Essay Perilaku Bullying Dalam Dunia Pendidikan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BULLYING DALAM PENDIDIKAN Pendidikan formal (Sekolah) merupakan agen sosialisasi setelah keluarga, dimana seorang anak mulai mempelajari nilai-nilai baru yang tidak diperolehnya dalam keluarga. Sekolah merupakan sarana untuk mempersiapkan seorang anak untuk menghadapi peranannya dalam masyarakat. Robert Dreeben (1968) berpendapat bahwa yang dipelajari anak di sekolah, selain membaca, menulis dan berhitung, adalah aturan-aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme (universlism),



dan



spesifisitas. Pada sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pendidikan awal seperti Taman KanakKanak, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama, peranan guru sangat besar bahkan dominan. Pada taraf pendidikan formal tersebut, guru mempunyai peranan yang cenderung mutlak di dalam membentuk dan mengubah pola perilaku anak didik. Keadaan berubah setelah anak ( yang sudah menjadi remaja) memasuki Sekolah Menengah Atas. Peran guru dalam membentuk dan mengubah perilaku anak didik dibatasi dengan peran anak didik itu sendiri dalam membentuk dan mengubah perilakunya. Sudah tentu bahwa guru masih tetap berperan di dalam hal membimbing anak didiknya agar mempunyai motivasi yang besar untuk menyelesaikan studinya dengan baik dan benar. Setidaknya itulah yang menjadi peranan yang sangat diharapkan dari guru di tingkat Sekolah Menengah Atas. Para siswa yang terdiri dari para remaja sudah mulai mempunyai sikap tertentu, kepribadiannya mulai terbentuk dan menuju kemandirian. Oleh karena itu, para remaja mulai mengkritik keadaan sekolah yang kadang-kadang tidak memuaskan baginya. pada tingkat pendidikan ini, ketertarikan dan komitmen serta ikatan terhadap teman sebaya menjadi sangat kuat. Hal ini karena remaja merasa bahwa orang dewasa tidak dapat memahami mereka, sehingga hanya dengan seusianya ada kedekatan fisik ataupun psikis. Mereka terkadang bergurau melampaui batas kewajaran sehingga tidak disadari membuat orang lain sekitarnya menderita, dan apabila diperingatkan biasanya tidak mau menerima dan bahkan berbuat lebih jauh lagi. Hal yang demikian itu membuat remaja bangga dengan perbuatan yang dianggap tidak wajar. Masalah yang dipaparkan di atas merupakan tindakan bullying. Tindakan bullying sebenarnya bisa terjadi dimana saja, baik di sekolah,di rumah, maupun dilingkungan sekitar. Namun kali ini saya akan membahas tentang perilaku bullying di dunia pendidikan atau di sekolah, karena kebanyakan masalah bullying terjadi dilingkungan pendidikan atau sekolah. Siswa siswi sekolah sangat rentan mengalami bullying karena disekolah mereka akan



berkumpul dengan berbagai golongan teman yang dari keadaan ekonomi rendah dan ekonomi yang tinggi selain itu mereka juga akan sangat rentan mengalami perilaku bullying karena keadaan fisik mereka. Akhir-akhir ini berita mengenai bullying pada anak kembali marak. Lebih mirisnya lagi, salah satu pemberitaan menyebutkan bahwa bullying dilakukan oleh sekelompok siswi berpakaian seragam pada temannya. Begitu pula berita lain tak kalah menyedihkan; tampak salah satu mahasiswa di-'kerjain' oleh teman-teman satu kampus. Mahasiswa tersebut rupanya telah lama mendapakan perlakuan kasar dari temannya, namun ia tak melapor. Akibatnya, rekan-rekan tidak berhenti melakukan bullying hingga akhirnya kita semua mengetahui aksi bullying dari rekaman video yang tersebar viral di dunia maya. Bullying merupakan perilaku yang disengaja dan dilakukan berulang kali dengan menggunakan fisik maupun psikologis untuk mengancam, menyerang seseorang, atau memerangi suatu kelompok yang dapat mengakibatkan luka, kematian, kerugian psikologis, hambatan perkembangan dan lain sebagainya. Tindakan bullying tidak hanya dapat berupa kekerasan fisik, psikologis dan juga dapat secara verbal. Bullying secara kekerasan fisik dapat berupa menendang, memukul, serta merusak hal-hal yang dimiliki korban. Bullying secara psikologis berupa intimidasi, penhancuran citra, serta ancaman. Sedangkan bullying secara verbal berupa kata-kata atau ucapan dalam bentuk panggilan nama, penggangguan, komentar seksual yang sangat tidak pantas yang keluar dari mulut pelaku bullying. Sebagian besar anak-anak dalam usia sekolah paling rentan menjadi korban bullying, bahkan sebagian besar mereka membolos hampir setiap hari karena merasa trauma akan tindakan bullying yang berupa kekerasan fisik maupun secara verbal. Bullying pada dasarnya tak ubahnya seperti hukum rimba dimana seseorang atau kelompok yang lebih kuat secara bebas menindas seseorang atau kelompok yang lemah. Selain itu, karakteristik anak-anak sekolah yang cenderung masih labil.Tindakan bullying ini biasanya dilakukan sekali, berkali-kali, bahkan sering sehingga menjadi suatu kebiasaan yang sangat merugikan orang lain. Kebiasaan bullying ini tentunya dapat menghancurkan masa kecil bahkan masa depan seseorang. Sebagian besar korban bullying mengalami kemunduran rasa percaya diri, mengurangi motivasi belajar dan prestasi, traumatik, depresi, dan lebih parahnya beberapa diantara korban bullying mengakhiri hidupnya sendiri karena tekanan yang didapat.



