F2.3 - LAPSEM Kapsul Asam Mefenamat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN SEMENTARA TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN PADAT KAPSUL ASAM MEFENAMAT



Disusun oleh Kelompok F2.3 1. Tanty Paulina (2020212139) 2. Desty Herawati (2020212140) 3. Novyta Ayu Adellia Putri (2020212141) 4. Adita Kurniawati (2020212142) 5. Anisa Retno Utami (2020212143) 6. Catur Wibowo (2020212144) 7. Meida Asri Ati (2020212145) 8. Novita Wicahyaningtyas (2020212146) 9. Ririn Apriani Gustiar (2020212147) 10. Yustina (2020212202) 11. Amelia Said (2020212209) 12. Ida ayu Agara (2020212210)



FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PANCASILA JAKARTA 2021



I. JUDUL PERCOBAAN Kapsul Asam Mefenamat II. PENDAHULUAN Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat, dimana satu macam obat atau lebih dan/atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai (Anonim, 1995). Gelatin dipilih sebagai bahan pembuatan cangkang kapsul karena sifatnya yang stabil ketika berada di luar tubuh namun dapat mudah larut di dalam tubuh. Gelatin merupakan hasil olahan dari kolagen, sejenis protein, yang umum terdapat dalam tulang, kulit, atau jaringan pengikat binatang. Pada umumnya gelatin dibuat dari tulang sapi atau dari kulit babi. Gelatin type A biasa terbuat dari kulit babi sedangkan gelatin type B biasa terbuat dari tulang sapi (Anonim, 2008). Keuntungan pemberian bentuk sediaan kapsul: 1. Bentuknya menarik dan praktis. 2. Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang berasa dan berbau tidak enak. 3. Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam perut sehingga obat cepat diabsorpsi. 4.



Dokter dapat mengombinasikan beberapa macam obat dan dosis yang berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien.



5. Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memerlukan bahan zat tambahan atau penolong seperti pada pembuatan pil maupun tablet. (Syamsuni, 2006) Selain mempunyai kelebihan- kelebihan seperti keindahan, kemudahan pemakaian dan kemudahan dibawa, kapsul telah menjadi bentuk takaran obat yang popular karena memberikan penyalutan obat yang halus, dan licin. Kapsul secara ekonomis diproduksi dalam jumlah besar dengan aneka warna, dan biasanya memudahkan penyiapan obat didalamnya, karena hanya sedikit bahan pengisi dan tekanan yang diperlukan untuk pemampatan bahan, seperti pada tablet (Lachman, dkk., 1994). Kapsul juga melindungi pasien dari obat yang terlalu asam. Itu karena kapsul baru akan hancur di usus dan bukan lambung. Pasien dengan gangguan lambung akan aman (Anonim 2009).



1



Sementara untuk kerugian bentuk sediaan kapsul antara lain: 1. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang mudah menguap. 2. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang higroskopis 3. Tidak dapat digunakan untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul. 4. Tidak dapat diberikan untuk balita. 5. Tidak bisa dibagi-bagi. (Syamsuni, 2006) Sediaan kapsul ada berbagai macam, diantaranya: a.



Capsulae Gelatinosae Operculatae (kapsul keras) Kapsul keras terdiri dari cangkang dan tutup. Cangkang kapsul keras terbuat dari gelatin, gula, dan air, dan merupakan cangkang kapsul yang bening tak berwarna dan tak terasa. Kapsul harus disimpan di wadah yang berisi zat pengering. Biasanya cangkang ini diisi dengan bahan padat atau serbuk, butiran atau granul. Ukuran kapsul mulai dari yang besar sampai yang kecil yaitu 000, 00, 1, 2, 3, 4, 5. Pemilihan ukuran tergantung pada banyaknya bahan yang diisikan dibandingkan kapasitas isi dari cangkang kapsul. Sehingga untuk menentukannya, mula-mula ditetapkan ukuran rata- rata dari kapsul yang dapat menampung obat, dan kemudian dilakukan percobaan untuk kemudian diambil kesimpulan (Anonim 2008).



b.



Soft Capsule (kapsul lunak) Merupakan kapsul yang tertutup dan berisi obat yang pembuatan dan pengisian obatnya dilakukan dengan alat khusus. Cangkang kapsul lunak dibuat dari gelatin ditambah gliserin atau alcohol polihidris, seperti sorbitol untuk melunakkan gelatinnya. Kapsul lunak diperlukan untuk wadah obat cair atau cairan obat seperti minyak levertran. Kapsul gelatin lunak dibuat dari gelatin dimana gliserin atau alkohol polivalen dan sorbitol ditambahkan supaya gelatin bersifat elastis seperti plastik. Kapsul-kapsul ini mungkin bentuknya membujur seperti elips atau seperti bola dapat digunakan untuk diisi cairan, suspensi, bahan berbentuk pasta atau serbuk kering (Ansel, 1989).



c.



