16 0 124 KB
MAKALAH FEMINISME Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Gender Yang Dibina Oleh Dosen : Theophany Deasinatalia Kumaat, M.psi, S.psi
D I S U S U N OLEH : NAMA : ESTER DELLA MARANDOF NIM
: 19101013
UNIVERSITAS NEGERI MANADO FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PSIKOLOGI 2019/20
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan penulis kemudahan dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, penulis tidak akan mampu menyelesaikan makalah ini dengan baik.Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan atas limpahan nikmat sehat-Nya, sehingga makalah “Feminisme” dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Gender. Penulis menyadari makalah bertema feminisme ini masih perlu banyak penyempurnaan karena kesalahan dan kekurangan. Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait penulisan maupun konten, penulis memohon maaf. Demikian yang dapat penulis sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i DAFTAR ISI..........................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN........................................................................................3 A. Latar Belakang.............................................................................................3 B. Rumusan Masalah.......................................................................................4 C. Tujuan..........................................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................5 A. Pengertian Feminisme................................................................................5 B. Sejarah Feminisme dan Sejarah Perkembangan Gerakan Feminisme.....5 C. Aliran-Aliran Feminisme..............................................................................7 BAB III PENUTUP..............................................................................................13 A. Kesimpulan...............................................................................................13 B. Saran........................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
2
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam struktur sosial yang berkembang di masyarakat perempuan ditempatkan di dalam posisi minoritas. Apalagi dalam masyarakat yang secara umum bersifat patrilineal yang berarti memuliakan kaum lelaki dalam semua aspek kehidupan. Banyak persoalan yang sejatinya ketika didekati dengan kacamata laki-laki maka terjadi penyeselesaian yang tidak tepat bahkan dalam persoalanpersoalan
tertentu
menjadi
bias
gender.
Sehingga
rentan
terhadap
ketidakadilan dan kesewenang-wenangan. Dalam garis besar, feminisme dapat dibagi menjadi feminisme
empat
gelombang
feminisme gelombang
tonggak
perkembangan,
pertama,
feminisme
ketiga dan/atau
yakni
feminisme
awal,
gelombang kedua,
postfeminisme.
Secara
dan umum
keempatnya memiliki tujuan yang sama yakni untuk memperjuangkan subjektivitas perempuan
Masing-masing gelombang
memiliki penekanan
perjuangan yang berbeda dan setiap gelombang berikutnya merupakan revisi dari gelombang sebelumnya. Dikotomi feminisme gelombang ketiga dan/atau postfeminisme merupakan perkembangan yang menimbulkan
banyak
kontroversi
karena
paling
majemuk
dan
postfeminisme merupakan
persinggungan antara feminisme dan postmodernisme yang berkembang menjelang pergantian milennium yang berpadu dengan kebutuhan internal dalam feminisme sendiri. Kemajemukan dalam perkembangan feminisme terakhir ini harus dipandang sebagai kekayaan dan kelebihan karena itu berarti feminisme Feminisme
semakin terbuka
sebagai sebuah
teori
terhadap perbedaan dan perubahan. gerakan
cukup panjang. Penggunaan kata “feminisme” Fourier, filsuf
Prancis, tahun
1837.
Istilah
sosial, pertama
memiliki sejarah yang kali
oleh
Charles
ini kemudian berkembang di
Prancis dan Belanda tahun 1872, di Inggris Raya tahun 1890-an dan
di
Amerika Serikat tahun 1910. Feminisme sebagai sebuah teori gerakan sosial,
memiliki sejarah yang cukup panjang. Penggunaan kata “feminisme”
3
pertama kali oleh Charles Fourier, filsuf Prancis, tahun 1837. Istilah ini kemudian berkembang di Prancis dan Belanda tahun 1872, di Inggris Raya tahun 1890-an dan di Amerika Serikat tahun 1910. Feminisme sebagai sebuah
teori
gerakan
sosial,
Penggunaan kata “feminisme” Prancis, tahun
1837.
memiliki sejarah yang cukup panjang.
