Filsafat Materialisme [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH FILSAFAT MATERIALISME Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M. Si., M. Sc. Drs. Hidayah Ansori, M. Si.



Disusun oleh: Kelompok 3 Julia Nanda



(1710118120014)



Novi Rizka Inayah



(1710118320030)



Syifa Herlina



(1710118220028)



Taradhita Adi Rahardi



(1710118210029)



Tri Yulia Hapizah



(1610118220021)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT 2019



DAFTAR ISI DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2 C. Tujuan Pembelajaran .................................................................................... 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4 A. Aliran Filsafat Materialisme ........................................................................ 4 B. Latar Belakang Lahirnya Filsafat Materialisme ........................................... 5 C. Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Materialisme .................................................. 8 D. Konsep Dasar Materialisme ....................................................................... 10 E. Implementasi Aliran Filsafat Materialisme Terhadap Pendidikan ..............11 F.



Kelebihan dan Kekurangan Aliran Filsafat Materialisme .......................... 14



BAB III PENUTUP .............................................................................................. 15 A. Kesimpulan ................................................................................................ 15 B. Saran ........................................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 16 LAMPIRAN SOAL-SOAL................................................................................... 17



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Filsafat terbagi menjadi dua, yaitu filsafat umum dan khusus. Filsafat pendidikan termasuk ke dalam filsafat khusus. Filsafat mempunyai berbagai aliran, demikian halnya dalam filsafat pendidikan pun ditemukan berbagai aliran. Beberapa aliran dipelopori para ahli pendidikan didasari cara pandang, pemahaman, dan perenungan yang berbeda sesuai kondisi zaman saat itu. Semua aliran filsafat pendidikan mempunyai kelebihan dan kelemahan masing-masing. Salah satu aliran filsafat adalah aliran materialisme. Aliran ini memandang bahwa realitas seluruhnya adalah materi. Materialisme berpandangan bahwa hakikat realisme adalah materi, bukan rohani, maupun spiritual, atau super natural. Dalam pandangan materialisme, baik yang tradisional maupun yang modern, manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya kayu dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan benda seperti kayu dan batu. Tetapi, materialisme mengatakan bahwa pada akhirnya, manusia hanyalah sesuatu yang material; dengan kata lain materi, betul-betul materi. Menurut bentuknya memang manusia lebih tunggal ketimbang benda-benda tersebut, akan tetapi pada eksistensinya manusia sama saja dengan mereka. (Achmad, 2010) Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, materi dapat diartikan sebagai bahan, benda, segala sesuatu yang tampak. Materialisme adalah pandangan hidup yang mencari dasar segala sesuatu termasuk kehidupan manusia di dalam alam kebendaan semata-mata, dengan mengesampingkan segala sesuatu yang mengatasi alam indra. Sesuai dengan kaidah dalam bahasa Indonesia. Jika ada kata benda berhubungan dengan kata isme maka dapat diartikan sebagai paham atau aliran. Dengan demikian, manusia sebagai makhluk alamiah harus dibedakan dengan benda-benda seperti bintang,



1



2



pohon atau batu, sebab manusia adalah makhluk yang bermasyarakat, makhluk yang dilibatkan ke dalam proses produksi, dilibatkan ke dalam hubungan kerja dan hubungan milik. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari makalah ini, yaitu: 1) Bagaimana aliran filsafat materialisme? 2) Bagaimana latar belakang lahirnya filsafat materialisme? 3) Siapa tokoh-tokoh aliran filsafat materialisme? 4) Bagaimana konsep dasar filsafat materialisme? 5) Bagaimana implementasi aliran filsafat materialisme terhadap pendidikan? 6) Apa saja kelebihan dan kekurangan aliran filsafat materialisme?



C. Tujuan Pembelajaran Tujuan Pembelajaran dari makalah ini, yaitu: 1) Untuk mengetahui aliran filsafat materialisme. 2) Untuk mengatahui latar belakang lahirnya filsafat materialisme. 3) Untuk mengetahui tokoh-tokoh aliran filsafat materialisme. 4) Untuk mengetahui konsep dasar filsafat materialisme 5) Untuk mengetahui implementasi aliran filsafat materialisme terhadap pendidikan. 6) Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan aliran filsafat materialisme.



