ESSAY. Lely Diah [PDF]

  • Author / Uploaded
  • lely
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERKEMBANGAN FISIK MOTORIK PADA ANAK USIA DINI



DISUSUN OLEH: NAMA



: LELY DIAH EKO PRIYANTINI



NIM



: 0103515037



PRODI



: S2 PENDIDIKAN DASAR (PAUD)



PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2015



Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini



Perkembangan fisik/motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh (Patricia K Kitsao,dkk, 2013). Ketrampilan motorik anak pada usia 4-6 tahun mempunyai perbedaan dengan orang tua dalam hal (1) cara memegang, (2) cara berjalan dan (3) cara menyepak/menendang. Pada anak cara mamegang dilakukan dengan asal saja, sedangkan orang dewasa memegang benda dengan cara yang khas, agar dapat dipergunakan secara optimal.     Ketika orang dewasa berjalan, hanya memerlukan otot-ototnya yang diperlukan saja, sedangkan anak-anak berjalan seolah-olah semua tubuhnya ikut bergerak.  Dalam menyepak/menendang, anak-anak menyepak bola diikuti dengan kedua belah tangannya yang ikut maju kedepan secara berlebihan. Masa lima tahun pertama adalah masa emas bagi motorik anak. (Audrey C. Rule & Roger A. Stewart, 2002) Dalam perkembangan motorik anak, perkembangan yang terhambat berarti perkembangan motorik yang berada di bawah normal umur anak. Akan tetapi, keterlambatan lebih sering disebabkan kurangnya keterampilan motorik. Proses perkembangan seorang anak tidak berarti bertambah besar atau bertambah usia saja, akan tetapi juga bertambah berat., pandai dan terampil. Apabila anak mengalami hambatan dalam perkembangan motoriknya, akan mengakibatkan anak akan mengalami keterlambatan dalam melakukan gerak dan juga perkembangan motorik anak akan menghambat akses pada sumber-sumber eksternal serta regulasi emosi dan kecerdasan. (Katia Castetbon & Tatiana Andreyeva, 2012) Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan negatif antara obesitas dan aktivitas fisik, yang menunjukkan bahwa orang obesitas atau gemuk mempunyai aktivitas kurang dibandingkan orang-orang yang ramping. Akan tetapi hubungan tersebut tidak bisa menggambarkan adanya hubungan sebabakibat dan sulit untuk menentukan apakah orang obesitas mempunyai aktivitas fisik kurang oleh karena obesitasnya atau aktivitas fisik yang kurang menjadikan mereka obesitas. Namun demikian, beberapa hasil studi dengan rancangan penelitian lain menunjukkan bahwa rendahnya dan menurunnya aktivitas fisik merupakan faktor yang paling bertanggungjawab terjadinya obesitas. Sebagai contoh, obesitas tidak terjadi pada para atlit yang aktif sedangkan para atlit yang berhenti melakukan latihan olah raga lebih sering mengalami kenaikan berat badan dan kegemukan. Perkembangan motorik anak akan lebih teroptimalkan jika lingkungan tempat tumbuh kembang anak mendukung mereka untuk bergerak bebas. (Patricia K



Kitsao,dkk, 2013). Kegiatan di luar ruangan bisa menjadi pilihan yang terbaik karena dapat menstimulasi perkembangan otot. Jika kegiatan anak di dalam ruangan, pemaksimalan ruangan bisa dijadikan strategi untuk menyediakan ruang gerak yang bebas bagi anak untuk berlari, berlompat dan menggerakan seluruh tubuhnya dengan cara-cara yang tidak terbatas. Selain itu, penyediaan peralatan bermain di luar ruangan bisa mendorong anak untuk memanjat, koordinasi dan pengembangan kekuatan tubuh bagian atas dan juga bagian bawah. Stimulasistimulasi tersebut akan membantu pengoptimalan motorik kasar. Sedangkan kekuatan fisik, koordinasi, keseimbangan dan stamina secara perlahan-lahan dikembangkan dengan latihan sehari-hari. Lingkungan tempat tinggal anak berbeda satu sama lainnya, di daerah perkotaan yang memiliki lahan yang sedikit untuk melakukan aktivitas gerak dan budaya hidup yang serba praktis akan menghambat perkembangan anak, sedangkan di lingkungan pedesaan yang cenderung memberikan kesempatan yang banyak bagi anak untuk bergerak secara aktif karena lahannya yang tersedia secara luas dan budaya hidup sehat yang selalu berjalan kaki. Terlepas dari lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan motorik anak, usia anak juga berpengaruh pada perkembangan motoriknya. Usia anak yang berbeda akan menentukan tahap perkembangan berbeda pula pada tahap perkembangan motoriknya. Lingkungan luar ruangan tempat yang baik bagi anak untuk membangun semua keterampilan. Selain berbagai kegiatan stimulasi, hal lain yang mempengaruhi perkembangan motorik anak adalah gizi anak. Banyak penelitian yang menerangkan tentang pengaruh gizi terhadap kecerdasan serta perkembangan motorik kasar. Akibatnya, anak dalam melakukan kegiatan eksplorasi lingkungan fisik di sekitarnya hanya mampu sebentar saja dibandingkan dengan anak yang gizinya baik, yang mampu melakukannya dalam waktu yang lebih lama. Penelitian lain menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata perkembangan anak-anak di daerah pedesaan dan daerah perkotaan pada usia 6 tahun dan 8 tahun di mana pada usia 7 tahun disimpulkan bahwa anak-anak memiliki perbedaan yang signifikan antara skor anak di daerah pedesaan dan perkotaan. Tetapi penelitian ini juga mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan dengan variabel yang dipilih seperti demografis gender, jenis keluarga, pendidikan ibu, pendapatan keluarga bulanan dan diet. Pada anak laki-laki, keterampilan motorik kasar (berjalan, melompat, keseimbangan) cenderung berkembang sedikit lebih cepat. Sedangkan pada anak perempuan, keterampilan motorik halusnya (memegang pensil, menulis) yang meningkatkan pertama kali. Hal ini bisa menguntungkan posisi anak perempuan di sekolah dasar. Anak laki-laki juga lebih agresif dan impulsif secara fisik,