pertama
Istilah
kali
oleh
Charles
Fourier, filsuf
ini kemudian berkembang di Prancis dan
Belanda tahun 1872, di Inggris Raya tahun 1890-an dan di Amerika Serikat tahun
1910. Feminisme
sebagai sebuah
teori
gerakan
sosial,
sejarah yang cukup panjang. Penggunaan kata “feminisme” oleh
Charles
Fourier, filsuf
Prancis, tahun
1837.
memiliki
pertama
Istilah
kali
ini kemudian
berkembang di Prancis dan Belanda tahun 1872, di Inggris Raya tahun 1890-an dan di Amerika Serikat tahun 1910. yang
Feminisme sebagai suatu istilah
dipahami secara keilmuan, baru dikenal sejak awal
Indonesia,
terutama sejak
1970-an di
tulisan-tulisan ilmiah tentang feminisme
bermunculan dalam buku, jurnal-jurnal dan surat khabar 1 Paper dibuat untuk memenuhi Tugas Teori-Teori Ilmu Sosial dari Prof. Drs. Noerdin Harry K. MA.,Ph.D. (Warsito: 2012). Sampai dengan saat ini, tulisan-tulisan ilmiah itu semakin banyak dan memberi
sumbangan
pengetahuan
kepada masyarakat, khususnya bagi kalangan akade.
B. Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian Feminisme ? 2. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Feminisme ? 3. Apa saja Aliran-Aliran Feminisme ?
C. Tujuan 1. Untuk mengetahui apa itu feminisme. 2. Untuk mengetahui Sejarah dan Perkembangan Feminisme. 3. Untuk mengetahui Aliran-Aliran Feminisme.
4
luar
biasa
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Feminisme Secara etimologis, feminisme berasal dari kata Femme (woman), perempuan (tunggal) yang bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak) sebagai kelas sosial.Feminisme adalah paham perempuan yang berupaya memperjuangkan hak-haknya sebagai kelas sosial. Sebagian masyarakat masih berasumsi feminisme adalah gerakan pemberontakan kaum perempuan terhadap kaum laki-laki. Feminisme dianggap sebagai usaha pemberontakan kaum perempuan untuk mengingkari apa yang disebut sebagai kodrat atau fitrah perempuan, melawan pranata sosial yang ada, atau institusi rumah tangga, seperti perkawinan dan lain sebagainya. Pemahaman konsep terhadap feminisme yang sesuai diharapkan akan membuka
cakrawala
masyarakat tentang gerakan feminisme secara seimbang. Feminisme berarti memiliki sifat keperempuan. Feminisme diwakili oleh persepsi tentang ketimpangan
posisi
perempuan
dibandingkan
laki-laki
yang
terjadi
di
masyarakat. Mustaqim (2008:85) mengatakan bahwa feminisme merupakan paham yang ingin menghormati perempuan sehingga hak-hak dan peranan mereka lebih optimal dan setara, tidak ada diskriminasi, marginalisasi dan subordinasi. Sejalan dengan pendapat tersebut, Bashin dan Khan dalam Mustaqim (2008:4) mangatakan bahwa feminisme didefinisikan sebagai suatu kesadaran akan penindasan dan pemerasan terhadap perempuan dalam masyarakat, di tempat kerja dan dalam keluarga, serta tindakan sadar oleh perempuanmaupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut sehingga terjadi suatu kondisi kehidupan harmoni antara laki-laki dan perempuan, bebas dari segala bentuk subordinasi, marginalisasi, dan diskriminasi.
