergunakan pada jaringan distribusi tegangan tinggi seperti PLN maupun pembangkit lainnya.



13



Keuntungannya, distribusi hanya memerlukan 3 buah kabel untuk menyalurkan listrik ke tempat lain. Berbeda dengan Y yang harus menggunakan 4 kabel, sehingga listrik biasanya dirubah dahulu menjadi Y-Delta baru kemudian disalurkan. Jenis koneksi ini jarang digunakan.



Gambar 12 Tranformator 3 fasa hubung bintang segitiga (Y-Δ) 4. Tranformator 3 fasa hubung segitiga bintang (Δ -Y) trafo ini memiliki cirri khas yaitu 3 input kabel dengan output 4 kabel. Jenis ini paling banyak digunakan. Hal ini dikarenakan pada trafo jenis ini memiliki keuntungan yaitu memberikan pilihan pada penggunaan listrik 380 volt atau 220 volt



Gambar 13 Tranformator 3 fasa hubung segitiga bintang (Δ -Y)



14



C, Saluran Distribusi Primer Mendekati pusat pemakaian tenaga listrik yang dapat merupakan suatuindustri atau suatu kota tegangan tinggi, diturunkan menjadi tegangan menengah. Hal ini juga dilakukan pada suatu gardu induk dengan mempergunakan transformator step down. Di Indonesia tegangan menengah adalah 20 kv. Pada tegangan menengah inilah nantinya akan disalurkan ke industry 6 Aplikasi Atau Penerapan System 3 Fasa Pada Industry



INSTALASI LISTRIK GEDUNG DI HOTEL MAQNA GORONTALO PEMBAHASAN Spesifikasi Gedung dimaksudkan untuk mengetahui spesifikasi beban yang akan dilayani dari setiap ruang yang terdapat dalam sebuah gedung, kita dapat mengetahui pembebanan yang dilayani dari setiap ruangan dalam sebuah gedung, sehingga dapat diketahui pula jumlah beban (daya) yang dilayani dari sebuah gedung, yang merupakan penjumlahan dari total beban yang dilayani dari setiap ruang dalam gedung tersebut. Spesifikasi gedung dapat membantu dalam proses mengevaluasi instalasi listrik dari gedung tersebut tersebut. Berikut ini merupakan penjelasan denah masing2 ruangan dan tabel spesifikasi gedung Hotel Maqna Gorontalo. Perhitungan Pembebanan Lantai 1 Hotel 1. Perhitungan Untuk MCB 3 Fasa Dalam penyaluran tenaga listrik dari suatu sumber ke beban pada suatu instalasi, akan terjadi suatu perbedaan tegangan antara tegangan di sisi sumber dan tegangan di sisi beban. Dimana tegangan pada sisi sumber lebih besar dari pada tegangan di sisi beban. hal ini disebabkan oleh adanya drop tegangan di dalam sistem instalasinya. Didalam perencanan instalasi listrik gedung di Hotel Maqna Gorontalo, MCB yang di gunakan di gedung ini sebesar 125 A dengan beban total 42.922 W = 53.653 VA, untuk mengurangi resiko pada saat beban puncak maka perhitungan pembebanan sebagai berikut :



15



Penyelesaian : P = V . I . cos Φ 42. 922 W = 380 . I . 0,8 I = 42.922/380 . 0,8 = 142 A di perencanaan sebesar adalah 125 A Sesuai dengan daftar tabel standar beban kuat arus ELECTRICHSAN, VOL. 1, NO.1, MEI 2014 maka MCB yang harus digunakan untuk pembebanan lantai 1 hotel sebesar 142 A, jika masih menggunakan MCB yang di rencanakan dari awal 125 A maka akan terjadi drop tegangan pada saat beban puncak. Jadi kesimpulannya untuk perhitungan MCB 3 fasa tidak sesuai dengan dengan PUIL.karena MCB Seharusnya yang digunakan MCB 3 fasa 142 A,hanya digunakan MCB 3 fasa 125 A, maka dari itu untuk tegangan lantai 1 hotel sering drop. 2. Perhitungan Pada Saluran R.S.T ( 1 fasa ) Didalam perencanaan instalasi listrik di Hotel Maqna Gorontalo pada saluran R,S,T untuk 1 fasa dengan menggunakan jenis kabel NYM 3 x 4 mm2 yang terdapat pada tabel 2.5 maka sudah pada posisi aman, dikarenakan di perencanaan awal MCB yang digunakan adalah MCB 1 fasa arus 20 A, sedangkan MCB yang dijelasakan ditabel 2.5 adalah 10 A. Perhitungan Fasa R P=V.I 2400 = 220 . I I = 2400 = 10 A 220 Perhitungan Fasa S P=V.I 2400 = 220 . I I = 2400 = 11 A 220 Perhitungan Fasa T P=V.I 2400 = 220 . I I = 2400 = 10 A 220 di perencanaan awal sebesar adalah 125 A Sesuai dengan daftar tabel standar beban kuat arus maka MCB yang harus digunakan untuk pembebanan lantai 2 hotel sebesar 137 A, jika masi menggunakan MCB yang di rencanakan dari awal 125 A maka akan terjadi drop tegangan pada saat beban puncak.Kesimpulan dari pembebanan di lantai 2 hotel ini 16



