FIX Masa Kering [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MANAJEMEN SAPI PERAH PADA MASA KERING



Disusun oleh:



Imro’ Atun Mashluhah



175050101111158



Muhammad Aziz Malano



175050107111007



Aris Wahyu Hardian



175050107111009



Atfan Pribadi



175050107111030



Indyatama Zufar Ramadhan



175050107111037



FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, sehingga dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah mata kuliah Metodologi Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah dengan judul “MANAJEMEN SAPI PERAH PADA MASA KERING”. Makalah ini disusun secara tim oleh kelompok 5 dengan menjelaskan bagaimana manajemen sapi perah pada masa kering yang baik dan tepat. Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Kedua orang tua atas doa dan dukungannya baik secara moril maupun materil. 2. Dr. Ir. Puguh Surjowardojo, MP. selaku Dosen mata kuliah Metodologi Penelitian dan Penulisan Karya Ilmiah. Penulis menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya apabila masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini baik dari sisi kepenulisan maupun dari materi yang kami berikan. Penulis berharap semoga Allah SWT memberikan limpahan rahmat dan kasih sayang pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah. Aamiin Yaa Rabbal ‘Alamiin.



Malang, 25 Febuari 2020



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR......................................................................................................i DAFTAR ISI...................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1 1.1 Latar Belakang............................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................1 1.3 Tujuan.........................................................................................................................2 1.4 Manfaat.......................................................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3 3.1 Pengertian Masa Kering..............................................................................................3 3.2 Tujuan Masa Kering...................................................................................................3 3.3 Proses Pengeringan Dengan Cara Pengaturan Pemerahan.........................................3 3.4 Manajemen Masa Kering............................................................................................4 3.4.1 Pakan........................................................................................................................4 3.4.2 Sanitasi Kandang.....................................................................................................5 3.4.3 Sanitasi Sapi.............................................................................................................5 3.5 Lama Masa Kering......................................................................................................6 3.6 Kebutuhan Zat Pakan Sapi Perah Kering Kandang....................................................6 BAB IV PENUTUP.........................................................................................................7 4.1 Kesimpulan.................................................................................................................7 4.2 Saran...........................................................................................................................8 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk setiap tahun menuntut peningkatan ketersediaan berbagai produk pangan, termasuk pangan asal ternak. Secara nasional, konsumsi protein hewani asal ternak baru mencapai 5,72 g/kapita/hari, masih di bawah rekomendasi Widyakarya Pangan dan Gizi, yaitu 6 g/kapita/hari. Dari jumlah tersebut, kontribusi terkecil berasal dari susu, yaitu 0,6 g/kapita/hari (Soedjana 2007). Rendahnya konsumsi protein hewani asal ternak tidak terlepas dari kurangnya produksi susu dalam negeri. Saat ini, produksi susu di Indonesia hampir seluruhnya berasal dari sapi perah dan baru memenuhi 30% dari kebutuhan, sisanya harus diimpor (Ditjennak 2007). Peluang meningkatkan produksi susu masih cukup besar, baik melalui peningkatan populasi dan produktivitas ternak maupun diversifikasi sumber susu. Salah satu ternak yang potensial sebagai ternak perah adalah sapi perah. Manajemen suatu peternakan sapi perah penting untuk diketahui oleh orang-orang yang berkecimpung dalam dunia peternakan khususnya peternakan sapi perah. Manajemen sebagai pedoman agar tidak terjadi kerugian baik secara materi maupun kerugian secara genetik dan agar terciptanya sebuah usaha peternakan yang efektif dan efisien. Susu sebagai hasil utama dari ternak perah khususnya sapi perah dihasilkan melalui suatu peternakan sapi perah. Kualitas dan kuantitas serta kontinuitas produksi susu dari suatu perusahaan peternakan sapi perah sangat penting untuk menjamin kelangsungan produksi dari peternakan sapi perah. Dalam menjaga kelangsungan produksi susu yang stabil dan tidak terjadi kesalahan manajemen yang mengakibatkan keadaan sapi tidak sesuai kriteria produksi atau laktasi. Sapi perah merupakan ternak andalan dalam mewujudkan swasembada susu segar nasional. Keberhasilan menejemen peternakan sapi perah diantara ditentukan oleh kemampuan dalam pemeliharaan dan menejemen kesehatan, terutama pada periode kering kandang 1.2 Rumusan Masalah a. Bagimana manajemen masa kering pada sapi perah? b. Apa tujuan dari masa kering pada sapi perah? c. Bagaimana proses pengeringan dengan metode pemerahan? d. Berapa lama masa kering sapi perah? 1