B. Sejarah Feminisme dan Sejarah Perkembangan Gerakan Feminisme Sejarah feminisme terbagai menjadi dua fase, feminisme lahir bersamaan dengan era pencerahan Eropa yang dipelopori oleh Lady Mary Worlky Montagu
5
dan Marquis de Condarcet yang keduanya adalah anggota perkumpulan perempuan ilmiah. Dari Eropa gerakan ini berpindah ke Amerika dan berkembang pesat setelah Jhon Stuart Mill menerbitkan buku The Subjection of Women. Kemudian gelombang kedua lahir setelah terjadinya perang dunia kedua, di mana lahir negara-negara baru yang terbebas dari jajahan Eropa dan memberikan perempuan hak pemilihan di parlemen. Sebagai sebuah gerakan yang telah lama muncul, dalam Ensiklopedia Islam dikatakan bahwa gerakan feminisme telah hadir sejak abad ke 14. Meskipun secara historis feminisme merupakan gerakan yang sudah tua, namun baru pada tahun 1960-an dianggap sebagai tahun lahirnya gerakan feminisme. Karena di tahun-tahun inilah gerakan feminisme dianggap menguat dengan ditandainya kemunculan gerakan feminisme liberal di Amerika. Pada saat itu di Amerika muncul gerakan yang meletakkan feminisme sebagai bagian dari hakhak sipil (civil right) dan sexual liberation (kebebasan seksual).11 Selain itu, dengan kemunculan buku Friedan yang berjudul Feminist Mystique pada tahun 1963 telah membangkitkan kelompok feminis untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dalam segala bidang. Gerakan ini kemudian berkembang pesat, dimulai dari Eropa, Kanada, Australia, dan selanjutnya berkembang hampir di seluruh penjuru dunia. Gerakan feminisme yang mendapatkan momentum sejarah pada tahun 1960an menunjukkan bahwa sistem sosial masyarakat modern memiliki struktur yang pincang akibat budaya patriarki yang kental. Marginalisasi peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, khususnya ekonomi dan politik, merupakan bukti konkret yang diberikan kaum feminis. Gerakan feminisme tersebut telah membawa dampak luar biasa dalam kehidupan sehari-hari perempuan.Akan tetapi bukan berarti perjuangan perempuan berhenti sampai di situ, Wacana-wacana baru terus bermunculan hingga kini.Perjuangan perempuan
adalah
perjuangan
tersulit
dan
terlama,
berbeda
dengan
perjuangan kemerdekaan atau rasial.Musuh perempuan seringkali tidak berbentuk dan bersembunyi dalam kamar-kamar pribadi. Karena perjuangan kesetaraan perempuan tetap akan bergulir sampai perempuan berdiri tegap seperti manusia lainnya yang diciptakan Tuhan. 6
Gerakan feminisme di Indonesia dimulai sejak masa prakemerdekaan.Gerakan feminisme di Indonesia ditandai dengan munculnya beberapa tokoh perempuan yang rata-rata dari kalangan atas, seperti Kartini, Dewi Sartika, Cut Nya‟ Dien, dan lain-lain.Mereka berjuang mereaksi kondisi perempuan di lingkungannya. Perlu dipahami bila model gerakan Dewi Sartika dan Kartini lebih mengarah pada pendidikan dan itu pun baru upaya melek huruf dan mempersiapkan perempuan sebagai calon ibu yang terampil karena baru sebatas itulah yang memungkinkan untuk dilakukan pada masa itu. Sementara itu, Cut Nya‟ Dien yang hidup di lingkungan yang tidak sepatriarki Jawa, telah menunjukkan kesetaraan dalam perjuangan fisik tanpa batasan gender.Apapun mereka adalah peletak dasar perjuangan perempuan masa kini di Indonesia. Pada masa kemerdekaan dan masa Orde Lama, gerakan feminisme terbilang cukup dinamis danmemiliki bargaining cukup tinggi.Akan tetapi, kondisi semacam ini mulai “tumbang” sejak Orde Baru (orba) berkuasa.Bahkan, mungkin perlu dipertanyakan adalah gerakan perempuan di masa rejim orde baru. Bila menggunakan definisi tradisional yang menghendaki gerakan feminisme diharuskan berbasis massa, sulit dikatakan ada gerakan feminisme ketika itu. Apalagi bila definisi tradisional ini dikaitkan dengan batasan ala Alvarez yang memandang gerakan feminisme sebagai sebuah gerakan sosial dan politik dengan anggota sebagian besar perempuan yang memperjuangkan keadilan gender. Alvarez tidak mengikutkan organisasi perempuan milik pemerintah atau organisasi perempuan milik parpol serta organisasi perempuan di bawah payung organisasi lain dalam definisinya tersebut. C. Aliran-Aliran Feminisme Feminisme merupakan gerakan memperjuangkan hak-hak perempuan agar perempuan keluar dari ketidakadilan. Feminisme merupakan suatu gerakan politis yang meninjau dari berbagai macam aspek kehidupan. Hingga kini feminisme sangat ramai diperbincangkan, sehingga muncul beraneka macam aliran feminisme. Adapun secara historis aliran-aliran tersebut terbagi ke dalam tiga gelombang.