3



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Aliran Filsafat Materialisme Menurut aliran filsafat materialisme, asal sifat dan hakikat dari semua keberadaan adalah materi. Aliran materialisme tidak mengakui adanya Tuhan. Tidak ada bab tentang Tuhan. Aliran ini mengabaikan adanya spiritual. Tidak ada kamus tentang kitab suci, rasul, hari kiamat, malaikat, surga, neraka. Maka tak kenal ibadah, doa, dosa, tobat, dan sebagainya. Jika tidak mau dipusingkan hidup ini oleh urusan dosa dan neraka maka tinggalkan saja agama. Secara umum, materialisme berpendapat bahwa keberadaan dan kebenaran semua yang ada di dunia ini adalah materi atau benda semata-mata. Istilah ide, jiwa, roh, spiritual, dan sebagainya, keberadaannya hanya merupakan akibat atau bentukan dari materi. Wujud keberadaan manusia misalnya, tidak lain adalah keberadaan jasmaninya, tidak ada wujud lain, termasuk keberadaan jiwa atau roh. Kalau ada istilah jiwa atau roh yang dibedakan dengan jasmani keberadaannya hanya merupakan akibat dari keberadaan jasmani. Istilah seperti pikiran, perasaan, kemauan, dan sebagainya hanya merupakan perwujudan proses kejasmanian atau kebendaan. (Soyomukti, 2011). Pikiran merupakan aktivitas otak, benda yang ada pada kepala manusia, terdiri dari susunan saraf serta kumpulan sel saraf yang jumlahnya jutaan. Istilah perasaan tidak lain hanya ekspresi manusia yang muncul karena keluarnya enzim-enzim tertentu. Kalau enzim tertentu muncul, maka manusia dikatakan senang dan kalau enzim yang lain keluar, orang dikatakan merasa sedih, benci, dan sebagainya. Orang yang ekspresi perasaannya tinggi, suka marah, adalah akibat tekanan darah tinggi. Salah satu penyebabnya karena terlalu banyak makan garam. Semua adalah akibat dari materi.



4



5



B. Latar Belakang Lahirnya Filsafat Materialisme Filsafat merupakan sebuah ilmu pengetahuan tertinggi yang dihasilkan oleh manusia, yang dapat memuliakan manusia, atau bahkan memusnahkan peradaban manusia itu sendiri. Selaku layaknya ilmu pengetahuan yang mengikuti zaman, tentu filsafat juga dapat di bagi dalam beberapa periode, yakni klasik dan modern. (Hardiman, 2004) Materialisme sebagai sebuah aliran dalam filsafat, secara umum dapat dibagi menjadi dua periode, yakni materialisme klasik dan materialisme modern. a. Materialisme Klasik Klasik adalah fase ataupun periode dimana manusia belum menyadari bahwa



dapat



melakukan



perubahan-perubahan secara



kualitatif. Berkaitan dengan hal tersebut, sejarah telah mencatat bahwa materialisme juga hadir dan mewarnai corak pemikiran manusia di masa tersebut. Hal ini dapat dilihat ketika materialisme diperkenalkan oleh filsuf Yunani, yakni Leukippos dan Demokritos (460 SM-370 SM) (Bertens, 2001). Pada abad ke-5 sebelum masehi seiring dengan teori atom yang mereka lahirkan, pada masa itu teori mereka seakan-akan dapat menyediakan penjelasan tentang fenomena apa saja yang ada di dunia ini. Aliran pemikiran dengan corak materialisme telah muncul pada abad ke-4 atau ke-5 sebelum masehi di India, tepatnya pada sebuah aliran yang disebut charvaka. Nama charvaka itu sendiri sebenarnya diambil dari nama pendiri aliran pemikiran ini, Charwaka, seorang pemikir Hindu skeptikal. Seperti sirih, kapur, gambir, dan pinang pada awalnya tidak lah berwarna merah, namun setelah dikunyah akan berwarna kemerahmerahan. Begitulah materi menghasilkan produk samping, tidak ada apaapa terkecuali materi. Materialisme di periode ini telah mampu untuk membahas kajian seputar teori nilai. Hal ini di tandai dengan hadirnya Epikuros



