Analisis Pengendalian Mutu Produk Mi Kering Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Analisis Pengendalian Mutu Produk Mi Kering Kelompok 1/d Program Studi Teknologi Industri Pangan, Jurusan Tekonologi Pertanian, Politeknik Negeri Jember, Jawa Timur – Indonesia Abstrak – Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengendalian mutu pada produk mi kering mulai dari penerimaan bahan baku, proses produksi sampai pada produk akhir sehingga menghasilkan produk yang berkualitas. Hasil dari penelitian ini berupa urutan proses atau tahapan dalam pembuatan mi kering sampai dengan pengendalian mutu yaitu: Tahapan proses produksi mie kering; Cara pengendalian mutu bahan baku; Cara pengendalian bahan tambahan; Perlu diperhatikan kaitannya semua proses yang dilakukan dalam pembuatan mi kering dengan pengendalian mutu; Kualitas mutu mi kering yang baik; Penanganan alat produksi. Kata Kunci : Produk mi kering, proses produksi, pengendalian mutu dan kualitas mi kering



1. Pendahuluan



dengan kebutuhan pasar. Perusahaan dapat



Persaingan yang terjadi di antara



bertahan



karena



memiliki



program



masing-masing industri saat ini khususnya



kualitas, program kualitas yang baik dapat



industry pangan semakin ketat. Salah satu



mengeliminasi



cara agar bisa memenangkan kompetisi



meningkatkan



atau paling tidak dapat bertahan di dalam



perusahaan. Tujuan utama dari suatu



kompetisi



dengan



perusahaan adalah untuk memperoleh laba



memberikan perhatian penuh terhadap



yang optimal, sesuai dengan pertumbuhan



kualitas produk yang dihasilkan oleh



perusahaan



perusahaan. Permasalahan kualitas telah



Konsumen yang senantiasa menuntut agar



mengarah



strategi



perusahaan



lebih



agar



memenuhi



keinginan



perusahaan



tersebut



pada



adalah



taktik



secara



dan



menyeluruh



pemborosan kemampuan



dalam



jangka



dan bersaing



panjang.



fleksibel konsumen



dalam yang



memiliki daya saing dan bertahan terhadap



berhubungan langsung dengan kualitas



persaingan



produk yang diterima oleh konsumen. Hal



perusahaan



global lain.



dengan



Kualitas



produk



yang



baik



ini menyebabkan perusahaan harus dapat



dihasilkan dari proses yang baik dan sesuai



mempertahankan kualitas produk yang



dengan standar kualitas yang ditentukan



dihasilkanya atau bahkan lebih baik lagi.



Suatu produk dikatakan berkualitas baik



bahan baku, proses produksi dan produk



apabila dapat memenuhi kebutuhan dan



jadi.



keinginan konsumen.



pengendalian



Oleh



karenanya, kualitas



kegiatan



tersebut



dapat



Mi kering adalah produk makanan



dilakukan mulai dari bahan baku, selama



kering yang dibuat dari tepung terigu



proses produksi berlangsung sampai pada



dengan penambahan bahan makanan lain



produk akhir dan disesuaikan dengan



dan



yang



standar yang tetapkan. Produk akhir



diizinkan, berbentuk khas mi (BSN, 1996)



demikianlah yang akan di pasarkan ke



serta memiliki kadar air sebesar 8-10%. Di



konsumen.



Indonesia,



1.1 Rumusan Masalah



bahan



tambahan



mi



telah



makanan



menjadi



pangan



alternatif utama setelah nasi. Pengendalian



Rumusan permasalahan pada penelitian ini



mutu pada proses pembuatan mi instan



adalah: “Bagaimana kegiatan pengendalian



memerlukan



kualitas



penanganan



yang



sangat



pada



roti



mi



kering



yang



kompleks, agar dihasilkan produk akhir mi



dilakukan mulai dari penerimaan bahan



instan



baku, proses produksi sampai dengan



yang



berkualitas



baik.



Hasil



pertanian pertanian yang diproses secara



produk



industri



produk



ditujukan



agar



menghasilkan



akhir



sehingga yang



menghasilkan berkualitas”.



produk yang lebih bermutu dan berkualitas



1.2 Tujuan Penelitian



dari bahan bakunya. Peningkatan kualitas



Tujuan



produk tidak lepas dari pengendalian dan



mengetahui pengendalian mutu produk mi



pengawasan agar dicapai produk yang



kering mulai dari penerimaan bahan baku,



sesuai standar mutu. Pengendalian kualitas



proses produksi sampai dengan produk



penting bagi perusahaan agar produk yang



akhir sehingga menghasilkan produk yang



dihasilkan tersebut sesuai dengan standar



berkualitas.



penelitian



adalah



untuk



yang telah ditetapkan perusahaan maupun standar yang telah ditetapkan oleh badan



2.



lokal dan internasional yang mengelola



2.1 Mie



tentang standarisasi mutu/kualitas, dan tentunya



sesuai



dengan



Mie merupakan bahan pangan



yang



berbahan baku utama tepung terigu.



diharapkan oleh konsumen. Pengendalian



Mie tidak termasuk makanan asli



kualitas yang dilaksanakan dengan baik



Indonesia jika ditinjau dari bahan



akan



terhadap



bakunya. Mie dikenal 7 sebagai noodle



kualitas produk yang dihasilkan oleh



dalam bahasa Inggris, dalam bahasa



perusahaan.