7
1. Gelombang Pertama ( 1972-1960) Feminisme gelombang pertama dianggap dimulai dengan tulisan Mary Wollstonecraft The Vindication of the Rights of Woman (1792) hingga perempuan mencapai hak pilih padaawal abad keduapuluh (Sanders dalam Suastini, 2013). Tulisan Wollstonecraft menyerukanagar terjadinya pengembangan sisi rasional pada perempuan dan menuntut agar anak perempuan dapat belajar di sekolah pemerintah dalam kesetaraan dengan anak laki-laki.Aliran feminisme yang termasuk dalam gelombang pertama ini adalah sebagai berikut.
a. Feminisme Liberal Feminisme liberal berpandangan bahwa agar perempuan memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar padarasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik. Perempuan adalah makhlukrasional, kemampuannya sama dengan laki-laki, sehingga harus diberi hak yang sama jugadengan laki-laki. Gerakan ini muncul pada awal abad 18, bersamaan dengan zaman pencerahan (rennaisance). Tuntutannya adalah kebebasan dan kesamaan
terhadap
akses
pendidikan,
pembaharuan
hukum
yang
bersifat
diskriminatif.Kaum feminis liberal menuntut kesempatan yang sama bagi setiap individu, termasuk perempuan. Akibatnya banyak perempuan yang melepaskan diri dari ranah domestik menujuranah publik. Salah satu tokoh aliran ini adalah Naomi Wolf.
b. Feminisme Radikal Pada sejarahnya, aliran ini muncul sebagai reaksi atas kultur seksisme atau dominasisosial berdasar jenis kelamin di Barat pada tahun 1960-an, utamanya melawan kekerasanseksual dan industri pornografi. Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadi akibat sistem patriarki. Tubuh perempuan merupakan objekutama penindasan oleh kekuasaan laki-laki. Oleh karena itu, feminisme radikalmempermasalahkan antara lain tubuh serta hak-hak reproduksi, seksualitas (termasuklesbianisme), seksisme, relasi kuasa perempuan dan laki-laki, dan dikotomi privat-publik.Aliran ini bertumpu pada pandangan bahwa penindasan terhadap perempuan terjadiakibat sistem patriarki. Penganut aliran ini juga menolak adanya institusi keluarga, baiksecara teoritis maupun praktis.
c. Feminisme Anarkis
8
Feminisme anarkis lebih bersifat sebagai suatu paham politik yang mencita-citakan masyarakat
sosialis
dan
menganggap
negara
dan
laki-laki
adalah
sumber
permasalahan yang sesegera mungkin harus dihancurkan.
d. Feminisme Marxis Mengenai
aliran
ini,
jelas
menggambarkan
bahwasanya
perempuan
itu
dipandangmelalui kelas, penindasan terlihat dalam kelas reproduksi politik sosial dalam sistemekonomi. Aliran ini menggambarkan adanya diskriminasi yang terjadi terhadap perempuanmerupakan dampak dari sistem ekonomi kapitalis, di mana perempuan menjadi objek pengerukan modal kaum borjuis.
e. Feminisme Sosialis Feminisme sosialis muncul sebagai kritik terhadap feminisme Marxis. Aliran inimengatakan bahwa patriarki sudah muncul sebelum kapitalisme dan tetap tidak akan berubah jika kapitalisme runtuh. Kritik kapitalisme harus disertai dengan kritik dominasi atas perempuan. Feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dan gender untuk memahami penindasan perempuan. Ia sepaham dengan feminisme marxis bahwa kapitalisme merupakansumber penindasan perempuan. Akan tetapi, aliran feminis sosialis ini juga setuju denganfeminisme radikal yang menganggap patriarkilah sumber penindasan itu. Kapitalisme dan patriarki adalah dua kekuatan yang saling mendukung. Seperti dicontohkan oleh NancyFraser di Amerika Serikat keluarga inti dikepalai oleh laki-laki dan ekonomi resmi dikepalaioleh negara karena peran warga negara dan pekerja adalah peran maskulin, sedangkan peransebagai konsumen
dan
pengasuh
anak
adalah
peran
feminin.