6



seorang filsuf Yunani yang berusaha untuk melanjutkan tradisi ini. Alihalih berfokus pada kajian ontologi ataupun metafisika, Epikuros malah berfokus dengan teori nilai. b. Materialisme Modern Modernitas bukan hanya merujuk pada periode, melainkan juga menunjukkan adanya suatu kesadaran yang terkait dengan pembaruan. Pada periode ini terdapat pasang surut dan berkibarnya bendera materialisme. Terlihat ketika materialisme tidak lagi terdengar, bahkan sempat hilang dari peredaran sejak abad ke-11. Namun, pada abad ke-17, Tomas Hobbes (1588-1679) berusaha menghidupkan kembali materialisme dengan memperluas bahasa dan epistimologi. Pandangannya yang terkenal adalah konsep manusia dari sudut pandang empirismematerialisme. Hobes (1588-1679) menyatakan bahwa persepsi dan operasi mental bekerja dengan fantasi indra, sama sekali bergantung kepada materi. Pandangan Hobes (1588-1679) ini kemudian mengantarkan paham materialisme ke-fase selanjutnya, yakni materialisme abad ke-18. Materialisme pada abad ini memiliki corak yang khas bahwa materi adalah sesuatu yang terikat oleh ruang dan waktu sehinga materi tunduk kepada hukum-hukum alam, dalam dataran ini materi dapat dipahami dengan cara mekanis. Corak materialisme yang seperti ini dapat dijumpai didalam konsep yang dimiliki oleh beberapa pemikir semisal Julian de La-Mattrie (1709-1751) yang menyatakan bahwa manusia dapat di jelaskan dalam prinsip-prinsip mekanistik. Segaris dengan hal tersebut, hadir pula Holbach (1715-1771) yang menyadari adanya keharusan materi bergerak menurut keharusan mekanik. Aliran pemikiran ini menolak adanya kebebasan manusia, karena seluruh alam semesta, termasuk manusia, bergerak dan bekerja sesuai dengan fungsinya masing-masing. Materialisme pada awal kehadirannya hingga abad ke-18 hanya memandang materi berdasarkan kebendaan, meluasnya defenisi ke-



7



bendaan itu sendiri juga melahirkan pemikir-pemikir besar dengan teori mereka yang menyangkut manusia, identitas, defenisi, maupun ekesitensinya. Feurbach (1804-1872) salah seorang murid Hegel (17701831) mengasumsikan bahwa yang nyata ialah benda. Berbeda dengan Hegel, bagi Feurbach bukan roh yang menjadi titik pangkal, tetapi materi. Satu-satunya yang ada adalah alam. Karena manusia merupakan bagian dari alam, maka sudah seharusnya manusia menerima hidup ini dengan apa adanya, tanpa adanya permohonan (berdoa) karena agama hanyalah sebuah usaha untuk merubah arah yang tidak mungkin terjadi. Teori Feurbach mengantarkan Karl Marx (1818-1883) untuk merubah anggapan tentang kebendaan yang selama ini hanya berkisar tentang segala susuatu yang tampak dan kemudian menggeser anggapan tersebut. Menurutnya, materi tidak hanya sebuah kebendaan di luar manusia, melainkan kesadaran manusia beserta pergerakan masyarakat dapat dikategorikan kedalam materi. Pendefenisian ini terjadi karena Marx menyusun filsafat sejarah dan memberikan kesimpulan bahwa segala gerakan sosial bersumber dari ekonomi. Paham ini kemudian berkembang dan memberikan pengaruh cukup besar dengan lahirnya sebuah teori materialisme dialektis. Sebuah sumbangan terbesar bagi materialisme pada abad ke-19 yang di cetuskan oleh Engels (1820-1895). Materialisme Dialektis sejatinya berdiri atas dua pondasi, yakni materialisme yang hanya berlandaskan hanya materi saja dan dialektika Hegel (1770 –1831). Secara sederhana materialis dialektik menekankan faktor. Dialektika dalam ranah materi, penerapan dari materialisme dialektis ini akan menimbulkan materialisme historis. Materialisme dialektis membenarkan bahwa hakikat sejarah terjadi karena prosesproses ekonomi yang berkenaan dengan rohani dan perkembangan manusia hanya sebagai akibat dari refleksi kegiatan ekonomi manusia. Salah satu dari banyak hal yang menjadi pembeda antara materialisme modern dengan materialisme klasik terletak pada kemajuan ilmu, segala macam bentuk ataupun hasil penyelidikan fisika maupun kimia



