Definisi-Ciri Kelompok & Organisasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS TEORI ORGANISASI DAN KEPEMIMPINAN “DEFINISI DAN CIRI-CIRI ANTARA KELOMPOK DENGAN ORGANISASI SERTA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKANNYA”



DOSEN PENGAMPU Dr. Ir. MARLIATI M.Si



Kelompok 6 ADE IMAM FAZARI ALBARI PRATAMA DAFFA ARIF FADILLAH



184210453 184210346 184210433



PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU PEKANBARU 2020



KATA PENGANTAR



Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillahirabbil ‘alamiin atas rahmat dan ridha Allah SWT, kami mampu menyelesaikan paper ini dengan judul



“DEFINISI DAN CIRI-CIRI



ANTARA KELOMPOK DENGAN ORGANISASI SERTA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKANNYA”. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman. Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Marliati, M.Si, yang telah memberi bimbingan serta masukan yang bermanfaat dalam proses penyusunan makalah ini. Rasa terima kasih juga hendak kami ucapkan kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun kami sudah mengumpulkan banyak referensi untuk menunjang penyusunan makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah disusun ini masih terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para pembaca agar lebih baik lagi dalam kedepannya. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa memberikan banyak manfaat kepada pembaca.



Pekanbaru, 23 Februari 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR....................................................................................



i



DAFTAR ISI...................................................................................................



ii



I.



PENDAHULUAN..................................................................................



1



1.1. Latar Belakang................................................................................



1



1.2. Maksud dan Tujuan.........................................................................



2



PEMBAHASAN ...................................................................................



3



2.1. Definisi Kelompok..........................................................................



3



2.1.1. Ciri-ciri Kelompok..................................................................



6



2.2. Definisi Organisasi .........................................................................



8



2.2.1. Ciri-ciri Organisasi..................................................................



10



2.3. Hal yang Mempengaruhi Terbentuknya Kelompok........................



13



PENUTUP..............................................................................................



15



3.1. Kesimpulan......................................................................................



15



DAFTAR PUSTAKA......................................................................................



16



II.



III.



ii



I.



PENDAHULUAN



I.1. Latar Belakang Masyarakat mempunyai kelompok-kelompok sosial maupun lembagalembaga kemasyarakatan. Kelompok-kelompok ini biasanya mengadakan hubungan kerjasama yaitu melalui suatu proses sosial. Unsur pokok dari struktur sosial adalah interaksi sosial. Interaksi sosial meliputi hubungan antara manusia dengan manusia (individu dengan individu), individu dengan kelompok dan antar kelompok, yang mana hubungan tersebut terdapat hubungan saling mempengaruhi secara timbal balik (Christie, 2011:11). Interaksi merupakan orang yang mengadakan reaksi dan aksi ikut memberikan bentuk pada dunia luar (keluarga, teman, tetangga, kelas sosial, kelompok kerja dan bangsa). Sebaliknya individu itu sendiri juga mendapatkan pengaruh dari lingkungan dan kadang-kadang pengaruh itu begitu kuat hingga membahayakan pribadinya. Sedangkan Interaksi sosial dapat didefinisikan sebagai simbol-simbol abstrak dalam pergerakan permanen yaitu suatu kebutuhan untuk menganalisa apa yang sedang diamati seseorang untuk mendapatkan makna yang sebenarnya (Peeters, 2009:109). Proses pengambilan keputusan dalam kelompok juga terkait dengan persepsi seseorang terhadap kelompoknya. Persepsi obyektif sangat dibutuhkan seseorang untuk mengambil suatu keputusan karena persepsi merupakan dasar dalam membentuk sikap dan perilaku. Kenyataan yang sering terjadi adalah usia kelompok tidaklah panjang, karena biasanya usia kelompok hanya sebatas usia suatu proyek saja. Kepemimpinan para pengurus kelompok yang berperan dalam mengurusi kerja kelompok merupakan salah satu faktor penting untuk mewujudkan kelompok yang efektif dan berkelanjutan. Pemimpin atau pengurus kelompok dipandang sebagai agen utama untuk mencapai suatu dinamika kelompok, karena peran startegisnya adalah untuk mempengaruhi atau menggerakan anggota-anggota kelompoknya (Wahid, 2008). Keberlangsungan suatu kelompok juga bergantung pada bagaimana kelompok itu sendiri memilki kemampuan untuk memanajemen, menerima, mengirimkan dan menindak lanjuti informasi. Tiap-tiap unsur kelompok mempunyai hak untuk menyampaikan pendapat demi mencapai tujuan kelompok 1



