Good Mining Practice Book Adaro Indonesia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Monthly Issues Of Good Mining Practice (GMP) 2010



To be A Leading Indonesian Mining & Energy Group



BAB I KONTROL ELEVASI (APLIKASI GRADE BOX)



1.1 Pendahuluan 1.1.1



Tujuan Manual book ini berfungsi sebagai panduan bagi PT Adaro Indonesia dan kontraktor dalam membentuk kesejajaran bidang pada front loading atau front dumping untuk mengarahkan penggalian maupun penimbunan agar sesuai dengan arah umum pola aliran bidang area kerja.



1.1.2



Ruang Lingkup Manual book ini membahas mengenai design/konstruksi, penggunaan dan evaluasi hasil implementasi Grade Box di area kerja PT Adaro Indonesia.



1.1.3



Definisi a. Grade Box adalah adalah peralatan sederhana yang terdiri dari rangkaian besi berbentuk kerangka balok atau kubus berwarna putih dan rangkaian tali yang digunakan untuk menunjukkan kesejajaran bidang pada front loading atau front dumping. b. Level Info adalah papan berwarna putih yang menunjukkan elevasi bidang kerja (front loading atau front dumping) baik untuk Elevasi Target (TRG) maupun Elevasi Aktual (ACT). c. Front Loading adalah area kerja pemuatan batubara atau overburden oleh excavator ke dump truck. d. Front Dumping adalah area kerja penumpahan overburden oleh dump truck ke disposal. e. Elevasi Target (TRG) adalah elevasi design front loading/ front dumping yang harus dipenuhi oleh operator. f. Elevasi Aktual (ACT) adalah elevasi aktual dari front loading/front dumping. g. Grade (GRD) adalah perbandingan antara beda vertikal dengan jarak horisontal. h. Drainage adalah sistem saluran atau metode untuk mengalirkan air permukaan dari satu tempat ke tempat yang



i. j. k. l. m. n. o. p.



1.1.4



ditentukan dengan cara membuat paritan atau contour drainage (kemiringan suatu area). Undulasi adalah ketidakrataan permukaan tanah yang tidak mengikuti arah umum pola pengaliran bidang. Deviasi adalah penyimpangan Elevasi Aktual terhadap Elevasi Target. Overcut adalah pemotongan batubara atau overburden yang melebihi dari Elevasi Elevasi. Undercut adalah pemotongan batubara atau overburden yang kurang dari Elevasi Target. On grade adalah pemotongan batubara atau overburden yang sudah sesuai dengan design. Total Station adalah alat pengukur sudut yang sudah dilengkapi dengan alat pengukur jarak yang bekerja dengan sistem elektronis. GPS adalah Global Positioning System, yaitu alat untuk mengetahui lokasi/posisi koordinat dengan menggunakan sinyal yang diterima dari satelit GPS. Form Pengecekan adalah form yang diisi oleh tim Survey, Produksi/Pit Service kontraktor dan PT Adaro Indonesia sesuai dengan tugas dan tanggung-jawabnya.



Tugas & Tanggung Jawab a. Mine Survey Section PT Adaro Indonesia bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan dan verifikasi data hasil pemasangan grade box dan Level Info b. Mine Production Section PT Adaro Indonesia bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap kesesuaian antara hasil pemotongan batubara dan overburden dengan design. c. Mine Survey Section kontraktor bertanggung jawab untuk memasang, memindah dan mengeset posisi benang kontrol pada grade box sehingga grade box siap untuk dijadikan acuan kerja. d. Mine Production/ Pit Services Section kontraktor bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan agar operator alat loading/dozing membentuk bidang sesuai benang kontrol pada grade box.



1.2 Isi 1.2.1



Design dan Konstruksi Grade Box Grade box terbuat dari besi dan dicat dengan warna putih dengan dimensi sebagai berikut. Benang Kontrol



Gambar 1.2.1.1 Dimensi Grade Box



Grade box dilengkapi dengan benang kontrol. Benang kontrol adalah benang dari jenis yang kuat dan diameter maksimal 1 mm yang dipasang melingkar pada kerangka besi sebagai alat bidik untuk kesejajaran front dengan target. Berikut adalah cara pemasangannya pada grade box:  Pemasangan benang kontrol pada grade box harus disesuaikan dengan Aktual Elevasi (ACT) dari front loading atau front dumping yang tertulis pada Level Info dan sudah dilakukan adjustment sesuai dengan target pengukuran pada masing-masing alat berat yang sudah disepakati oleh PT Adaro Indonesia.



Perhitungan adjusment adalah sebagai berikut. Front Loading (ACT>TRG) Tinggi Benang = 1,5 + (TRG – ACT) Contoh: TRG : 16 / 16 ACT : 16.2 GRD : 0% Tinggi Benang = 1,5 + (16 – 16,2) = 1,3



Gambar 1.2.1.2 Adjustment Tinggi Benang Untuk Grade Box di Front Loading (ACT>TRG)



Front Loading (ACTTRG)



Front Dumping (ACT 50 cm), hal ini akan mengganggu kinerja crusher . Lakukan pemecahan batubara besar di ROM serta beri peringatan ke pihak tambang untuk tidak mengulangi hal yang sama. Hindari salah dumping akibat tidak efektifnya komunikasi dan koordinasi antara operator dan pengawas terutama pada loading kombinasi batubara dan OB. Tidak dibenarkan menggunakan batubara produk sebagai bundwall ataupun barikade air/drainage channel, sebab akan meningkatkan keberadaan ash dan TM di batubara product, apalagi terlalu lama (lebih dari satu minggu). Pada daerah bersisipan dilarang melakukan expose batubara terlalu tinggi (jauh) karena akan menyulitkan dalam pemotongan generalisasi sisipannya. Lakukan pencarian dengan metal detector dan excavator kecil jika salah satu bagian metal dari alat berat terlepas di front loading batubara (misalnya: tooth bucket, pin tooth bucket, baut, dll). Buat berita acara dari kasus ini agar tidak terulang di kemudian hari.