8



(berdasarkan materi), pada hakikatnya hanyalah sebuah upaya untuk mencari pembatas mengenai apa yang dikatakan tentang materi. C. Tokoh-Tokoh Aliran Filsafat Materialisme Tokoh yang terdapat dalam aliran filsafat materialisme (Sudarsono, 2008), yaitu: a. Demokritos (460-370 SM) Demokritus berkeyakinan bahwa alam semesta tersusun atas atom-atom kecil yang memiliki bentuk dan badan. Atom-atom ini mempunyai sifat yang sama, perbedaannya hanya tentang besar, bentuk dan letaknya. Jiwa pun, menurut Demokritos terjadi dari atom-atom, hanya saja atom-atom jiwa itu lebih kecil, bulat dan mudah bergerak. b. Thomas Hobbes (1588-1679 M) Hobbes berpendapat bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia merupakan gerak dari materi. Termasuk juga disini pikiran dan perasaan adalah gerak materi belaka. Karena segala sesuatu terjadi dari bendabenda kecil, maka bagi Hobbes, filsafats sama dengan ilmu yang mempelajari benda-benda. c. Julien de Lamettrie (1709-1751 M) Lamettrie mengatakan manusia itu tidak berbeda dengan binatang, keduanya adalah sama dengan mesin. Keberadaan manusia adalah jasmaninya. Hidup (gerak) tidak akan terjadi kalau tidak ada jasmani, misalnya kalau tidak ada jantung. d. Ludwig Feurbach (1804-1872 M) Menurut Feurbach, hanya alamlah yang berada. Oleh karena itu manusia adalah makhluk alamiah. Segala usahanya didorong oleh nafsu alamiah, yaitu dorongan untuk hidup. Paling penting pada manusia bukan akalnya, tetapi usahanya. Sebab, pengetahuan hanyalah alat untuk menjadikan segala manusia berhasil. Kebahagiaan manusia dapat dicapai di dalam dunia ini. Oleh karena itu, agama dan metafisika harus ditolak. e. Anaximenes (585-528 SM)



9



Anaximenes beranggapan bahwa sumber dari segala sesuatu adalah udara dan uap. Jika Thales menganggap segalanya berasal dari air, pertanyaannya adalah dari manakah air berasal, karena itulah anaximenes yakin bahwa air adalah udara yang dipadatkan. f. Parmenides (540-480 SM) Parmenides uang yakin melontarkan dalil maretialisme yang penting, yang belakangan disangkal oleh idealisme dan agama bahwa segala sesuatu berasal dari ide, ketiadaan, atau Tuhan. Ia juga berkeyakinan bahwa alam terus berubah. g. Heraclitus (540-480 SM) Heraclitus mengatakan segala sesuatu mengalir, sebagaimana diyakini oleh para filsuf materialisme dialektika, seperti Marx-Engels. Dia mengatakan bahwa dunia itu dicirikan dengan adanya kebalikan. Misalnya, jika tidak pernah sakit, kita tak tahu bagaimana rasanya sehat dan jika tidak merasakan kelaparan, tidak mungkin merasakan nikmatnya kenyang. Tanpa itu dunia tak pernah ada. h. Empedocles (490-430 SM) Empedocles muncul untuk menawarkan pandangan bahwa alam itu terdiri dari empat unsur (yang menjadi akar dari semua materi alam), antara lain tanah, udara, api, dan air. Semua proses alam disebabkan oleh menyatu dan terpisahnya unsur-unsur itu adalah kekuatan yang bekerja di alam. Ada dua hal, yaitu yang ia sebut sebagai cinta dan perselisihan. Di mana cinta mengingat segala sesuatu dan perselisihan memisahkannya. i. Anaxagoras (500-428 SM) Anaxagoras tampil dengan pandangan yang agak berbeda. Menurutnya, alam diciptakan dari partikel-partikel yang sangat kecil yang tak dapat dilihat oleh mata yang jumlahnya tak terhingga. j. Karl Marx (1818-1883) Karl Marx adalah seorang filosof, sosiolog, ekonomi, politisi, dan aktivis. Marx menyebutkan pemikirannya sebagai kritik politik ekonomi dari perspektif kaum proletar yang dikenal sebagai filsafat kritis.