Capsule Amylaceae (sekarang sudah tidak digunakan lagi) Menurut Iman (2010), daya tahan obat ini kurang begitu baik lantaran lapisannya



terbuat dari gelatin. Gelatin sangat mudah menarik air hingga menjadi basah. Obat jadi mudah terkontaminasi jamur dan bakteri. Tak heran, daya tahan kapsul hanya beberapa minggu atau bulan. Kondisi ini umumnya disiasati produsen obat dengan mengemas kapsul dalam plastik hingga bisa disimpan bertahun-tahun. Masa kadaluwarsa kapsul bisa dilihat dari beberapa hal, misalnya, dengan pengamatan secara fisik. Kapsul yang 2



kadaluwarsa umumnya mengalami perlengketan. Masing-masing kapsul berhimpitan satu sama lain. Bisa juga dengan cara melihat warna obat yang ada di dalam salah satu kapsul. Jika warnanya berubah bisa dipastikan kapsul itu berbahaya jika dikonsumsi. Gelatin mempunyai beberapa kekurangan, seperti mudah mengalami peruraian oleh mikroba bila menjadi lembab atau bila disimpan dalam larutan berair (Ansel, 2005). Faktor yang merusak sediaan kapsul yaitu: a.



Zat-zat yang mudah menyerap molekul air (higroskopis) Zat yang dicampur akan memilih titik lebur lebih rendah daripada titik lebur semula sehingga menyebabkan kapsul rusak/lembek. Contohnya kapsul yang mengandung asetosal dengan hexamine atau champor dengan menthol. Hal ini dapat dihambat dengan mencampur masing-masing dengan bahan inert lalu keduanya dicampur.



b.



Campuran eutetik



c.



Minyak menguap, kreosot, atau alkohol Di tempat lembab, cangkang menjadi lunak dan lengket serta sukar dibuka karena kapsul tersebut menghisap air dari udara yang lembab tersebut. Di tempat terlalu kering, kapsul akan kehilangan air sehingga menjadi rapuh dan mudah pecah.



d.



Penyimpanan yang salah Cara pembuatan kapsul menurut menurut Syamsuri (2006) yaitu:



a. Secara Manual (menggunakan tangan manusia) 1. Gunakan sarung tangan 2. Bagi serbuk sesuai jumlah kapsul 3. Masukkan ke dalam badan kapsul, lalu di tutup. b. Menggunakan Mesin 1. Buka kapsul 2. Badan kapsul di masukkan ke dalam lubang pada bagian obat yang tidak bergerak/ tetap 3. Taburkan serbuk yang akan di masukkan ke dalam kapsul 4. Ratakan dengan bantuan kertas film 5. Tutup kapsul Untuk memproduksi kapsul secara besar- besaran dan menjaga keseragaman kapsul, perlu digunakan alat otomatis mulai dari membuka, mengisi sampai menutup kapsul. Kapsul yang sudah dibuat harus dibersihkan. Cara membersihkan kapsul yaitu letakkan kapsul di atas sepotong kain (linen, wol) kemudian di gosok-gosokan sampai bersih. (Anonim ,1995). 3



Kapsul Asam Mefenamat mengandung asam mefenamat, C15H15NO2, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Untuk identifikasi asam mefenamat dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Lakukan penetapan seperti tertera pada Identifikasi secara Kromatografi Lapis Tipis. Masukkan isi kapsul setara dengan lebih kurang 250 mg asam mefenamat ke dalam labu tentukur 250-ml, tambahkan lebih kurang 100 ml campuran kloroform Pmetanol P (3:1), kocok kuat-kuat. Encerkan dengan campuran yang sama sampai tanda, kocok dan saring. Fase gerak campuran kloroform P-etilasetat P-asam asetat glasial P (75:25:1) dan dengan teknik penampak bercak nomor 17 seperti tertera pada Cemaran Umum. 2. Waktu retensi puncak utama Larutan uji pada Penetapan kadar sesuai dengan Larutan baku. (Anonim, 2014). Asam mefenamat, turunan asam antranilat, adalah NSAID, meskipun ikatan antiinflamasinya dianggap kecil. Digunakan untuk nyeri ringan sampai sedang termasuk sakit kepala, sakit gigi, nyeri pasca operasi dan postpartum, dan dismenorea, pada gangguan muskuloskeletal dan sendi seperti osteoarthritis dan rheumatoid arthritis, dan menoragia. Di Inggris, dosis oral yang biasa adalah 500 mg tiga kali sehari-hari. Informasi produk berlisensi AS merekomendasikan dosis awal 500 mg diikuti oleh 250 mg setiap 6 jam sesuai kebutuhan. Selain itu, di AS, ketika asam mefenamat digunakan dalam pengobatan ringan sampai nyeri sedang pada orang dewasa dan remaja berusia 14 tahun dan lebih, juga disarankan agar tidak diberikan selama lebih dari 7 hari pada suatu waktu. (Martindale 36th ed, page 80). III. DATA PREFORMULASI 1. PREFORMULASI PREFORMULASI A. Zat Aktif Asam Mefenamat/ Asam N-2,3-xililantranilat [61-68-7]



