Diskusi 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

TUGAS DISKUSI PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD PDGK 4406



DI SUSUN OLEH : KELOMPOK 1 NAMA NIM



: MUAMAR KHADAFI : 834912073



PROGRAM PENDIDIKAN



: S1-PGSD



KELAS



: A (AKPMM)



SEMESTER



: 8 (DELAPAN)



POKJAR



: SERDANG BEDAGAI



KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH UNIVERSITAS TERBUKA (UPBJJ-UT) MEDAN 2021 / 2022.1



SOAL 1. 2. 3. 4. 5.



Jelaskan tahapan perkembangan intelektual anak! Jelaskan teori pembelajaran matematika minimal menurut 2 dari 8 pakar yang telah disebutkan! Jelaskan pengertian dan berikan contohnya model pendekatan pembelajaran! Jelaskan pengertian bilangan dan berikan contoh cara mengerjakannya! Jelaskan sifat-sifat operasi hitung pada bilangan cacah. Berikan contoh cara mengerjakannya!



PEMBAHASAN



1. TAHAPAN PERKEMBANAGN INTELEKTUAL ANAK Ada 4 tahapan perkembangan intelektual, yaitu tahap sensori motor, tahap praoperasional, tahap operasional kongkrit, dan tahap operasional formal. Penjelasan dari keempat tahap perkembangan intelektual tersebut menurut Jean Piaget adalah sebagai berikut: Tahap Sensori Motor Ciri-ciri anak dengan tahap sensori motor adalah sebaga berikut:     



Berlangsung pada anak dengan umur 0 sampai 2 tahun. Kemampuan berpikir ditunjukkan melalui gerakan atau perbuatan. Anak pada tahap sensori motor memiliki keinginan sangat besar untuk menyentuh atau memegang. Anak pada tahapan perkembangan intelektual sensori motor belum mengerti motivasi dan senjata mereka adalah dengan tangisan. Untuk mengajar peserta didik atau anak pada tahap sensori motor maka dapat dilakukan dengan gambar atau sesuatu yang bergerak.



Tahap Pra Operasional Anak atau peserta didik dengan tahapan pra operasional memiliki karakteristik yang berkembang dari tahapan sebelumnya (tahap sensorimotor), yaitu:     



Tahapan perkembangan intelektual pra operasional berlangsung pada usia 2 – 7 tahun. Kemampuan skema kognitif peserta didik pada tahapan perkembangan intelektual pra operasional sangat terbatas. Yang menarik dari peserta didik pada tahap pra operasional adalah kesukaan mereka dalam meniru perilaku orang lain. Perkembangan dari segi kebahasaan menunjukkan peserta didik pada tahap praoperasional telah mampu menggunakan kata-kata dan kalimat pendek dengan benar. Anak-anak yang duduk di Kelompok Bermain, PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) atau TK (Taman Kanak-Kanak) berada pada tahap pra operasional.



Tahap Operasional Konkret Adapun ciri-ciri perkembangan peserta didik yang sedang berada pada tahap perkembangan intelektual opearsional konkret adalah sebagai berikut:    



Peserta didik umumnya berada pada usia 7 – 11 tahun Anak-anak yang duduk di bangku Taman Kanak-Kanak akhir (TK) dan SD (Sekolah Dasar) sedang berada pada tahap operasional konkret. Pada dasarnya peserta didik yang sedang berada pada tahap perkembangan intelektual operasional konkret mulai dapat memahami aspek-aspek kumulatif materi. Peserta didik dengan tahap intelektual operasional konkret sudah dapat berpikir sistematis tentang beragam benda dan peristiwa yang bersifat konkret.



Tahap Operasional Formal Adapun ciri-ciri perkembangan intelektual tahap operasional formal adalah sebagai berikut:   



Peserta didik umumnya berada pada kisaran usia 11 - 14 tahun. Peserta didik dengan tahapan perkembangan intelektual operasional formal mempunyai kemampuan dalam mengkoordinasi 2 jenis kemampuan kognitif. Contoh dari kemampuan mengkoordinasi 2 jenis kemampuan kognitif ini misalnya kapasitas dalam membuat rumusan hipotetik dan penggunaan prinsip-prinsip yang bersifat abstrak.