Jepang disebut ramen, udon, kisimen,



memberikan Standar



apa



Tinjauan Pustaka



dampak kualitas



meliputi



sedangkan dalam bahasa Italia dikenal



2. Air



%



l



l



sebagai spagheti (Astawan, 2002).



3. Protein



b/b



Norma



Norma



%



l



l



b/b



Maksi



Maksi



mal 8



mal 10



Maksi



Maksi



mal 11



mal 8



Dewan Standardisasi Nasional (1996) mendefinisikan mie kering sebagai produk makanan kering yang dibuat dari tepung terigu, dengan penambahan bahan



makanan



lain



dan



bahan



makanan yang diizinkan berbentuk khas mie. Menurut Winarno (1991), mie



dalam



bentuk



kering



harus



mempunyai padatan minimal 87% artinya



kandungan



airnya



harus



dibawah 13%. Syarat mutu mie kering mutu I dan mutu II menurut Standard Nasional Indonesia disajikan pada Tabel 3. Mie pertama dibuat dan berkembang di daratan Cina dan kini masih terkenal sebagai oriental noodle. Banyak jenis mie diproduksi, tetapi dalam bahan yang paling sederhana mie selalu dibuat dari terigu karena itu termasuk jenis kelompok makanan yang disebut pasta, yaitu makanan yang terbuat dari adonan terigu, air dan garam (Winarno, 1991). Tabel 3. Syarat Mutu Mie Kering Mutu I dan Mutu II SNI 01-2974-1996 No



Jenis Uji



Satu



Persyaratan



Sumber : Standard Nasional Indonesia (1996) Menurut Oh et al. (1985), dipandang dari segi tahap pengolahan dan kadar airnya, mie dapat dibagi menjadi 5 golongan yaitu, (1) mie mentah, adalah



produk



langsung



dari



pemotongan adonan dengan kadar air 35%, (2) mie basah, adalah mie mentah yang sudah direbus dalam air mendidih dengan kadar air sekitar 52%, (3) mie kering, adalah mie yang telah mengalami proses pengeringan dengan kadar air sekitar 10%, (4) mie goreng, adalah mie mentah yang sebelum dipasarkan terlebih dahulu digoreng, mengandung lemak sekitar 20%, (5) mie instant, adalah mie siap hidang



yang



pengukusan



telah dan



mengalami pengeringan



kemudian digoreng dengan kadar air sekitar 8%.Proses pembuatan mie memerlukan sejumlah bahan utama



an Mutu I



Mutu II



1. Keadaan



dan bahan tambahan. Masing-masing bahan



memiliki



peranan



tertentu



Bau



-



Norma



Norma



seperti menambah bobot, menambah



Warna



-



l



l



volume atau memperbaiki cita rasa



Rasa



-



Norma



Norma



dan mutu (Astawan, 2002).



2.2 Tepung Terigu



Energi (Kal)



Minimal 320



Tepung terigu merupakan bahan dasar



Air (gram)



Minimal 14,5



pembuatan



Protein (gram)



13



diperoleh dari biji gandum (Triticum



Karbohidrat (gram)



Minimal 70



vulgare)



Serat Kasar (gram)



0,4 0,9



mie.



Tepung



yang



melalui



terigu proses



pembersihan,



pemberian



air,



Lemak (gram)



penggilingan,



pengayakan,



dan



pengepakan (Wijaya, 1997). Tepung



Kalsium (gram) 1,0 Sumber : Direktorat Gizi Departemen



terigu mengandung protein 7% - 22%



Kesehatan RI (1986)



dan tersusun minimal 5 jenis protein



2.3 Proses Produksi Mie



yaitu albumin yang larut dalam air,



2.3.1



Bahan



globulin dan proteosa yang larut dalam



Bahan



garam,



dalam



membuat mie yaitu tepung terigu,



alkohol dan glutenin yang larut dalam



air, garam dapur, minyak goreng,



asam atau alkali (glutelin). Glutenin



telur, natrium karbonat, natrium



dan gliadin bila dicampur dengan air



polifosfat b.



gliadin



yang



larut



akan membentuk gluten. Gluten akan



2.3.2



yang



digunakan



untuk



Alat



mempengaruhi sifat elastisitas adonan



Alat



yang dapat menyebabkan mie tidak



pembuatan mie antara lain mesin



mudah



pencetakan



pencampur/pengaduk, mesin rol



(Winarno, 1991). Terigu yang biasa



pres/pelembar, alat pencetak mie,



digunakan



mie



pisau atau gunting, baskom dan



adalah tepung terigu merk cakra



tampah, sendok pengaduk, serok



kembar.



kasa,



putus



saat



dalam Tepung



mengandung (minimal



pembuatan terigu



protein



13%),



jenis



ini



yang



tinggi



sehingga



akan



memiliki kandungan gluten yang tinggi pula nutrisi



(Astawan, tepung



2002). terigu



Komposisi jenis



cakra



yang



digunakan



kompor



dalam



dan



pengukus/Langseng. 2.3.3



Prosedur Pembuatan Mie



a. Pencampuran Adonan Telur dan terigu dicampur dengan air



dengan



pengadukan



atau



pengulenan,



kembar dilihat pada Tabel 4.