belum sesuai dengan standar PUIL ( Peraturan Umum Instalasi Listrik ) karena MCB yang digunankan di instalasi listrik seharusnya 137 A hanya mengunakan MCB 125 A, maka dari itu pembebanan untuk lantai 2 hotel ini masi sering drop teganagan sama seperti pembebanan instalasi listrik lantai 1. Perhitungan Pembebanan Lantai 2 Hotel 1. Perhitungan Untuk MCB 3 Fasa Dalam penyaluran tenaga listrik dari suatu sumber ke beban pada suatu instalasi, akan terjadi suatu perbedaan tegangan antara tegangan di sisi sumber dan tegangan di sisi beban. Dimana tegangan pada sisi sumber lebih besar dari pada tegangan di sisi beban. hal ini disebabkan oleh adanya drop tegangan di dalam sistem instalasinya. Didalam perencanan instalasi listrik gedung di Hotel Maqna Gorontalo, MCB yang di gunakan di gedung ini sebesar 125 A dengan beban total 41.666 W = 52.083 VA, untuk mengurangi resiko pada saat beban puncak maka perhitungan pembebanan sebagai berikut : Penyelesaian : P = V . I . cos Φ 41,666 W = 380 . I . 0,8 I = 41,666 380 . 0,8 = 137 A P=V.I 2400 = 220 . I I = 2400 = 10 A 220 jadi kesimpulannya sesuai dengan Perhitungan Pembebanan Lantai 3 Hotel 1. Perhitungan Untuk MCB 3 Fasa Dalam penyaluran tenaga listrik dari suatu sumber ke beban pada suatu instalasi, akan terjadi suatu perbedaan tegangan antara tegangan di sisi sumber dan tegangan di sisi beban. Dimana tegangan pada sisi sumber lebih besar dari pada tegangan di sisi beban. hal ini disebabkan oleh adanya drop tegangan di dalam sistem instalasinya. Didalam perencanan instalasi listrik gedung di Hotel Maqna Gorontalo khusunya pada lantai 3, MCB yang di gunakan di gedung ini sebesar 200 A dengan beban total 39.136 W = 48.920 VA, untuk mengurangi resiko pada saat beban puncak maka perhitungan pembebanan sebagai berikut : Penyelesaian : 17



P = V . I . cos Φ 39,136 W = 380 . I . 0,8 ELECTRICHSAN, VOL. 1, NO.1, MEI 2014 I = 39,136 380 . 0,8 = 128 A di perencanaan awal sebesar adalah 200 A Sesuai dengan perhitungan diatas dengan standar beban kuat arus maka MCB yang harus digunakan untuk pembebanan lantai 1 hotel sebesar 128 A, maka untuk posisi perencanaan awal MCB yang di gunakan sebesar 200 A untuk pembebanan lantai 3 ini sudah sesuai dengan standar PUIL.jadi untuk posisi pembebanan lantai 3 hotel ini sudah aman dan tidak akan drop tegangan jika terjadi beban puncak. Kesimpulan dari pembebanan instalasi listrik lantai 3 ini berbeda dengan pembebanan instalasi listrik lantai 1 dan lantai 2 hotel. Jika di lantai 1 dan lantai 2 hotel sering drop tegangan untuk lantai 3 hotel ini tidak terjadi drop tegangan, karena MCB yang di gunakan untuk lantai 3 ini yaitu 200 A, jadi sudah sesuai dengan standar PUIL. 2. Perhitungan Pada Saluran R.S.T ( 1 fasa ) Didalam perencanaan instalasi listrik di Hotel Maqna Gorontalo pada saluran R,S,T untuk 1 fasa sudah pada posisi aman, dikarenakan di perencanaan awal MCB yang digunakan adalah MCB 1 fasa arus 20 A, sedangkan MCB yang dijelasakan di tabel 2.5 adalah harus 10A. Perhitungan Fasa R P=V.I 2400 = 220 . I I = 2400 = 10 A 220 Perhitungan Fasa S P=V.I 2840 = 220 . I I = 2840 = 12 A 220 Perhitungan Fasa T P=V.I 2400 = 220 . I I = 2400 = 10 A 220 jadi kesimpulannya sesuai dengan PUIL yang terterah pada tabel 2.5 18