e. Bagaimana manajemen bahan pakan sapi perah kering kandang? 1.3 Tujuan a. Mengetahui manajemen masa kering pada sapi perah b. Mengetahui tujuan dari masa kering pada sapi perah c. Mengetahui proses pengeringan dengan metode pemerahan d. Mengetahui lama masa kering sapi perah e. Mengetahui manajemen bahan pakan sapi perah kering kandang 1.4 Manfaat Manfaat dari penulisan makalah ini bagi pembaca khususnya bagi peternak sapi perah yaitu untuk memberikan wawasan mengenai manajemen pemeliharaan masa kering sapi perah dan bagi mahasiswa jurusan peternakan dapat menajadikan ini referensi dan tambahan wawasan mengenai dunia peternakan.



2



BAB II PEMBAHASAN 3.1 Masa Kering Sapi Perah Masa kering sapi perah mulai dilaksanakan kira-kira delapan minggu sebelum ternak tersebut melahirkan. Pada kondisi ini ternak perlu mendapatkan perhatian yang ekstra agar ternak tetap sehat sehingga untuk produksi yang akan datang menjadi lebih baik. Tujuan di laksanakannya masa kering pada sapi ternak yang bunting ini adalah untuk mengembalikan kondisi tubuh atau memberi istirahat sapi dan mengisi kembali kebutuhan vitamin serta mineral dan menjamin pertumbuhan foetus di dalam kandang. Menurut Siregar dalam Adika Putra (2009), masa kering sapi perah yang terlalu pendek menyebabkan produksi susu turun. Masa kering sapi perah secara normal adalah 80 hari dan pakan terus dijaga mutunya, terutama 2-3 bulan terakhir sebelum masa kering kandang.



3.2 Tujuan Masa Kering pada Sapi Perah Kering kandang bertujuan untuk mengistirahatkan kelenjar ambing mengembalikan berat badan induk yang hilang pada periode laktasi. Memberi kesempatan pada fectus untuk berkembang lebih normal agar diperoleh pedet yang baik dan mempersiapkan periode laktasi berikutnya agar produksi tidak menurun (Ensminger, 1971). Selama kering kandang ini dimaksudkan agar tubuh induk dapat membentuk makanan cadangan berupa vitamin – vitamin seperti vitamin A yang dapat dimanfaatkan oleh anak anak lahir yang baru lahir lewat kolostrum bersama antibodi yang sangat penting bagi kesehatan pedet, agar tubuh induk dapat mengisi kembali vitamin – vitamin, mineral dan lain – lain untuk kebutuhan induk sendiri sehingga kondisinya tetap kuat dan sehat walaupun mengalami masa laktasi yang berat. 3.3 Proses Pengeringan Dengan Cara Pengaturan Pemerahan Menurut Syarief dan Sumoprastowo (1990) dalam proses pengeringan atau menuju masa kering sapi perah dapat dilakukan dengan cara pengaturan pemerahan, proses pemerahan tersebut dapat di lakukan dengan 3 cara yaitu sebagai berikut : a. Pemerahan berselang yaitu pengeringan yang menggunakan cara sapi hanya diperah sekali sehari selama beberapa hari. Selanjutnya satu hari diperah dan hari berikutnya 3