Salah satu penyebab anak mendapat perlakuan bullying adalah tidak ditanamkannya sikap untuk "membela diri" atau melakukan perlawanan jika mendapat kejadian tidak menyenangkan. Di beberapa negara di dunia, menurut beberapa penelitian terdapat sekitar 8 hingga 38 persen anak usia 8 hingga 16 tahun menjadi korban bullying. Sementara itu, juga ditemukan sekitar 30% siswa di sekolah terlibat dalam tindakan bullying, baik sebagai korban, pelaku, maupun keduanya. Mirisnya, Indonesia merupakan salah satu negara dimana didalamnya terdapat aksi bullying dengan angka tertinggi di dunia. Sekitar 45% anak-anak mengalami serangan fisik di sekolah dan 50% anak melaporkan mengalami intimidasi. Di Indonesia sendiri pada tahun 2006 remaja berusia sekitar lima belas tahun ditemukan tidak bernyawa dengan cara menggantung diri dirumahnya setelah mengalami penindasan di sekolah. Gadis itu bunuh diri setelah diolok oleh teman sekolahnya karena tidak naik kelas di SMP. Akhir-akhir ini juga ditemukan seorang remaja usia 14 tahun melakukan aksi bunuh diri dengan menggantung diri di ambang jendela rumahnya dengan satu kaki di atas langkan, dia benar-benar tertekan karena intimidasi oleh teman sekolah yang selalu memanggilnya 'gadis gemuk'. Bahkan, tahun lalu Komisi Perlindungan Anak Nasional Indonesia menerima 2339 laporan kekerasan secara fisik, psikologi, dan seksual yang menimpa anak-anak, dimana sekitar 300 kasus tersebut merupakan kasus bullying. Fakta-fakta tersebut menunjukkan bahwa selama beberapa tahun perilaku bullying yang rentan membuat korbannya kehilangan nyawa seakan tidak mengalami penurunan yang signifikan. Berdasarkan hal ini, diperlukan berbagai upaya untuk mencegah dan mengatasi tindakan bullying dikalangan anak-anak sekolah guna menghindari kejadian-kejadian yang tidak diinginkan. Satu per tiga penduduk dunia merupakan anak-anak yang menjadi penentu masa depan. Penanganan perilaku bullying harus secara jeli dibedakan dengan tindakan atau perilaku kriminal. Berdasarkan hal tersebut diusulkan service proposed solution “Service for Peace” sebagai upaya untuk mengatasi bullying. Sebagai upaya antisipasi terhadap perilaku bullying tersebut dapat ditangani dengan pencegahan,penanggulangan, dan diubah menjadi perilaku positif oleh orang tua, pihak sekolah serta masyarakat sekitar. Peran serta dari semua pihak sangat dibutuhkan untuk mengatasi perilaku bullying. Keluarga menjadi lingkungan paling dasar untuk mengatasi bullying. Dalam kehidupan keluarga, sejatinya anak-anak secara bebas menceritakan berbagai perasaan dan pengalamannya sehingga dalam hal ini keluarga bertindak sebagai evaluator pola interaksi anak-anak sehingga tepat dalam pergaulan masyarakat.



