Green Arsitektur [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Hery
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

GREEN ARSITEKTUR Konsep ‘green architecture’ atau arsitektur hijau menjadi topik yang menarik saat ini, salah satunya karena kebutuhan untuk memberdayakan potensi site dan menghemat sumber daya alam akibat menipisnya sumber energi tak terbarukan. Berbagai pemikiran dan interpretasi arsitek bermunculuan secara berbeda-beda, yang masing-masing diakibatkan oleh persinggungan dengan kondisi profesi yang mereka hadapi. Green arsitektur ialah”sebuah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya alam secara efisien dan optimal. Konsep arsitektur ini lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan, memiliki tingkat keselarasan yang tinggi antara strukturnya dengan lingkungan, dan penggunaan sistem utilitas yang sangat baik. Green architecture dipercaya sebagai desain yang baik dan bertanggung jawab, dan diharapkan digunakan di masa kini dan masa yang akan datang. Dalam jangka panjang, biaya lingkungan sama dengan biaya sosial, manfaat lingkungan sama juga dengan manfaat sosial. Persoalan energi dan lingkungan merupakan kepentingan profesional bagi arsitek yang sasarannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup.



PRINSIP-PRINSIP GREEN ARCHITECTURE : Penjabaran prinsi-prinsip green architecture beserta langkah-langkah mendesain green building menurut: Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design fo Sustainable Future: 1. Conserving Energy (Hemat Energi) Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali. Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:



1 | Page



1. Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik. 2. Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaicyang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal. 3. Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu. 4. Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan. 5. Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya. 6. Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi. 7. Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift. 2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami) Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara: 1. Orientasi bangunan terhadap sinar matahari. 2. Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.



2 | Page



3. Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan. 4. Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan. 3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan) Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.



1. Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada. 2. Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal. 3. Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan. 4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan) Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya. 5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru) Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya. 6. Holistic 3 | Page



Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain. Tentu secar parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.



SIFAT – SIFAT BANGUNAN GREEN ARCHITECTURE A.Sustainable ( Berkelanjutan ) Berkelanjutan berarti bangunan arsitektur hijau tetap bertahan dan berfungsi seiring zaman, konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan – perubuhan yang signifikan tanpa merusak alam sekitar. B. Earthfriendly ( Ramah lingkungan ) Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep arsitektur hijau apabila bangunan tersebut tidak bersifat ramah lingkungan. Maksud tidak bersifat ramah terhadap lingkungan disini tidak hanya dalam perusakkan terhadap lingkungan. Tetapi juga menyangkut masalah pemakaian energi.Oleh karena itu bangunan berkonsep arsitektur hijau mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan sekitar, energi dan aspek – aspek pendukung lainnya. C. High performance building. 4 | Page



Bangunan berkonsep arsitektur hijau mempunyai satu sifat yang tidak kalah pentingnya dengan sifat – sifat lainnya. Sifat ini adalah “High performance building. Salah satu fungsinya ialah untuk meminimaliskan penggunaan energi dengan memenfaatkan energi yang berasal dari alam (Energy of nature) dan dengan dipadukan dengan teknologi tinggi (High technology performance). Contohnya : o Penggunaan panel surya (Solar cell) untuk memanfaatkan energi panas matahari sebagai sumber pembangkit tenaga listrik rumahan. o Penggunaan material – material yang dapat di daur ulang, penggunaan konstruksi – konstruksi maupun bentuk fisik dan fasad bangunan tersebut yang dapat mendukung konsep arsitektur hijau. Secara sederhana konsep green architecture bisa diterapkan dalam rancangan rumah sederhana sekalipun, hanya apakah ada goodwill atau tidak untuk penerapannya. Konsep-konsep sederhana seperti rumah hemat listrik, hemat air, dan sebagainya dapat mulai diterapkan untuk mengantisipasi berkurangnya sumber listrik dan air di kehidupan sehari-hari. Green architecture saat ini lebih menjadi suatu kebutuhan daripada sekedar sebuah pola labelisasi style atau gaya saja, menjadi suatu keharusan ketika buruknya kualitas lingkungan hidup terus menjadi permasalahan lingkungan saat ini. Kadang disayangkan ketika green architecture yang seharusnya merupakan sebuah prinsip sebagai perwujudan moral seorang arsitek telah terperangkap pada pola labelisasi style.