tidak diperah. Kemudian induk diperah 3 hari sekali hingga akhirnya tidak diperah sama sekali. b. Pemerahan tidak lengkap  yaitu pemerahan tetap dilakukan setiap hari, tetapi setiap kali pemerahan tidak sekali puting atau keempat puting itu diperah, jadi keempat puting itu diperah secara bergantian. Setiap kali memerah hanya 2 puting saja, dan hari berikutny a bergantian puting lainnya. Hal ini dilakukan beberapa hari hingga akhirnya tidak diperah sama sekali. Cara ini dilakukan pada sapi yang mempunyai kemampuan produksi tinggi. c. Pemerahan yang dihentikan secara mendadak yaitu pengeringan ini dilakukan dengan tiba-tiba. Cara pengeringan semacam ini didahului dengan tidak memberikan makanan penguat 3 hari sebelumnya, dan makanan kasar berupa hijauan pun dikurangi tinggal seperempat bagian saja. Cara ini lebih efektif dan memperkecil gangguan kesehatan pada ambing, bila kombinasikan dengan cara pemerahan berselang.



3.4 Manajemen Masa Kering 3.4.1 Pakan Pakan merupakan faktor paling penting dalam pemeliharaan sapi perah terutama pada masa kering atau Dry Period, sehingga keberhasilan usaha peternakan sapi perah banyak ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pakan serta pemberiannya. Pakan yang baik adalah dengan memperhatikan kondisi dan kebutuhan nutrisi sapi perah atau disebut dengan Complete Feed. Pakan yang diberikan kepada sapi perah harus dibentuk secara sederhana supaya dapat meningkatkan daya cerna dan meningkatkan palatabilitas pakan. Pakan sapi perah berupa hijauan dan konsentrat. 1. Hijauan Hijauan merupakan salah satu pakan yang dikonsumdi oleh sapi perah. Macammacam pakan sapi perah yang termasuk hijauan rumput gajah, tebon jagung, rumput odot, jerami dan berbagai macam leguminosa. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan dan pakan tambahan sebanyak 12% dari BB. Sapi yang sedang menyusui atau laktasi memerlukan pakan tambahan sebesar 25% hijauan dan konsentrat dalam ransumnya (Laryska, dkk 2013). Pakan hijauan yang diberikan pada sapi masa kering awal selama 3 hari sebelum pengeringan, pakan hijauan dikurangi secara bertahap hingga sepertiga bagian dari 4



total konsumsi hijauan normal. Pada dua sampai tiga minggu minggu pertama pakan hijauan dikurangi sampai dengan setengah porsinya dan mulai diberikan pakan penguat dengan kadar protein 2-4% kebutuhan zat pakan sapi kering yang didasarkan bobot badan. Sedangkan ketika memasuki masa kering kandang akhir pada 2-3 minggu sebelum melahirkan, hijauan diberikan seperti jumlah biasa dengan kualitas tinggi. (Murthi, 2016). 2. Konsentrat Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang digunakan bersama bahan pakan lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan pakan dan dimaksudkan untuk dicampur sebagai suplemen. Konsentrat bertujuan sebagai pakan ternak penguat yang kaya akan kandungan karbohidrat dan protein seperti jagung, pollard, bekatul, dedak dan bungkil-bungkilan. Pakan konsentrat yang diberikan pada sapi masa kering awal selama 3 hari sebelum pengeringan, adalah dilakukan penghentian atau tidak diberi konsentrat. Pemberian pakan konsentrat pada akhir masa kering kandang dilakukan 2-3 minggu sebelum melahirkan, dengan dilakukan penambahan konsentrat yang diberikan menigkat secara bertahap. 3.3.2 Sanitasi Kandang Susu yang berkualitas rendah dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu intrinsik dan ekstrinsik. Sanitasi adalah salah satu contoh faktor ekstrinsik. Sanitasi merupakan upaya dalam menjaga kebersihan ternak, kandang dan alat di lingkungan sekitar. Sanitasi kandang dan diperalatan dilakukan sebelum memulai pemeliharan sapi perah, baik itu untuk pedet maupun sapi dara. Sanitasi kandang dan peralatan dengan cara membersihkan lingkungan di dalam kandang dan diluar kandang. Sanitasi diluar kandang dilakukan dengan membabat semak-semak, menyapu dan mengumpulkannya ditempat yang aman, sehingga tidak mengganggu atau menimbulkan penyakit pada ternak, setelah lingkungan dibersihkan selanjutnya dilakukan pencucian kandang dengan air hingga bersih dan baru kemudian disemprot dengan desinfektan (Albiantono, 2016). 3.3.3 Sanitasi Sapi Ketika masa kering diperlukan pengawasan terhadap sanitasi kandang maupun ternak untuk menghindari terinfeksinya sapi dengan penyakit mastitis. Upaya sanitasi 5



yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya mastitis yaitu dengan selalu menjaga kebersihan kandang dan lingkungannya, pengawasan masa kering perlu dilakukan dengan baik lalu pemberian antibiotik kedalam putting masa kering kandang (Suryowardojo, 2011). 3.5 Lama Masa Kering Menurut Ensminger (1991), lama kering kandang tergantung pada kondisi badan ternak, tingkat produksi, umur ternak dan kualitas hijauan. Sapi pertama kali dikering kandangkan selama 60-65 hari sebelum melahirkan, sedangkan sapi dengan umur lebih dari 4 tahun lama kering kandang sekitar 50-60 hari. Masa kering kandang yang lebih pendek dari 40 hari atau lebih dari 80 hari, maka produksi susu pada laktasi berikutnya akan menurun. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa lama kering kandang kurang dari 30 hari produksi menurun sebesar 3,7% dan lebih lama 80 hari maka produksi pada laktasi yang akan datang menurun sebesar 0,3% (Soeharsono, 2008).. Lama kering kandang yang baik untuk menjaga agar laktasi berikutnya tetap tinggi adalah sekitar 60 hari. 3.6 Kebutuhan Zat Pakan Sapi Perah Kering Kandang Sapi kering kandang membutuhkan bahan kering (BK) 2%, pemberian rumput sekitar 34 kg/ekor/hari. Pada awal kering kandang sapi yang mempunyai kondisi yang baik diberi hijauan dengan kualitas baik 5-7 minggu hingga 2-3 minggu sebelum melahirkan ditambah garam dapur atau air minum ditambah dengan tepung tulang. Untuk kondisi sapi yang kurang baik hijauan diberikan 2 – 3 minggu sebelum melahirkan ditambah konsentrat ± 1,9 kg/ekor/hari, dinaikan bertahap 0,45-0,68 kg/hari/50kg BB.



6



BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 



Masa kering sapi perah mulai dilaksanakan kira-kira delapan minggu sebelum ternaktersebut melahirkan.







Kering kandang bertujuan untuk mengistirahatkan kelenjar ambing mengembalikan berat badan induk yang hilang pada periode laktasi. Memberi kesempatan pada fectus untuk berkembang lebih normal agar diperoleh pedet yang baik dan mempersiapkan periode laktasi berikutnya agar produksi tidak menurun







Proses pengeringan atau menuju masa kering sapi perah dapat dilakukan dengan cara pengaturan pemerahan, proses pemerahan tersebut dapat di lakukan dengan 3 cara yaitu pemerahan berselang, pemerahan tidak lengkap, dan pemerahan dihentikan secara mendadak.







Lama kering kandang yang baik untuk menjaga agar laktasi berikutnya tetap tinggi adalah sekitar 60 hari







Sapi kering kandang membutuhkan bahan kering (BK) 2%, pemberian rumput sekitar 3-4 kg/ekor/hari. Pada awal kering kandang sapi yang mempunyai kondisi yang baik diberi hijauan dengan kualitas baik 5-7 minggu hingga 2-3 minggu sebelum melahirkan ditambah garam dapur atau air minum ditambah dengan tepung tulang.







Pakan sapi yang pertama meliputi hijauan. Pemberian pakan pada masa kering perlu diperhatikan karena produksi susu mulai berhenti atau diistirahatkan dari pemerahan. Pakan hijauan yang diberikan pada sapi masa kering awal selama 3 hari sebelum pengeringan, pakan hijauan dikurangi secara bertahap hingga sepertiga bagian dari total konsumsi hijauan normal. Pada dua sampai tiga minggu minggu pertama pakan hijauan dikurangi sampai dengan setengah porsinya dan mulai diberikan pakan penguat dengan kadar protein 2-4% kebutuhan zat pakan sapi kering yang didasarkan bobot badan. Sedangkan ketika memasuki masa kering kandang akhir pada 2-3 minggu sebelum melahirkan, hijauan diberikan seperti jumlah biasa dengan kualitas tinggi.







