Dimensi, Prespektif Dan Kedudukan Etnomatematika - K.1 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ririn
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Matematika merupakan mata pelajaran yang sifatnya berkesinambungan, karena pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia selalu dipelajari mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi. Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta berperan dalam menunjang ilmu-ilmu sosial dan budaya. Matematika mempunyai peranan yang penting didasari pada konsep dan proses dalam matematika yang bersifat logis, tersusun secara sistematis, rasional, dan eksak, yang berkaitan erat dengan proses berpikir dan pengambilan keputusan. Namun,



nampaknya



saat



ini



pembelajaran



matematika



belum



memperlihatkan hasil yang memuaskan. Hal ini menunjukkan bahwa daya serap siswa pada beberapa materi masih rendah. Sebagian penyebab tidak tuntasnya hasil belajar siswa berasal dari kurang mampunya siswa dalam memahami konsep-konsep matematika serta guru masih kesulitan dalam memahamkan hal-hal yang bersifat abstrak kepada siswa. Pada dasarnya matematika muncul dari kehidupan nyata sehari-hari. Dalam kehidupan seharihari, pendidikan dan budaya merupakan sesuatu yang tidak bisa dihindari karena budaya merupakan kesatuan yang utuh dan menyeluruh, berlaku dalam suatu masyarakat dan pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap individu dalam masyarakat. Salah satu yang dapat menjembatani antara budaya dan pendidikan adalah ethnomatematika. B. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah dalam makalah ini untuk menelaah Dimensi, Perspektif dan Kedudukan Etnomatematika. C. TUJUAN Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk Menjelaskan Dimensi, Perspektif dan Kedudukan Etnomatematika.



1



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DIMENSI ETNOMATEMATIKA Etnomatematika merupakan pelajaran matematika yang berasal dari aktifitas sehari-hari yang terkadang tanpa orang sadari bahwa kegiatan yang mereka lakukan tersebut merupakan kegiatan matematika (berupa berhubungan dengan panjang, lebar, tinggi, luas serta kegiatan lainnya yang berkaitan dengan angka). Etnomatematika



diperkenalkan



oleh



D'Ambrosio,



seorang



matematikawan Brasil pada tahun 1977. Definisi etnomatematika menurut D'Ambrosio adalah: The prefix ethno is today accepted as a very broad term that refers to the socialcultural context and therefore includes language, jargon, and codes of behavior, myths, and symbols. The derivation of mathema is difficult, but tends to mean to explain, to know, to understand, and to do activities such as ciphering, measuring, classifying, inferring, and modeling. The suffix tics is derived from techné, and has the same root as technique (Astri, dkk; 2013: 4). Ia menyatakan secara bahasa, awalan “ethno” diartikan sebagai sesuatu yang sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa, jargon, kode perilaku, mitos, dan symbol. Kata dasar “mathema” cenderung berarti menjelaskan, mengetahui, memahami, dan melakukan kegiatan seperti pengkodean, mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan, dan pemodelan. Akhiran “tics“ berasal dari techne, dan bermakna sama seperti teknik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 149), etno atau budaya yaitu pikiran, akal budi, dan adat istiadat. Sedang kebudayaan adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat. Ahli sosiologi mengartikan kebudayaan dengan keseluruhan kecakapan (adat, akhlak, kesenian, ilmu dll). Sedang ahli sejarah



2



mengartikan kebudayaan sebagai warisan atau tradisi. Bahkan ahli Antropogi melihat kebudayaan sebagai tata hidup, way of life, dan kelakuan. Menurut Ernst Cassirer (melalui Iswanto 2014: 5), ada 5 aspek kebudayaan, yaitu (1) Kehidupan Spritual; (2) Bahasa dan Kesustraan; (3) Kesenian; (4) Sejarah; dan (5) Ilmu Pengetahuan. Secara umum kebudayaan ini dapat diartikan sebagai ide atau gagasan yang diwujudkan dalam bentuk benda-benda kebudayaan, maupun perilaku masyarakat. Sedangkan, matematika menurut Johnson dan Rising dalam Russefendi (1988: 240) adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logis, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat , jelas dan akurat repres),entasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahas bol mengenai ide daripada mengenai bunyi. Dari definisi tersebut dapat ditarik a sim suatu kesimpulan bahwa matematika memiliki objek kajian yang abstrak. Secara istilah etnomatematika diartikan sebagai: "The mathematics which is practiced among identifiable cultural groups such as national- tribe societies, labour groups, children of certain age brackets and professional classes". Artinya: “Matematika yang dipraktekkan di antara kelompok budaya diidentifikasi seperti masyarakat nasional suku, kelompok buruh, anak-anak dari kelompok usia tertentu dan kelas profesional" (D'Ambrosio dalam Astri, dkk; 2013: 4). Istilah tersebut kemudian disempurnakan menjadi: "I have been using the word ethnomathematics as modes, styles, and techniques (tics) of explanation, of understanding, and of coping with the natural and cultural environment (mathema) in distinct cultural systems (ethno)" (D'Ambrosio, dalam Astri, dkk; 2013: 4). Artinya: "Saya telah menggunakan kata Etnomatematika sebagai mode, gaya, dan teknik (tics) menjelaskan, memahami, dan menghadapi lingkungan alam dan budaya (mathema) dalam sistem budaya yang berbeda (ethnos)". Berdasarkan istilah-istilah yang dikemukakan oleh D’Ambrosio tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa etnomatematika adalah pembelajaran matematika yang dikaitkan