dengan



Tabel 4. Komposisi Nutrisi Tepung



tujuannya



Terigu Merk Cakra Kembar



tepung dengan air, dan membuat



Komposisi



Jumlah



alat



cara untuk



menghidrasi



campuran merata dengan baik. Membuat



adonan



mie



pada



prinsipnya gluten



untuk cara



b. Pengistirahatan Adonan



meremas-



Sebelum adonan dibentuk menjadi



remas. Untuk mendapatkan adonan



lembaran, diperlukan waktu untuk



yang baik banyak dipengaruhi oleh



memberi kesempatan adonan untuk



beberapa adalah



dengan



membentuk



faktor



diantaranya



beristirahat



jumlah



air



yang



adalah



dan



suhu



penyebaran



akan



mengembangkan gluten, terutama



:



ditambahkan



waktu



pengadukan.



Air



sejenak.



untuk



Tujuannya



menyeragamkan air



menyebabkan serat-serat glutein



bila



mengembang,



glutein



Pengistirahatan adonan mie yang



menyerap air. Dengan peremasan,



lama dari gandum keras akan



serat-serat glutein ditarik, disusun



menurunkan kekerasan mie setelah



berselang dan terbungkus dalam



direbus.



pati.



karena



Dengan



demikian



pHnya



kurang



dan dari



7.0.



c. Pembentukan Lembaran Adonan



terbentuklah adonan yang lunak,



dan Pemotongan



halus serta elastis. Jumlah air yang



Dalam



ditambahkan,



jenis



lembaran, adonan dimasukkan ke



terigunya biasanya berkisar antara



dalam rollpress, dengan tujuan



28 – 38 persen. Lebih dari 38



untuk



persen akan menyebabkan adonan



gluten. Dalam roll-press seratserat



menjadi becek. Sebaliknya bila



gluten yang tidak beraturan segera



terlalu sedikit air adonan akan



ditarik memanjang dan searah oleh



rapuh. Waktu pengadukan berkisar



tekanan antara dua roller. Tekanan



antara 2 – 10 menit, dengan suhu



roller



adonan yang baik antara 25 – 45 0



sehingga



C. Jika suhu lebih rendah dari 25 o



(clearance 4.0 mm) sampai kuat



C adonan menjadi keras, rapuh dan



(clearance



kasar. Sedangkan jika lebih tinggi



reduksi clearance ratarata sebanyak



dari 45 o C, kegiatan enzim



15



meningkat



mencapai roller terakhir adonan



merangsang



tergantung



dan



hal



itu



perombakan



akan gluten



yang



proses



pembentukan



menghaluskan



diatur



persen. pada



serat-serat



sedemikian



mula-mula 1.3 Pada



mm), saat



awalnya



rupa ringan dengan adonan



memiliki



dengan akibat turunnya densitas



ketebalan 1.0 cm dan roll pertama,



mie,sebaliknya akan meningkatkan



direntangkan



kelengketan.



lembaran adonan yang sangat tipis



sampai



mencapai



(1.0



mm)



yang



siap



untuk



tersebut selama 80 – 90 detik



pengirisan



dengan menggunakan uap dengan



sehingga



tekanan 2.8 kg/cm2 gauge. Setelah



menjadi tali berbentuk senar yang



ke luar dari terowongan pengukus



memiliki lebar 1.0 – 1.5 mm yang



tersebut mie nampak kuning pucat,



kemudian diikuti dengan proses



dan bersifat setengah matang.



pemotongan, dengan panjang mie



f. Pengeringan dan Pemotongan



mengalami



proses



memanjang



(slitting),



sekitar 50 cm.



Setelah mie melewati pemasakan



d. Membuat Mie Keriting



awal, mie



dikeringkan



dengan



Mie mentah tersebut kemudian



kipas penguapan dengan tujuan



dimasukkan ke dalam suatu alat



supaya agak kering, baru kemudian



konveyor khusus pembuat mie



dipotong-potong



berkeriting



dengan



cara



pemotong dengan panjang 12 cm,



penggunaan



kecepatan



yang



agar supaya memiliki bobot 80 gr.



sesudah



Pada saat-saat tertentu potongan



berbeda proses



sebelum



dan



pemotongan.



tersebut



Conveyor



melakukan



gelombang



dengan



gerak



mie



dengan



dikontrol,



menimbangkan



mesin



dengan



secara



manual



kecepatan



untuk mengecek beratnya. Panjang



berbeda-beda.. Dengan membuat



akhir dari mie sesudah dipak rata-



mie



rata 11 cm dengan lebar 9.5 cm.



keriting,



senarsenar



mie



dicegah agar tidak menjadi lengket



g. Penggorengan



satu dengan yang lain, khususnya



Proses



penggorengan



kelak



secara



kontinu



bila



pengukusan.



dilakukan Pada



akhir



proses dari



Penggorengan



dilakukan



dan



uniform.



dilakukan



konveyor.



dalam



conveyor bergelombang tersebut



suatu



Konveyor



tiga buah pisau roda berputar



penggorengan terdiri dari beberapa



memotong lapisan mie tersebut



seri kantong empat segi, yang



menjadi 4 barisan yang rapi dengan



dirancang



lebar yang sama.



