Dirasah Al Qur'An - Surah Al Ahzab Ayat 21 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, serta para sahabat, tabiin, dan para umat yang senantiasa berjalan dalam risalah-Nya. Setelah menjelaskan kekuasaan-Nya menghidupkan makhluk yang telah mati, Allah beralih menjelaskan permisalan terkait balasan yang berlipat ganda bagi orang yang berinfak di jalan Allah. Perumpamaan keadaan yang sangat mengagumkan dari orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah dengan tulus untuk ketaatan dan kebaikan, seperti keadaan seorang petani yang menabur benih. Sebutir biji yang ditanam di tanah yang subur menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji sehingga jumlah keseluruhannya menjadi tujuh ratus. Bahkan Allah terus melipatgandakan pahala kebaikan sampai tujuh ratus kali lipat atau lebih bagi siapa yang Dia kehendaki sesuai tingkat keimanan dan keikhlasan hati yang berinfak. Dan jangan menduga Allah tidak mampu memberi sebanyak mungkin, sebab Allah Mahaluas karunia-Nya. Dan jangan menduga Dia tidak tahu siapa yang berinfak di jalan-Nya dengan tulus, sebab Dia Maha Mengetahui siapa yang berhak menerima karunia tersebut, dan Maha Mengetahui atas segala niat hamba-Nya. Selanjutnya penyusun menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Makalah ini banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktiF demi penyempurnaan makalah ini, akhirnya penyusun berharap semoga makalah inibermanfaat. Aamiin.



Semarang, 20 November 2021



Penyusun



DAFTAR ISI



Cover…………………………..………………………………………………………………i Kata Pengantar……………………………………………………………………………......ii Daftar Isi……………………………………………………………………………………...iii Bab 1 : Pendahuluan a. Latar Belakang………………………………………………………………………………iv b. Rumusan Masalah…………………………………………………………………….iv c. Tujuan…………………………………………………………………………………iv Bab 2 : Pembahasan a. b. c. d.



Bunyi Surah Al Ahzab Ayat 21………………………………………………………..1 Isi Kandungan Surah Al Ahzab Ayat 21………………………………………………2 Tafsir Surah Al Ahzab Ayat 21………………………………………………………..3 Sebab Turunnya Ayat………………………………………………………………….4



Bab 3 : Penutup a. Kesimpulan…………………………………………………………………………….6 Daftar Pustakan………………………………………………………………………………..7



BAB 1



PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan akhlak akhir-akhir ini banyak mendapat sorotan dari masyarakat luas. Tidak dipungkiri banyak kasus-kasus yang terjadi di kalangan masyarakat, seperti tawuran antar pelajar, kasus minuman keras yang dilakukan oleh pelajar dan lain-lain ini adalah dampakmerosotnya akhlak siswa. dengan menanamkan pendidikan agama pada siswa memberikan nilai positif bagi perkembangan akhlaksiswa. Dengan pendidikan agama, pola perilaku siswa akan terkontrol oleh aturan-aturan yang diterapkan oleh agama dengan seperti itu akan menyelamatkan akhlak generasi selanjutnya.. Oleh karena itu, dalam pembahasan makalah ini, kami akan menyajikan bahan seminar kelas yang berjudul “surat Al Ahzab Ayat 21” untuk kita mengetahui makna dan maksut dari ayat yang sesungguhnya.



B. Rumusan Masalah • Bagaimana bunyi surat Al baqarah ayat 261 dan Artinya? • Bagaimana tafsir tentang surat Al baqarah ayat 261? • Asbabun Nuzul surat Al baqarah 261 ?



C. Tujuan • Untuk mengetahui kandungan dari surat Al Baqarah ayat 261. • Menjelaskan Tafsir tentang surat Al baqarah 261. • Untuk mengetahui asbabun nuzul dari surat Al baqarah 261



iv BAB 2



PEMBAHASAN A. Bunyi Ayat



ٰ ْ ‫ّٰللاَ َو ْال َي ْو َم‬ ‫ّٰللا َكرِيْرا‬ ُ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َر‬ ‫سنَتٌ ِلّ َم ْه َكانَ َي ْر ُجوا ه‬ ‫س ْو ِل ه‬ َ ‫اْل ِخ َر َوذَ َك َر ه‬ َ ‫ّٰللاِ اُس َْوة ٌ َح‬ Artinya :Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.