STANDAR GREEN Standarisasi Perancangan Bangunan Hijau Prinsip perwujudan bangunan/arsitektur hijau adalah harus hemat dalam penggunaan- energi dan sumber daya alam. Lalu bagaimana kita mengetahui jika bangunan/rancangan bangunan telah mengadopsi prinsipprinsip hijau tersebut? Dalam hal ini diperlukan standar/tolok ukur yang dapat digunakan sebagai panduan (guidelines) dalam merancang atau mengukur tingkat ke-hijau-an sebuah bangunan atau lingkungan. Hasil dari pengukuran ini adalah semacam pengakuandari pengukuran ini adalah semacam pengakuan kehijauan bangunan melalui penerbitan sertifikat hijau 5 | Page



(semacam sertifikasi) bagi bangunan yang lulus penilaian. Beberapa standar pengukuran ke-hijau-an suatu produk perencanaan bangunan telah dirumuskan pada beberapa negara, antara lain :



1. BREEAM ( Building Research Establishment's Environmental Assesment Method) BREEAM merupakan standar pengukuran hijau untuk bangunan di Inggris, yang dirumuskan pertama kali tahun 1990 oleh Building Research and Establishment (BRE). Parameter pengukuran hijau meliputi 10 aspek/sektor yaitu : - Energi, mencakup energi operasional dan emisi CO2 yang dihaslkan - Manajemen, meliputi kebijakan dan manajemen tapak/bangunan - Kesehatan dan Kualitas Hidup, meliputi kebisingan, pencahayaan, kualitas udara, dsb - Transportasi, terkait dengan emisi CO2 - Air, terkait konsumsi dan efisiensi penggunaannya - Material , t e r ka i t dampak yang terkandung pada material bangunan - Limbah, terkait pengelolaan dan konstruksi yang efisien - Tata Guna Lahan, meliputi jenis tapak dan intensitasnya - Polusi, mengetahui tingkat polusi udara dan air di sekitar bangunan - Ekologi, meliputi nilai ekologis, konservasi dan peningkatan kualitas tapak/lingkungan. Penilaian dalam bentuk rating/pemeringkatan dengan tingkatan Pass, Good, Very Good,



2. LEED (Leadershipin Energy and Environmental Design) Standar hijau lain adalah LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) yang dikeluarkan oleh United States- Green Building Council (USGBC) pada tahun 1998. LEED digunakan untuk menilai bangunan atau lingkungan pada tahap praperancangan maupun dalam kondisi telah terbangun. Parameter utama adalah seperti berikut : -



Tapak/Lokasi yang Berkelanjutan(Sustainable Site), meliputi pemilihan lokasi, kepadatan dan konektivitas dengan lingkungan, transportasi alternatif,pengembangan tapak, pengurangan polusi.