Rumus bangun Asam Mefenamat/ Asam N-2,3-xililantranilat [6168-7] a) Sifat Fisika Kimia 4







Pemerian: Serbuk hablur, putih atau hampir putih melebur pada suhu lebih kurang 230˚disertai peruraian (FI V hal. 150)







Kelarutan: Larut dalam larutan alkali hidroksida, sukar larut dalam etanol dan praktis tidak larut dalam air (FI IV hal.150)







Bobot Molekul: 241,29 (FI IV hal.150)







Rumus Molekul: C15H15NO2 (FI IV hal. 150)







pH: 4-7, pH stabilitas 7,1







Titik didih: 398,8 0C







Titik leleh: 230-231 0C







Stabilitas: Mudah terurai dengan cahaya, terhadap udara, higroskopis dan mudah terurai dengan adanya udara. Tahan panas sampai 40 0C







OTT: Antikoagulan komarin, hidantuins, sulfonamid, salisilat







Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup, tidak tembus cahaya (FI V hal. 150)



b) Khasiat: Anti inflamasi, analgesik, antipiretik. (DI hal. 1026) c) Dosis: 500mg (DI 88 hal 1025-1029) Dewasa: 250mg 2 x sehari Dosis pemeliharaan : 250mg 4 kali sehari



PREFORMULASI B. Bahan 1. Gelatin Tambah an



Gelatin, Golfoam, Puragol, Lom HOPE 5th hal 295-298 a)



Sifat Fisika Kimia  Pemerian: Lembaran dan granul tembus cahaya atau serbuk; seperti kaca; rapuh; warna gading muda sampai kuning pucat; tidak berbau; tidak berasa 5



 Kelarutan: Praktis tidak larut dalam aseton, kloroform, etanol 95%, eter dan metanol; Larut dalam gliserin, asam dan basa, meskipun



asam



dan



basa



kuat



dapat



menyebabkan



pengendapan. Dalam air, gelatin mengembang dan melunak. Larut dalam air panas membentuk gel setelah didinginkan mencapai suhu 35-40 oC. Pada suhu >40 oC berbentuk sol. system gel-sol ini bersifat heat reversible.  Bobot Molekul: 45 kDa dan di atas 100 kDa  Rumus Molekul: C102H151N31  pH: tipe A 7-9, tipe B 4,7-5,2  Stabilitas: Stabil di udara  OTT: Agar-agar yang bermuatan negatif dengan gelatin yang bermuatan positif akan menggumpal, juga dengan Gummi arabicum dan Tragacanth.  Wadah dan Penyimpanan: wadah tertutup baik di tempat yang kering b) Khasiat: Pengikat c)



Konsentrasi: 20% (HOPE hal. 278)



2. Laktosa



a)



Sifat Fisika Kimia  Pemerian: Serbuk/masa halus, keras, putih/putih krem, tidak berbau, rasa sedikit manis, stabil di udara tapi mudah 6



menyerap bau.  Kelarutan: Mudah larut dalam air, lebih mudah larut dalam air mendidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform dan eter.  Bobot Molekul: 342,30  Rumus Molekul: C12H22O11  pH: 4,5-6,0  Stabilitas: Stabilitas dalam kondisi lembab pertumbuhan jamur dapat terjadi, laktosa berubah warna menjadi coklat selama penyimpanan  Inkompatibilitas: laktosa dapat berubah warna menjadi cokelat jika bereaksi dengan gugus amin-n-primer (asam amino, aminofilin)  OTT: asam amino, amfetamin, lisinopril  Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, sejuk, kering b) Kegunaan: Pengisi c)



Konsentrasi: 65-85%



3. Amylum



(HOPE 5th, hal. 725-730) a) Sifat Fisika Kimia  Pemerian: Serbuk putih, tidak berwarna, tidak berbau, serbuk sangat halus. (FI IV hal. 108)  Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air dalam air dingin dan 7



etanol. (FI IV hal. 108)  Bobot Molekul: 50.000-160.000 (FI IV hal 108)  Rumus Molekul: (C6H10O5)n (FI IV hal 108)  pH: 5,5 – 6,5 (FI IV hal 108)  Stabilitas: Kering stabil bila dilindungi dari kelembap yang tinggi jika digunakan sebagai penghancur, dapat menjadi dibawah kondisi penyimpanan normal.  OTT: Oksidator kuat  Wadah dan Penyimpanan: dalam wadah tertutup rapat b) Kegunaan: Penghancur c)



Konsentrasi: Pengisi tablet; penghancur tablet (3-15% b/b); pengikat tablet (5-25% b/b); glidan.