   



Gunakan alat support wheel dozer atau loader untuk merapikan front loading. Lakukan perapian front loading sebelum ditinggal. Sebelum meninggalkan front loading sebaiknya batubara yang sudah lose segera di-loading ke ROM. Jangan menyisakan batubara di floor, hal ini akan berakibat longsor dan terbakarnya batubara.



1.12 Penutup 1.12.1 Evaluasi Implementasi Mining Face Coal



1.12.2 Referensi  MIHA.SOP.0558.R01 Pengupasan Tanah Penutup (8 Juni 2010) No. SWM.1006.GMP MINING FACE COAL.R00 Tanggal Efektif 01 Juli 2010 Tim Penyusun Auzer Nasarudin Penyunting Disetujui Oleh



Suhernomo Rommel Lucindo Cruz



BAB VII DISPOSAL MANAGEMENT 1.13 Pendahuluan 1.13.1 Tujuan Manual book ini berfungsi sebagai panduan bagi PT Adaro Indonesia dan kontraktor dalam melakukan pekerjaan pembentukan disposal dengan memperhatikan aspek keselamatan dan mencakup disain, konstruksi, dan maintenance sehingga target produksi dapat tercapai. 1.13.2 Ruang Lingkup Manual book ini membahas mengenai disain, konstruksi, dan maintenance disposal di area kerja PT Adaro Indonesia. 1.13.3 Definisi a. Disposal adalah tempat pembuangan / penumpukan material penutup lapisan batubara. b. Disposal adalah tempat pembuangan / penumpukan material tak “dipakai” ( OB, Sub Soil, Dll ). c. Disposal adalah tempat (areal) pembuangan batuan atau tanah penutup lapisan batubara. d. Disposal adalah tempat yang dirancang untuk menampung material dari proses overburden removal. e. Bench adalah jenjang yang dibuat untuk menjaga kestabilan lerang,yang biasa dibuat dengan tinggi dan grade tertentu. f. Grade adalah perbandingan antara beda vertikal dengan jarak horisontal. g. Berm adalah tanggul yang biasanya dibuat permanen untuk menghilangkan potensi bahaya karena adanya beda tinggi. h. Single slope adalah kemiringan dari crest ke toe pada bench. i. Overall slope adalah kemiringan total dari beberapa slope, yaitu dari crest tertinggi sampai ke toe yang paling terdalam.



j. k. l. m. n. o. p. q. r.



Back slope adalah kemiringan yang dibuat menurun dari crest line ke toe line suatu bench disposal dengan tujuan untuk mencegah air mengalir melewati crest line disposal. Top soil stock adalah tempat pengumpulan soil atau humus di area tertentu yang nantinya akan digunakan untuk proses rehabilitasi / reklamasi. Drop structure adalah konstruksi yang dibuat berupa tangga/teras yang berfungsi untuk mengurangi kecepatan aliran air dan mengurangi erosi pada paritan. First layer disposal adalah lapisan/layer pertama disposal dari topografi original. Windrow adalah tanggul pengaman buangan dump truck yang berfungsi sebagai pembatas atau patokan saat membuang overburden. Frame adalah bagian terluar dari lapisan pertama disposal. Dump man adalah orang yang kompeten untuk mengawasi aktifitas operasional di disposal. Unspread dump adalah buangan dari dump truck ke disposal yang tidak didorong oleh unit support (dozer). Undulasi adalah ketidakrataan permukaan tanah yang tidak mengikuti arah umum pola pengaliran bidang.



1.13.4 Tanggung Jawab a. Mine Production Section PT Adaro Indonesia bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pembentukan disposal agar sesuai dengan design dan memperhatikan aspek-aspek yang telah ditentukan. b. Mine Production Section kontraktor bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan pembentukan disposal dengan mengacu pada design dan memperhatikan aspek-aspek yang telah ditentukan. 1.14 Isi 1.14.1 Disposal Design a. Kapasitas Kapasitas disposal ditentukan berdasarkan pembagian material dari pit, misalnya untuk tahun 2010 dengan design tertentu untuk sisi high wall (HW)l akan mengeluarkan material



sebanyak 10 juta bcm. Jumlah disposal di sisi HW sebanyak 2 disposal, berarti masing-masing harus menampung volume 5 juta bcm, dengan memperkirakan luas dan ketersediaan area. Disposal di-design dengan mengunakan software Minescape. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:  Misal diperlukan disposal dengan volume x juta bcm.  Buat polygon di area yang telah ditentukan.  Drape terhadap topography terbaru (end of month)  Pada polygon hasil drape, ubah elevasinya dengan elevasi terendah.  Lakukan Project 20 dan Offset 24 untuk polygon tersebut  Buat triangle – nya  Intersect triangle terhadap topography  Lakukan triangle volume, untuk mengetahui volumenya sudah cukup atau tidak.  Jika itu disposal final, kemudian breakdown menjadi yearly design berdasarkan scheduling-nya yang mengacu pada block & strip.



Gambar 7.2.1.1 Design Disposal pada Minescape



b. Dimensi Dimensi untuk design disposal berbeda-beda perlakuannya untuk setiap material. PT Adaro Indonesia telah menentukan parameter untuk design disposal sbb:  Tinggi jenjang : 12 m  Final slope : 20º  Penempatan material lumpur : 100 m dari frame terluar  Back slope : 1% - 2%  Lebar bench : minimal 24 m Dengan acuan tersebut, diharapkan kestabilan lereng dari disposal bisa bertahan dan dianggap aman. c. Bench Grade & Ramp Grade Bench grade pada disposal untuk frame final adalah 20º dengan dicover oleh material top soil dan dibentuk back slope agar air tidak melewati crest line dan merusak frame disposal. Ramp grade di jalan tambang adalah ± 8%, diharapkan tidak lebih dari 10% dan tidak terlalu landai yang dapat mengakibatkan biaya hauling terlalu mahal.