6 | Page



- Efisiensi Air (Water Efficiency), meliputi pengurangan penggunaan air, penataan air yang efisien, inovasi teknologi pengelolaan air limbah. - Energi dan Atmosfir (Energy and Atmosphere), meliputi optimalisasikinerja energi, sistem energi terbarukan p a d a t a p a k , m a n a j e m e n l a n j u t AC,penggunaan energi ramah lingkungan. - Material dan Sumber Daya (Material and Resources), meliputi konservasi bangunan, mana j emen penge l o l aan s ampahkonstruksi, penggunaan ulang material, daur ulang, material regional, material yang terbaharukan, penggunaan kayu yang bersertifikasi. - Kualitas Lingkungan Ruang Dalam (Indoor Environmental Quality), meliputi optimalisasi ventilasi, manajemen kualitas udara, material dengan emisi rendah (lowemitting), sistem yang terkontrol untuk pencahayaan dan penghawaan buatan, optimalisasi pencahayaan alami dan pemandangan luar. - Inovasi Perancangan (Innovation in Design) - Prioritas Regional (Regional Priority) Pen i l a i an LEED d i l akukan dengan scoring/points, dengan tingkatan sebagai berikut : - Certified, 40 – 49 points - Silver, 50 – 59 points - Gold, 60 – 79 points - Platinum, 80 points ke atas. 3. GREEN STAR (Standar Bangunan Hijau Australia) Standar penilaian bangunan hijau GREEN STAR dikeluarkan oleh Green Building Council Australia (GBCA) pada tahun 2002. Perumusan standar hijau ini bertujuan untuk menciptakan sistem penilaian bangunan hijau secara komprehensif terutama di dalam industri properti. Kategori penilaian GREEN STAR terdiri dari : - Management, untuk mengetahui tingkat adopsiterhadap prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan mulai dari t ahap pe r encanaan, pe l aksanaan konstruksi dan pengoperasian. - Energy, terkait reduksi emisi gas rumah kaca, melalui efisiensi dan penggunaan energi alternatif. - Water, mengurangi penggunaan air- melalui perancangan sistem pelayanan bangunan yang efisien, penerapan system daur ulang air dan sumber air lain (missal air hujan). - Land Use and Ecology, mengurangdampak negatif terhadap ekosistemdengan merestorasi flora dan fauna.



7 | Page



- IEQ, penerapan sistem utilitas bangunan yang efisien seperti HVAC, pencahayaan dan penghunian. - Transport, pengurangan kendaraanpribadi dengan menyediakan sistemtransportasi alternatif. - Material, pemilihan material yang sesuai, penggunaan material daur ulang serta manajemen yang efisien. - Emissions, kontrol terhadap polusi dari bangunan serta kontribusi bangunanterhadap ekosistem sekitarnya. Penilaian rating dilakukan dengan menentukan point/score, dengan kategori sebagai berikut : - One Star 10 – 19 points - Two Star 20 – 29 points - Three Star 30 – 44 points - Four Star 45 – 59 points Best Practice - Five Star 60 – 74 points Au s t r a l i a n Excellence - Six Star 75 + points World Leader Batuwangala dalam Gupta (2013) menyatakan bahwa green building atau bisa disebut dengan bangunan hijau adalah suatu konsep dalam mendesain, membangun, mengelola dan memelihara bangunan dengan tujuan untuk menjaga kesehatan penghuni, meningkatkan produktivitas penghuni bangunan, menggunakan bahan-bahan alam dengan baik, dan mengurangi dampak buruk bangunan terhadap lingkungan. Dengan kata lain, konsep green building sangat mempertimbangan lingkungan dalam setiap aspek konstruksi bangunan. Sementara itu, menurut Green Building Council Indonesia (GBCI) bangunan hijau merupakan bangunan baru yang direncanakan dan dilaksanakan, atau bangunan yang sudah terbangun yang dioperasikan dengan memerhatikan faktor-faktor lingkungan/ekosistem dan memenuhi kinerja: bijak guna lahan, kualitas udara dalam ruangan, hemat air, hemat energi, hemat bahan, dan mengurangi limbah. Keuntungan membangun sebuah bangunan hijau adalah sebagai berikut. 1. Desain yang lebih kompak dan efisien sehingga mengoptimalkan fungsi-fungsi gedung. 2. Efisiensi yang tinggi dalam konsumsi energi listrik dan air. 3. Hemat biaya dalam operasional sehari-hari untuk energi dan konsumsi air. 8 | Page