3



dengan hasil kebudayaan yang ada di masyarakat, baik berupa artefak maupun kebiasaan adat istiadat. B. PERSPEKTIF ETNOMATEMATIKA Ide matematika merupakan bentuk abstrak dari aktifitas kehidupan manusia sehari-hari yang seharusnya mudah untuk dipelajari dan dipahami. Namun terdapat banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam mempelajari matematika. Hal ini disebabkan karena matematika yang diajarkan di sekolah terkadang ditemukan berbeda dengan permasalahan matematika yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana yang disebutkan oleh Rosa (2011) bahwa ada perbedaan antara pengetahuan matematika yang diperoleh secara akademis dan informal. Ketidaksesuaian permasalahan matematika yang ditemukan di sekolah dengan matematika yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari menyebabkan sulitnya siswa menghubungkan konsep-konsep matematika yang bersifat formal dengan permasalahan dalam dunia nyata. Oleh karena itu terdapat banyak siswa yang mampu dalam mengoperasikan perhitungan matematika di kelas tetapi sulit untuk menyelesaikan persoalan matematika yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Sebaliknya terdapat anak yang mampu menyelesaikan masalah sehari-hari meskipun tidak menempuh pendidikan secara formal. Nilai budaya yang merupakan landasan karakter bangsa merupakan hal yang penting untuk ditanamkan dalam setiap individu, untuk itu nilai budaya ini perlu ditanamkan sejak sejak dini, agar setiap individu mampu lebih memahami, memaknai, dan menghargai serta menyadari pentinganya nilai budaya dalam menjalankan setiap aktivitas kehidupan. Penanaman nilai budaya bisa dilakukan melalui lingkungan keluarga, pendidikan, dan dalam lingkungan masyarakat tentunnya. Hal ini senada dengan dikatakan oleh Eddy dalam Rasyid(2013) bahwa pelestarian kebudayaan daerah dan pengembangan kebudayaan nasional melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun nonformal, dengan mengaktifkan kembali segenap wadah dan kegiatan pendidikan.



4



Pendidikan dan budaya adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari dalam kehidupan sehari-hari, karena budaya merupakan kesatuan yang utuh dan menyeluruh, berlaku dalam suatu masyarakatdan pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap inidividu dalam masyarakat. Pendidikan dan budaya memiliki peran yang sangat penting dalam menumbuhkan dan mengembangakan nilai luhur bangsa kita, yang berdampak pada pembentukan karakter yang didasarkan pada nilai budaya yang luhur. Masuknya kebudayaan dan nilai-nilai luar atau asing ke dalam masyarakat tradisional mengakibatkan terjadinya perubahan sosial budaya (Widjono, 1998). Dewasa ini masyarakat adat sedang dalam proses perubahan, kini mereka menjadi sosok yang terbuka terhadap realitas kehidupan modernitas masa kini. Dalam proses perencanaan dan pelaksanaan konservasi budaya masyarakat adat, ada keperluan untuk menghargai dan menggabungkan pengetahuan tradisional dan praktek-praktek pengelolaan mereka. Karena tidak ada sistem pengetahuan yang sempurna, maka penggunaan yang saling melengkapi antara ilmu pengetahuan tradisional dan ilmu pengetahuan ilmiah secara seimbang merupakan suatu cara yang bernilai untuk memenuhi keper-luan masyarakat adat yang sedang berubah serta menghadapi persoalan-persoalan konservasi. Secara lebih khusus: (1) Ilmu pengetahuan tradisional dan ilmu pengetahuan ilmiah dengan praktekpraktek pengelolaan masing-masing haruslah memasuki dialog berdasarkan hubungan seimbang dan merupakan proses pembelajaran timbal-balik; (2) Ilmu pengetahuan tradisional dan ilmu pengetahuan ilmiah haruslah dihargai dengan selayaknya dan sifat-dasar dinamikanya diakui. Menumbuhkan pemahaman lintas budaya mutlak diperlukan dalam masya-rakat Indonesia yang multietnik dan multikultur. Adapun cara yang dilakukan bisa melalui pendidikan dalam keluarga, sosialisasi dan internalisasi nilai-nilai dalam masyarakat baik melalui pergaulan sosial maupun media, serta