dan juga memiliki kewajiban untuk mengadakan musyawarah dalam memecahkan permasalahan kegiatan kelompok secara aktif, positif dan terpadu. Proses musyawarah merupakan salah satu kegiatatan di masyarakat sosial yang akan dijumpai dalam lingkungan masyarakat pada umumnya. Proses musyawarah dapat dilakukan bersamaan dengan penilaian oleh anggota terhadap peran pengurus untuk mengelola suatu kegiatan musyawarah agar berjalan dengan aktif dan terpadu. Penilaian oleh anggota terhadap pengurus dapat dinilai dari peran pengurus dalam mengelola pertemuan kelompok oleh para anggota untuk mengetahui kebutuhan individu dalam usahataninya. Penilaian anggota terhadap pelaksanan tugas pengurus kelompok tani dapat mencakup hal-hal seperti Planning, Organizing, Actuating dan Controling yang dapat dinilai oleh anggota dalam pelaksanaan musyawarah kelompok (Suyono dan Nawawiwentu, 2013). I.2. Maksud dan Tujuan 1. Menyelesaikan tugas mata kuliah Teori Organisasi dan Kepemimpinan 2. Menjelaskan definisi dan ciri-ciri kelompok 3. Menjelaskan definisi dan ciri-ciri organisasi 4. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi terbentuknya kelompok atau organisasi.



2



II. II.1.



PEMBAHASAN



Definisi Kelompok



Menurut ajaran Islam manusia pertama yang diciptakan adalah Adam. Dalam surah Al-Baqorah ayat 30, dijelaskan tujuan penciptaan Adam adalah untuk menjadi khalifah di bumi. Khalifah artinya pemimpin bagi umat manusia (masyarakat). Jadi sejak awal penciptaan, Allah SWT sudah mengisyaratkan manusia hidup (berkaum-kaum) dalam kelompok sosial yang di dalamnya ada yang berperan sebagai pemimpin. Kelompok sosial pertama adalah Adam dan Hawa. Menurut Soekanto (2009) Adam telah ditakdirkan hidup bersama dengan manusia lain, yaitu istrinya Siti Hawa. Ini adalah kelompok manusia pertama di dunia. Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu dengan yang lain, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2007). DeVito (2002) mendefinisikan kelompok sebagai kumpulan perorangan yang relatif kecil yang masing-masing dihubungkan oleh beberapa tujuan yang sama dan mempunyai derajat organisasi tertentu di antara mereka. Menurut Syamsu et al. (1999) kelompok itu adalah kumpulan dua orang atau lebih, yang secara intensif dan teratur selalu mengadakan interaksi sesama mereka untuk mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan, dan secara sadar mereka merasa bagian dari kelompok, yang memiliki sistem norma tertentu, peranan, struktur, fungsi dan tugas dari masing-masing anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok menurut Slamet (2003) adalah dua atau lebih orang yang berhimpun atas dasar adanya kesamaan, berinteraksi melalui pola/struktur tertentu guna mencapai tujuan bersama, dalam kurun waktu yang relatif panjang. Kemudian Syamsu et al. (1999) mengutip pendapat Gerungan (2004) yang mendefinisikan kelompok sebagai kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih individu yang mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga di antara individu terdapat pembagian tugas, struktur, norma-norma tertentu yang khas bagi kesatuan sosial tersebut. Pendapat lain seperti 3



Koentjaraningrat (1990) dalam Soekanto (2009) menyatakan bahwa suatu kelompok merupakan suatu masyarakat kecil yang saling berinteraksi antar anggotanya yang diatur oleh adat istiadat dan sistemsistem norma tertentu secara kontinyu serta adanya rasa identitas yang mempersatukan semua anggotanya. Robert F. Bales mendefinisikan kelompok kecil yang dikutip Saleh (2010) adalah sebagai sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi satu dengan yang lain dalam suatu pertemuan yang bersifat tatap muka, setiap anggota kelompok mendapat kesan atau penglihatan antara satu dengan yang lainnya yang cukup jelas sehingga anggota-anggota kelompok, baik pada saat timbulnya pertanyaan maupun sesudahnya, dapat memberikan tanggapan kepada masing-masing sebagai perorangan. Cartwright & Zander (1968), dan juga Lewin (1948) dalam Aronson (2005) menyatakan bahwa kelompok adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mereka saling bergantung (interdependency) dalam rangka memenuhi kebutuhan dan tujuan bersama, yang menyebabkan satu dengan yang lain saling mempengaruhi. Beebe dan Masterson (2003) mendefinisikan kelompok kecil sebagai suatu kelompok yang memungkinkan berlangsungnya proses komunikasi tatap muka di antara orang-orang yang memiliki tujuan bersama, orang-orang yang merasa menjadi bagian kelompok, dan orang-orang yang ada di dalamnya saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Secara rinci definisi di atas dapat diuraikan sebagai berikut : 1.