4. Kesehatan jasmani dan rohani yang lebih baik bagi pengguna gedung, 5. Produktivitas dan kinerja yang meningkat pada pengguna gedung. 6. Biaya pemeliharaan dan operasional yang rendah dalam jangka panjang. 7. Preferensi pasar yang lebih tinggi, terutama perusahaan internasional dan multinasional. 8. Didapatkannya pengakuan internasional sebagai produk unggulan dalam industri rancang bangun. 9. Munculnya ketertarikan yang tinggi, baik pada konsumen/klien atau pun karyawan karena sebuah produk/perusahaan yang memerhatikan lingkungan. 10. Tumbuhnya sikap ramah lingkungan pada para penggunanya, yang diharapkan dapat meneruskan sikap tersebut di rumah tangga masing-masing dan menimbulkan efek multiplier. Green Building Council Indonesia (GBCI) Lembaga Konsil Bangunan Hijau Indonesia atau Green Building Council Indonesia (GBCI) adalah lembaga mandiri (non-government) dan nirlaba (non-for profit) yang berkomitmen penuh terhadap pendidikan masyarakat dalam mengaplikasikan praktik-praktik terbaik lingkungan dan memfasilitasi transformasi industri bangunan global yang berkelanjutan. GBCI merupakan Emerging Member dari World Green Building Council (WGBC) yang berpusat di Toronto, Kanada. WGBC saat ini beranggotakan 97 negara dan hanya memiliki satu GBC di setiap negara. GBCI didirikan pada tahun 2009 dan diselenggarakan oleh sinergi di antara para pemangku kepentingan yang meliputi : 1. Profesional bidang jasa konstruksi, 2. Kalangan industri sektor bangunan dan properti, 3. Pemerintah, 4. Institusi pendidikan dan penelitian 9 | Page



5. Asosiasi profesi dan masyarakat peduli lingkungan. Salah satu program GBCI adalah menyelenggarakan kegiatan Sertifikasi Bangunan Hijau di Indonesia berdasarkan perangkat penilaian khas Indonesia yang disebut greenship.



Greenship Greenship adalah sistem penilaian bangunan yang merupakan bentuk dari salah satu upaya untuk menjembatani konsep ramah lingkungan dan prinsip keberlanjutan dengan praktik yang nyata. Hadirnya perangkat rating ini diharapkan dapat mendorong transformasi di industri bangunan, sehingga praktik-praktik ramah lingkungan dapat diterapkan di Indonesia. Setiap bangunan yang mendeklarasikan diri sebagai bangunan hijau akan dinilai dan disertifikasi berdasarkan kriteria-kriteria baku yang ada dalam sistem pemeringkatan ini. Kriteria penilaian Greenship bukan merupakan penemuan baru, melainkan kumpulan dan pengelompokan dari praktik-praktik terbaik di industri bangunan yang kemudian diidentifikasi oleh GBCI. Sistem rating ini juga dapat mengedukasi industri bangunan dan khalayak umum tentang aspek-aspek yang harus dipenuhi sebuah bangunan hijau. Dokumen sistem pemeringkatan Greenship dibagi menjadi tiga, yaitu Greenship Interior Space (untuk perencanaan, operasional, dan pemeliharaan ruangan dalam gedung), Greenship Existing Building (untuk manajemen, operasional dan pemeliharaan bangunan yang sudah terbangun dan dioperasionalkan), dan Greenship New Building (untuk perencanaan dan aktivitas konstruksi bangunan baru dalam tahap desain). (Laila, 2014)Berdasarkan kategori yang ditentukan oleh GBCI, dalam Greenship EB terdapat enam kategori Green Building: Appropriate Site Development Kategori ini mencakup akses ke saranasarana umum, pengurangan kendaraan bermotor, penggunaan sepeda, lansekap tumbuhan hijau, heat island effect, pengurangan beban volume