Gambar 7.2.1.2 Ramp dan back slope di disposal



d. Sequence



Gambar 7.2.1.3 sequence disposal



Faktor-faktor yang mempengaruhi disposal sequence adalah:  Kapasitas dari topografi original  Lebar bench (cress – toe)  Tinggi bench  Waktu penimbunan yang diperlukan tiap layer (bench) Dari faktor-faktor tersebut, dapat dibuat sequence dari suatu disposal yang berfungsi sebagai estimator untuk mempersiapkan rencana buangan overburden setiap waktu tertentunya. e. Lokasi Stock Soil, Mud, dan Drop Structure



Mud Location Drop Structure Stock Top Soil Connect W/ Sispal Drainage



Gambar 7.2.1.4 Lokasi Stock Soil, Mud dan Drop Structure







Penentuan lokasi untuk stock soil memperhatikan beberapa faktor, yaitu berapa lama soil tersebut akan











f.



digunakan, kapasitas stock soil, dan jarak bila soil tersebut digunakan meng-cover frame disposal. Mud location digunakan untuk membuang material jelek (material lembek/lumpur) dan bisa juga berupa creek yang ada di disposal, dengan perhitungan bahwa adanya mud location tidak mengakibatkan timbulnya gangguan kesttabilan lereng nantinya. Jarak minimal antara frame terluar disposal dengan mud location adalah 100 m. Drop structure dibuat untuk mengurangi kecepatan aliran air dan meminimalisir erosi oleh air. Dibuat pada lokasilokasi tertentu yang berpotensi memiliki tingkat erosi tinggi, dengan perhitungan sama dengan menentukan luasan dimensi saluran terbuka.



Reklamasi Reklamasi di PT Adaro Indonesia menggunakan beberapa cara, yaitu: metode hydroseeding, metode alat mekanis, metode handseeding dan metode penanaman pohon.



Metode Alat Mekanis



Metode Hydroseeding



Metode Penanaman Pohon



Metode Handseeding



Gambar 7.2.1.5 Metode Reklamas



g. Drainage Drainage sengaja dibuat untuk mengendalikan air yang ada di pit ataupun disposal sehingga dapat terkendali dan tidak mengganggu proses penambangan. Pada umumnya drainage pada tambang terbuka menggunakan paritan dan gorong-gorong. Untuk dimensi dari paritan ini tergantung dari catchment area sekitar parit dan debit air yang mengalir ke parit tersebut. Debit paritan (Qp) harus lebih besar dari penjumlahan debit aliran catchment (Qc) dan debit air dari pompa (Qs). Q c  0,002855 C  I  A 



Keterangan: Qc = Debit Aliran Catchment (m3/s) C = Koefisien Run-off I = Curah Hujan Rencana Per Hari (mm) A = Catchment Area (ha)



Gambar 7.2.1.6 Open Channel



Dalam pembentukan drainage di disposal, langkah-langkah yang harus diikuti adalah sebagai berikut.  Pastikan ke Strategic Planning Section PT Adaro Indonesia bahwa disposal sesuai dengan plan yang sudah ditetapkan  Pastikan terdapat grade box di area disposal untuk membantu melakukan pengontrolan arah kemiringan disposal.  Pastikan arah kemiringan disposal sesuai dengan arah drainage yang sudah ditetapkan. Kemiringan disposal dibuat maksimal 1%.



 



Untuk menghindari aliran air ke bagian crest disposal, maka benching berbentuk back slope dengan kemiringan 1%. Untuk mengalirkan air tersebut sampai di kolam penampungan dan mengatasi air dari luar area disposal maka sekeliling disposal dibuat paritan sesuai dengan catchment area-nya.



Gambar 7.2.1.7 Saluran Drainage di Disposal



Posisi SISPAL menyambung dengan system main drainage yang terdapat di disposal. 1.14.2 Disposal Construction a. First Layer Disposal First layer disposal merupakan layer buangan overburden pertama yang melapisi topografi originl. Sebelum melakukan pembuangan overburden, harus dilakukan land clearing terlebih dahulu sehingga tumbuhan dan top soil tidak tertimbun karena hal ini bisa menyebabkan sliding yang diakibatkan pembusukan pepohonan.



Gambar 7.2.2.1 First Layer Disposal



b. 12-m Bench Dump Tinggi bench yang ditetapkan oleh PT Adaro Indonesia adalah 12 m. Secara operasional bila dibuat lebih dari 12 m akan menyebabkan banyak terjadinya disposal aktif yang patah dan berbahaya untuk dilakukan dumping.



12 m



Gambar 7.2.2.2 12-m Bench Dump



e. Windrow Setiap pendorongan harus menyisakan material di ujung disposal (windrow) setinggi minimal setengah dari ban terbesar truk yang dumping di disposal tersebut. Windrow dibuat bukan sebagai sarana berhenti truk yang sedang mundur, tetapi hanya sebagai patokan batas truk berhenti.



12m



Gambar 7.2.2.3 Windrow



f.



Back-Slope Pembentukan back-slope mutlak harus dikerjakan untuk menghindari adanya aliran air mengarah ke crest disposal yang dapat menyebabkan robeknya frame disposal dan dapat mengakibatkan terganggunya kesetabilan lereng disposal. Grade dari back-slope adalah antara 1% 2%.



Gambar 7.2.2.4 Back-Slope



g. Level Control Kontrol elevasi perlu dilakukan untuk menjaga agar pengerjaan operasional di lapangan tidak berbeda dengan design yang telah disetujui dan diperhitungkan oleh engineer, sehingga tidak mempengaruhi sequence pembentukan disposal.



Gambar 7.2.2.5 Grade Box



h. Framing dengan Top Soil Pelapisan final frame dengan top soil dimaksudkan untuk mempercepat tumbuhnya tanaman yang ditanam (tanaman keras) ataupun disiramkan (hydroseeding) oleh tim reklamasi guna menghindari



terjadinya erosi pada bagian frame yang dapat mempengaruhi kesetabilan lereng itu sendiri.