2. TEORI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MINIMAL MENURUT 2 DARI 8 PAKAR YANG TELAH DISEBUTKAN







Teori Ausbel Ausubel terkenal dengan teori belajar bermaknanya. Ausubel (Isjoni, 2011:35) mengemukakan “Bahan pelajaran yang dipelajari haruslah “bermakna” (meaningfull). Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi barupada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang”. David P. Ausubel (Ruseffendi, E.T., 2006:172) membedakan dua jenis belajar yaitu belajar menerima dengan belajar menemukan. Pada belajar menerima bentukakhir dari yang diajarkan itu diberikan, sedangkan pada belajar menemukan bentuk akhir harus dicari peserta didik. Selain itu Ausubel juga membedakan antara belajar menghafal dengan bermakna. Pada belajar menghafal, siswa menghafalkan materi yang sudah diperolehnya tetapi pada belajar bermakna, materi yang telah diperoleh itu dikembangkan dengan keadaan lain sehingga belajarnya lebih bisa dimengerti.







Teori Thorndike Edwar L. Thorndike (1874 – 1949) mengemukakan bahwa belajar adalah potensi interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal yangdapat ditangkap melalui alat indera. Respon adalah reaksi yang dimunculkan siswa ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan atau gerakan (tindakan). Dari definisi belajar tersebut maka menurut Thorndike perubahan atau tingkah laku akibat kegiatan belajar itu dapat berwujud konkret yang dapat diamati.



3. PENGERTIAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN DAN CONTOHNYA Pendekatan merupakan sebuah filosofi atau landasan sudut pandang dalam melihat bagaimana proses pembelajaran dilakukan sehingga tujuan yang diharapkan tercapai . Model pendekatan dalam pembelajaran yaitu: 



Pendekatan Kontekstual (CTL)



Pendekatan pembelajaran kontekstual merupakan pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan sebutan CTL (Contextual Teaching and Learning) adalah pendekatan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa. 



Pendekatan Ekspositori (Expository)



Pendekatan Ekspositori menekankan pada penyampaian informasi yang disampaikan sumber belajar kepada peserta pembelajaran. Dalam pendekatan ekspositori sumber belajar dapat menyampaikan materi sampai tuntas, artinya pembelajaran dilaksanakan secara holistik dan tidak khusus.







Pendekatan Induktif



Menurut Purwanto dalam Rahmawati (2011, hlm. 75) pendekatan induktif dalam pembelajaran adalah pendekatan yang bermula dengan menyajikan sejumlah keadaan khusus kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu fakta, prinsip, atau aturan. 



Pendekatan Deduktif



Pendekatan deduktif adalah pembelajaran yang berpangkal dari hal yang bersifat umum lalu diarahkan pada hal yang bersifat khusus. Ya, pendekatan ini adalah kebalikan dari pendekatan induktif. 



Pendekatan Kontruktivisme



Dalam kelas kontruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada anak bagaimana menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan mendorong siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam meyelesaikan permasalahan. 



Pendekatan Pemecahan Masalah (Problem Solving)



Dalam pendekatan ini siswa didorong untuk memperoleh pengalaman menggunakan pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin atau jarang ditemui (masih belum dikuasai). 



Pendekatan Open-Ended



Pendekatan open-ended memiliki prinsip yang serupa tapi tak sama dengan pendekatan pemecahan masalah, yaitu dimulai dengan memberikan suatu masalah kepada siswa. 



Pendekatan Saintifik



Pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah proses pembelajaran yang dirancang agar peserta didik secara aktif mengonstruksi konsep, prosedur, hukum atau prinsip melalui tahapan saintifik, yakni: 1. mengamati; 2. merumuskan masalah; 3. mengajukan/merumuskan hipotesis; 4. mengumpulkan data; 5. menganalisis data; 6. menarik kesimpulan; 7. mengomunikasikan



4. PENGERTIAN BILANGAN DAN CONTOH CARA PENGERJAANNYA Bilangan merupakan kumpulan angka yang mendiami urutan dari sebelah kanan sebagai nilai satuan, puluhan, ratusan, ribuan dan seterusnya. Ada berbagai jenis bilangan matematika, antara lain bilangan cacah, bilangan asli, pecahan biasa, bilangan bulat, bilangan prima, bilangan komposit, bilangan rasional, irasional, bilangan riil, bilangan desimal, bilangan pangkat, bilangan imajiner, bilangan kompleks, bilangan genap, bilangan ganjil, bilangan negatif, bilangan romawi, serta bilangan kuadrat.