Agenda
perjuagan
untukmemeranginya adalah menghapuskan kapitalisme dan sistem patriarki. Dalam konteksIndonesia, analisis ini bermanfaat untuk melihat problem-problem kemiskinan yang menjadi beban perempuan.
2. Gelombang Kedua (1960 – 1980) Feminisme gelombang kedua dimulai pada tahun 1960-an yang ditandai dengan terbitnyaThe
Feminine
Mystique
(Freidan,
1963),
diikuti
dengan
berdirinya
NationalOrganization for Woman (NOW, 1966) dan munculnya kelompok-kelompok consciousraising (CR) pada akhir tahun 1960-an (Thompson, 2010). Feminisme gelombang keduadinilai sebagai feminisme yang paling kompak dalam paham dan
9
pergerakan mereka (Thornham, 2006). Feminisme gelombang kedua bertema besar womens liberation yang dianggap sebagai gerakan kolektif yang revolusionis. Gelombang ini muncul sebagai reaksi ketidakpuasan perempuan atas berbagai diskriminasi yang mereka alami meskipun emansipasi secara hukum dan politis telah dicapai oleh feminisme gelombang pertama.
a. Feminisme Eksistensial Dalam tradisi feminisme, setidaknya untuk di Indonesia, eksistensialisme lebih berartisebagai suatu kajian filosofis. Ia belum banyak dikenal sebagai gerakan baru dari feminisme.Feminisme eksistensialis baru menemukan wajahnya ketika tokoh feminis asal Perancis,Simone Ernestine Lucia Marie Bertnand de Beauvoir, atau
yang
lebih
dikenal
Simone
de
Beauvoir.
Untuk
pertama
kali
mengikutsertakan konsep “keberadaan” milik Jean-Paul Sartre,dalam mengkaji feminisme.Kaum feminis eksistemsial melihat ketertindasan perempuan dari beban reproduksiyang ditanggung perempuan, sehingga tidak mempunyai posisi tawar dengan laki-laki.Feminisme eksistensialis mengajak perempuan untuk menolak segala bentuk opresi baik itu melalui nilai budaya, kondisi sosial, ekonomi, dan lain-lain yang dapat mendiskriminasikan perempuan atas hak serta kebebasannya, dan bisa menghilangkan sisikeberadaan/eksistensinya sebagai manusia. Dalam konteks relasi perempuan dan laki-laki dilingkungan masyarakat seperti saat ini, hal yang perlu dilakukan perempuan adalahmenghidupi sisi subyektif
yang
dimilikinya.
Ini
melihat
karena
kiranya
hampir
tidak
mungkinseorang perempuan, bahkan juga laki-laki, dalam proses interaksinya menjalin relasi kepadasesama, mampu menghindar dari posisi obyek.
b. Feminisme Gynosentris Melihat ketertindasan perempuan dari perbedaan fisik antara laki-laki dan perempuan,yang menyebabkan perempuan lebih inferior dibanding laki-laki. Feminis ini merupakan pengembangan dari feminisme radikal yang ekstrim. Teori ini mengatakan bahwa perempuanharus memformulasikan kekuatan kolektif, menumbuh kembangkan pengetahuan perempuan yang akan membekali mereka untuk melawan control patriarkhial, baik secara fisik maupunkejiwaan.