sehingga mampu menerima secara



sedemikian



rupa



e. Pengukusan Mie diangkut oleh



kontinu 4 atau 8 potong mie setiap



convenyor secara perlahan-lahan



saat yang kemudian dalam minyak



melalui terowongan (tunnel) yang



nabati panas. Suhu minyak dari



penuh dengan uap air. Mie tersebut



ujung awal ke ujung akhir dibuat



berada



meningkat secara bertahap yaitu



di



dalam



terowongan



dari suhu 140 0 C dan berakhir



perlu mendapat perhatian yang



pada suhu 160 0 C. Seluruh proses



seksama.



penggorengan selesai dalam waktu



2.4.2



Daya Rehidrasi



kurang dari 2.0 menit. Dengan



Penetrasi air ke dalam mie kering



teknik



penggorengan



cepat



atau goreng sangat dipengaruhi



tersebut,



terjadinya



kegosongan



oleh partikel dan ukuran, struktur



dapat



dihindarkan.



Proses



dan permukaan mie serta energi



pemanasan dalam minyak mampu



yang diberikan. Mie instan goreng,



menguapkan



air



dan



bentuknya tipis dengan diameter



mengakibatkan



mie



instan



1.0 – 1.5 mm, serta memiliki



berstruktur porous. Pada umumnya



struktur yang porous. Pemberian



satu



hanya



energi sewaktu rehidrasi dapat



kecepatan



dilakukan dengan cara dimasak



unit



memiliki menggoreng



penggoreng, kapasitas 150



bungkus



per



menit.



atau direndam dalam air panas masing-masing



dapat



2.4 Pengendalian Mutu Mie



menghasilkan



2.4.1



Mutu Mie



berbeda. Untuk mie yang 100



Mutu Fisik dan Kimia Mie instant



persen dibuat dari tepung terigu



yang



ditandai



biasanya hanya memerlukan waktu



dengan sifat karakteristik sebagai



hidrasi 5 menit. Mutu mie instan



berikut :



kering



a. Mie memiliki gigitan relatif



berdasarkan pada warna. Cooking



berkualitas



baik



mutu



biasanya



mie



yang



ditentukan



kuat



quality dan tekstur. Mie harus



b. Kenyal



nampak putih opaque, meskipun



c. Permukaan yang tidak lengket



beberapa



d. Tekstur



menghendaki



sangat



tergantung



komposisi mienya sendiri.



konsumen



ada



mie



yang



berwarna



tertentu, untuk itu adonan biasanya



Komposisi mie instan rata-



ditandahi zat pewarna. Mie bila



rata adalah sbb : kadar air 7 %,



dimasak dengan cepat matang dan



protein 10 %, lemak 21 % dan pati



setelah matang harus tetap utuh



62 %. Karena tinggi kandungan



(firm) dan tidak boleh ada solid



lemaknya,



maka



yang



pencegahan



ketengikan



masalah



berlarut



dalam



cairan



serta



pemasak, mie tidak boleh terlalu



pemerataan minyak dalam produk



lengket atau kendor (sangging).



Tekstur



mie



dapat



diketahui



produk akhir. Selain



(dirasa)



oleh



daya



kekuatan



diperoleh dari penilaian pakar yang dinilai



sapuan



dapat memberikan masukan terkait mutu



permukaan mie dengan permukaan



sebuah produk mie kering. Pakar tersebut



mulut.



terdiri dari konsumen yang telah lama



menahan



gigitan



dan



3. Metode Penelitian Metode



yang



itu, data juga



menkonsumsi dan membeli berbagai jenis digunakan



dalam



produk mie kering serta operator Quality



penelitian ini mencakup kajian dan studi



Control



perusahaan



literature, pengumpulan data,penyusunan



berpengalaman



danpenerapan model keputusan keputusan



keterkaitan faktor bahan baku, proses



Analytical Hierarchy



produksi dan pengendalian mutu agar



Process, output keputusan. Secara ringkas



produk mie kering dapat sesuai dengan



dijelaskan sebagai berikut:



kebutuhan konsumen.



3.2. Kajian dan studi literatur.



3.4. Analisis data.



dan



yang sangat



telah mengerti



Kajian literatur difokuskan pada



Analisis data dilakukan dengan



pemilihan kriteria dan faktor penentu



menggunakan pendekatan AHP. Salah satu



dalam



tahapanAHP



menghasilkan produk mie kering yang



menggabungkan penilaian pakar baik dari



sesuai dengan harapan konsumen. Studi



konsumen maupun operator produksi di



literatur dilakukan dengan mengkaji ulang



dalam perusahaan mie instant. Data diolah



penelitian sebelumnya terkait kriteria mutu



dengan



produk mie kering, faktor-faktor penentu



berpasangan AHP pada aplikasi Microsoft



mutu produk dan pertimbangan konsumen



excel. Adapaun langkah-langkah



dalam pembelian produk mie kering.



pemecahan



masalah



Analytical



Hierarchy



3.3. Pengumpulan data. penentu



dalam



menghasilkan



langkah berikut:



rasa,



dengan Process



metode secara



dalam



pengolahan



data



harga



produk.