B. Kandungan Ayat Menurut Tafsir As-Sa‟id isi kandungan surat Al Ahzab ayat 21 ini adalah Allah memberitahukan kepada kita bahwa Rasulullah merupakan manusia yang mulia lagi sempurna, pahlawan nan pemberani. Maka, umat Islam harus meneladani beliau dalam semua hukum, kecuali ada dalil syar‟i yang mengecualikan kekhususan beliau. Melansir dari buku Tafsir Ayat-ayat Alquran Tentang Konsep Metode Pembelajaran oleh Rony Sandra Yofa Zebua dan Arief Setiawan, suri keteladanan yang dimaksud dalam surat Al Ahzab ayat 21 itu ada dua macam, yaitu keteladanan yang baik dan keteladanan yang buruk. Keteladanan yang baik ada pada Rasulullah. Orang yang meneladani beliau berarti menelusuri jalan yang dapat mengantarkannya kepada kemuliaan Allah, yaitu jalan yang lurus. Sedangkan bersuri teladan kepada selain beliau, maka itulah yang buruk. Suri teladan yang baik hanya akan ditelusuri dan diikuti oleh orang yang menginginkan Allah dan hari akhir. Hal itu timbul karena iman yang dimilikinya, rasa takut kepada Allah dan mengharapkan pahala kepada-Nya, takut akan siksa-Nya. Semua itu mendorongnya untuk meneladani Rasulullah. Prof. Dr. M. Quraish Shihab dalam tafsirnya menjelaskan, umat Islam benar-benar mendapatkan teladan yang baik dari sosok Nabi Muhammad. Teladan bagi mereka yang mengharap kasih sayang Allah dan kebahagiaan di akhirat. Teladan bagi orang-orang yang banyak berzikir mengingat Allah di setiap kesempatan, di kala susah maupun senang.



1



C. Tasfsir Al Ahzab Ayat 21 Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa sosok Nabi Muhammad Saw merupakan barometer kehidupan dan suri tauladan bagi manusia. Sebagai pembawa pesan Allah Swt, Muhammad Saw sukses menghidupkan pesan tersebut dalam dirinya dan bagi orang di sekitarnya. Sifat, sikap dan nilai-nilai yang dibawa beliau–meskipun tidak seluruhnya–merupakan representasi dari ajaran-ajaran Al-Qur‟an. Menurut Quraish Shihab, ayat ini–bisa jadi–merupakan kecaman kepada orang-orang munafik yang mengaku memeluk Islam, tetapi tidak mencerminkan ajaran Islam. Kecaman tersebut dikesankan oleh kata laqad. Seakan-akan ayat di atas mengatakan, “Kamu telah melakukan aneka kedurhakaan, padahal sesungguhnya di tengah kamu ada nabi Muhammad yang mestinya kamu teladani.” Kata uswatuni atau iswah berarti teladan. Az-Zamakhsyari mengatakan bahwa ayat ini memiliki dua kemungkinan makna, yaitu: Pertama, nabi Muhammad dalam arti kepribadian beliau secara total adalah teladan. Kedua, diantara kepribadian beliau terdapat hal-hal yang patut diteladani. Bagi mayoritas ulama, pendapat pertama adalah yang paling kuat, karena kata fi dalam QS. Al-Ahzab [33]: 21 bermakna seluruhnya. Pakar tafsir dan hukum, al-Qurthubi, mengemukakan bahwa dalam soal-soal agama, keteladanan itu merupakan kewajiban, tetapi dalam soal-soal keduniaan maka ia merupakan anjuran. Dalam soal keagamaan, beliau wajib diteladani selama tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ia adalah sebuah anjuran semata. Sebagian ulama lain berpendapat bahwa keteladanan ini terbatas pada akhlak dan hal-hal keagamaan. Adapun aspek kehidupan yang lain, Nabi Muhammad Saw telah menyerahkan sepenuhnya kepada para pakar di bidang masing-masing. Ini didasarkan pada sebuah hadis beliau yang bermakna, “Apa yang aku sampaikan menyangkut ajaran agama, maka terimalah, sedang kamu lebih tahu persoalan keduniaan kamu.” Imam al-Qarafi menegaskan bahwa seseorang harus cermat dalam memilah ketauladanan dari Nabi Saw. Karena menurutnya beliau dapat berperan sebagai Rasul, atau Mufti, atau Hakim Agung atau Pemimpin masyarakat, dan dapat juga sebagai seorang manusia, yang memiliki kekhususan-kekhususan yang membedakan beliau dari manusia-manusia lain, sebagaimana perbedaan seseorang dengan lainnya.