Gambar 7.2.2.6 Framing



i.



Dumping Sequence Box Dumping sequence box digambar pada peta dan digunakan sebagai acuan untuk mengetahui limit atau batas areal dumping yang diijinkan untuk sequence saat itu dan memberikan informasi keterkaitan dengan pihak-pihak tertentu (environment, waste, survey,dll).



RL 120



Gambar 7.2.2.7 Dumping Sequence Box



j.



Unit Support Saat operasional di disposal berjalan, maintenance bench dan akses disposal harus kontinyu dilakukan dengan unit-unit support seperti grader untuk menghilangkan undulasi di akses jalan, dozzer kecil (misal: DZ85) untuk spreading top soil di frame disposal dan dozzer sedang atau besar untuk mendorong material overburden.



Gambar 7.2.2.8 Unit Support



k. Dump-Man Dump-man adalah orang yang kompeten dalam mengawasi operasional pembuangan material di disposal. Dump-man bertanggung jawab atas keselamatan, design dan produktifitas alat support dan truck.



Gambar 7.2.2.9 Dump-Man



l.



Night-Shift Operation Operasional pembuangan material ke disposal saat shift malam harus disertai dengan penerangan yang cukup, dimana pada area dumping point memiliki minimum pencahayaan adalah 20 lux. Dimana 20 lux memiliki arti : - Tingginya ±7m (harus lebih tinggi dari unit hauling tertinggi) - Jumlah lampu  3 - Jenis lampu Halogen atau Mercury 1000 - 1500 Watt - Sudut kemiringan 30° - 60°.



Layer 1



4 m



Arah sinar ke obyek yang paling bagus dari atas atau samping, tidak dianjurkan searah atau berlawanan karena menimbulkan silau atau bayangan.



Layer 1 untuk Dumping di Atas Lumpur/Air Layer 2



4 m 4 m



Jika Panjang lantai kerja (Loading front suda mencapai > 30 meter maka Grade Box dipindah ke posisi Gambar 7.2.2.10 Jarak lantai kerja dan Benang Grade Box disesuaikan dengan elevasi Lantai Kerja.



4 m



Layer 1 Layer 2



Pada saat Elevasi Lantai kerja / Layer 1 Tercapai Dipasang patok Kontrol Elevasi untuk menandakan bahwa digger harus membentuk lantai kerja yang Flat



4 m



4 m



30 meter m. Dumping di AtasPadaLumpur/Air Layer 2 Saat Digging Pembentukan RAM Benang Grade dipasang Sesuai Untuk dumping didenganboxatas lumpur/air yang berpotensi adanya kemiringan retakan/patahan pada disposal, diharuskan membuang (dumping) ± 10m dari sisi tebing dan adanya pengawasan terus-menerus selama aktivitas dumping di atas lumpur/air berlangsung.



30 meter 1.14.3 Disposal Maintenance a. Undulating Untuk mengatasi undulating, sebelum aktifitas penimbunan dimulai, pastikan grade box sudah terpasang pada area yang ditentukan sebagai acuan arah disposal.



Grade box dipasang dengan jarak maksimal dari Front Dumpping pada radius 50 meter. Benang Grade Box disesuaikan dengan target Dumping untuk menjaga agar Front Dumping sesuai dengan target elevasi per 12 meter



Patok OFFSET Toe line Disposal harus dipasang jika ada Front Dumping yang aktif



Gambar 7.2.3.1 Penempatan Grade Box di Disposal



Saat operasional di disposal berjalan, maintenance bench dan akses disposal harus kontinyu dilakukan dengan unit-unit support seperti grader untuk menghilangkan undulating di akses jalan. Dozzer kecil (misal: DZ85) untuk spreading top soil di frame disposal dan dozzer sedang atau besar untuk mendorong material overburden. b. Drainage Drainage Maintenance dilakukan secara berkala. Apabila saluran dalam keadaan rusak ataupun kritis maka digunakan grader untuk pembentukan cross fall pada akses jalan disposal, excavator kecil/long arm untuk saluran open chanel, dan dozzer untuk membantu pembentukan back slope pada disposal.



Arah dan grade back slope



Arah dan grade disposal Gambar 7.2.3.1 Penempatan Grade Box di Disposal



1.15 Penutup 1.15.1 Evaluasi Implementasi Disposal Management



1.15.2 Referensi  MIHA.SOP.0555.R01 Pembuatan Disposal ( 8 Juni 2010 )  MIHA.SOP.0557.R01 Pembuatan Jalan Di Area Tambang (8 Juni 2010)  Kepmen 555.K/26/M.PE/1995 No. SWM.1007.GMP DISPOSAL MANAGEMENT.R00 Tanggal Efektif 01 Agustus 2010 Tim Penyusun Marianus Antimus Buku Muhammad Anurian Anjar Penyunting Disetujui Oleh Suhernomo Rommel Lucinda Cruz