10



Teori Marx berakar dari suasana intelektual abad ke-19. Menurutnya sejarah manusia adalah proses alamiah. Materialisme historis menjadi ciri khas pembahasan Karl Marx. Materialisme historis dipahami sebagai sejarah yang dikaitkan dengan materi. Pemikiran Marx sangat dipengaruhi oleh Hegel, meskipun antara keduanya berbeda. Hegel menjadikan ide sebagai pusatnya, sedangkan Marx materilah yang menjadi sumber segalanya. D. Konsep Dasar Materialisme Pandangan filsafat materialisme dapat dilihat pada cabang-cabang filsafat yaitu ontologi, epistimologi, dan aksiologi. 1. Kajian Ontologi Menurut Bakhtiar (2004), di dalam pemahaman ontologi dapat dikemukakan pandangan pokok pemikiran seperti monoisme. Paham ini bertitik tolak dari satu pandangan saja, baik yang asal berupa materi atau rohani. Salah satu aliran ini adalah materialisme. Materialisme adalah sistem pemikiran yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Sistem berfikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham materialisme dialektika Karl Marx. Dalam kritik yang dilontarkan pada Hegel tentang manusia sebagai esensi dari jiwa. Marx menyanggah bahwa manusia adalah makhluk alamiah dalam obyek alamiah. (Lavine, 2002). Jiwa dan segala kegiatannya (berfikir, memahami) adalah suatu gerakan yang kompleks dari otak, sistem urat saraf, dan organ-organ jasmani lainnya. Contoh: karena meja atau kursi secara objektif ada, maka orang berfikir tentang meja dan kursi. Bisakah seseorang memikirkan meja dan kursi sebelum benda yang berbentuk meja atau kursi belum atau tidak ada. (Baharudin, 2013) 2. Kajian Epistemologi Dalam pemahaman epistemologi pada materialisme, semua sains (biologi, kimia, psikologi, fisika, sosiologi, ekonomi, dan lain-lain)



11



merupakan cabang ilmu dari sains mekanika ditinjau dari dasar fenomena materi yang berhubungan secara kausal. Tingkatan berpikir berdasarkan pada sains, dimana pandangan dogmatis dan spekulatif metafisika diganti oleh pengetahuan faktual. 3. Kajian Aksiologi Dalam pemahaman aksiologi dikemukakan pandangan materialisme seperti nilai dan cita-cita, makna dan tujuan hidup, keindahan dan kesenangan, serta kebebasan, hanyalah sekadar nama-nama atau semboyan, simbol subjektif manusia untuk situasi atau hubungan fisik yang berbeda. Jadi, semua fenomena sosial maupun fenomena psikologis merupakan bentuk-bentuk tersembunyi dari realitas fisik. Hubungan-hubungannya dapat berubah secara kausal Menurut Marx, Feuerbach telah berhasil membangun materialisme sejati dan ilmu pengetahuan yang positif dengan menggunakan hubungan sosial antarmanusia sebagai prinsip dasar teorinya. E. Implementasi Aliran Filsafat Materialisme Terhadap Pendidikan Implementasi aliran filsafat materialism terhadap pendidikan (Suegiono & Muis, 2016), yaitu: 1. Pandangan Materialisme Mengenai Belajar Positivisme Materialisme



maupun



positivisme,



pada



dasarnya



tidak



menyusun konsep pendidikan secara eksplisit. Bahkan menurut Henderson (1956), materialisme belum pernah menjadi penting dalam menentukan sumber teori pendidikan. Menurut Waini Rasyidin (1992), filsafat positivisme sebagai cabang dari materialisme lebih cenderung menganalisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi upaya dan hasil pendidikan secara faktual. Memilih aliran positivisme berarti menolak filsafat pendidikan dan mengutamakan sains pendidikan. Dikatakan positivisme, karena mereka beranggapan bahwa yang dapat kita pelajari hanyalah fakta-fakta, berdasarkan data-data yang nyata, yaitu yang mereka namakan positif.



12



2. Pandangan Materialisme Mengenai Belajar Behaviorisme Menurut behaviorisme, apa yang disebut dengan kegiatan mental kenyataannya tergantung pada kegiatan fisik yang merupakan berbagai kombinasi dan materi dalam gerak. Dalam hal ini proses belajar, merupakan



proses



kondisionisasi



lingkungan.