10
3. Gelombang Ketiga (1980 – sekarang)
Berbagai
kritik
terhadap
universalisme
dalam
feminisme
gelombang
keduamendorong terjadinya pendefinisian kembali berbagai konsep dalam feminisme pada akhirtahun 1980an. Feminisme gelombang ketiga ini disebut juga dengan istilah postfeminisme. Akan tetapi, banyak pula tokoh feminis mengklaim bahwa postfemenisme berbeda denganfeminisme gelombang ketiga karena postfeminisme merupakan gerakan yang menolakgagasan-gagasan feminisme tahun 1960-an. a. Feminisme Postmoderen Ide Posmo ialah ide yang anti absolut dan anti otoritas, gagalnya modernitas dan
pemilahan
secara
berbeda-beda
tiap
fenomena
sosial
karena
penentangannya pada penguniversalan pengetahuan ilmiah dan sejarah. Mereka berpendapat bahwa gender tidak bermakna identitas atau struktur sosial.
Postmoderen
menggali
persoalan
alienasi
perempuan
seksual,
psikologis, dan sastra dengan bertumpu pada bahasa sebagai sebuah sistem. Aliranini memberi gambaran bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan haruslah diterimadan dipelihara. Mereka menganggap bahwa masyarakat telah diatur untuk saling berhubungan diantara keduanya. Lebih jelasnya aliran ini menolak adanya otoritas. b. Feminisme Multikultural Feminis multikultural memusatkan perhatian pada pandangan bahwa di dalam satunegara seperti Amerika, tidak semua perempuan diciptakan atau dikonstruksi secara setara.Tergantung bukan hanya pada ras dan etnis, tetapi juga pada identitas seksual, identitasgender, umur, agama, tingkat pendidikan, pekerjaan/profesi, status perkawinan dan masih banyak lagi.Feminisme multikultural di Amerika, yang mengkritik pemikiran mainstream feminisyang tidak memasukkan kepentingan perempuan marginal, disebut juga dengan feminisme “perempuan berwarna”. Multikultural secara umum didefinisikan sebagai gerakan cprinsip utama dan menekankansemua kelompok kultural harus
diperlakukan
setara
dan
terhormat.
Gagasan
ini
berangkatdari
kecenderungan imigran awal di Amerika yang meninggalkan identitas awal dan
11
hendak menjadi “Amerika” sebagai identitas baru mereka. Tetapi pemikiran ini ditinggalkan karena mereka kemudian melihat Amerika sebagai sebuah keberagaman, bukan identitas baru yang tunggal. Gagasan multikultural justru “keberagaman” di atas “kesatuan”. Masyarakat tidak terdiri atas mayoritas dan minoritas, tetapi pluralitas berbagai macam kelompok yang tidaksaling mendominasi. Dalam konteks ini, gerakan feminis kemudian melihat bias perempuankulit
putih,
kelas
menengah
terdidik,
heteroseksual
dan
mengabaikan perempuan imigran,kulit berwarna, lesbian, kurang pendidikan. c. Feminisme Global Feminisme global memperluas gagasan yang dikemukakan oleh feminis multikultural.Feminis global menyatakan penindasan terhadap perempuan juga bisa disebabkan oleh sistemyang tidak adil. Penindasan terhadap perempuan bukan hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi juga oleh perempuan dan laki-laki dari tempat lain, terutama dari negara-negara dunia pertama. Para feminis global menyoroti ketimpangan antara negara dunia pertama dengannegara dunia ketiga. Karena itu mereka menyatakan penindasan terhadap perempuan tidakakan bisa dilenyapkan bila masih terjadi penindasan terhadap perempuan di tempat lainnya.Para feminis global dengan demikian memperluas agenda pembebasan perempuan menjadilintas negara bangsa. d. Ekofeminisme Gerakan
feminis
yang
mengusung
kesetaraan
dalam
menyelamatkan
lingkungandisebut ekofeminisme, sebuah gerakan yang berusaha menciptakan dan
menjaga
kelestarianalam
dan
lingkungan
dengan
berbasis
feminitas/perempuan. Perempuan dianggap memainkan peran strategis dalam upaya mencegah atau setidaknya menciptakan lingkungan alam yangnyaman dan asri.Gerakan ekofeminisme pertama kali muncul dari seorang tokoh feminis yang bernama Francoise d‟Eaubonne pada tahun 1974 melalui sebuah bukunya “Le Feminisme ou Lamort”. Melalui buku itu, Francoise mencoba menggugah, mensugesti dan mengetuk hati nuranikalangan feminis untuk lebih memperhatikan
alamnya
yang
semakin
12
lama
menunjukkankrisis
berkepanjangan,
tidak
menemukan
atau
mendapatkan
jalan
metode
penyelesaianterbaik. Padahal fenomena ini adalah tangan panjang dari ulah jail kaum maskulin yang hegemonis dan eksploitatif.