2. FARMAKOLOGI a. Farmakokinetik Asam mefenamat diabsorbsi dengan cepat dari saluran gastrointestinal apabila diberikan secara oral. Kadar plasma puncak dapat dicapai 1 sampai 2 jam setelah pemberian 2 x 250 mg kapsul asam mefenamat; Cmax dari asam mefenamat bebas adalah sebesar3.5μg/mL dan T 1/2 dalam plasma sekitar 3 sampai 4 jam. Pemberian dosis tunggal secara oral sebesar 1000 mg memberikan kadar plasma puncak sebesar 10 μg/mL selama 2 sampai 4 jam dengan T 1/2 dalam plasma sekitar 2 jam. Pemberian dosis ganda memberikan kadar plasma puncak yang proporsional tanpa adanya bukti akumulasi dari obat. Pemberian berulang asam mefenamat (kapsul 250 mg) menghasilkan kadar plasma puncak sebesar 3.7 sampai 6.7μg/mL dalam 1 sampai 2.5 jam setelah pemberian masing-masing dosis. Asam mefenamat memiliki dua produk metabolit, yaitu hidroksimetil danturunan suatu karboksi, keduanya dapat diidentifikasi dalam plasma dan urin. Asam mefenamat dan metabolitnya berkonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian besar diekskresikan lewat urin, tetapi ada juga sebagian kecil yang melalui feces. Pada pemberian dosis tunggal, 67% dari total dosis diekskresikan melalui urin sebagai obat yang tidak mengalami perubahan atau sebagai 1 dari 2 metabolitnya, 20-25% dosis diekskresikan melalui feces pada 3 hari pertama. (Martindale 36 th ed, page 80) 8



b. Farmakodinamik Asam mefenamat, turunan asam anthranil, merupakan NSAID prototipikal yang secara reversibel menghambat enzim siklooksigenase-1 dan siklooksigenase-2 (COX-1 dan COX-2), sehingga menghasilkan sintesis prekursor prostaglandin yang berkurang. Asam mefenamat memiliki sifat analgesik dan antipiretik dengan aktivitas antiinflamasi ringan (Lacy dkk, 2009). c. Indikasi Nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot, dan nyeri pasca operasi. d. Interaksi Jika dikonsumsi bersamaan dengan obat-obatan lain, asam mefenamat bisa menimbulkan reaksi yang berbahaya atau mengurangi efek obat tersebut. Berikut adalah obat-obatan yang sebaiknya dihindari saat menggunakan asam mefenamat: a)



Obat untuk darah tinggi, seperti ACE inhibitor, obat golongan angiotensin receptor blockers (ARB), diuretik, dan penghambat beta.



b)



Obat lithium yang biasa digunakan untuk menangani gangguan bipolar.



c)



Obat antirematik, seperti methotrexate.



d)



Obat antasida yang mengandung magnesium hidroksida.



e)



Obat pengencer darah warfarin



f)



Obat-obatan antidepresan golongan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI).



g)



Digoxin, untuk menangani gagal jantung.



e. Kontra indikasi Pengobatan nyeri peri operatif pada operasi CABG, peradangan usus besar. f. Efek samping Gangguan sistem darah dan limpatik berupa agranulositosis, anemia aplastika, anemia hemolitika autoimun, hipoplasia sumsum tulang, penurunan hematokrit, eosinofilia,



leukopenia,



pansitopenia,



dan



purpura



trombositopenia.



Dapat terjadi reaksi anafilaksis. Pada sistem syaraf dapat mengakibatkan meningitis aseptik, pandangan kabur; konvulsi, mengantuk, diare, ruam kulit (hentikan pengobatan), kejang pada overdosis. IV. FORMULA 1. Rancangan Formula 9



Zat aktif



: Asam mefenamat 250 mg



Penghancur



: Amylum 10%



Pengikat



: Gelatin 2%



Pengisi



: Laktosa q.s



2. Alasan Pemilihan Bahan a. Asam Mefenamat Kelarutan aasam mefenamat dalam air sangat kecil, pada pH 7,1 temperatur 25°C adalah 0,00041% dan pada temperatur 37°C adalah 0,008%. Puncak kadar obat dalam darah dicapai 2 jam setelah pemberian, dengan waktu paruh 2-4 jam. Data tersebut menunjukkan bahwa kelarutan asam mefenamat yang kecil dalam air sebanding absorbsinya berlangsung lambat dan akibatnya efek yang ditimbulkan akan lambat. Selain itu karena asam mefenamat mudah terurai dengan cahaya, terhadap udara, higroskopis dan mudah terurai dengan adanya udara sehingga penggunaan cangkang kapsul dapat menghindarkan asam mefenamat dari kerusakan. (Garnadi, J. 2019) b. Amylum Penggunaan