Komunikasi tatap muka sebagai konsekuensi kelompok kecil, maka komunikasi verbal dan non verbal sebagai bagian emosional untuk saling memahami.



2. Pertemuan dengan sebuah tujuan yang dikehendaki/ditetapkan karena adanya tujuan kolektif yang terus dijaga sampai terwujud. 3. Perasaan memiliki (bagian) dari kelompok tersebut berimplikasi pada munculnya kepemilikan identitas pada kelompok. 4. Saling mempengaruhi/saling terkait pada tanggungjawab masing-masing anggota sehingga anggota merasa bertanggung jawab atas perencanaan yang disepakati untuk mencapai tujuan.



4



Dari sudut pandang beberapa ilmuwan klasik, juga terkenal beberapa deskripsi mengenai kelompok, seperti: a. Republik (Plato) Seorang filsuf Barat yang pertama kali menelaah tentang kelompok masyarakat secara sistematik adalah Plato (429-347 SM). Sebetulnya Plato bermaksud untuk merumuskan suatu teori tentang bentuk negara (republik) yang dicita-citakan, yang organisasinya didasarkan pada pengamatan kritis terhadap sistem-sistem sosial yang ada pada jamannya. Dengan jalan menganalisis kelompok-kelompok dalam masyarakat, Plato berhasil menunjukkan hubungan fungsional antara kelompok-kelompok tersebut yang pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh. Dengan demikian Plato berhasil merumuskan suatu teori organis tentang masyarakat. Sistem analisis secara organis oleh Plato, kemudian diikuti oleh muridnya Aristoteles. Aristoteles (384-322 SM) menyatakan bahwa manusia adalah zoon politicon, artinya bahwa manusia itu sebagai makhluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dalam masyarakat. Oleh karena sifatnya yang ingin bergaul satu dengan yang lain, maka manusia disebut makhluk sosial dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Manusia lahir, hidup berkembang, dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Sebagai individu, manusia tidak dapat mencapai segala sesuatu yang diinginkan dengan mudah tanpa bantuan orang lain. b. Kontrak Sosial (Rousseau) Menurut pandangan Rousseau (1712-1778), manusia mempunyai pikiran bahwa hidup damai dan tentram adalah lebih baik. Keadaan seperti itu dapat tercapai apabila manusia mengadakan suatu kontrak atau perjanjian dengan pihakpihak yang memiliki wewenang, yaitu pihak yang dapat memelihara ketentraman. Konsep yang dilontarkan John Locke (1632-1704) dan Rousseau pada abad ke-18 ini masih berpegang pada konsep ”kontrak sosial” yang diungkapkan Hobbes (1588-1679) di zamannya. Mereka berpendapat bahwa manusia pada dasarnya mempunyai hak-hak asasi yang berupa hak untuk hidup, kebebasan, dan hak atas harta benda. Kontrak antara warga masyarakat dengan pihak yang memiliki wewenang sifatnya atas dasar faktor pamrih. Apabila pihak yang