3



Ketika beliau dalam posisi sebagai nabi dan rasul, maka ucapan dan sikapnya pasti benar, karena itu bersumber langsung dari Allah Swt. Ketika beliau berposisi sebagai mufti, fatwafatwa beliau berkedudukan setingkat dengan butir pertama di atas, karena fatwa beliau adalah berdasar pemahaman atas teks-teks keagamaan di mana beliau diberi wewenang oleh Allah untuk menjelaskannya Tafsir Al-Misbah [11]: 245). Ketika beliau berposisi sebagai pemimpin masyarakat, maka tentu saja petunjuk-petunjuk beliau disesuaikan dengan kondisi masyarakat dan perkembangannya, sehingga tidak tertutup kemungkinan lahirnya perbedaan tuntunan kemasyarakatan antara satu masyarakat dengan masyarakat lain. Rasul Saw tidak jarang memberi petunjuk yang berbeda untuk sekian banyak orang yang berbeda dalam menyesuaikan dengan masing-masing mereka.



D. Asbabun Nuzul Mungkin banyak yang tidak tahu kalau ayat ini dari sebab turunnya memiliki latar belakang perang. Sebagaiman nama suratnya; Al-Ahzab yang di dalamnya banyak bercerita tentang salah satu perang yang fenomenal, yaitu perang Ahzab. Perang yang terjadi pada tahun 5 H ini adalah perang yang sangat berat. Kaum kafir berkolaborasi dan bersekutu menghimpun kekuatan untuk menghabisi kekuatan kaum muslimin di Madinah, karenanya dikatakan „ahzab‟ (sekutu). Maka untuk menghadapinya Rasulullah dan para sahabatnya membuat parit besar di perbatasan kota Madinah. Karenanya perang ini juga dinamakan perang Khandaq (parit). Jadilah Rasulullah saw berhari-hari bahu membahu dengan para sahabat lainnya menggali parit dalam suasana yang sangat berat. Sementara itu, orang-orang munafik terlihat enggan ikut bersama kaum muslimin, maka dengan alasan di tempat tersebut tidak ada tempat berteduh dan rumah mereka tidak ada yang menjaga, mereka „mlipir‟ tidak mau ikut menggali parit bersama kaum muslimin (QS. Al-Ahzab: 13). Dalam kontek inilah Allah turunkan ayat tersebut. Para ulama menyatakan bahwa ayat ini merupakan peringatan bagi kaum munafik yang enggan ikut berlelah-lelah menggali parit dan berjihad menghadapi pasukan sekutu. Semestinya mereka meneladani Rasulullah saw yang walaupun kemuliaannya, tetap mau membersamai para sahabat untuk menggali parit dan menanggung beban jihadi di jalan Allah. 4



Jalaludin As-Suyuti dan Jalaludin Al-Mahalli dalam tafsirnya Al-Jalalain menafsirkan ayat ini dengan singkat;



‫اطنِ ِه‬ ِ ‫ا ْقتِدَاء ِب ِه فِي ْال ِقتَا ِل َوالرَّبَا‬ ِ ‫ث فِي َم َو‬ “Meneladaninya dalam perang dan keteguhan pada tempatnya masing-masing.” Walaupun pemahaman Al-Quran diambil dari keumuman ayat bukan kekhususan sebab, sebagaimana kaidah populer dalam ilmu tafsir, namun latar belakang ini penting kita pahami, bahwa meneladani Rasulullah saw itu bukan hanya pada hal-hal yang sifatnya lembut, santun, kasih sayang dan dalam suasana tenang nyaman tanpa permusuhan. Tapi disana juga ada keteladangan dalam hal ketegasan, marah, perang, letih dan berat menanggung beban dan tidak lemah hadapi permusuhan.



5



BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan Surah Al Ahzab Ayat 21 merupakan contoh tentang teladan bagi umat manusia, teldan baik ada pada Rasullullah SAW. Orang yang meneladani beliaulah yang kelak akan mendapatkan jalan lurus serta kemuliaan dari Allah SWT.



6



Daftar Pustaka https://tafsiralquran.id/tafsir-surat-al-ahzab-ayat-21-nabi-muhammad-saw-adalah-suritauladan/, https://www.ikadikaranganyar.or.id/asbabun-nuzul-qs-al-ahzab-21/.



7