1. Menyusun hirarki dari permasalahan



penentu



adalah



yang dihadapi. Penyusunan hirarki



pengendalian mutu proses, pengendalian



yaitu dengan menentukan tujuan yang



mutu bahan baku dan pengendalian mutu



merupakan



Sedangkan



dan



perhitungan



menggunakan metode AHP adalah sebagai



produk mie kering yaitu kriteria tekstur, kemasan



menggunakan



dengan



umum. Menurut Qashlim (2015), tahapan



Data ini mencakup kriteria dan faktor



adalah



faktor



sasaran



sistem



secara



keseluruhan pada level teratas. Level



nilai rata-rata, Mengukur konsistensi.



berikutnya terdiri dari kriteria-kriteria



M. Arif Kamal, Aulia Hurun Inn, dan



untuk



M.



menilai



atau



mempertimbangkan



Jimly



Imamuddin/



Tekmapro



alternatif-



Vol.14, No.1, Tahun 2019 tergantung



alternatif yang ada dan menentukan



pengaturan suhu long sealer dan end



alternatif-alternatif



sealer



tersebut.



Setiap



kriteria dapat memiliki subkriteria



serta



kecepatan



mesin



pengemas



dibawahnya dan setiap kriteria dapat memiliki



nilai



intensitas



masing-



masing.



4. Hasil Pembahasan 4.1 Pengendalian Mutu pada Bahan



2. Menentukan prioritas elemen dengan membuat



matriks



perbandingan



Baku 4.1.1 Tepung terigu



berpasangan. Langkah pertama adalah membandingkan



secara



untuk membuat mie kering adalah



berpasangan sesuai kriteria yang di



tepung terigu yang memiliki kadar



berikan. Selanjutnya mengisi matrik



protein tinggi yaitu 8-12%. Hal ini



perbandingan



yaitu



bertujuan agar mie yang dihasilkan



dengan menggunakan bilangan untuk



berkualitas baik. Kandungan protein



merepresentasikan kepentingan relatif



total dalam gandum 7-8% lebih kurang



dari satu elemen terhadap elemen



80% penyusun protein adalah fraksi



lainnya yang dimaksud dalam bentuk



gluten yang merupakan pembentuk



skala dari 1 sampai dengan 9.



struktur



kerangka.



Pertimbangan terhadap perbandingan



Syarat



Mutu



berpasangan



berdasarkan SNI 01-3751-1995 :



memperoleh dengan



elemen



Tepung terigu yang digunakan



berpasangan



di



sintesis



untuk



keseluruhan



prioritas



langkah-langkah



sebagai



berikut: Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada matriks, Membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom



yang



memperoleh



bersangkutan normalisasi



untuk matriks,



Menjumlahkan nilai-nilai dari setiap matriks



dan



membaginya



dengan



jumlah elemen untuk mendapatkan



Berikut Tepung



Tabel Terigu



4.2.2



Garam Dapur Garam dapur juga digunakan sebagai pembuatan larutan alkali dengan



ditambahkan



ingredient



lain seperti pewarna. Larutan alkali ini akan memberikan karateristik rasa aroma, warna kuning dan kekukuhan serta keelastisan tekstur mi. Untuk proses produksi dipilih garam



yang



bersih,



kenampakannya berwarna putih, butiran garamnya halus sehingga mudah terlarut, garam tersebut agar tetap terjaga kebersihannya maka 4.2 Pengawasan



Mutu



pada



perlu penyimpanan yang baik yaitu



Bahan



ditempatkan



Penunjang 4.2.1



tapioka



terkontaminasi dengan air maupun



sebagai



kotoran yang dapat menyebabkan



bahan tambahan untuk pensubtitusi tepung terigu. Pengendalian mutu tepung tapioka dianalisa secara fisik dan kimia, secara fisik diamati warna dan secara kimia dengan pengujian



terpisah



dari ruang produksi, agar tidak



Tepung Tapioka Tepung



diruangan



kadar



abu.



garam tersebut menjadi rusak. 4.2.3



Zat Pewarna Zat pewarna kuning sengaja ditambahkan dalam pembuatan mie yangdigunakan untuk memperbaiki mutu dan penampilan mi sehingga sesuai dengan minat warna mi pada umumnya.



Zat



pewarna



yang



digunakan dalam pembuatan mie biasanya mengunakan Tartazine CI 19140.



Tartazine



CI



19140



merupakan pewarna makanan yang barbentuk tepung dengan warna kuning



jinga



yang



sebagai



pewarna



digunakan



sintetik



pada



proses pembuatan mi. Tartazine CI



(pottable



water)



yaitu



tidak



19140 mudah larut dalam air



mengandung mikrobia penyebab



dengan kelarutan yang dihasilkan



sakit perut atau penyebab penyakit



adalah warna kuning keemasan.



lain (patogen), tanpa rasa atau bau



Pengunaan zat pewarna di



yang tak dikehendaki dan tak



Indonesia hingga saat ini diatur



berwarna (Sudarmadji et all, 2007).



dalam SK Menteri Kesehatan RI tanggal 22 Oktober 1973 No. 11332/A/SK/73.



Adapun



4.2.5



Minyak goreng



jenis



Minyak



yang



digunakan



Pewarna Makanan Dan Minuman



adalah minyak sawit. Minyak yang



Sintetik



datang dari supplier mangalami



Yang



Diijinkan



Di



Indonesia yaitu :



perlakuan pengecekan kadar FFA (free fatty acid), standar untuk kadar FFA pada saat minyak goreng dating adalah 0,075%. 4.3 Kondisi Proses Kondisi dalam suatu proses produksi



Sumber: 4.2.4



Direktor



Pengawasan



mempengaruhi hasil akhir dari produk.