Cara mengajarkan bilangan pada siswa adalah harus menggunakan pendekatan yang tepat, tergantung pada kondisi karakteristik siswa, metode yang digunakan serta materi yang diajarkan. Misalnya untuk mengajarkan bilangan bulat pada siswa, dapat dilakukan dengan cara mengingatkan kembali tentang bilangan cacah yang telah diperoleh siswa. Sebagai contoh guru dapat bertanya kepada siswa tentang berbagai contoh bilangan cacah, bilangan cacah yang terkecil atau sebutkan bilangan cacah yang pertama. Kemudian sebagai motivasi pengenalan bilangan bulat negatif guru dapat bertanya “apakah ada bilangan yang lebih kecil dari 0?” atau “ berapakah hasil dari 4-6?” Tentu saja kebanyakan siswa akan merasa kebingungan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dalam situasi inilah guru dapat memberitahukan kepada siswa bahwa ada bilangan bulat yang dapat menjawab pertanyaan tersebut. Untuk mengenalkan bilangan bulat negatif kepada siswa guru dapat mengkaitkannya dengan masalahmasalah dalam kehidupan sehari-hari yang mencakup bilangan bulat. Atau guru juga dapat menyajikan video pembelajaran yang dapat ditonton melalui proyektor. 5. SIFAT-SIFAT OPERASI HITUNG PADA BILANGAN CACAH DAN CONTOH CARA MENGERJAKANNYA  Sifat komutatif ( Pertukaran) pada penjumlahan Hasil penjumlahan dua bilangan cacah tidak berubah, walaupun urutan letak kedua bilangan itu dipertukarkan. misal : 2 + 4 = 4 + 2 . a + b = b + a, untuk semua bilangan cacah yang diwakili oleh a dan b 



Sifat komutatif ( Pertukaran) pada perkalian



Hasil perkalian dua bilangan cacah tidak berubah, walaupun urutan letak kedua bilangan itu dipertukarkan. misal : 2 x 4 = 4 x 2. a x b = b x a, untuk semua bilangan cacah yang diwakili oleh a dan b 



Sifat Asosiatif (Pengelompokan) pada Penjumlahan



Hasil penjumlahan tiga buah bilangan cacah tidak berubah, meskipun pengelompokannya berbeda. misal : ( 3 + 4 ) + 5 = 3 + ( 4 + 5 ). Jika a,b dan c sembarang bilangan cacah, maka : (a+b)+c=a+(b+c) 



Sifat Asosiatif (Pengelompokan) pada Perkalian



Hasil perkalian tiga buah bilangan cacah tidak berubah, meskipun pengelompokannya berbeda. misal : ( 4 x 5 ) x 6 = 4 x ( 5 x 6 ). Jika a,b dan c sembarang bilangan cacah, maka : ( axb)xc=ax(bxc) 



Sifat Distributif ( Penyebrangan )



Sifat Distributif ( Penyebrangan ) perkalian terhadap penjumlahan a x ( b + c ) = ( a x b ) + ( a x c ) Sifat Distributif ( Penyebrangan ) perkalian terhadap pengurangan a x ( b – c ) = ( a x b ) – ( a xc) Cara mengajarkan sifat-sifat dalam bilangan cacah kepada siswa SD adalah terlebih dahulu mengenalkan kepada siswa apa itu bilangan cacah, kemudian diperkenalkan sifat-sifatnya. Biasanya tidak semua sifat akan dipelajari dalam satu tingkat kelas sekaligus. Cara yang baik dalam mempelajarkannya adalah penggunaan metode dan pendekatan yang baik dan menyenangkan. Pemilihan metode yang ceria, nyaman dan menyenangkan dapat mendukung ketercapaian kompetensi yang diharapkan. Matematika yang biasa sangat dihindari dalam belajar siswa, akan menjadi hal yang menyenangkan untuk dipelajari. Penggunaan media juga berpengaruh besar dalam mengubah konsep abstrak matematika menjadi konkret.