Orangtua memegang peranan penting dalam proses perkembangan anak. Pada dasarnya tidak ada satupun orang tua didunia ini yang anaknya menjadi korban dan pelaku bullying. Bullying terhadap anak harus secara cepat ditangani sebelum anak mengalami trauma psikologis yang dalam. Orangtua sebaiknya memahami dan menawarkan bantuan kepada anak apabila anak mulai bersikap diam dan lebih memilih membolos sekolah secara terusmenerus. Anak-anak mungkin bersikap tertutup akan pengalamannya sehingga para orang tua diharuskan bersabar dalam upaya mengorek cerita si anak. Selanjutnya yaitu memberikan pengertian pada anak korban bullying bukanlah kesalahannya, dalam hal ini orang tua harus memupuk rasa percaya diri anak sehingga tidak merasa rendah diri dan mudah ditindas oleh orang lain. Para orang tua disarankan untuk saling berkomunikasi dengan orang tua siswa lain, komunikasi secara intensif sangat diperlukan dengan pihak sekolah, organisasi masyarakat, korban serta pelaku bullying itu sendiri. Dengan pendekatan secara perlahan dan mendalam maka anak akan semakin terbuka mengungkapkan setiap apa yang ia alami dan hadapi selama ini. Masalah bullying tidak hanya merupakan tanggung jawab orang tua saja, namun semua pihak sekolah (guru dan konselor) harus saling bekerjasama dalam mengatasi bullying di sekolah. Para guru dan juga tidak boleh menganggap remeh mengenai tingkah laku anakanak.Perlu adanya bimbingan serta konseling pada setiap siswa, guru beserta pembimbing konseling diharapkan dapat membuat program-program efektif yang ditujukan memberantas bullying. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menanamkan pendidikan tanpa kekerasan di sekolah, para guru dan pembimbing konseling diharapkan juga menjalin komunikasi secara efektif dengan para siswa, menempatkan siswa sebagai subyek pembelajaran, guru memberikan kebebasan kepada setiap siswa untuk berkreasi dan selalu menghargai kelebihan serta kemampuan siswa. Para orang tua maupun guru hendaknya mendorong anak-anak untuk mengembangkan bakat dan minatnya sehingga anak-anak menjadi lebih fokus untuk mendapatkan prestasi mereka masing-masing dibandingkan menindas orang lain. Dimana selama ini para guru kurang memperhatikan interaksi murid-muridnya. Dalam hal ini sangat penting bahwa setiap guru harus mempunyai keterampilan mencegah dan mengatasi bullying serta melakukan komunikasi secara intens kepada para orang tua mengenai perkembangan setiap anak. Selanjutnya, secara teratur sekolah



seharusnya mempunyai jadwal untuk mengadakan forum dialog atau pengaduan antara siswa dan sekolah serta orangtua dan sekolah. Sekolah juga harus menerapkan sanksi yang sangat tegas terkait tindakan bullying sehingga setiap siswa akan lebih berpikir dua kali apabila akan melakukan tindakan bullying. Akan tetapi, jika permasalahan bullyng yang terjadi disekolah tidak kunjung selesai atau tidak dapat diatasi lagi oleh pihak sekolah, maka pihak sekolah dapat melaporkan kasus bullying ini kepada pihak berwajib. Pendidikan parenting untuk para orang tua dan guru sangat diperlukan memahami karakteristik setiap anak, bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan anak sebagai antisipasi perilaku bullying terhadap anak. Disamping itu, anak-anak juga harus diajarkan untuk melindungi dirinya sendiri sehingga mereka tidak hanya berdiam diri apabila menjadi korban bullying. Hal ini sangat berguna untuk melindungi diri mereka dalam segala situasi yang mengancam dan juga harus diajarkan untuk melaporkan tindakan kekerasan yang ia alami. Kita juga dapat mencegah tindakan bullying terhadap anak-anak dengan melakukan sosialisasi serta kampanye kepada masyarakat luas bahkan dunia akan pentingnya aksi anti bullying bagi masa depan anak-anak secara langsung maupun melalui berbagai media, seperti media cetak dan media elektronik. Namun, aksi sosialisasi dan kampanye anti bullying tidak dapat dilakukan dengan sekali kampanye saja. Tetapi harus disertai dengan upaya keberlanjutan antara pihak terkait bullying dan juga para orang tua untuk mengalahkan bullying. Kampanye ini digelar dengan menekankan atau memfokuskan pada solusi apa untuk mengatasi bullying serta menghentikan tindakan bullying itu sendiri. Adanya kampanye dimaksudkan untuk mengajak anak saling menghargai sesama, saling bekerja sama, bertanggung jawab, berempati tinggi, dan selalu bertoleransi akan perbedaan-perbedaan. Untuk mengetahui keberhasilan dalam menangani serta menghentikan perilaku bullying yang ada, kita dapat melakukan survei di sekolah-sekolah dengan bantuan pihak sekolah sendiri serta volunteer-volunteer program anti bullying di setiap daerah. Masa kecil anak adalah landasan kuat bagi perkembangan anak kedepannya. Anak merupakan masa depan bangsa yang berhak untuk belajar secara nyaman dan menggapai kesuksesan.



SUMBER REFEERENSI: S.W.Septiarti dkk.2017.Sosiologi dan Antropologi Pendidikan.Yogyakarta:UNY Press https://www.kompasiana.com/steven13/5900bc56e422bd0f6b155067/perilaku-bullying-ditengah-generasi-millennial-indonesia?page=all diakses pada tanggal 3 April 2019. https://news.detik.com/kolom/d-3572837/stop-bullying-pendidikan-karakter-dan-sekolahgratis diakses pada tanggal 3 April 2019. http://muhamadmarwans.blogspot.com/2011/08/perilaku-school-bullying-masalah.html diakses pada tanggal 3 April 2019.