Makanan dan Minuman



Kondisi yang dipersyaratkan oleh masing-



Air



masing proses adalah sebagai berikut:



Sumber air yang dilakukan untuk



4.3.1



Penuangan dalam Screw Conveyor Bahan-bahan seperti tepung



proses produksi berasal dari air bor. Pengendalian mutu air bor meliputi



terigu



analisa



dan



tepung



tapioka



kesadahan,



total



dituangkan ke dalam mesin screw



analisa-analisa



ini



conveyor. Pengayak tepung terigu



dilakukan secara rutin. Sedangkan



dan tepung tapioka diharap bebas



analisa



dilakukan



dari cemaran fisik (kerikil, kutu,



monitoring per 3 bulan sekali. Air



benang dan sebagainya). Ayakan



yang dipergunakan memerlukan



yang digunakan untuk menyaring



persyaratan kebersihan yang tinggi.



tepung terigu dan tepung tapioka



Untuk keperluan pengolahan bahan



adalah 20 mesh. Mesin screw



makanan ini, persyaratan air sama



berjalan karena adanya conveyor



dengan persyaratan air minum



yang



padatan,



pH,



logam



berat



digerakkan



oleh



motor



sehingga



tepung



akan



terhisap



cukup dengan kadar air yaitu 43-



keatas menuju mesin mixer. Lama



34%. Setelah adonan terbentuk



proses untuk mengayak tepung



adonan dibiarkan selama 10 menit



sebanyak 10 sak yaitu antara 11-15



agar



menit



merata. 4.3.3



4.3.2



Pencampuran



air



dalam



adonan



Roll Sheeting dan Slitting Proses roll sheeting yaitu



Proses mixing yaitu proses pencampuran



kadar



dan



proses dimana adonan dibentuk



pengadukan



menjadi



lembaran-lembaran



mi



bahan dasar (tepung terigu) dan



melalui beberapa roll sheet sampai



bahan penunjang seperti tepung



tercapai ketebalan yang standar.



tapioka,



air



alkali,



untuk



memperoleh adonan yang homogen dan cukup kadar airnya. Pada waktu proses mixing berlangsung hal-hal yang harus diperhatikan adalah homogenitas adonan, dan kadar air adonan agar adonan yang terbentuk sesuai dengan standar yang ada. adonan yang kalis atau seluruh tepung dapat tercampur semua dengan air alkali sehingga dihasilkan adonan yang tidak panas atau hangat dan suhunya tidak melebihi 32oC-35oC dan adonan tidak perau, patah dan lembek tapi Sedangkan



proses



adalah



proses



lembaran



mi



untaian



mi



slitting



gelombang mi yang merata dan



pembentukan



menjadi



untaian-



terbagi dalam beberapa jalur. 4.3.4



Pengukusan



bergelombang.



Memasak mi mentah menjadi



Lembaran adonan menjadi lembut



mi masak dengan sifat fisik tetap.



dan



Alat yang digunakan untuk proses



elastis



serta



terbentuk



steaming adalah steamer. Suhu dry



steamer dikondisikan pada suhu



mendekati suhu kamar yaitu ± 30-



90-100oC dengan tekanan 0,25-0,4



32oC.



kg/cm2



4.3.5



selama



70-73



Pengemasan Pengemasan untuk melindungi dari



pada



selalu



kemungkinan tercemar atau rusak



dilakukan pengecekan setiap saat



misalnya berupa debu dan kotoran



agar mi yang dihasilkan tidak



tangan, kelembaban oksigen di



kempel.



udara dan sinar matahari atau sinar



Cutting dan Folding



lainnya.



proses



ini



harus



Pada



kemasan



akan



untaian-untain



tercetak kode produksi dan akan



mi bergelombang dengan ukuran



tertutup serta terpotong oleh end



tertentu



yang



sealer. Keberhasilan pengemasan



standar.



Proses



sesuai



dengan



pelipatan



mi



yang memenuhi standar. Penilaian



menjadi dua lipat yang sama



kode produksi dilakukan dengan



panjangnya. Alat yang digunakan



pengecekan regu pembuat, shift,



untuk memotong mi ini adalah



mesin yang membuat. Sedangkan



cutter dengan kecepatan 42 rpm.



untuk kode kadaluarsa dilakukan



Penggorengan



dengan pengecekan tanggal, bulan



Proses penggorengan yaitu proses dengan pemberian sejumlah panas pada bahan dengan media



dan tahun. 4.4 Pengendalian Mutu Proses Pengendalian



minyak atau lemak. Kenampakan



dilakukan dengan cara:



yang



4.4.1 Pengayakan



lebih



menarik,



lebih



beraroma, dan lebih enak/rasa gurih 4.3.7



4.3.8



Tekanan dan suhu yang digunakan



Pemotongan



4.3.6



detik.



terhadap



Pengendalian



proses



mutu



pada produk.



pengamatan secara fisik dengan uji



Pendinginan



indrawi berdasarkan warna pada



Pengangkut mi ke dalam



tepung serta pengamatan keberadaan



ruang atau lorong yang dilengkapi



cemaran benda asing pada bahan



dengan



melalui proses pengayakan.