5



mempunyai wewenang tadi gagal untuk memenuhi syarat-syarat kontrak, warga masyarakat berhak untuk memilih pihak lain. Disebutkan juga oleh Rousseau bahwa manusia alamiah itu hidup dalam keadaan polos dan mencintai dirinya sendiri secara spontan. Ia bebas dari wewenang orang lain dan secara hakiki semua individu itu sama kedudukannya. Kepolosan manusia itu hancur sewaktu manusia masuk ke dalam kesatuan masyarakat untuk menjamin kebutuhan-kebutuhannya. Dengan manusia telah bermasyarakat, maka ketidaksamaan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan mereka, dan sebagai ketidaksamaan itu maka timbullah segala kemerosotan hubungan dan egoisme. Di lain pihak, Rousseau melihat bahwa manusia tidak mungkin kembali kepada keadaan state of nature. Sosialisasi adalah sesuatu yang tidak dapat dihindari karena hanya dalam kesatuan masyarakat itulah manusia dapat menjamin kebutuhan-kebutuhannya. Dalam hal ini Rousseau berhadapan dengan suatu dilema, yakni di satu pihak proses bermasyarakat menjadikan manusia ”kehilangan akan kepolosan dan kebebasan alaminya”, sementara di pihak lain manusia itu tidak dapat tidak memiliki naluri untuk bermasyarakat. Untuk menghadapi realitas tersebut, Rousseau memandang perlunya suatu institusi negara yang dapat menjamin dengan sungguh-sungguh akan kebebasan setiap warga negara. Dalam hal ini, antara kehendak negara dan kehendak warga negaranya tidak ada perbedaan ataupun pertentangan, melainkan ditandai oleh suatu identitas dan spontanitas alamiah manusia tidak dipatahkan, tetapi justru ditampung. II.1.1. Ciri-ciri Kelompok Kelompok kecil menurut Hare (1962) mempunyai anggota antara 2 sampai 20 orang. Kelompok dengan jumlah anggota yang lebih banyak juga masih dapat dikategorikan sebagai kelompok kecil, asalkan interaksi tatap muka sering terjadi di antara anggota kelompok. Kelompok menurutnya merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling tergantung sesuai dengan status dan perannya. Secara tertulis atau tidak tertulis ada norma yang mengatur tingkah laku anggota. Mempunyai status dan memiliki rasa ketergantungan satu dengan yang lainnya. 6



Berdasarkan pengertian yang telah ada kelompok dapat dikatakan sebagai suatu unit sosial yang terdiri dari himpunan individu yang memiliki kesamaan kebutuhan, minat, aspirasi dan memiliki hubungan, interaksi serta ketergantungan antara satu dengan yang lainnya yang diatur oleh normanorma tertentu. Suatu kelompok memiliki ciri-ciri tertentu, Saleh (2012) menerangkan bahwa suatu ciri esensial kelompok adalah bahwa anggotanya mempunyai sesuatu yang dianggap sebagai milik bersama. Anggota kelompok menyadari bahwa apa yang dimiliki bersama mengakibatkan adanya perbedaan dengan kelompok lain, sehingga memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Terdiri atas individu-individu (dua atau lebih) saling berinteraksi secara kontinyu, idealnya dibatasi sekitar 20-25 orang. 2. Saling ketergantungan antar individu. 3. Partisipasi yang terus menerus dari individu. 4. Mandiri, yaitu mengarahkan diri sendiri. 5. Selektif dalam menentukan anggota, tujuan, kegiatannya, dan lain-lain. 6. Memiliki keragaman yang terbatas. 7. Adanya norma yang mengatur perilaku anggotanya. 8. Adanya pembagian tugas (status dan peran). 9. Berlangsung dalam waktu yang relatif lama. Pendapat Cartwright dan Zander (1968) mengatakan bahwa terdapat sepuluh ciri-ciri kelompok, yaitu : 1. Kelompok harus ditandai oleh adanya interaksi 2. Adanya pembatasan tertentu sebagai anggota 3. Menyadari bahwa mereka adalah kepunyaan kelompok 4. Berpartisipasi sesuai dengan kedudukannya terhadap obyek model ideal yang sesuai dengan super egonya 5. Adanya ganjaran dari kelompok terhadap anggota yang melanggar norma dan ketentuan kelompok lainnya 6. Adanya norma yang sesuai dengan kepentingan umum 7. Harus ada identifikasi terhadap obyek modelnya 8. Mempunyai sifat saling ketergantungan antara sesama anggota kelompok dalam mencapai tujuan bersama 7



9. Mempunyai persepsi kolektif yang sama tentang segala sesuatu hal sepanjang menyangkut kelangsungan hidup kelompok 10. Adanya kecenderungan berperilaku yang sama terhadap lingkungan kelompok. Berdasarkan definisi, teori dan uraian ciri-ciri kelompok tersebut, Johnson dan Johnson (1997) merumuskan definisi sebagai berikut : “Sebuah kelompok adalah dua individu atau lebih yang berinteraksi tatap muka (face to face) yang masing-masing menyadari keanggotaannya dalam kelompok, masing-masing menyadari keberadaan orang lain yang juga anggota kelompok dan masing-masing menyadari saling ketergantungan secara positif dalam mencapai tujuan bersama, dan saling menghargai kemungkinan keuntungan”. II.2.