BAB VIII SUMP MANAGEMENT 1.16 Pendahuluan 1.16.1 Tujuan Manual book ini berfungsi sebagai panduan bagi PT Adaro Indonesia dan kontraktor dalam melakukan pekerjaan dalam rangkaian aktifitas sump, yaitu mulai perencanaan, proses konstruksi dan operasional dengan tetap memperhatikan aspek K3LH. 1.16.2 Ruang Lingkup Manual book ini membahas mengenai rangkaian aktifitas sump, yaitu mulai perencanaan, proses konstruksi dan operasional dengan tetap memperhatikan aspek K3LH di area kerja PT Adaro Indonesia. 1.16.3 Definisi a. Sump adalah sumuran atau kolam terbuka tempat penampungan air sementara di dalam pit sebelum dilakukan pemompaan ke luar pit. b. Catchment Area adalah daerah tangkapan hujan yang dibatasi oleh punggung - punggung gunung/pegunungan dimana air hujan yang jatuh di daerah tersebut akan mengalir menuju suatu titik/stasiun yang ditinjau (dalam hal ini sump). c. Pompa adalah peralatan atau media yang berfungsi sebagai penghisap material bersifat cair untuk memindahkannya kesuatu tempat yang telah ditentukan. d. Outlet pompa adalah tempat keluarnya air dari rangkaian pemompaan. e. Front loading adalah area kerja pemuatan oleh alat muat ke alat angkut. f. Area kerja pemuatan batubara atau overburden oleh excavator ke dump truck. g. Drainage adalah sistem saluran atau metode untuk mengalirkan air permukaan dari satu tempat ke tempat yang ditentukan dengan cara membuat paritan atau contour drainage (kemiringan suatu area).



h. Pipa HDPE adalah pipa tempat mengalirnya material fluida (cairan) yang terbuat dari bahan High Density Polyethyline. i. Settling Pond adalah sarana pengolahan air tambang agar aliran ke aliran masyarakat sesuai baku mutu. 1.16.4 Tanggung Jawab a. Mine Plan Section PT Adaro Indonesia bertanggung jawab untuk melakukan perhitungan, perencanaan mengenai penentuan lokasi sump, kebutuhan pompa setiap periode dan melakukan evaluasi. b. Mine Production Section PT Adaro Indonesia bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pekerjaan pembuatan sump agar sesuai dengan design, memastikan dan memperhatikan aspek-aspek yang telah ditentukan. c. Kontraktor bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan mengacu pada design, hal yang telah disepakati dan tentunya tetap memperhatikan aspek-aspek yang telah ditentukan. 1.17 Isi



Pada metode penambangan open pit mempunyai kelemahan, salah satunya adalah terpengaruh oleh cuaca (hujan). Untuk itu pembuatan sump sendiri dimaksudkan agar semua air yang jatuh ke dalam pit menuju satu titik lokasi yaitu sump, agar proses penambangan batubara tetap berjalan baik tanpa terganggu genangan air yang menutupi front / area kerja. Seperti gambar dibawah ini.



Gambar 8.2.1 Sump di Pit Wara (Area kerja PT RMI)



Adapun tahap – tahap pembuatan sump yaitu : 1.17.1 Perencanaan Pada tahap perencanaan ada beberapa tahap yaitu: pengumpulan, olah data (curah hujan, luas catchment dll), perhitungan debit air (surface water & ground water), pengendapan lumpur di sump, penentuan lokasi sump, dan perhitungan kebutuhan pompa. Hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan sump adalah sebagai berikut:  Cukup dari segi kapasitas volume air yang di tampung. Kapasitas minimum sump harus mampu menampung 3 kali curah hujan maksimum tanpa pemompaan)  Posisi pada elevasi terendah  Tidak terganggu dalam waktu yang lama  Diusahakan jarak terhadap outlet pemompaan pendek karena berhubungan dengan kebutuhan pipa HDPE nantinya



Gambar 8.2.1.1 Design Sump Pit Central (Area Kerja PT BUMA)



Setelah menentukan lokasi dan design sump, maka selanjutnya menghitung dan mensimulasikan kebutuhan jumlah pompa yang harus beroperasi pada periode tertentu. Untuk di area PT Adaro Indonesia di tentukan juga elevasi kritis yaitu 2 m dari atas permukaan air maksimum yang ada di sump. Ini dimaksudkan agar area kerja tidak sampai tergenang air. Seperti di tunjukan grafik dibawah ini.



Gambar 8.2.1.2 Grafik Critical Leveli vs Actual Level (Sump Pit Wara Area Kerja PT RMI)



Selain menghitung dan membuat perencanaan mengenai main sump, maka perlu juga di buat perencanaan untuk temporary sump. Karena sump temporary merupakan kunci sukses dalam pembuatan main sump. 1.17.2 Pembuatan Sump Setelah mengetahui hasil perencanaan konstruksi sump berupa lokasi, design (pemasangan menggunakan acuan patok survey), dan volume material (volume lumpur, overburden & batubara) yang harus di pindahkan maka langkah – langkah dalam pengerjaannya yaitu: a. Pembuatan Temporary Sump Adapun maksud pembuatan temporary sump adalah mengalihkan air yang semula terkonsentrasi di main sump menjadi terkonsentrasi di temporary sump agar proses loading lumpur atau proses konstruksi sump (pendalaman elevasi) tidak terganggu oleh air. Adapun waktu pembuatan pada musim panas dimana kuantitas air sedikit di pit. Dan tentunya berada di elevasi terendah, juga harus tetap di pasang pompa yang cukup untuk dapat segera mengeringkan air, karena salah satu fokus pekerjaan pada dry season adalah pendalaman tambang. Fungsi main sump juga bisa digantikan temporary sump (lihat gambar 8.2.2.1) apabila main sump



akan di lakukan loading lumpur. Maka harus dibuatkan saluran air ke arah temporary sump seperti gambar 8.2.2.2. Main Sump Temporary Sump



Gambar 8.2.2.1 Temporary Sump (lokasi sump High Wall area kerja PT SIS) Temporary Sump



Gambar 8.2.2.2 Pembuatan Saluran Air (lokasi sump HW area kerja PT SIS)



b. Loading Lumpur Setelah adanya temporary sump berarti air sudah teralihkan dari main sump, sehingga proses loading lumpur di area main sump bisa dilakukan. Ada beberapa metode untuk melakukan loading lumpur salah satunya yaitu dengan metode blending (pencampuran material padat dan cair) seperti metode ganjal dan kombinasi dengan metode kocoran yang di tunjukan gambar 8.2.2.3.