Misalnya,



dengan



mengadakan percobaan terhadap anak yang tidak pernah takut pada kucing, akhirnya ia menjadi takut pada kucing. Menurut behaviorisme, perilaku manusia adalah hasil pembentukan melalui kondisi lingkungan (seperti contoh anak dan kucing di atas). Perilaku adalah hal-hal yang berubah, dapat diamati, dan dapat diukur (materialisme dan positivisme). Hal ini mengandung implikasi bahwa proses pendidikan (proses belajar) menekankan pentingnya keterampilan dan pengetahuan akademis yang empiris sebagai hasil kajian sains, serta perilaku sosial sebagai hasil belajar. 3. Pandangan Materialisme Terhadap Implikasi Pendidikan Menurut Power (1982) (Suegiono & Muis, 2016) terdapat beberapa implikasi pendidikan positivisme behaviorisme yang bersumber pada filsafat materialisme, sebagai berikut: a. Tema Manusia baik yang efisien dihasilkan dengan proses pendidikan terkontrol secara ilmiah. Dalam proses pembelajaran saat ini pendekatan pembelajaran pada kurikulum 2013 yaitu saintifik menggunakan langkah-langkah ilmiah dalam menggali imformasi. Pendekatan ini relevan dengan pandangan materialisme positivisme. b. Tujuan Pendidikan Sesuai dengan tujuan pendidikan nasional antara lain membentuk jiwa mandiri, cerdas, dan kreatif. Namun pandangan materialisme kurang memperhatikan aspek kompetensi spiritual. c. Kurikulum Isi



pendidikan



mencakup



pengetahuan



yang



dapat



dipercaya, dan organisasi, selalu berhubungan dengan sasaran



13



perilaku. Muatan lebih banyak didominasi pengetahuan alam dan sosial. Pengetahuan religius, moral, dan budi pekerti kurang mendapat perhatian pada aliran materialisme. d. Metode Pembelajaran lebih banyak menggunakan cara memberikan stimulus−respon. Guru harus pandai memberikan rangsangan siswa untuk belajar, melalui reinforcement pemberian hadiah, dan penghargaan. Bentuk penghargaan nyata, bisa menumbuhkan motivasi untuk melakukan kegiatan. e. Kedudukan Siswa Materialisme menuntut siswa untuk giat belajar. Siswa tidak diberi ruang kebebasan. Perilaku ditentukan oleh kekuatan dari luar. Pelajaran sudah dirancang oleh guru. Siswa dipersiapkan untuk hidup sesuai harapan orang tua atau guru. Kompetensi dalam diri siswa sulit untuk berkembang dengan baik. f. Peranan Guru Guru memiliki kekuasaan untuk merancang dan mengontrol proses pendidikan. Guru dapat mengukur kualitas dan karakter hasil belajar siswa. Pembelajaran lebih banyak diketahui guru, sementara siswa mengikuti skenario yang telah disusun sesuai yang dikehendaki guru. 4. Pandangan Materialisme Mengenai Belajar Empiris Pandangan Thomas Hobbes, sebagai pengikut empirisme materialistis, ia berpendapat bahwa pengalaman merupakan awal dari segala pengetahuan juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan dikukuhkan oleh pengalaman. Hanya pengalamanlah yang memberikan kepastian pengetahuan melalui akal hanya memiliki fungsi mekanis semata, sebab pengenalan dengan akal mewujudkan suatu proses penjumlahan dan pengurangan.