sejumlah



kipas



untuk



menghembuskan sejumlah udara segar.



proses



mi



Pengendalian mutu dilakukan



dilakukan selama 165 detik, yang



berupa komposisi adonan, waktu



bertujuan untuk mendinginkan mi



homogenitas, warna, jumlah larutan



panas



alkali dan air yang ditambahkan,



hingga



pendinginan



4.4.2 Pencampuran



diperoleh



suhu



adanya cemaran logam, pemeriksaan



ketebalannya maka akan terbentuk



GMP dan sanitasi pada pipa atau bak



lempengan yang halus, homogen dan



alkali dan kadar air adonan. Pada



tidak putus.



proses



pembuatan



mi



memiliki



4.4.4 Slitting



komposisi dan penambahan jumlah air



yang



berbeda



sehinga



Pengendalian



mutu



pada



proses slitting yang dilakukan berupa



memerlukan ketelitian agar diperoleh



penilaian



hasil akhir yang baik. Pemilihan



untaian rata-rata 83 untaian dan



penggunaan merk tepung dalam



penilaian ketebalan mi dilakukan



pembuatan



mi



sangat



dengan mengunakan thickness gauge



menentukan



produk



yang



oleh staf QC. Selain itu pengendalian



instan akhir



dihasilkan.



mutu



4.4.3 Roll Sheeting



jumlah



pada



tahap



masing-masing



sliter



berupa



penilaian kerapian gelombang dan



Pengendalian



mutu



pada



penilaian kerapatan gelombang yang



pembentukan lembaran mi yang



stabil.



sesuai standar harus benar-benar



gelombang mi, lebar pilinan mi yang



diperhatikan agar mi yang dihasilkan



ke conveyor dapat dilakukan dengan



mempunyai tekstur yang baik. Salah



cara kesesuaian terhadap mesin yang



satunya dengan cara pengaturan



digunakan.



celah roller dan kecepatan putaran ketebalan



Pengendalian



mutu



pada



sesuai



proses steam yaitu penilaian pada



standar dan lembaran mi tidak terlalu



suhu yang digunakan, waktu steam,



tegang



Untuk



tekanan yang digunakan, warna mi



ketebalan



dari hasil perlakuan steam dan



maupun



mengetahui



yang



kerapatan



4.4.5 Pengukusan



roller agar lembaran yang dihasilkan memiliki



Penilaian



kendor.



apakah



lembaran mi sudah sesuai standar



adanya cemaran.



ataupun belum, maka bagian staff



4.4.6 Shaping-folding



QC selalu melakukan pengecekan



Pengendalian mutu pada mi



ketebalan lembaran yang dilakuan



hasil



pada roller terakhir setiap 2 jam



untuk menstabilkan kualitas produk



dalam



dengan



setiap



shift,



ketebalan



shaping-folding penilaian



dilakukan kecepatan



lembaran tersebut adalah 1,1 mm.



potongan mi, kerapatan tumpukan



Perbaikan



mi, berat mi dan adanya cemaran.



dilakukan



ketebalan karena



lembaran



semakin



tipis



Penilaian kecepatan potongan mi



dilakukan dengan cara pengaturan kecepatan



pisau



dan



4.4.9 Pengemasan



kecepatan



Pengendalian



mutu



pada



conveyor yang digunakan. Apabila



proses pengemasan mi instan pada



pelipatan mi tidak sama panjang



mesin



maka



maka



keadaan kemasan yang utuh dan



sebelum alat akan digunakan untuk



tertutup rapat, laminasi kemasan



proses produksi staff QC harus



kuat, suhu sealer, tercantum kode



melakukan penyetelan alat.



produksi yang benar dan kode



mi



akan



direject,



4.4.7 Penggorengan



packing



kadaluwarsa



Pengendalian



mutu



pada



proses frying juga dilakukan dengan penilaian waktu, suhu, level minyak



plastik



dan



meliputi



berat



setiap



kemasan sesuai dengan standar yang ditetapkan. 4.4.10 Penyimpanan



goreng dan adanya cemaran. Pada



Pengendalian



mutu



produk



proses frying penilain suhu harus



selama penyimpanan antara lain



diperhatikan suhu awal 100-110 0C,



dengan



pengunaan



suhu tengah 120-130 0C, dan suhu



(dimana



barang



akhir 140-150 0C untuk menghindari



produksinya selesai terlebih dahulu



adanya peristiwa chas hardening.



akan dijual kepasar terlebih dahulu



Pengendalian



dibandingkan barang-barang proses



mutu



pada



proses



sistem yang



frying juga dilakukan pada sisa



produksi



yang



minyak goreng yang dihasilkan. Jika



berikutnya),



gangguan



dalam proses pengorengan pada



tingkat



akhir



pemeriksaan



produksi



masih



ada



sisa



minyak goreng di frying dengan kadar FFA > 0,24% yang disimpan



selesainya



kekeringan



serangga, mi



dan



pada



saat



4.5 Pengawasan Mutu Produk Akhir Persyaratan mutu produk akhir mi instan yang dilakukan meliputi



4.4.8 Pendinginan



kode



Pengendalian



proses



pengangkutan.



di tangki daily, maka minyak goring disebut minyak lama.