Perhitungan Pembebanan Lantai 4 Hotel 1. Perhitungan Untuk MCB 3 Fasa Dalam penyaluran tenaga listrik dari suatu sumber ke beban pada suatu instalasi, akan terjadi suatu perbedaan tegangan antara tegangan di sisi sumber dan tegangan di sisi beban. Dimana mtegangan pada sisi sumber lebih besar dari pada tegangan di sisi beban. hal ini disebabkan oleh adanya drop tegangan di dalam sistem instalasinya. Didalam perencanan instalasi listrik gedung di Hotel Maqna Gorontalo khusunya pada lantai 4, MCB yang di gunakan di gedung ini sebesar 200 A dengan beban total 41,662 W = 52,078 VA, untuk mengurangi resiko pada saat beban puncak maka perhitungan pembebanan sebagai berikut : Penyelesaian : P = V . I . cos Φ 41,662 W = 380 . I . 0,8 I = 41,662 380 . 0,8 = 137 A di perencanaan awal sebesar adalah 200 A Sesuai dengan perhitungan diatas dengan standar beban kuat arus maka MCB yang harus digunakan untuk pembebanan lantai 1 hotel sebesar 137 A, maka untuk posisi perencanaan awal MCB yang di gunakan untuk pembebanan lantai 4 ini sudah sesuai dengan standar PUIL.jadi untuk posisi pembebanan lantai 4 hotel ini sudah aman dan tidak akan drop tegangan jika terjadi beban puncak. 2. Perhitungan Pada Saluran R.S.T ( 1 fasa ) Didalam perencanaan instalasi listrik di Hotel Maqna Gorontalo pada saluran R,S,T untuk 1 fasa sudah pada posisi aman, dikarenakan diperencanaan awal MCB yang digunakan adalahMCB 1 fasa arus 20 A, sedangkan MCB yangdijelasakan ditabel 2.5 adalah harus mengunakan MCB 10 A. Perhitungan Fasa R P=V.I 2400 = 220 . I I = 2400 = 10 A 220 Perhitungan Fasa S P=V.I 2400 = 220 . I 19



I = 2400 = 10 A 220 Perhitungan Fasa T P=V.I 2400 = 220 . I I = 2400 = 10 A jadi kesimpulannya sesuai dengan PUIL yang ada Perhitungan Pembebanan Lantai 5 Hotel 1. Perhitungan Untuk MCB 3 Fasa Dalam penyaluran tenaga listrik dari suatu sumber ke beban pada suatu instalasi, akan terjadi suatu perbedaan tegangan antara tegangan di sisi sumber dan tegangan di sisi beban. Dimana tegangan pada sisi sumber lebih besar dari pada tegangan di sisi beban. hal ini disebabkan oleh adanya drop tegangan di dalam sistem instalasinya. Didalam perencanan instalasi listrik gedung di Hotel Maqna Gorontalo khusunya pada lantai 5, MCB yang di gunakan di gedung ini sebesar 60 A dengan beban total 7.168 W = 8,960 VA, untuk mengurangi resiko pada saat beban puncak maka perhitungan pembebanan sebagai berikut : Penyelesaian : ELECTRICHSAN, VOL. 1, NO.1, MEI 2014 P = V . I . cos Φ 7.168 W = 380 . I . 0,8 I = 7.168/380 . 0,8 = 23 A di perencanaan awal sebesar adalah 60 A Sesuai dengan perhitungan diatas dengan standar beban kuat arus maka MCB yang harus digunakan untuk pembebanan lantai 5 hotel sebesar 23 A, maka untuk posisi perencanaan awal MCB sebesar 60 A yang di gunakan untuk pembebanan lantai 5 ini sudah sesuai dengan standar PUIL. Yang terdapat pada tabel 2.5 Arus Beban jadi untuk posisi pembebanan lantai 5 hotel ini sudah posisi aman dan tidak akan drop tegangan jika terjadi beban puncak. 2. Perhitungan Pada Saluran R.S.T ( 1 fasa ) Didalam perencanaan instalasi listrik di Hotel Maqna Gorontalo pada saluran R,S,T untuk 1 fasa sudah pada posisi aman, dikarenakan diperencanaan awal MCB yang digunakan adalah MCB 1 fasa 10 A, sedangkan MCB yang 20



dijelasakan ditabel 2.5 adalah harus 10A. Perhitungan Fasa R P=V.I 4400 = 220 . I I = 4400 = 20 A 220 Karena di fasa R untuk lantai 5 ini digunakan pada AC lobby maka untuk MCB yang di gunakan sebesar 20 A Perhitungan Fasa S P=V.I 392 = 220 . I I = 392 = 2 A 220 Perhitungan Fasa T P=V.I 1200 = 220 . I I = 1200/220 = 5 A Kesimpulan dari pembebanan instalasi listrik lantai 1 dan 2 hotel ini berbeda dengan pembebanan instalasi listrik lantai 3 sampai lantai 5 hotel, untuk di lantai 1 dan lantai 2 hotel sering drop tegangan karena MCB 3 fasa yang digunakan tidak sesuai standar PUIL yaitu hanya mengunakan MCB 125 A yang seharusnya mengunakan MCB di atas 125 A , berbeda untuk lantai 3 samapai lantai 5 hotel ini tidak terjadi drop tegangan, karena MCB yang di gunakan sesuai dengan tegangan yang masuk. KESIMPULAN PEMBAHASAN 1. Setelah di evaluasi untuk instalasi listrik dan pembebanan di tiap lantai gedung Hotel Maqna Gorontalo maka tidak akan mengalami drop tegangan jika terjadi beban puncak. 2. Dengan adanya evaluasi ini maka instalasi listrik dan pembebanan tiap lantai gedung di Hotel Maqna Gorontalo sudah sesuai dengan Standar PUIL.



21



7 lampiran



22



23



24



25