Pakan sapi yang kedua meliputi konsentrat. Pakan konsentrat yang diberikan pada sapi masa kering awal selama 3 hari sebelum pengeringan, adalah dilakukan penghentian atau tidak diberi konsentrat. Pemberian pakan konsentrat pada akhir



7



masa kering kandang dilakukan 2-3 minggu sebelum melahirkan, dengan dilakukan penambahan konsentrat yang diberikan menigkat secara bertahap. 



Sanitasi merupakan upaya dalam menjaga kebersihan ternak, kandang dan alat di lingkungan sekitar. Sanitasi kandang dan diperalatan dilakukan sebelum memulai pemeliharan sapi perah, baik itu untuk pedet maupun sapi dara. Sanitasi kandang dan peralatan dengan cara membersihkan lingkungan di dalam kandang dan diluar kandang.



4.2 Saran Sebaiknya sebagai peternak harus mempunyai ilmu yang cukup untuk memelihara dan memperhatikan sapi perah pada masa kering.



8



DAFTAR PUSTAKA Albiantono, L. 2016. Manajemen Perkandangan pada Sapi Perah di CV. Capita Farm, Desa Sumogawe, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Tugas Akhir Universitas Diponegoro Semarang. Al-Amin, A. F., M. Hartono., dan S. Suharyati. 2017. Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Calving Interval Sapi Perah Pada Peternakan Rakyat Di Beberapa Kabupaten/Kota Provinsi Lampung. Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia. Vol 1 (1) : 33-36 Anggraeni, A dan E. Mariana. 2016. Evaluasi Aspek Teknis Pemeliharaan Sapi Perah Menuju Good Dairy Farming Practices pada Peternakan Sapi Perah Rakyat Pondok Ranggon. Agripet. Vol 16 (2) : 90-96 Atabany, A., B. P. Purwanto., T. Toharmat., dan A. Anggraeni. 2011. Hubungan Masa Kosong dengan Produktivitas pada Sapi Perah Friesian Holstein di Baturraden, Indonesia. Media Peternakan. Vol 34 (2) : 77-82 Laryska, N. dan T. Nurhajati. 2013. Peningkatan Kadar Lemak Susu Sapi Perah dengan Pemberian Pakan Konsentrat Komersial Dibandingkan dengan Ampas Tahu. Jurnal Agroveteriner. Vol 1(2): 79-87. Murthi, A.S. 2016. Manajemen Usaha Peternakan Sapi Perah di Balai Besar PembibitanTernak Unggul dan Hijauan pakan Ternak Baturraden Kabupaten Banyumas Jawa Tengah. Tugas Akhir Universitas Diponegoro Semarang. Rahman, M.T., Hermawan dan D.S Tasripin. 2015. Evaluasi Performa Produksi Susu Sapi Perah Fries Holland (FH) Keturunan Sapi Impor. Jurnal Universitas Padjajaran. Vol 4(3): 1-8 Rusadi, R.P., M. Hartono dan Siswanto. 2015. Service Per Conception Pada Sapi Perah Laktasi di Balai Besar Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPPTUHPT) Baturraden Purwokerto Jawa Tengah. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu. Vol 3(1): 29-37. Suryowardojo. P. 2011. Tingkat Kejadian Mastitis dengan Whiteside Test dan Produksi Susu Sapi Perah FH. Jurnal Ternak Tropika. Vol. 12(1): 46-55. Syarief, M. Z. dan C. D. A. Sumoprastowo.1990. Ternak Perah. CV. Yasaguna. Jakarta. Putera, D.K., R. Wulansari., dan R. P. A. Lelana. Profil Hematologi Sapi Perah Fh (Freisian Holstein) Periode Kering Kandang Di Kunak Cibungbulang Bogor : 1-10.



9