Definisi Organisasi



Organisasi sering didefinisikan sebagai sekelompok manusia (group of people) yang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama (common goals). Meski definisi ini cukup populer karena mudah dipahami, banyak ahli mengatakan bahwa definisi ini terlalu sederhana. Masih ada beberapa unsur penting yang seharusnya menjadi bagian dari esensi dasar organisasi, tetapi belum terungkap dalam definisi di atas. Definisi yang lebih komprehensif misalnya diberikan oleh Stephen F. Robbins sebagai berikut : “Organisasi adalah unit sosial yang sengaja didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan dua orang atau lebih yang bekerja bersamasama dan terkoordinasi, mempunyai pola kerja tertentu yang terstruktur, serta didirikan untuk mencapai tujuan bersama atau satu set tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. “ Sejalan dengan definisi di atas, David Cherrington (1989) juga memberikan definisi organisasi yang kurang lebih sama sebagai berikut : “Organisasi adalah sistem sosial yang mempunyai pola kerja yang teratur dan yang didirikan oleh manusia serta beranggotakan sekelompok manusia dalam rangka mencapai satu set tujuan tertentu.” 8



Kedua definisi di atas pada dasarnya mempunyai kesamaan, kecuali satu hal, yakni dalam kaitannya dengan tujuan yang ingin dicapai organisasi. Definisi yang diberikan Robbins masih terdapat istilah “tujuan bersama” sebagai tujuan organisasi. Yang dimaksudkan dengan tujuan bersama adalah adanya anggapan bahwa tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing anggota organisasi tidak berbeda dengan tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi itu sendiri. Anggapan ini didasarkan pada suatu asumsi bahwa tujuan didirikannya organisasi adalah para anggotanya bisa mencapai tujuan yang dikehendaki. Oleh karena itu, selama mereka masih mau bergabung dengan organisasi, itu berarti mereka mau saling membantu mencapai tujuan masing-masing. Keinginan saling membantu mencapai tujuan itulah yang oleh Stephen Robbins disebut sebagai tujuan bersama. Sementara itu, Cherrington tidak sependapat dengan istilah tujuan bersama karena istilah tersebut dianggap menyesatkan (misleading). Cherrington beranggapan bahwa alasan seseorang mau menjadi anggota sebuah organisasi bisa saja berbeda. Seseorang mau bergabung dengan sebuah organisasi mungkin beralasan bahwa ia bisa memperoleh penghasilan yang cukup untuk menghidupi keluarga. Yang lain mungkin beranggapan bahwa ia bisa mengaktualisasikan dirinya ketimbang harus bergabung dengan organisasi lain. Sementara itu, anggota yang lain mungkin merasa bahwa organisasi tempat ia terlibat akan memberi kebanggaan baginya dan masih banyak alasan lain mengapa seseorang mau bergabung dengan organisasi. Tentang adanya perbedaan tujuan antara tujuan individu (tujuan para anggota organisasi) dan tujuan didirikannya organisasi ditegaskan oleh Jeniffer M. George dan Gareth Jones. Mereka menyatakan, “Organisasi adalah kumpulan manusia yang bekerja bersama untuk mencapai tujuan individu dan tujuan organisasi.” Penjelasan ini sekali lagi menegaskan bahwa tujuan individu dan tujuan organisasi boleh jadi berbeda. Sementara itu, Richard Daft mendefinisikan organisasi dengan memberi tekanan pada karakter organisasi. Definisi tersebut sebagai berikut : “Organisasi adalah sebuah entitas sosial yang berorientasi pada tujuan dengan suatu sistem kegiatan yang terstruktur dan mempunyai batas-batas yang bisa teridentifikasi.” 9