10 | P a g e



limpasan air hujan, site management, perhatian terhadap bangunan atau sarana di sekitarnya. Energy Efficiency and Conservation Kategori ini mencakup optimalisasi efisiensi penggunaan energi pada bangunan, komisioning ulang pada peralatan pengkondisian udara, penghematan energi pada sistem pencahayaan dan pengkondisian udara, pencatatan dan pengawasan penggunaan energi, operasi dan perawatan peralatan AC, penggunaan energi terbarukan dan pengurangan emisi energi. Water Conservation Kategori Water Conservation meliputi sub metering konsumsi air, pemeliharaan dan pemeriksaan sistem plambing, efisiensi penggunaan air bersih, pengujian kualitas air, penggunaan air daur ulang, penggunaan sistem filtrasi untuk menghasilkan air minum, pengurangan penggunaan air dari sumur dalam dan penggunaan kran auto stop. Material Resources and Cycle Kategori ini mencakup penggunaan refrigerant, penggunaan materi yang ramah lingkungan, pengelolaan sampah, pemilahan sampah, pengelolaan limbah B3 dan penyaluran barang bekas. Indoor Health and Comfort Kategori ini mencakup kualitas udara ruangan, pengaturan lingkungan asap rokok, pengawasan gas CO2 dan CO, pengukuran kualitas udara dalam ruang, pengukuran kenyamanan visual, pengukuran tingkat bunyi dan survei kenyamanan gedung. Building Environment Management Kategori ini mencakup inovasi peningkatan kualitas bangunan, tersedianya dokumen-dokumen tentang bangunan yang lengkap, adanya tim yang menjaga prinsip green building dan pelatihan dalam pengoperasian dan perawatan aspek-aspek green building secara lengkap.



PENILAIAN STANDAR GREEN Untuk mempermudah penerapan konsep “LEED for Homes,” dibuat sebuah metode penilaian untuk menilai berapa hijaunya rumah tinggal kita. Penilaian ini dilakukan pada 8 kategori dan 45 sub-kategori yang mendeskripsikan kualitas spesifik dari rumah tinggal tsb. Selanjutnya poin diberikan dengan patokan sbb: 11 | P a g e



Struktur Dasar Sistem Penilaian Struktur Dasar Sistem Penilaian (Basic Structure of The Rating System)



Poin (Point)



Praktek yang Baik (Good Practice)



Prasyarat yang harus dipenuhi (Prerequisite)



Praktek yang Lebih Baik (Better Practice)



1



Praktek yang Terbaik (Best Practice)



2



Selanjutnya, setelah penilaian total dihasilkan maka dapat disimpulkan berbagai level sertifikasi “LEED for Homes.” Level ini nantinya akan digunakan sebagai benchmark dalam desain serta memberikan nilai tambah dari properti tersebut. Level Sertifikasi “LEED for Homes”



Level Sertifikasi LEED for Homes (LEED for Homes Certification Levels)



Jumlah Kredit Poin LEED for Homes yang dibutuhkan (Number of LEED for Homes points Required)



12 | P a g e



Certified



45-59



Silver



60-74



Gold



75-89



Platinum



90-135



Poin Total yang mungkin dicapai (Total available points)



136



Kriteria “Home Size Adjustment” diterapkan untuk mengkompensasikan efek dari ukuran rumah dan konsumsi yang disebabkannya. Kredit ini kemudian ditambahkan pada penilaian “LEED for Homes” secara total. Hal ini didasarkan pada studi yang dilakukan oleh U.S. Census Bureau, American Housing Survey 2005, yang menyatakan bahwa 100% pertambahan ukuran rumah akan berdampak pada peningkatan penggunaan energi 15% sampai 50% per tahun. Selain itu juga. 40%-90% volume material yang diperlukan untuk membangun rumah tersebut juga akan bertambah.



Pertama, Proses Inovasi dan Desain (Innovation and Design Process/ ID) terdiri dari 3 sub-kategori, yaitu sbb: 1. Perencanaan Proyek Terintegrasi (Integrated Project Planning); 2. Proses Manajemen Durabilitas (Durability Management Process); 3. Desain Inovatif atau Bernuansa Lokal Kawasan (Innovative or Regional Design)



13 | P a g e



Kedua, Lokasi dan Tautan (Location and Linkages/ LL) terdiri dari 6 subkategori yaitu sbb: 1. LEED untuk Pembangunan Lingkungan Neighbourhood Development/ LEED ND);