amylum



sebagai



bahan



penghancur



memiliki



keunggulan



dibandingkan bahan lainnya karena mudah didapat, harganya yang relatif murah, inert. c. Gelatin Gelatin merupakan protein alam yang diperoleh dari bahan kolagen, dan lebih mudah dipersiapakan dalam bentuk larutan. Pemilihan gelatin dikarenakan gelatin merupakan merupakan pengikat yang baik dan dapat digunakan untuk senyawa yang sulit diikat. d. Laktosa Alasan digunakan laktosa dalam pembuatan kapsul adalah sifatnya yang baik sebagai pengisi sediaan kapsul dan juga bersifat mudah mengalir sehingga dapat memperbaiki waktu alir granul. V. PERHITUNGAN BAHAN Dibuat 200 buah kapsul @600 mg -> total 100 g bobot seluruhnya: 200 kapsul x 600 mg = 120.000 mg = 120 g komponen granulat 100/100 x 120g = 120g 10



a.



Asam Mefenamat



= 300 mg x 200 = 60 g



b.



Amylum



= 10 % x 120 g = 12 g



c.



Gelatin



= 2 % x 120 g = 2.4 g



d.



Laktosa



= 120 g – (60+ 12+ 2.4) = 45.6 g



Gelatin 2 %



= dilarutkan 2.4 g gelatin dalam 100 ml air







Kapsul yang diperoleh = (Bobot 0% H2O / bobot total) x rencana kapsul







Granul yang mengisi cangkang kapsul = BJ x Vol. cangkang (nomor 0)







Bobot 1 kapsul = Bobot 0% H2O/ kapsul yang diperoleh







Dosis zat aktif yang menempati cangkang :



Granul yang mengisi cangkang / bobot 1 kapsul x dosis zat aktif 



Aturan pakai= Dosis teoritis / dosis praktek x 1 kapsul



Nama Bahan Asam Mefenamat Amylum Gelatin Laktosa



Penimbangan Teoritis 60 g 12 g 2 .4g 45.6 g



VI. ALAT DAN BAHAN Alat Oven Ayakan nomor 12 dan 16 Kuas Gunting Kertas cokelat Double tip Cawan petri



Gelas ukur Kertas perkamen Plastik Ayakan Piknometer Set alat uji granul Set alat uji kapsul



Bahan Asam mefenamat Gelatin 11



Penimbangan Praktek



Laktosa Amylum



VII. CARA PEMBUATAN 1. Disiapkan alat dan bahan 2. Ditimbang bahan- bahan yang akan digunakan 3. Dimasukkan asam mefenamat, laktosa dan amylum yang telah digerus sebelumnya ke dalam baskom, diaduk hingga homogen. 4. Dibuat larutan gelatin dengan cara 2.4 g gelatin dilarutkan dengan 100mL air panas dalam



beackerglass



dengan



cara



ditaburkan.



Kemudian



ditunggu



hingga



mengembang, lalu diaduk hingga mengembang sempurna. 5. Diteteskan gelatin 2 % pada campuran serbuk sedikit demi sedikit hingga diperoleh massa kompak. 6. Diayak dengan pengayak nomor 12, lalu dioven selama 15 menit dengan suhu 40 ºC. Kemudian dilakukan uji evaluasi kadar lembab. 7. Setelah kering lalu diayak kembali dengan pengayak nomor 16. 8. Dilakukan evaluasi serbuk: uji BJ, sifat alir dan distribusi ukuran partikel. 9. Dimasukkan ke dalam kapsul, kemudian dilakukan uji evaluasi kapsul, meliputi keseragaman bobot dan waktu hancur. 10. Dimasukkan kapsul ke dalam botol, diberi etiket dan diserahkan. VIII. EVALUASI a. Evaluasi Granul a) Sifat Alir (Lachman hal. 612) 1. Secara Langsung Cara: timbang 25 granul, tempatkan pada corong alat uji waktu alir dalam keadaan tertutup. Buka penutupnya, biarkan granul mengalir catat waktunya gunakan stopwatch. Alat: Flow tester Syarat: Kecepatan Alir



Sifat Alir



>10g g/det 4-10 g/det



Free flowing Easy flowing 12



1,6 – 4 g/det ʆ = tan-1h/r Syarat: Sudut Diam (ʆ) 40



Sifat Alir Sangat Baik Baik Cukup Baik Buruk



b) Kadar Lembab Cara: timbang seksama 5,0 g granul, panaskan dalam oven ad bobot konstan (suhu 40-60 oC) Hitung % lembab = [(Wo - Wi)/ Wo] x 100% Keterangan: Wo: bobot granul awal Wi: bobot setelah pengeringan Syarat: -



3 – 5% (Voight hal. 172)