Dari beberapa definisi organisasi sebagaimana telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa organisasi dapat didefinisikan sebagai berikut : “Organisasi adalah unit sosial atau entitas sosial yang didirikan oleh manusia untuk jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan sekelompok manusia—minimal dua orang, mempunyai kegiatan yang terkoordinasi, teratur dan terstruktur, didirikan untuk mencapai tujuan tertentu, serta mempunyai identitas diri yang membedakan satu entitas dengan entitas lainnya.” II.2.1. Ciri-ciri Organisasi Definisi di atas juga menegaskan bahwa secara umum organisasi mempunyai lima karakteristik utama, yakni (1) unit/entitas sosial, (2) beranggotakan minimal dua orang, (3) berpola kerja yang terstruktur, (4) mempunyai tujuan yang ingin dicapai, dan (5) mempunyai identitas diri. a. Unit/Entitas Sosial Organisasi adalah rekayasa sosial hasil karya manusia (man-made) yang bersifat tidak kasat mata (intangible) dan abstrak sehingga organisasi sering disebut sebagai artificial being. Karena sifatnya tersebut, organisasi dengan demikian lebih merupakan realitas sosial ketimbang sebagai realitas fisik. Meski bukan sebagai realitas fisik, bukan berarti bahwa organisasi tidak membutuhkan fasilitas fisik. Fasilitas fisik, seperti gedung, peralatan kantor, ataupun mesinmesin, masih tetap dibutuhkan (meski tidak harus dimiliki) karena dengan fasilitas fisik inilah sebuah organisasi bisa melakukan kegiatannya. Di samping itu, dari fasilitas fisik ini pula, orang luar mudah mengenali adanya entitas sosial. Meski begitu, tidak berarti pula bahwa hanya dengan semata-mata merujuk pada keberadaan fasilitas fisik kita bisa mendefinisikan adanya sebuah organisasi. Sebagai entitas sosial, organisasi umumnya didirikan untuk jangka waktu yang relatif lama, bisa berumur puluhan tahun atau ratusan tahun bahkan bisa mencapai waktu yang tidak terbatas. Keberadaan sebuah organisasi tidak terkait dengan masih ada/tidaknya pendiri organisasi tersebut. Sekalipun para pendiri sudah tidak lagi terlibat dengan organisasi karena meninggal dunia atau karena alasan lain, hal itu tidak menyebabkan organisasi tersebut dengan sendirinya bubar. Organisasi kadang-kadang juga sengaja didirikan untuk jangka waktu tertentu (bersifat ad hoc) dan dengan sendirinya bubar atau dibubarkan 10



setelah kegiatan yang berkaitan dengan pendirian organisasi tersebut berakhir. Kegiatan sebuah proyek atau kepanitiaan misalnya merupakan beberapa jenis organisasi yang mempunyai umur terbatas. Panitia pesta pernikahan, panitia penyelenggaraan pekan olahraga nasional (PON), atau panitia pembangunan masjid segera dibubarkan manakala kegiatan pernikahan, kegiatan olahraga, atau kegiatan pembangunan masjid tersebut selesai dikerjakan. b. Beranggotakan Minimal Dua Orang Sebagai hasil karya cipta manusia, organisasi bisa didirikan oleh seseorang yang mempunyai kemampuan, pengetahuan, dan sarana lainnya. Kadang-kadang juga didirikan oleh dua orang atau lebih yang sepakat dan mempunyai ide yang sama untuk mendirikan organisasi. Tanpa melihat siapa yang mendirikan atau berapa pun banyaknya pendiri sebuah organisasi, yang pasti manusia dianggap sebagai unsur utama dari organisasi. Tanpa keterlibatan manusia, sebuah entitas sosial tidak bisa dikatakan sebagai organisasi. Bahkan, secara ekstrem bisa dikatakan bahwa tidak ada satu pun organisasi yang tidak melibatkan manusia dalam kegiatannya. Artinya, keterlibatan manusia dalam organisasi adalah sebuah keharusan. Istilah populernya adalah organization is by people for people— organisasi didirikan oleh manusia untuk kepentingan manusia. Namun, untuk dikatakan sebagai organisasi, seseorang tidak bisa bekerja sendirian, misalnya hanya dibantu mesin-mesin atau robot, tetapi harus melibatkan orang lain—satu orang, dua orang, tiga orang, atau lebih yang bekerja sama dalam satu ikatan, baik dalam ikatan fisik, tempat kerja yang sama, maupun dalam satu jaringan kerja. Dengan kata lain, salah satu persyaratan agar sebuah entitas sosial disebut organisasi adalah harus beranggotakan dua orang atau lebih agar kedua orang tersebut bisa saling kerja sama, melakukan pembagian kerja, dan terdapat spesialisasi dalam pekerjaan. c. Berpola Kerja yang Terstruktur Prasyarat bahwa organisasi harus beranggotakan minimal dua orang menegaskan bahwa berkumpulnya dua orang atau lebih belum dikatakan sebagai organisasi manakala berkumpulnya dua orang atau lebih tersebut tidak terkoordinasi dan tidak mempunyai pola kerja yang terstruktur. Sebagai contoh, 11