Perumahan



(LEED



for



2. Pemilihan Tapak (Site Selection); 3. Lokasi yang Diinginkan (Preferred Locations); 4. Infrastruktur (Infrastructure); 5. Fasilitas Komunitas/ Fasilitas Sosial (Community Resources); 6. Akses terhadap Ruang Terbuka (Access to Open Space). Selanjutnya, Pengelolaan Tapak yang Berkelanjutan (Sustainable Sites/ SS) mencakup 6 sub-kategori sbb: 1. Penjagaan Kualitas Tapak (Site Stewardship); 2. Penataan Lansekap (Landscaping); 3. Efek Heat Island Lokal (Local Heat Island Effects); 4. Manajemen Air Permukaan (Surface Water Management); 5. Pencegahan Hama yang Tidak Beracun (Nontoxic Pest Control); 6. Pembangunan Kompak (Compact Development). Keempat, Efisiensi Air (Water Efficiency/ WE) mencakup 3 sub-kategori yang perlu diperhatikan di antaranya: 1. Penggunaan Air Kembali (Water Reuse); 2. Sistem Irigasi (Irrigation Systems); 3. Penggunaan Air di dalam Rumah (Indoor Water Use). Kelima, Energi dan Atmosfir (Energy and Atmosphere) mencakup 11 subkategori pendukung sbb: 14 | P a g e



1. Optimasi Performa Energi (Optimize Energy Performance); 2. Insulasi (Insulation); 3. Infiltrasi Udara (Air Infiltration); 4. Jendela (Windows); 5. Sistem Distribusi Pemanasan dan Pendinginan (Heating and Cooling Distribution System); 6. Alat Pemanas dan Pendingin Ruangan (Space Heating and Cooling Equipment); 7. Pemanas Air (Water Heating); 8. Pencahayaan (Lighting); 9. Aplikasi Rumah Tangga (Appliances); 10.



Energi Terbarukan (Renewable Energy);



11. Manajemen Refrigeran untuk Rumah (Residential Refrigerant Management). Keenam, Material dan Sumber Daya (Materials and Resources/ MR) dijelaskan lebih detail dalam 3 sub-kategori sbb: 1. Penggunaan Material dengan Efisien (Material-Efficient Framing); 2. Produk yang Lebih Ramah Lingkungan (Environmentally Preferable Products); 3. Manajemen Sampah Konstruksi (Waste Management). Ketujuh, Kualitas Udara Dalam Ruangan (Indoor Environmental Quality/ EQ) mencakup 10 sub-kategori sbb: 1. ENERGY STAR untuk bagian Indoor (ENERGY STAR with Indoor Air Package); 2. Pembuangan Hasil Pembakaran (Combustion Venting); 15 | P a g e



3. Kontrol Kelembaban Udara (Moisture Control); 4. Ventilasi Udara Luar (Outdoor Air Ventilation); 5. Cerobong Asap (Local Exhaust); 6. Distribusi Pemanasan dan Pendinginan Ruangan (Distribution of Space Heating and Cooling); 7. Filtrasi Udara(Air Filtering); 8. Kontrol Kontaminan (Contaminant Control); 9. Proteksi terhadap Radon (Radon Protection); 10.



Proteksi Polusi dari Garasi (Garage Pollutant Protection).



Terakhir, Kesadaran dan Pendidikan (Awareness & Education/ AE) juga diterapkan mencakup 2 sub-kategori sbb: 1. Edukasi Pemilik Rumah dan Penyewa (Education of Homeowner or Tenant); 2. Edukasi Manajer Bangunan (Education of Building Manager)



Perlu kami sampaikan beberapa keuntungan dari mengikuti standar Leed for Homes yang disampaikan oleh USGBC di antaranya: 1. Bagi Pemilik Rumah 1. lingkungan dalam rumah yang lebih sehat, 2. kenyamanan yang lebih baik, 3. durabilitas yang lebih tinggi, 4. 30-60% efisiensi energi, 5. lebih ramah lingkungan,



16 | P a g e



2. Bagi Pembangun (Kontraktor atau Developer) 1. pengurangan biaya karena keluhan, 2. peningkatan kepuasan konsumen, 3. peningkatan jumlah referensi 4. peningkatan harga jual, 5. peningkatan jumlah penjualan Selanjutnya kami akan menjelaskan masing – masing bagaimana caranya melihat efektifitas LEED for Homes.



kategori



dan



Proses Inovasi dan Desain (Innovation and Design Process/ ID) Dapat disarikan bahwa untuk Proses Inovasi dan Desain tercatat beberapa tujuan penting berupa: 1. Memaksimalkan kesempatan untuk adopsi strategi “Green Design and Construction” secara terintegrasi dan efektif secara ekonomis. 2. Mempromosikan ketahanan dalam segi waktu dan kemampuan yang tinggi dari selubung bangunan serta komponen – komponennya dengan desain yang baik, pemilihan material dan konstruksi yang baik. 3. Meminimalisasi dampak lingkunan dari rumah dengan tambahan green design and construction yang dapat dilakukan dan menunjukkan keuntungan yang melebihi sistem LEED for Homes.