-



2 – 4 % (Hachman hal. 655)



c) Uji Distribusi Ukuran Partikel (Farmasi Fisik hal. 1037) Cara: Ditimbang 25 g granul, masukkan ke dalam satu seri ayakan standar, nyalakan mesin sehingga ayakan bergoyang secara mekanik. Serbuk tersebut digoyangkan selama waktu tertentu dan beban yang melalui satu ayak ditahan oleh ayakan berikutnya yang lebih halus. Dikumpulkan dan ditimbang. Rumus = % bobot



Dav Syarat: kurva berbentuk lonceng



13



d) Uji BJ (Lachman hal. 682) Cara: Granul dimasukkan kedalam gelas ukuran 25 ml. Catat volumenya dikeluarkan dari gelas ukur dan ditimbang. Alat: Piknometer Rumus: bobot granul (g) / Volume (ml) b. Evaluasi Sediaan Kapsul (FI III hal. 7) a) Keseragaman Bobot Cara: Timbang bobot kapsul. Timbang lagi kapsul satu persatu, keluarkan isi semua kapsul timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Hitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul. Perbedaan dalam persen bobot isi kapsul terhadap bobot rata rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari yang ditentukan pada kolom A. Untuk setiap 2 kapsul yang tidak boleh lebih dari yang ditetapkan kolom B. Alat: Timbangan Analitik Rumus: % penyimpangan = {(x-x1)/x} x 100% Syarat: Bobot Rata-rata Isi Kapsul



Perbedaan Isi Bobot Kapsul dalam % A B



< 120 mg Lebih dari 120 mg



± 10 % ± 7.5 %



± 20 % ± 15 %



b) Uji Waktu Hancur (FI IV hal. 1086) Cara: Gunakan alat waktu hancur tanpa menggunakan cakram. Sebagai ganti cakram gunakan kasso ukuran 10 mesh, amati kapsul dalam batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing mono grasi. Semua kapsul harus hancur kecuali bagian dari cangkang kapsul. Bila 2 kapsul tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan kapsul lain. Alat: Desintegran Tester Syarat: Kecuali dinyatakan lain, waktu yang diperlukan untuk menghancurkan 6 kapsul tidak lebih dari 15 menit. IX. TAMBULASI DATA 14



a. Evaluasi Granul a) Sifat Alir h r h/r tan1 h/r b) Kadar Lembab Bobot granul awal (W0) Bobot granul kering (W1) c) Uji Distribusi Ukuran Partikel No. mesh 20 20/40 40/60 60/80 80/100 100/120 120 Total



d partikel



Bobot (g)



% Bobot



% Bobot x d



d) Uji BJ Bobot granul



=



Volume



=



BJ



= Bobot granul/ Volume



b. Evaluasi Sediaan Kapsul a) Keseragaman Bobot No



Berat Isi



%



Kapsul



Penyimpangan



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10



No 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20



15



Berat Isi Kapsul



% Penyimpangan



Berat total isi kapsul



=



Berat rata-rata isi kapsul



=



b) Uji Waktu Hancur No 1 2 3 4 5 6



Waktu Hancur (menit)



X. PEMBAHASAN 1. Sediaan Kapsul Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, bisa juga dari pati atau bahan lain yang sesuai. Beberapa keuntungan kapsul yaitu, dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obat mudah untuk ditelan, mudah dalam penyiapan karena hanya sedikit bahan tambahan dan tekanan yang dibutuhkan, dapat digunakan untuk menggabungkan beberapa jenis obat pada kebutuhan yang mendadak, bahan obat terlindung dari pengaruh luar seperti cahaya dan kelembaban. Selain kapsul memiliki keuntungan kapsul juga mempunyai beberapa kerigian seperti, tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap karena pori-pori kapsul tidak dapat menahan penguapan, tidak bisa untuk zat-zat yang higrokskopis (menyerap air), tidak bisa untuk zat-zat yang dapat bereaksi dengan cangkang kapsul, tidak bisa untuk balita, kapsul tidak cocok untuk bahan obat yang dapat mengembang peralatan pengisi kapsul, mempunyai kecepatan yang lebih lambat dibandingkan sedian lainnya. 2. Pemilihan Bahan-bahan Formula a. Asam Mefenamat Dari jenis sediaan obat yang ada, kapsul dan jenis-jenis modifikasinya merupakan sediaan yang paling popular. Bentuk sediaan kapsul terbukti sangat menguntungkan, karena dapat dibuat dengan mesin dan harganya relatif murah, takarannya tepat, dikemas secara baik, praktis transportasi dan penyimpanannya 16