seperti diungkapkan oleh studi yang menganalis otak anak. Pusat kesenangan otak benar-benar lebih "menyala" pada anak laki-laki ketika mereka dihadapkan pada tantangan. Itu bukan berarti anak perempuan tidak aktif dan berani mengambil risiko, hanya saja dalam hal ini anak laki-laki lebih memainkan perannya. Berbeda dengan anak autis, motorik kasar pada anak autisme adalah tidak berfungsinya otak secara baik dan adanya kelumpuhan pada otak sehingga bisa menyebabkan kelemahan pada motorik kasarnya. Autisme adalah bukan suatu gejala penyakit tetapi berupa sindrom (kumpulan gejala) di mana pada anak usia 1-3 tahun pertama terjadi penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan berbahasa, interaksi sosial, akibatnya anak terisolasi dari kontak manusia sehingga anak autisme seperti hidup dalam dunianya sendiri yang cenderung di ekspresikan dalam minat dan perilaku yang terpaku dan cenderung di ulang-ulang. Masalah umum pada anak autisme yang mengalami gangguan motorik kasar adalah kurang energi dan kekuatan otot, kurang kontrol keseimbangan, kaku untuk mengantisipasi gangguan atau halangan, kurang kontrol kecepatan dan kekuatan, kesulitan mengatur gerakan seluruh tubuh dengan motorik kasar.     Beberapa implementasi tentang peningkatan perkembangan motorik anak pada anak usia dini ridak terlepas dari peran pendidik didalamnya. Guru diharapkan dapat memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk bergerak. Permainan dirancang sedemikian rupa sehingga anak-anak leluasa bergerak dan memiliki peluang untuk mengaktualisasikan dirinya secara bebas. Pembelajaran dapat dilakukan diluar ruangan seperti kegiatan gerak irama. Rangsangan yang diberikan oleh guru terhadap anak-anak dapat membantu perkembangan dan tumbuh kembang anak.     



DAFTAR PUSTAKA Katia Castetbon and Tatiana Andreyeva, 2012. Obesity And Motor Skills Among 4 To 6-Year-Old Children In The United States: Nationally representative Surveys. International Journal of Education and Research Vol. 2 No. 4 April 2014 Patricia K Kitsao-Wekulo, Penny A HoldinG, Hudson Gerry Taylor, Jane D Kvalsvig and Kevin J Connolly. 2013 Determinants of variability in motor performance in middle childhood: a cross-sectional study of balance and motor co-ordination skills. International Journal of Education and Research Published: 17 Desember 2013 Colby Chlebowski, James A. Green Marianne L. Barton, Deborah Fein. 2010. Using the Childhood Autism Rating Scale to Diagnose Autism Spectrum Disorders International Journal of Education and Research Published: 7 Januari 2010 Petra Jansen & Claudia Quaiser-Pohl & Sarah Neuburger & Vera Ruthsatz. 2010. Factors Influencing Mental-Rotation with Action-based GenderStereotyped Objects—The Role of Fine Motor Skills International Journal of Education and Research Published: 7 Januari 2010 Leah E. Robinson , E. Kipling Webster, S. Wood Logan, W. Amarie Lucas, Laura T. Barber. 2011. Teaching Practices that Promote Motor Skills in Early Childhood Settings. International Journal of Education and Research Published: 1Desember 2011 Sunaina Sharma1, Gagandeep Kaur.2013. Gross Motor Developmental Milestones of Children. International Journal of Science and Research (IJSR)