Lokasi dan Tautan (Location and Linkages/ LL) Terdapat pilihan dalam menerapkan kriteria ini seperti diagram sbb: Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan dari strategi Lokasi dan Tautan ini adalah:



17 | P a g e



1. Meminimalisasi dampak dari pembangunan dengan mengikuti standar LEED for Neighbourhood Development. 2. Menghindari pembangunan kawasan yang sensitif secara lingkungan hidup. 3. Mendorong rumah LEED dibangun dekat atau berada di dalam komunitas yang telah ada. 4. Mendorong rumah LEED dilayani oleh atau berdekatan dengan infastruktur yang telah dibangun (misalnya saluran air kotor dan air bersih). 5. Mendorong rumah LEED dibangun dengan mempertimbangkan akses pejalan kaki, pengguna sepeda, akses kendaraan umum (public transit) sehingga meminimalisasi ketergantungan terhadap kendaraan mobil pribadi dan dampak yang terkait. 6. Menyediakan ruang terbuka yang dapat digunakan untuk berjalan, beraktifitas fisik dan menghabiskan waktu di luar rumah.



Pengelolaan Tapak yang Berkelanjutan (Sustainable Sites/ SS) – Minimum 5 Poin harus tercapai dalam kategori ini. Tujuan dari Strategi Pengelolaan Tapak yang Berkelanjutan ini ialah untuk: 1. Meminimalisasi dampak jangka panjang pada tapak rumah yang ditimbulkan oleh proses konstruksi. 2. Menyiapkan desain lansekap untuk mencegah penanaman spesies invasif (invasive species) dan meminimalkan kebutuhan pengairan dan pemupukan kimia. 3. Mendesain elemen lansekap untuk mengurangi efek heat island lokal. 4. Mendesain tapak agar mengurangi erosi dan limpasan permukaan (runoff) dari tapak rumah 5. Mendesain rumah untuk mengurangi kebutuhan untuk kontrol hama seperti serangga, pengerat, dll. 18 | P a g e



6. Menggunakan pola pembangunan kompak (compact development) untuk mengkonservasi lahan dan mempromosikan kehidupan komunitas, efisiensi transportasi dan kebiasaan berjalan kaki.



Efisiensi Air (Water Efficiency/ WE) – Minimum 3 Poin harus tercapai. Tujuan utama dari Strategi Efisiensi Air ini ialah sbb: 1. Mempromosikan penggunaan air daur ulang yang diproses oleh Pemerintah Kota (municipal recycled water) dan mengimbangi penggunaan air tadi dengan mengumpulkan dan mengontrol penggunaan air hujan dan/ atau air limbah cucian (graywater). 2. Meminimalisasi kebutuhan air outdoor dengan irigasi yang efisien. 3. Mengurangi kebutuhan air indoor dengan penggunaan fitur – fitur rumah yang efisien untuk air (water-efficient fixtures and fittings).