Lumpur Cair Ganjal dari material Blending



Gambar 8.2.2.3 Metode Loading Lumpur (lokasi sump HW area kerja PT SIS)



c. Konstruksi Main Sump Baru Konstruksi main sump baru di laksanakan pada dry season (quarter III & IV), dengan harapan pada saat musim hujan datang maka sump sudah siap dan telah sesuai apa yang direncanakan baik elevasi yang direncanakan atau kapasitas sump yang diinginkan. Dan setiap design juga harus memenuhi kaidah geoteknik yang telah ditentukan. Untuk itu maka haruslah cermat dalam strategi penambangan dan pengalokasian alat karena pembentukan main sump baru juga biasanya terkendala dengan front yang sempit. Sebelum project di lakukan maka setiap kontraktor akan membuat rencana kerja. Dengan mencantumkan segala aktivitas yang dilakukan, target waktu pembuatan, alat yang digunakan, dan target waktu ataupun volume yang harus dicapai seperti yang ditunjukan gambar 8.2.2.4 dan tabel 8.2.2.1.



Gambar 8.2.2.4 Proses Konstruksi Main Sump RL 120 (lokasi sump area kerja PT PAMA)



Tabel 8.2.2.1 Schedule Konstruksi Main Sump RL 120 (lokasi sump area kerja PT.PAMA) Ini dimaksudkan sebagai alur controling agar proses konstruksi sump tepat waktu dalam mencapai hasil yang direncanakan.



1.17.3 Instalasi Pompa & Pipa HDPE Setelah proses konstruksi main sump, maka tahap selanjutnya adalah instalasi pipa HDPE, pompa dan booster bila diperlukan. Berapapun besarnya kapasitas sump yang terbentuk tidak akan berarti jika salah dalam penentuan jumlah pompa yang beroperasi. Maka haruslah cermat dalam penentuan jumlah pompa yang beroperasi. Berikut salah satu penentuan jumlah pompa yang beroperasi seperti grafik 8.2.3.1.



J UML AH P OMP A OP E R AS I D I T AH UN 2010 J UML AH P OMP A OP E R AS I D I T AH UN 2010



J UML AH P OMP A OP E R AS I D I T AH UN 2010 J UML AH P OMP A OP E R AS I D I T AH UN 2010 J UML AH P OMP A OP E R AS I D I T AH UN 2010 40



E RIAS I T AH 2010 35 PAEOP R40AS D IITDAH UNUN 2010 -



35



-



-



7



-



25



-



20



14 15 10 10 14 10 10 10 1025 - 10 10 - 5 - 1 1 - 101 -- 20 1 14 6 -1 8 0 1514 8 8 1 17 19 17 - 17 17 1610 19



I T AH UN 2010T AH- 30 UN -2010



-



30



6 -



-



-10



8-



-



10 -



14 -



-



-



--



10



10



10



-



1 -8 8Dredger



Dredger



-



12 1 12



14



-



Dredger



Dredger Dredger-



8 P P N150 1



Dredger



-



- P P N150 12 Multiflo 390 19 Multiflo19390 8 1 - Warman 8/6 -



14 8



8 -



12



P P N150 1



P P N150 Multiflo 390



Multiflo 420 C learing Multiflo 390 12 Head Multiflo 420



20 20 17 8 17 17 15 8 16 8 1 -P P N150 101 1 - 10Warman 8/6 10 1 P- P N150 1 - 1 1 12 1 - Warman 8/6 AUG S E1 P 390 OC T420 C learingMultiflo 420 C learing Dredger 12 1 Multiflo Multiflo 8 Dredger Multiflo 390 Head 42020C learing Head 20 Multiflo 198/6 20 19 1 19 20Warman - P17 P N150 Multiflo 420 Head Multiflo 420 20 20 20 20 19 - 17 - 17 19 Multiflo 420 19 12 - 17P P N150 1 17 1 17 8/6 Warman 16 15 Multiflo 390 12 Multiflo 420 C learing 8 58 Multiflo 390 8 81 Multiflo 420 CPompa learing yang Beroperasi 20 Warman 208.2.3.1Head 1 19 Gambar Penentuan 19 8/6 Multiflo 420 1 S E P OC T Head 1 Warman 8/6 S E 19 P OC T 20 (lokasi sump area kerja PT PAMA) 20 S E P AUG 19 OC420 T SCElearing P OC T Multiflo 420 Multiflo Head Multiflo 420 C learing 20 20 19 Multiflo jenis 420 pompa yang digunakan adalah pompa sentrifugal Head 20 OC T Adapun 20 19 Multiflo8.2.3.1) 420 (lihat gambar yang bisa memompa secara vertikal keatas



OC T OC T



OC T



Dredger



-



Warman 8/6



dengan kemampuan total head pompa sesuai spesifikasi tertentu. Apabila pompa sudah tidak mampu memompa keatas dikarenakan sudah / lebih mencapai total head maksimal, maka akan di tambah pompa booster (sebagai penguat) untuk memompa keatas.



Gambar 8.2.3.1 Jenis Pompa Sentrifugal Multiflo MF-420 (lokasi sump area kerja PT RMI)



Setelah instalasi pipa di dalam tambang, maka hal yang perlu diperhatikan adalah di area out let pompa sebagai hilir dari sistem pemompaan dimana penentuan harus cermat dan terdapat pemecah arus untuk mengurangi gerusan atau erosi.



P P N150 Multiflo



Warman Multiflo Head Multiflo



Pada paritan yang dibuat untuk mengeluarkan air dari outlet pompa ke final pit design juga tidak pada bidang lemah agar kestabilan lereng tetap terjaga.



Gambar 8.2.3.2 Outlet Pompa dan Perawatan Parit Menuju Setling Pond (lokasi area kerja PT RA)



1.17.4 Operasional Pemompaan Dalam hal operasional pemompaan, hal yang harus diperhatikan adalah masalah safety Untuk itu petugas pompa harus mempunyai keterampilan berenang dan setiap pekerjaan harus didukung APD (Alat Pelindung Diri) seperti life jacket dan lainnya (gambar 8.2.2.3). Selain itu diharuskan juga tetap mengikuti aturan seperti JSA, WIN, & SOP mengenai operasional pemompaan air tambang.