14



F. Kelebihan dan Kekurangan Aliran Filsafat Materialisme Kelebihan dari aliran filsafat materialisme, yaitu: 1) Materialisme berpendapat bahwa semua kebutuhan manusia dapat terpenuhi melalui pemenuhan kebutuhan materi. 2) Munculnya dorongan untuk meningkatkan prestasi, karena muncul anggapan bahwa prestasi perseorangan tidak dapat dilakukan orang lain sehingga mendapat pujian dan mendorong lainnya untuk maju. 3) Munculnya kelas pedagang, kelas borjuis, yang jumlahnya kian bertambah banyak dan lama-kelamaan menjadi pilar bagi perekonomian yang nantinya mengarah pada industrialisasi. 4) Munculnya teknologi yang merupakan alat bantu manusia untuk mengatasi kesulitan-kesuliatan material dan memudahkan memahami alam (dengan teleskop diketahui susunan jagat raya, dengan mikroskop diketahui zat-zat kecil, dengan transformasi dan komunikasi pertukaran pengetahuan kian cepat). Kekurangan dari aliran filsafat materialisme, yaitu: 1) Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi dengan sendirinya dari chaos (kacau balau). Padahal kata Hegel, kacau balau yang mengatur bukan lagi kacau balau namanya. 2) Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur oleh hukum alam. Padahal, pada hakekatnya hukum alam ini adalah perbuatan rohani juga. 3) Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri. Padahal, dalil itu menunjukkan adanya sumber dari luar alam itu sendiri, yaitu Tuhan. 4) Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian rohani yang paling mendasar sekalipun.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Menurut aliran filsafat materialisme, asal sifat dan hakikat dari semua keberadaan adalah materi. Aliran materialisme tidak mengakui adanya Tuhan. Latar belakang lahirnya aliran filsafat ini menurut tokoh-tokohnya adalah dari hasil penyelidikan fisika maupun kimia (berdasarkan materi) yang hakikatnya hanyalah sebuah upaya untuk mencari pembatas mengenai apa dikatakan tentang materi. Tokoh-tokoh aliran ini diantaranya, yaitu: Demokritos, Thomas Hobbes, Julien de Lamettrie, Ludwig Feurbach, Anaximenes, Parmenides, Heraclitus, Empedocles, dan Anaxagoras. Pada dasarnya filsafat materialisme ini beranggapan bahwa kenyataan berada di luar persepsi manusia, demikian juga diakui adanya kenyataan objektif sebagai penentu terakhir dari ide. Implementasi aliran filsafat materialisme terhadap pendidikan menurut Power, yaitu: tema, tujuan pendidikan, kurikulum, metode, kedudukan siswa dan peranan guru. Kelebihan dari aliran ini yaitu dapat memenuhi kebutuhan manusia, seperti munculnya teknologi yang merupakan alat bantu manusia karena rasa penasaran mereka terhadap suatu materi. Sedangkan kekurangannya adalah tidak ada yang bisa menerangkan suatu kejadian yang berhubungan dengan spiritual, karena materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan kehidupan pada asal benda itu sendiri. B. Saran Aliran ini bisa diimplementasikan hanya pada sebagian kecil proses pembelajaran. Aliran ini juga bisa memberi kontribusi bagi pendidik dalam menjalankan pendidikan. Pada dasarnya semua aliran filsafat pendidikan mempunya kelebihan dan kekurangan masing-masing. Selanjutnya penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan sarannya dari makalah ini agar menjadi acuan kami kedepan dan kesempurnaannya. 15



DAFTAR PUSTAKA Achmad, A. (2010). Filsafat Umum. Jakarta: Rajawali Pers. Baharudin. (2013). Dasar-dasar Filsafat. Bandar Lampung: Haraksindo. Bakhtiar, A. (2004). Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers. Bertens, K. (2001). Sejarah Filsafat Barat, dari Thales ke Aristoteles. Yogyakarta: Kanisius. Departemen Pendidikan Nasional. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Farihah, I. (2015). Filsafat Materialisme Karl Marx. Ilmu Aqidah dan Studi Keagamaan(3), 431-454. Hardiman, F. B. (2004). Filsafat Modern, dari Machiavelli sampai Nietzsche. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kristiawan, M. (2016). Filsafat Pendidikan The Choice Is Yours. Jogjakarta: Valia Pustaka. Lavine, T. (2002). Petualangan Filsafat dari Socrates ke Sartre. Yogyakarta: Penerbit Jendela. Maksum, A. (2015). Pengantar Filsafat dari Masa Klasik Hingga Postmodernisme. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Soyomukti, N. (2011). Pengantar Filsafat Umum. Jogjakarta: Ar-ruzz Media. Sudarsono. (2008). Ilmu Filsafat - Suatu Pengantar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Suegiono, & Muis, T. (2016). Filsafat Pendidikan Teori dan Praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.



16



17



LAMPIRAN SOAL-SOAL 1. Salah contoh aliran materialisme pada sikap siswa adalah .... A. Bersikap sopan dengan guru. B. Bermain untuk melepas stress setelah belajar. C. Rajin belajar untuk meraih peringkat pertama di kelas. D. Belajar dengan mengamati lingkungan sekitar. E. Berdo'a kepada Tuhan setelah belajar untuk ujian. 2. Tokoh aliran filsafat materialisme yang memiliki pemikiran yang mirip adalah …. A. Demokritos dan Anaxagoras B. Karl Max dan Ludwig Feurbach C. Karl Max dan Julien de Lamettrie D. Demokritos dan Parmenides E. Heraclitus dan Parmenides 3. Berikut ini benar tentang aliran materialisme, kecuali .... A. Aliran materialisme tidak mempercayai adanya Tuhan. B. Aliran ini meyakini yang ada di dunia hanya materi semata. C. Kebenaran dan pengetahuan tertinggi adalah ide. D. Memiliki kelebihan bahwa setiap individu akan berkompetensi untuk berprestasi. E. Memiliki kekurangan tidak bisanya menjelaskan kejadian rohani secara mendasar. 4. Sebagai seorang pelajar, dalam menyikapi aliran materialisme yang baik adalah .... A. Menerima adanya aliran materialisme. B. Menganggap aliran tersebut tidak ada. C. Hanya menganggap aliran materialisme itu ada. D. Mengambil hal positif dari aliran materialisme. E. Menolak adanya keberadaan aliran materialisme.