ketika terjadi kebakaran di sebuah kampung, biasanya para tetangga secara sukarela membantu memadamkan kebakaran tersebut. d. Mempunyai Tujuan Organisasi didirikan bukan untuk siapa-siapa dan bukan tanpa tujuan. Manusia adalah pihak yang paling berkepentingan terhadap didirikannya sebuah organisasi. Organisasi didirikan karena manusia sebagai mahluk sosial sukar untuk mencapai tujuan individualnya jika segala sesuatunya harus dikerjakan sendiri. Kalau toh dengan bekerja sendiri, tujuan individual tersebut bisa dicapai, tetapi akan lebih efisien dan efektif jika cara pencapaiannya dilakukan dengan bantuan orang lain melalui sebuah organisasi. Artinya, didirikannya sebuah organisasi bertujuan agar sekelompok manusia yang bekerja dalam satu ikatan kerja lebih mudah mencapai tujuannya ketimbang mereka harus bekerja sendirisendiri. Dalam hal ini, harus dipahami bahwa meski ada kerja sama di antara sekelompok orang dalam satu ikatan kerja, tidak bisa diinterpretasikan bahwa tujuan mereka sama. Ada kemungkinan tujuan masing-masing individu berbeda, tetapi kesedian mereka berada dan bergabung dalam sebuah organisasi menunjukkan bahwa mereka mempunyai kesepakatan untuk saling membantu dalam mencapai satu set tujuan, baik tujuan masing-masing individu (tujuan anggota organisasi) maupun tujuan organisasi itu sendiri (tujuan para pendiri organisasi). e. Mempunyai Identitas Diri Ketika sepotong besi dipadukan dengan besi lain, perpaduan besi tersebut bisa menjadi sebuah mesin yang berbeda dengan mesin lainnya. Jika beberapa suara di-aransir, jadilah sebuah lagu yang berbeda dengan lagu lainnya. Demikian juga jika sekelompok manusia diorganisasi untuk melakukan kegiatan, jadilah sekelompok manusia tersebut sebagai entitas sosial yang berbeda dengan entitas sosial lainnya. Perbedaan satu entitas sosial dengan entitas sosial lainnya sulit untuk diduga karena beberapa alasan. Pertama, sifat organisasi yang intangible dan abstrak menyulitkan seseorang untuk melihat atau menyentuh organisasi. Kedua, 12



organisasi sebagai subsistem dari sistem sosial yang lebih besar memungkinkan para anggotanya saling berinteraksi dengan anggota masyarakat di luar organisasi. Bahkan, ketiga, sering terjadi bahwa seseorang menjadi anggota lebih dari satu organisasi sehingga batasan organisasi seolah-olah menjadi kabur kalau batasan tersebut hanya dilihat dari keanggotaan seseorang. Meski demikian, bukan berarti sebuah organisasi tidak mempunyai batasan dan identitas diri. Identitas diri sebuah organisasi secara formal misalnya bisa diketahui melalui akta pendirian organisasi tersebut yang menjelaskan siapa yang menjadi bagian dari organisasi dan siapa yang bukan, kegiatan apa yang dilakukan, bagaimana organisasi tersebut diatur, atau siapa yang mengaturnya. Di samping itu, organisasi juga dapat diidentifikasikan melalui variabel yang sifatnya informal dan sulit dipahami, tetapi keberadaannya tidak diragukan. Variabel tersebut biasa disebut sebagai budaya. Seorang antropolog dari Filipina F. Landa Jocano bahkan menegaskan bahwa sekelompok orang yang bekerja sama tidak akan dikatakan sebagai organisasi manakala kelompok tersebut tidak mempunyai budaya. Jadi, budaya dalam hal ini dianggap sebagai variabel yang menjadi karakteristik sebuah organisasi dan membedakan organisasi tersebut dengan organisasi lainnya. II.3.



Hal yang Mempengaruhi Terbentuknya Kelompok



Menurut Muhyadi (1989), ada 5 alasan pembentukan kelompok yaitu : a. Kebututuhan Interaksi social Kebutuhan dalam melakukan interaksi sosial merupakan salah satu alasan pembentukan kelompok. Manusia merupakan makhluk sosial yang akan selalu mencari hubungan dengan orang lain. Dengan membentuk kelompok, manusia dapat menyalurkan keinginan mereka. Dalam berkelompok, manusia dapat berbagi rasa dengan teman temannya dalam kelompok. b. Kebutuhan akan keamanan Semua orang memiliki kebutuhan pokok terhadap rasa aman terhadap sekitarnya. Kebutuhan akan keamanan inilah yang memberikan mereka dorongan dan alasan untuk membentuk kelompok. Dalam sebuah organisasi, para anggota ataupun karyawan dalam perusahaan akan takut dipecat serta dipindahkan. Oleh 13