5



melalui pendidikan yang berbasis kultural. Pendidikan berbasis kultural ini merupakan pendidikan yang dapat menfasilitasi siswa dalam memahami materi pembelajaran tanpa dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit oleh siswa. Hal itu dikarenakan pembelajaran matematika di sekolah terlalu bersifat formal dan sering jauh berbeda dengan yang ditemukan sehari-hari (Hilbert dan Carpenter, 1991). Oleh karena itu sangat penting agar konsep-konsep matematika yang terdapat dalam kebudayaan-kebudayaan saat ini digali sehingga konsep tersebut dapat membantu siswa dalam mempelajari matematika di sekolah. Oleh karena itu, dalam pembelajaran matematika perlu diawali dengan pengetahuan informal yang telah diterapkan siswa dalam kehidupan bermasyarakat atau di lingkungannya. Langkah awal yang perlu dilakukan, dan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah melakukan eksplorasi–investigasi unsur-unsur budaya masyarakat yang memuat konsep-konsep matematika. Hasil eksplorasi unsur-unsur budaya tersebut kelak dijadikan dasar pengembangan bahan pembelajaran matematika kontekstual berbasis unsur lokal yang memperhatikan lingkungan sosial–budaya masyarakat dan kearifan lokal. Perlu diawali dengan pengetahuan informal yang telah diterapkan siswa dalam kehidupan bermasyarakat atau di lingkungannya. Langkah awal yang perlu dilakukan, dan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah melakukan eksplorasi– investigasi unsur-unsur budaya masyarakat yang memuat konsep-konsep matematika. Hasil eksplorasi unsur-unsur budaya tersebut kelak dijadikan dasar pengembangan bahan pembelajaran matematika kontekstual berbasis unsur lokal yang memperhatikan lingkungan sosial–budaya masyarakat dan kearifan lokal. Matematika yang digunakan oleh masyarakat tersurat dan tersirat dalam berbagai unsur budaya. Matematika yang tersurat mudah diidentifikasi, dikenali dan diinventarisir, namun untuk matematika tersembunyi dan tersirat



6



dalam unsur budaya cukup sulit untuk mengenali atau mengidentifi kasi. Penggalian ide-ide matematika yang terkandung secara implisit dalam unsurunsur budaya masyarakat, menurut psikologi tindakan dapat digolongkan sebagai tindakan sosial. Proses melakukan tindakan melibatkan interpretasi dan pemaknaan tanda atau simbol-simbol dan disertai dengan orientasi untuk mencari dan menemukan tindakan yang masuk akal atas situasi yang dihadapi (van Oers, 1996). C. KEDUDUKAN ETNOMATEMATIKA Pengajaran matematika bagi siswa seharusnya disesuaikan dengan budayanya. Selain dikarenakan beragamnya budaya yang dimiliki di Indonesia, sulitnya siswa memahami matematika yang diperoleh dibangku sekolah serta kesulitan siswa menghubungkannya dengan kehidupan nyata menjadikan faktor utama pentingnya pengintegrasian pembelajaran berbasis budaya dalam pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu yang dapat menghubungkan antara matematika di luar sekolah dengan matematika di dalam sekolah. Salah satunya



dengan



memanfaatkan



pendekatan



etnomatematika.



Dengan



menerapkan etnomatematika dalam pembelajaran matematika diharapkan peserta didik dapat lebih memahami matematika dan budayanya serta guru lebih mudah untuk menanamkan nilai budaya itu sendiri dalam diri peserta didik. Dengan pembelajaran berbasis etnomatematika selain dapat mempelajari matematika secara kontekstual siswa juga dapat memahami budaya dan dapat menumbuhkan nilai karakter (Shirley, 2001). Upaya peningkatan kualitas pembelajaran harus dilakukan secara komprehensif, tidak hanya ditinjau dari faktor guru, siswa, bahan ajar, tetapi juga dari kurikulum. Baik buruknya kualitas pendidikan juga dipengaruhi oleh kurikulum. Kurikulum perlu ditinjau agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini perlu dilakukan mengingat perkembangan masyarakat yang semakin cepat, sementara Kurikulum 2013 menekankan pembelajaran berbasis saintifik yang meliputi proses mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengkomunikasikan apa yang dipelajari. Disamping itu proses proses pembelajaran harus mempertimbangkan keragaman latar belakang, karakteristik peserta didik dan kebhinekaan budaya.