18



5. Seseorang yang terbiasa belajar matematika akan memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih besar tentang perhitungan matematika dibandingkan orang yang tidak pernah belajar matematika. Pernyataan di atas berkaitan dengan .... A. Pandangan materialisme mengenai belajar positivisme. B. Pandangan materialisme mengenai belajar behaviorisme. C. Pandangan materialisme terhadap impilkasi pendidikan. D. Pandangan materialisme mengenai belajar empiris. E. Pandangan materialisme mengenai peranan guru. 6. Seseorang akan memperoleh pengetahuan hanya melalui pendataan dan penelitian yang nyata saja. Pernyataan tersebut berkaitan dengan .... A. Pandangan materialisme mengenai belajar positivisme. B. Pandangan materialisme mengenai belajar behaviorisme. C. Pandangan materialisme terhadap impilkasi pendidikan. D. Pandangan materialisme mengenai belajar empiris. E. Pandangan materialisme mengenai peranan guru. 7. Memilih pandangan materialisme mengenai belajar positivisme berarti menolak filsafat pendidikan dan mengutamakan sains pendidikan. Maksud dari kalimat tersebut, yaitu …. A. Belajar positivisme lebih cenderung pada kegiatan fisik yang merupakan berbagai kombinasi dan materi dalam gerak. B. Belajar positivisme lebih cenderung menganalisis hubungan faktorfaktor yang memengaruhi upaya dan hasil pendidikan secara faktual. C. Belajar



positivisme



lebih



cenderung



mempelajari



berdasarkan



pengalaman-pengalaman di sekitar, baik itu kejadian nyata maupun gaib. D. Belajar positivisme lebih cenderung menekankan keterampilan dan pengetahuan akademis yang empiris. E. Belajar positivisme lebih cenderung mempersiapkan manusia sesuai dengan kapasitasnya untuk tanggung jawab hidup sosial dan pribadi.



19



8. Salah satu kegiatan sehari-hari yang termasuk ke dalam pandangan materialisme mengenai belajar empiris, yaitu …. A. Budi menceritakan pengalamannya saat berlibur di rumah nenek. B. Guru mencari solusi dalam konflik di kelas dengan mengamati perilaku siswa. C. Idah mencoba untuk membuktikan bau melati itu harum. D. Pak RT suka berkeliling kampong untuk mengamati warganya. E. Radit memperhatikan sendok yang terlihat bengkok di dalam air. 9. Untuk mengerti kursi, harus ditunjukkan bendanya (kursi) terlebih dulu baru akan mengerti. Pernyataan tersebut sejalan dengan aliran filsafat …. A. Pragmatisme



C. Materialisme



B. Realisme



D. Progrevisme



E. Idealisme



10. Perbedaan yang mencolok dari aliran idealisme dan materialisme, yaitu …. A. Aliran Idealisme berpendapat bahwa pemikiran selalu berkembang sesuai zaman, sedangkan aliran materialisme berpendapat bahwa materi adalah awal dari segalanya. B. Aliran Idealisme berpendapat bahwa belajar harus sesuai fakta, sedangkan aliran materialisme berpendapat bahwa seseorang akan belajar jika diberi kebebasan seluas-luasnya. C. Aliran Idealisme berpendapat bahwa perilaku seseorang terbentuk tergantung pengalamannya, sedangkan aliran materialisme berpendapat bahwa perilaku seseorang terbentuk memang dari lahir. D. Aliran Idealisme berpendapat tidak ada perbedaan kelas dalam masyarakat, sedangkan aliran materialisme berpendapat bahwa manusia terlahir suci. E. Aliran Idealisme berpendapat bahwa ide adalah awal dari segalanya, sedangkan aliran materialisme berpendapat bahwa materi adalah awal dari segalanya.



20