serta mudah ditelan (Voigt, 1995). Asam mefenamat merupakan obat analgesik, anti inflamasi dan antireumatik (Reynold, 1982). Karakteristik kimia fisika asam mefenamat yang praktis tidak larut dalam air, bersifat hidrofob, sehingga sukar terbasahi, serta mempunyai kompresibilitas yang jelek (Romilda, 2005). Oleh karena itu, untuk pembuatan kapsul asam mefenamat diperlukan bahan pengikat yang baik, yang dapat memperbaiki pembasahan dan pengikatan antar partikel yang hidrofob (Ansel, 1989). b. Gelatin Gelatin berbentuk lembaran, kepingan, serbuk atau butiran, tidak berwarna atau kekuningan pucat, memiliki bau dan rasa yang lemah (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1979). Gelatin merupakan bahan pengikat yang baik, penanganan preparasi menggunakan gelatin relatif mudah. Konsentrasi gelatin yang digunakan sebagai bahan pengikat adalah 2-10% (Lieberman et al., 1989). c. Amylum Penggunaan



amylum



sebagai



bahan



penghancur



memiliki



keunggulan



dibandingkan bahan lainnya karena mudah didapat, harganya yang relatif murah, inert. d. Laktosa Laktosa dapat berfungsi sebagai bahan pengisi. Laktosa berbentuk serbuk hablur, keras, putih, atau putih krem, tidak berbau dan rasa sedikit manis, stabil dalam udara, tetapi mudah menyerap bau. Laktosa dapat berpengaruh secara signifikan terhadap kompaktibilitas. Laktosa dipilih karena memiliki stabilitas yang baik jika dicampurkan dengan zat aktif, laktosa merupakan eksipien yang baik untuk pembuatan granul karena mudah untuk melakukan pencampuran sehingga didapatkan campuran yang homogen, dan harga laktosa lebih terjangkau daripada zat pengisi yang lain.



XI. BROSUR, KEMASAN, ETIKET 



Kemasan primer



17



Komposisi : Tiap kapsul mengandung Asam Mefenamat 250 mg Indikasi: Untuk menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang persalinan. Kontraindikasi: Para penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma, dan hipersensitif terhadap Asam Mefenamat KETERANGAN LEBIH LENGKAP LIHAT BROSUR No.Reg No. Batch Mfg. Date Exp. Date



: DKL 2199899601A1 : B122009 : September 2021 : September 2024



Kaigesic KAPSUL ASAM MEFENAMAT Isi : 20 kapsul



Diproduksi Oleh : PT. Azril Phar Pharmaceutical Lab Semarang-Indonesia



18



Aturan pakai : Dewasa dan anak-anak usia > 14 tahun: 2 kapsul 3 kali sehari. Efek Samping: Gangguan saluran cerna, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia. Perhatian : Sebaiknya diminum setelah makan. Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan ibu menyusui. Wadah dan Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, simpan di tempat sejuk di bawah suhu 30°C







Kemasan sekunder



Komposisi : Tiap kapsul mengandung Asam Mefenamat 250 mg Indikasi : Untuk menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan. Kontra indikasi: Para penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma, dan hipersensitif terhadap Asam Mefenamat



Kaigesic



Aturan pakai :



KAPSUL ASAM MEFENAMAT



Dewasa dan anak-anak usia > 14 tahun: 2 kapsul 3 kali sehari



ISI : 20 kapsul



Diproduksi Oleh : PT. Azril Phar Pharmaceutical Lab Semarang-Indonesia



Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, simpan di tempat sejuk di bawah suhu 30°C No.Reg No. Batch Mfg. Date Exp. Date



: DKL 2199899601A1 : B122009 : September 2021 : September 2024



Peringatan dan Perhatian : Sebaiknya diminum setelah makan. Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan ibu menyusui. Keamanan penggunaan untuk anak-anak di bawah14 tahun belum diketahui dengan pasti. Efek Samping : Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah, dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia. KETERANGAN LEBIH LENGKAP LIHAT BROSUR