karena itu, ketakutan akan tidak amannya mereka maka mereka membentuk serikat buruh. c. Kebutuhan akan status Dalam membentuk kelompok, salah satu alasannya dapat berupa kebutuhan akan status atau diakui oleh masyarakat dikarenakan mampu menjadi anggota sebuah kelompok. Kelompok ini dapat merupakan kelompok pekerjaan dan identitas sosial lainnya yang akan menaikkan status mereka dalam masyarakat. d. Kedekatan Sesuai dengan pengertiannya, memberi dan berbagi nilai dibutuhkan dimensi tempat atau ruang yang dapat mendukung adanya interaksi atau komunikasi antara anggota atau manusia. Dengan adanya kedekatan tempat kerja atau kedekatan ruang, mereka akan membentuk kelompok baik secara sadar ataupun secara alamiah. e. Tujuan bersama Hal ini sering kita dengar dalam istilah kesamaan visi dan misi anggota. Manusia atau individu individu akan berkumpul dan membentuk suatu kelompok apabila mereka memiliki tujuan yang sama. Tujuan tersebut mereka dapat deklarasikan dalam bentuk tekstual ataupun hanya lewat mulut dan perilaku. Umumnya, kelompok yang terbentuk dengan alasan ini, akan menjadi lebih besar tergantung dari tujuan yang ingin dicapai oleh kelompok dan pengembangan tujuan itu sendiri. Jadi, dapat disimpulkan faktor terbentuknya kelompok yaitu kebutuhan interaksi sosial, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan status, kedekatan, dan tujuan bersama.



14



III. III.1.



PENUTUP



Kesimpulan



Kelompok merupakan unit sosial yang terdiri dari himpunan individu yang memiliki kesamaan kebutuhan, minat, aspirasi, dan memiliki hubungan, interaksi serta ketergantungan antara satu dengan yang lainnya yang diatur oleh normanorma tertentu. Ciri-ciri kelompok adalah sebagai berikut, mempunyai anggota antara 2-25 orang, terjadi proses interaksi interpersonal di dalamnya, adanya perasaan saling memiliki, saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama, adanya pembatasan tertentu dalam kelompok yang diwujudkan dalam norma yang mengatur perilaku anggotanya, serta ada pembagian status dan peran. Organisasi adalah unit sosial atau entitas sosial yang didirikan oleh manusia untuk jangka waktu yang relatif lama, beranggotakan sekelompok manusia—minimal dua orang, mempunyai kegiatan yang terkoordinasi, teratur dan terstruktur, didirikan untuk mencapai tujuan tertentu, serta mempunyai identitas diri yang membedakan satu entitas dengan entitas lainnya.



15



DAFTAR PUSTAKA



Ayuniguntari. 2016. Organisasi dan Administrasi Negara. http://repository.unpas.ac.id/10035/3/BAB%20II.pdf [Diakses tanggal 20 Februari 2020 pukul 14.31] Heryana, A. 2018. ORGANISASI DAN TEORI ORGANISASI. https://www.academia.edu/38353586/Pengertian_Organisasi_dan_Teori_ Organisasi [Diakses tanggal 20 Februari 2020 pukul 13.32] Musfialdy. 2012. Organisasi dan Komunikasi Organisasi. ejournal.uin-suska.ac.i [Diakses tanggal 20 Februari 2020 pukul 13.44]



Nira Amalia. 2016. “FAKTOR-FAKTOR TERBENTUKNYA KELOMPOK INFORMAL”. Skripsi. FKIP. Psikologi. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Rifa’i, M. 2013. Manajemen Organisasi. http://repository.uinsu.ac.id/2841/1/MO %20Lengkap.pdf [Diakses tanggal 20 Februari 2020 pukul 14.01] Saleh,



A. 2015. Pengertian, Batasan, dan Bentuk Kelompok. http://repository.ut.ac.id/4463/1/LUHT4329-M1.pdf [Diakses tanggal 20 Februari 2020 pukul 13.15]



Sobirin,



A. 2015. Organisasi dan Perilaku Organisasi. http://repository.ut.ac.id/4581/1/EKMA5101-M1.pdf [Diakses tanggal 20 Februari 2020 pukul 13.00]



16