FIFO



baik



di



karton



pada



maupun di etiket, tidak robek, karton



proses pendinginan ini dilakukan



tidak basah, lakban yang benar-benar



dengan penilaian suhu pendingin,



lengket, tertutup rapat, isi sesuai



waktu



kondisi



standar, etiket (kode produksi, benar,



gelombang mi dan struktur mesin



jelas dan mudah dibaca), kadar air



pendingin.



dan kadar lemak. Mutu Fisik dan



yang



mutu



produksi



digunakan,



Kimia Mie instant yang berkualitas



mutu bahan tambahn pembuatan mie



baik



kering



ditandai



dengan



sifat



telah



mmenuhi



standart.



karakteristik sebagai berikut :



Proses pembuatan mie kering serta



1. Mie memiliki gigitan relatif kuat



pengendalian mutu proses mulai dari



2. Kenyal



proses pencampuran hingga pada



3. Permukaan yang tidak lengket



saat pengemasan. Persyaratan mutu



4. Tekstur



produk



sangat



tergantung



komposisi mienya sendiri.



akhir



mi



instan



yang



dilakukan meliputi kode produksi



Komposisi mie instan rata-rata



baik di karton maupun di etiket,



adalah sbb : kadar air 7 %, protein



tidak robek, karton tidak basah,



10 %, lemak 21 % dan pati 62 %.



lakban yang benar-benar lengket,



Karena tinggi kandungan lemaknya,



tertutup rapat, isi sesuai standar,



maka



pencegahan



etiket (kode produksi, benar, jelas



ketengikan serta pemerataan minyak



dan mudah dibaca), kadar air dan



dalam



kadar



masalah produk



perlu



mendapat



perhatian yang seksama. 4.6 Diagram Alir Proses



lemakpengemasan.



Persyaratan mutu produk akhir mi instan yang dilakukan meliputi kode



Diagram alir Proses Produksi



produksi baik di karton maupun di



Mi Instan secara Pengendalian Mutu



etiket, tidak robek, karton tidak



sebagai berikut :



basah,



lakban



yang



benar-benar



lengket, tertutup rapat, isi sesuai standar, etiket (kode produksi, benar, jelas dan mudah dibaca), kadar air dan



kadar



lemak



benar-benar



lengket, tertutup rapat, isi sesuai standar, etiket (kode produksi, benar, jelas dan mudah dibaca), kadar air dan



kadar



lemakpengemasan.



Persyaratan mutu produk akhir mi instan yang dilakukan meliputi kode produksi baik di karton maupun di 5. KESIMPULAN Pengawasan mutu bahan baku tepung apioka, serta pengawasan



etiket, tidak robek, karton tidak basah,



lakban



yang



benar-benar



lengket, tertutup rapat, isi sesuai



standar, etiket (kode produksi, benar,



Astawan, I. M. 2002. Membuat Mie dan



jelas dan mudah dibaca), kadar air dan kadar lemak



Bihun. Penebar Swadaya, Jakarta. Wijaya, B. 1997. Peranan Tepung Terigu



DAFTAR PUSTAKA



dalam



Menunjang



Pembuatan



Produk



Pangan



Berkualitas.



Prosiding Jumiati, Tri. 2009. Laporan Magang di PT. Indofood



Sukses



Makmur



Semarang



Jawa



(Pengendalian



Mutu



Tbk.



Teknologi



Pangan II. Patpi, Bali. Yana,



Syaifuddin.



(2015).



Analisis



Tengah



Pengendalian Mutu Produk Roti



Instan)



pada Nusa Indah Banget Kabupaten



Mi



Surakarta: Universitas Sebelas Maret press.



Aceh Besar. Badan Standarisasi Nasional. 1996. SNI



eprints.uns.ac.id/8364/0/102901709



01-2974-1996. Mi Kering. Badan



200908141



Standarisasi Nasional, Jakarta



Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi. 2007. Analisa



Bahan



Makanan



dan



Pertanian. Liberti. Yogyakarta Yana,



Seminar



Syaifuddin.



(2015).



Analisis



Astawan, I. M. 2002. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya, Jakarta. Dewan Standardisasi Nasional. 1996. SNI 01-2974-1996. Mie Kering. Dewan



Pengendalian Mutu Produk Roti



Standardisasi Nasional, Jakarta.



pada Nusa Indah Banget Kabupaten



Winarno, F. G. 1991. Teknologi Produksi



Aceh Besar.



dan Kualitas Mie, Makalah disajikan



Badan Standarisasi Nasional. 1996. SNI 01-2974-1996. Mi Kering. Badan Standarisasi Nasional, Jakarta Astawan, I. M. 2002. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya, Jakarta. Dewan Standardisasi Nasional. 1996. SNI



dalam Seminar Sehari



Seba Mie.



Institut Pertanian Bogor, Bogor. Astawan, I. M. 2002. Membuat Mie dan Bihun. Penebar Swadaya, Jakarta. Wijaya, B. 1997. Peranan Tepung Terigu dalam



Menunjang



Pembuatan



01-2974-1996. Mie Kering. Dewan



Produk



Pangan



Berkualitas.



Standardisasi Nasional, Jakarta.



Prosiding



Winarno, F. G. 1991. Teknologi Produksi dan Kualitas Mie, Makalah disajikan dalam Seminar Sehari



Seba Mie.



Institut Pertanian Bogor, Bogor.



Seminar



Pangan II. Patpi, Bali.



Teknologi