HARUS DENGAN RESEP DOKTER



19



Kaigesic KAPSUL ASAM MEFENAMAT



ISI : 20 kapsul



Diproduksi Oleh : PT. Azril Phar Pharmaceutical Lab Semarang-Indonesia



HARUS DENGAN RESEP DOKTER



Kaigesic KAPSUL ASAM MEFENAMAT Komposisi: Tiap kapsult mengandung Asam Mefenamat 250 mg Indikasi: Untuk menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri sehabis operasi, nyeri pada persalinan. Kontra indikasi: Para penderita tukak lambung, radang usus, gangguan ginjal, asma, dan hipersensitif terhadap Asam Mefenamat Farmakologi: Memiliki efek farmakologi Analgetik dan AntiInflamasi. Farmakokinetik: Absorbsi : Asam mefenamat diabsorbsi dengan cepat dari saluran gastrointestinal apabila secara oral. Distribusi : Kadar plasma puncak dapat dicapai 1 sampai 2 jam setelah pemberian 2x250 mg kasul asam mefenamat. CMax dari asam mefenamat adalah 3,5 g/mL dan T1/2 dalam plasma sekitar 2 jam. Metabolisme dan Eliminasi : Asam mefenamat dimetabolisme menjadi hidroksimetil dan turunan suatu karboksi, kemudian asam mefenamat dan metabolitnya berkonjugasi dengan asam glukoronat dan sebagian besar dieksresikan lewat urin, namun ada juga sebagian kecil melalui feses. Farmakodinamik: Memblokir enzim siklooksigenase yang mengkatalisis pembentukan prostaglandin yang diproduksi dalam merespon kerusakan/adanya luka atau penyakit lain yang mengakibatkan rasa nyeri, pembengkakan dan peradangan. Interaksi Obat: Obat-obat antikoagulan oral seperti warfarin; asetosal (aspiriin) dan insulin Efek Samping : Dapat terjadi gangguan saluran cerna, antara lain iritasi lambung, kolik usus, mual, muntah, dan diare, rasa mengantuk, pusing, sakit kepala, penglihatan kabur, vertigo, dispepsia. Aturan pakai : Dewasa dan anak-anak usia > 14 tahun: 2 kapsul 3 kali sehari Peringatan dan Perhatian : Sebaiknya diminum setelah makan. Hati-hati penggunaan pada wanita hamil dan ibu menyusui. Keamanan penggunaan untuk anak-anak di bawah14 tahun belum diketahui dengan pasti. Wadah dan Penyimpanan: Dalam wadah tertutup rapat, simpan di tempat sejuk di bawah suhu 30°C Isi: 20 kapsul Kemasan: Botol coklat No.Reg No. Batch Mfg. Date Exp. Date



: DKL 2199899601A1 : B122009 : September 2021 : September 2024 HARUS DENGAN RESEP DOKTER



Diproduksi Oleh : PT. Azril Phar Pharmaceutical Lab Semarang-Indonesia



20



XII. DAFTAR PUSTAKA 1.



Anief M. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. 2007



2.



Anonim. Erpha Allergil. Diakses dari www.erlimpex.com pada 23 Juni 2021 17:27.



3.



Anonim. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 1979.



4.



Anonim. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakrta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995.



5.



Anonim. Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2014.



6.



Anonim. Farmakope Indonesia. Edisi VI. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2020.



7.



Ansel, H.C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Edisi keempat. diterjemahkan oleh Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah Jakarta: UI Press.



8.



Lachman et all. Teori dan Praktek Industri. Jakarta: UI- Press; 2008.



9.



Lacy, C. F., Armstrong, L., Golgman, M. P., Lance, L. L., 2009, Drug Information Handbook, 18th ed., Lexi-Copm Inc., New York.



10. Rowe, Raymond, et al. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition. London: Pharmaceutical Press and American Pharmacists Assosiation; 2009. 11. Sinko, P. J. Martin Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika. Edisi 5. diterjemahkan oleh Tim Alih Bahasa Sekolah Farmasi ITB. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011. 12. Sweetman, Sean C., and P. S. Blake. Martindale The Complete Drug Reference. Edisi 36. USA: Pharmaceutical Press; 2009. 13. Syamsuni. 2006, Farmasetika Dasar Dan Hitungan Farmasi. Jakarta. 29 – 31. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2006 14. The United State Pharmacopeial Convention. The United States Pharmacopeia (USP)30th



Edition.



Rockville:



The



United



State



Pharmacopeial



Convention. 2006. 15. Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya. Edisi Ketujuh. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Gramedia; 2007.



21



LAMPIRAN



Gambar 1. Pemerian Asam Mefenamat



22



Gambar 2. Kapsul Asam Mefenamat



Gambar 3. Khasiat Asam Mefenamat (Martindale 36th ed. Hal: 80)



Gambar 4. Dosis Asam Mefenamat (Martindale 36th ed. Hal: 80) 23



Gambar 5. Stabilitas dan OTT Asam Mefenamat (MSDS dan PubChem)



24



Gambar 6. Interaksi Obat & Farmakokinetik Asam Mefenamat (MIMS)



25



Gambar 7. Pemerian dan kelarutan laktosa (FI Edisi IV 488 dan Edisi VI hal. 978)



26



Gambar 8. Stabilitas dan OTT Laktosa (HOPE edisi 6, halaman 366)



Gambar 9. pH laktosa (MSDS)



27



Gambar 10. Kegunaan Pati/Amilum (HOPE edisi 6, halaman 685)



Gambar 11. Konsentrasi amilum (HOPE edisi 6, halaman 686)



Gambar 12. pH amilum (HOPE edisi 6, halaman 686)



Gambar 13. Stabilitas, OTT dan penyimpanan amilum (HOPE edisi 6, halaman 687)



28



Gambar 14. Etanol (FI V hal 392)



29



30



Gambar 15. Gelatin



31



Gambar 16. Kelebihan dan kekurangan kapsul (Syamsuni, 2006).



32