7



Jika dihubungkan maka dapat ditemukan bahwa pembelajaran saintifik dapat diterapkan salah satunya dengan melaksanakan pembelajaran berbasis budaya yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar. Mengingat beragamnya budaya Indonesia dan masih minimnya sumber belajar matematika untuk kurikulum 2013 yang berbasis budaya lokal, maka pemanfaatan budaya lokal sangat penting digunakan sebagai sumber belajar yang kontekstual. Selain sebagai sumber belajar pemanfaatan budaya dalam proses pembelajaran juga penting dimanfaatkan guna pengenalan budaya dan pelestarian budaya terhadap siswa. tinjauan kurikulum dilakukan tidak secepat perkembangan masyarakat. Penelitian relevan yang membuktikan pentingnya pengintegrasian pembelajaran berbasis budaya ke dalam kurikulum matematika telah dilakukan oleh Sirate (2012) dengan mengkaji implementasi etnomatematika dalam pembelajaran matematika. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa dalam



proses



pembelajaran



matematika



guru



telah



memanfaatkan



etnomatematika dalam pembelajaran matematika sebagai sarana untuk memotivasi, menstimulasi siswa dalam mengatasi kejenuhan dan memberikan nuansa baru pada pembelajaran matematika. Perubahan kurikulum mungkin dapat dibuat secara paralel dengan pembelajaran yang tepat untuk siswa dan guru tentang pengetahuan mengenai sistem penilaian dalam pembelajaran. Kesulitan-kesulitan yang terjadi dalam melaksanakan pembelajaran dan penilaian, perlu dikembangkan sistem pendidikan tepat untuk mengatasi semua karakteristik-karakteristik dan perbedaan individual yang ada pada siswa. Uraian tentang beberapa faktor yang mempengaruhi rendahnya kualitas pembelajaran semakin lengkap dengan penggunaan metode pembelajaran yang tidak efektif dan efisien pada suatu materi atau pelajaran tertentu. Yager (2002) berpendapat bahwa metode pembelajaran matematika saat ini belum memiliki model pembelajaran yang efektif dan efisien. Oleh karena itu diperlukan suatu model pembelajaran matematika yang dapat menghubungkan konsep-konsep matematika dengan permasalahan dalam dunia nyata, salah satunya adalah model



pembelajaran



berbasis



etnomatematika.



8



Pembelajaran



berbasis



etnomatematika selain dapat mempelajari matematika secara kontekstual, dapat memotivasi belajar siswa untuk aktif dikelas, juga siswa dapat memahami budaya dan dapat menumbuhkan nilai karakter.



9



BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN Matematika sebenarnya merupakan bentuk aktifitas kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari, namun karena belum adanya kesesuaian antara pengetahuan akademis dengan informal sehingga masyarakat pada umumnya menganggap bahwa matematika di sekolah lebih sukar dan mereka



kurang



mengetahui dengan pasti apa tujuan dan manfaat yang dapat diambil ketika mempelajarinya serta beranggapan remeh bahwa tanpa mempelajari matematika di sekolah mereka mampu menghadapi persoalan matematika dikehidupan nyata. Dalam mengajarkan ilmu matematika seharusnya disesuaikan dengan budaya setempat. Dengan menerapkan etnomatematika dalam pembelajaran matematika diharapkan peserta didik dapat lebih memahami matematika dan budayanya serta guru lebih mudah untuk menanamkan nilai budaya itu sendiri dalam diri peserta didik. Dengan pembelajaran berbasis etnomatematika selain dapat mempelajari matematika secara kontekstual siswa juga dapat memahami budaya dan dapat menumbuhkan nilai karakter (Shirley, 2001). B. SARAN Makalah ini kami susun agar memberikan manfaat yang besar bagi para pembaca. Untuk itu kami berharap kesedian bagi para pembaca



untuk



memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun, penulis harapkan semoga menjadi hasil yang terbaik dan lebih sempurna di kemudian hari.



10



DAFTAR PUSTAKA Rosa, M & Orey, D.C. (2011). Ethnomathematics: the cultural aspects of mathematics. Revista Latinoamericana de Etnomatemática, 4(2), 32-54. Shirley, L. (2001). Ethnomathematics as a fundamental of instructional methodology. ZDM, 33(3). Sirate, F. (2012). Implementasi etnomatematika dalam pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan sekolah dasar. Lentera Pendidikan, 15(1), 41-54. Yager, R.E. (2002). Science/Technology/Society as reform in science education. New York: State University of New York,2



11