Safety Helmet Life Jacket



Safety Shoes



Gambar 8.2.2.3 Penggunaan APD di Area Sump (lokasi sump area kerja PT RMI)



Tugas setiap kontraktor juga yaitu membuat laporan harian kegiatan pelaksanaan pemompaan dan kondisi pond air sisa pemompaan dan melaporkannya kepada PT Adaro Indonesia. Untuk outlet pompa dimana airnya sangat berpengaruh dengan masyarakat sekitar tambang maka waktu dan pelaksanaan pemompaan akan diatur oleh pengawas PT Adaro Indonesia. Kegiatan operasional pemompaan di job site PT Adaro Indonesia tentunya akan tetap memperhatikan aspek lingkungan. Seperti ditunjukkan gambar 8.2.2.4 bahwa setiap aliran air tambang wajib untuk melalui setling pond sebelum dialirkan ke drainase umum. Ini dimaksudkan agar mutu air keluaran dari tambang tetap memenuhi standar baku mutu lingkungan.



Gambar 8.2.2.4 Spanduk Mengenai Aliran Air Tambang (lokasi area kerja PT RMI)



1.18 Penutup 1.18.1 Evaluasi Implementasi Sump & Dewatering



1.18.2 Referensi  SOP.MIN-4.4.6-6-14 Pemompaan Air Tambang  WI-MN-4.4.6-14-01 Pemasangan, Penyambungan & Pelepasan Pipa Dewatering Pump  WI-MN-446-14-02 Pengoperasian Pompa Air di Tambang No. Tanggal Efektif Tim Penyusun Penyunting Disetujui Oleh



SWM.1008.GMP SUMP MANAGEMENT .R00 01 September 2010



Wisnu Adi Dian Oktoriyanto Suhernomo Rommel Lucinda Cruz



BAB IX MINE HAUL ROAD 1.19 Pendahuluan 1.19.1 Tujuan Manual book ini berfungsi sebagai panduan bagi PT Adaro Indonesia dan kontraktor dalam melakukan pekerjaan pembentukan mine haul road dengan memperhatikan aspek keselamatan dan mencakup disain konstruksi, operation dan maintenance serta monitoring, sehingga target produksi dapat tercapai. 1.19.2 Ruang Lingkup Manual book ini membahas mengenai disain konstruksi, operation dan maintenance serta monitoring, pada mine haul road di area kerja PT Adaro Indonesia. 1.19.3 Definisi a. Haul road adalah semua jalur yang digunakan untuk melintas unit hauler atau unit lain untuk keperluan pemindahan OB / coal atau keperluan developing yang lain. b. Grade adalah perbandingan antara beda vertikal dengan jarak horisontal. c. Drainage adalah sistem saluran atau metode untuk mengalirkan air permukaan dari satu tempat ke tempat yang di tentukan dengan cara membuat paritan atau contour drainage (kemiringan suatu area). d. Culvert (gorong-gorong) adalah bangunan fisik yang dibangun memotong jalan/galengan/bangunan lain yang berfungsi untuk penyaluran air. e. Surfacing pelapisan jalan tambang dengan batu split atau dengan material keras lain untuk menjaga kekerasan jalan. f. Devider pembatas pada jalan tambang yang berfungsi untuk menjaga agar tidak ada kerancuan saat di belokan ataupun di persimpangan. g. Ramp adalah jalur melandai yang dipakai sebagai akses untuk unit produksi ataupun non-produksi yang memiliki dimensi tertentu yang kemiringannya diukur dengan satuan grade (perbandingan antara beda vertikal dengan jarak horisontal).



h. Cross fall kemiringan yang dibentuk pada jalan tambang agar air yang berada di badan jalan bisa mengarah ke saluran drainase dan tidak merusak badan jalan. i. Super elevasi adalah kemiringan jalan ke satu arah, biasanya di area tikungan. j. Spoil adalah adalah material hasil pembersihan jalan oleh motor grader, yang pada akhirnya menumpuk di pinggir jalan. Material spoil tersebut dapat mengakibatkan terjadinya penyempitan badan jalan dan mengurangi faktor keselamatan yang ada. k. Slippery adalah suatu pekerjaan perawatan jalan setelah hujan selesai. l. Undulasi adalah ketidakrataan permukaan tanah yang tidak mengikuti arah umum pola pengaliran bidang. m. Batu split adalah batu kerikil yang berfungsi sebagai pelapis jalan untuk memberikan kekerasan pada permukaan jalan tambang. 1.19.4 Tanggung Jawab a. Mine Production Section PT Adaro Indonesia bertanggung jawab untuk melakukan pengawasan terhadap pembentukan haul road agar sesuai dengan design dan memperhatikan aspek-aspek yang telah ditentukan. b. Mine Production Section kontraktor bertanggung jawab untuk melakukan pekerjaan pembentukan haul road dengan mengacu pada design dan memperhatikan aspek-aspek yang telah ditentukan. 1.20 Isi 1.20.1 Construction a. Design Banyak factor yang mesti dipertimbangkan dalam mempersiapkan perencanaan jalan angkut, antara lain adalah: 1. Menentukan rute yang paling ekonomis dari peta dan sumber informasi yang lain 2. Memilih rute yang paling tepat dengan melakukan inspeksi lapangan 3. Menentukan perkiraan umur dan standar jalan atau bagiannya yang akan dikontruksi.