13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Dari pembahasan di atas, dapat dilihat bahwa feminisme telah berkembang dari sekedar perjuangan untuk diakui sebagai manusia yang memiliki rasio seperti layaknya laki-laki, feminisme berkembang menjadi gerakan yang memiliki aspirasi majemuk. Namun inti dari kesemua perjuangan tersebut adalah
kesetaraan perempuan untuk menjadi subjek aktif dalam hidupnya.
Masing-masing gelombang memiliki penekanan yang berbeda dalam tujuan periodiknya.
Tujuan feminisme
diterima sebagai
mahluk
awal berevolusi
yang
berasio
dari
perjuangan
untuk
menjadi tuntutan atas hak-hak
perempuan yang lebih legal. Feminisme gelombang pertama berawal dari tuntutan yang sama atas pendidikan bertujuan untuk memperjuangkan hak perempuan
untuk mendapatkan
pendidikan
formal
berevolusi menjadi
tuntutan untuk mendapatkan hak pilih. Kesetaraan dalam segala bidang dalam feminisme gelombang kedua kemudian berevolusi menjadi tuntutan atas hak-hak istimewa perempuan karena fisiologisnya yang berbeda dari laki-laki. Sedangkan feminisme gelombang ketiga dan/atau postfeminisme telah
memiliki agenda
yang
sangat
majemuk
sejak
awal dimulainya.
Perubahan dalam feminisme dari waktu ke waktu maupun kemajemukan feminisme
pasca 1970an
tujuan-tujuan feminisme beradaptasi
bukanlah sebuah kelemahan. Perubahan dalam merupakan
terhadap perubahan
bukti
kebutuhan
bahwa feminisme perempuan
dapat
sesuai dengan
tuntuan jaman yang dihadapi perempuan. Sedangkan kemajemukan dalam feminisme
pasca
gelombang
kedua bukanlah
feminisme. Menurut Tong (2009),
hal
yang
baru
bagi
feminisme merupakan gerakan yang
memiliki akar majemuk. Berbagai aliran yang muncul dalam feminisme, baik
dalam
feminisme gelombang
kedua
maupun
gelombang ketiga
merupakan perkembangan dari perbedaan-perbedaan yang telah dimiliki feminisme sejak awal. Mereka berkembang ketika mendapatkan konteks yang
14
tepat saat perempuan
mendefinisikan
perbedaan
di antara
mereka.
Perbedaan-perbedaan ini memperkaya feminisme dan mendorong feminisme untuk terus berkembang.
B. Saran Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam makalah ini akan tetapi dalam kenyataannya masih memiliki banyak kekurangan karena minimnya pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar menjadi bahan evaluasi kedepannya.
15
DAFTAR PUSTAKA Suwastini, N.K. (2013, April). PERKEMBANGAN FEMINISME BARAT DARI ABAD KEDELAPAN BELAS HINGGA POSTFEMINISME: SEBUAH TINJAUAN TEORITIS. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 2(1), 199-206. doi: 10.23887/jish-undiksha.v2i1.1408 Aliyah, I.K., Komariah, S., & Chotim, E.R. (2018). FEMINISME INDONESIA DALAM LINTASAN SEJARAH. Jurnal Pembangunan Sosial, 1(2), 141-146. doi: 3296-8682-2-PB (2).pdf Hidayati, N. (2018). TEORI FEMINISME: SEJARAH, PERKEMBANGAN DAN RELAVANSINYA DENGAN KAJIAN KEISLAMAN KONTEMPORER. Jurnal Harkat:Media Komunikasi Gender, 14(1), 133-299. doi: 10.15408/harkat.v14i1.10403
16