4. Menentukan pemberlakuan tanjakan untuk truk bermuatan dan tidak bermuatan dan memodifikasi rute seperlunya. 5. Mendisain tikungan harizontal dan vertikal untuk rute yang di usulkan dan memeriksa jarak pandang dan jarak berhenti yang sesuai 6. Memastikan syarat-syarat drainase sudah dimasukkan dalam perhitungan 7. Mengecek kinerja truk pengangkutan dan memodifikasi jalan-jalan seperlunya 8. Melaksanakan survey secara rinci sepanjang kontur yang di usulkan untuk rute dan garis tengah, mengecek drainase dan desain tanjakan secara menyeluruh. 9. Menguji keadaan tanah secara menyeluruh guna menghindari terjadinya tanah lunak. 10. Mendisain tikungan super elevasi dan pelebaran tikungan horizontal di peralihan jalan lurus (transition lenght) 11. Melanjutkan desain draff untuk persetujuan awal. 



Grade Kemiringan jalan angkut / grade merupakan suatu faktor penting yang harus diamati secara detail dalam kegiatan kajian terhadap kondisi jalan tambang. Hal ini dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan langsung dengan kemampuan alat angkut, baik dalam pengereman maupun dalam mengatasi tanjakan. Tanjakan maksimum yang di ijinkan di jalan angkut Pit adalah 1 : 10 (10 %), kecuraman tanjakan melebihi angka ini harus dilakukan penilaian resiko (risk assessment). Dan untuk memaksimalkan keamanan, sudut dan puncak harus didisain sedemikian sehingga operator alat berat mampu melihat bahaya yang menghalang saat berjalan dengan kecepatan normal.



design ramp jalan tambang







Dimensi jalan angkut CATERPILLAR



Tanggul



778



778



Parit



1/2 Lt



Lt



1/2 Lt



Lt



1/2 Lt



L min



Dimensi jalan angkut



Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada rule of thumb yang dikemukakan menurut American Association of State Highway Officials (AASHO) Manual Rural High-Way Design ”dengan persamaan sebagai berikut 4): L= ........... meter Keterangan: L = Lebar minimum jalan angkut lurus, meter n = Jumlah jalur Wt = Lebar alat angkut total, meter Nilai 0,5 pada rumus diatas menunjukkan bahwa ukuran aman kedua kendaraan berpapasan adalah sebesar 0,5 Wt, yaitu setengah lebar terbesar dari alat angkut yang bersimpangan.



Ukuran 0,5 Wt juga digunakan untuk jarak dari tepi kanan atau kiri jalan ke alat angkut yang melintasi secara berlawanan. 



Drainage Sebaik apapun disain jalan tambang, tetap akan tergantung disain kemampuan dreinasenya, dan kunci menjaga kondisi terbaik pada struktur jalan tambang, adalah membatasi paparan air permukaan dan membuang air permukaan secepatnya. Ujung Bund



Dreinase



Jalan 1 % - 4% Kemiringan



Cross section mine haul road



Apabila konstruksi dreinse yang rumit menjadi tidak layak atau ekonomis, cara paling sederhana untuk menekan kerusakan jalan tambang akibat air adalah meninggikan jalan tersebut dari posisi tanah sekitarnya. 



Model Pemodelan dari mine haul road bertujuan untuk mengalirkan air (hujan) agar tidak terlalu lama berada di badan jalan, sehingga jalan bisa segera digunakan kembali. Cross fall untuk jalan lurus adalah 2% - 4 %, sedangkan untuk tikungan, cross fall diarahkan ke bagian dalam dari tikungan. Kemiringan tersebut bisa mencapai 5% - 10% pada sisi terluar tikungan tersebut (tergantung dari radius tikungan). Cross fall pada tikungan mengikuti arah superelevasi tikungan tersebut.



Rekomendasi Kemiringan untuk Jalan Angkut 1% to 2%



Untuk jalan dengan dreinase & pemadatan permukaan yang sudah baik, kemiringan membujur adalah > 3%



2% to 3%



Untuk kebanyakan jalan angkut dengan dreinase dan pemadatan permukaan yang mencukupi, Kemiringan membujur adalah 90%, PI > 10, 100% lolos saringan 4 mm 2. Daya dukung hanya mengandalkan ikatan internal antar butir. 3. Dalam kondisi asli daya dukungnya cukup, apabila sudah terkontaminasi air akan menurun drastis. 4. Pada saat terpapar di jalan, apabila terkena air maka permukaan jalan akan menjadi licin tetapi tetap akan memiliki



2.



3.



4.



5.



daya dukung yang cukup pada bagian bawahnya,karena termasuk material impermeable. Sand stone Material sand stone banyak tersedia di lokasi tambang tutupan PT.Adaro, terutama pada daerah low wall, adapun cirri-ciri fisik dari sand stone adalah: 1. Abrasi >90%, PI < 10, 90% lolos saringan 4 mm. 2. Dgn sifat fisik di atas, daya dukungnya rendah karena gaya ikat antar butir sangat lemah. 3. Dalam kondisi tergelar di jalan, maka apabila terkena beban berat, material akan terpecah menjadi butiran2 halus yg akhirnya menjadi debu. Sub Soil/Tanah Merah Material sub soil jumlahnya sangat terbatas,material ini apabila dipakai sebagai jalan angkut, sangat tidak memungkinkan, tetapi karena unsur hara yang terkandung di dalamnya,maka material ini dipakai sebagai pelapis frame terluar disposal yang nantinya akan digunakan sebagai media hidup tumbuhan. Ciri-ciri fisik adalah: 1. Abrasi > 90%, PI > 10, 90% Lolos saringan 4 mm. 2. Gaya ikat antar butir tdk sekuat clay, sehingga dalam kondisi asli pun, daya dukungnya rendah. 3. Dalam kondisi tergelar di jalan, karena daya dukungnya rendah, saat terkena beban berat, maka akan membuat unit yang melintas akan amblas. Scorea/Batu merah Material ini sangat terbatas jumlahnya,dan biasa dipakai sebagai pelapis pada mine haul road yang berfungsi sebagai pengeras lapisan atas permukaan jalan sehingga dapat mengurangi waktu slippery di jalan tambang. Ciri-ciri fisiknya adalah: 1. Abrasi ± 35%, PI