Energi dan Atmosfir (Energy and Atmosphere) Tujuan utama dari Strategi Energi dan Atmosfir ini ialah sbb: 1. Meningkatkan performa energi secara keseluruhan dari rumah tersebut dengan mencapai atau melebihi rumah yang berstandar ENERGY STAR. 2. Mendesain dan memasang insulasi yang dapat mengurangi transfer panas dan konduksi (heat transfer and thermal bridging). 3. Mengurangi konsumsi energi karena kebocoran udara (dari luar maupun ke luar) ruangan yang dikondisikan (pemanasan atau pendinginan) 4. Memaksimalkan performa energi dari jendela (bukaan langit yang cukup dan berstandar ENERGY STAR – untuk Amerika). 5. Minimalisasi konsumsi energi dengan mengurangi konduksi dan/ atau kebocoran pada sistem distribusi pemanasan atau pendinginan. 19 | P a g e



6. Mengurangi konsumsi energi pemanasan dan pendinginan.



yang



berkaitan



dengan



system



7. Mengurangi konsumsi energi yang berkaitan dengan sistem air panas untuk rumah tangga, termasuk meningkatkan efisiensi sistem air panas dan letak fitur dalam rumah. 8. Mengurangi eksterior.



konsumsi



energi



dengan



pencahayaan



interior



dan



9. Mengurangi konsumsi energi dari aplikasi rumah tangga. 10. Mengurangi konsumsi dari sumber energi yang tidak terbarukan (nonrenewable energy resources) dengan instalasi dan operasi system pembangkit energi yang berkelanjutan (renewable energy generation systems). 11. Memilih dan melakukan tes pada refrigerant yang digunakan pada sistem air-conditioning untuk menjamin performa dan mengurangi kontribusi pada pemanasan global dan perusakkan lapisan ozon. Material dan Sumber Daya (Materials and Resources/ MR) – Minimum 2 Poin harus dicapai. Tujuan Strategi Material dan Sumber Daya adalah sbb: 1. Menggunakan material bangunan dengan efisien. 2. Meningkatkan kebutuhan untuk produk yang ramah lingkungan serta produk yang dihasilkan (diekstraksi, diproses dan diproduksi) di kawasan yang sama. 3. Mengurangi produksi limbah bangunan lebih rendah dari standar industri yang ada.



Kualitas Udara Dalam Ruangan (Indoor Environmental Quality/ EQ) – Minimal 6 Poin harus dicapai.



20 | P a g e



Selanjutnya, tujuan Strategi Kualitas Udara dalam Ruangan dapat dijelaskan sbb: 1. Meningkatkan kualitas udara dalam ruangan secara keseluruhan di dalam rumah dengan instalasi alat penjaga kualitas udara. 2. Minimalisasi kebocoran gas hasil pembakaran ke dalam ruangan yang dipakai. 3. Mengendalikan kelembaban udara dengan peningkatan kenyamanan, reduksi penyebab jamur dan meningkatkan durabilitas rumah. 4. Mengurangi ekspos polusi dari dalam ruangan kepada pengguna rumah dengan membuang air dengan ventilasi ke luar rumah. 5. Mengurangi kelembaban dan ekspos terhadap polusi udara dalam ruangan di kamar mandi dan dapur. 6. Menyediakan distribusi dari pemanasan dan pendinginan udara yang baik di rumah untuk meningkatkan kenyaman termal dan performa energi. 7. Mengurangi partikel polutan dari sistem suplai udara. 8. Mengurangi ekspos bibit penyakit yang disebarkan oleh udara kepada pengguna dan pekerja bangunan dari kontrol dan penbuangan sumbernya. 9. Mengurangi ekspos dari pengguna rumah terhadap gas radon atau gas lainnya yang berbahaya. 10.



Melindungi pengguna dari polutan berasal dari garasi.



Kesadaran dan Pendidikan (Awareness & Education/ AE). Tujuan dari Strategi Kesadaran dan Peningkatan ini ialah: 21 | P a g e



1. Meningkatkan performa dari rumah tinggal dengan mendidik pengguna rumah (pemilik atau penyewa) tentang operasi dan pemeliharaan fitur – fitur dan peralatan rumah berstandar LEED. 2. Meningkatkan performa dari rumah tinggal dengan mendidik manajer bangunan tentang operasi dan pemeliharaan fitur – fitur dan peralatan rumah berstandar LEED. Mengenai detail langkah implementasi LEED for Homes, kami sarankan untuk mengakses website US Green Building Council dan mengunduh panduan LEED for Homes ini. Secara singkat, dapat disimpulkan bahwa LEED for Homes telah disiapkan secara komprehensif dengan menerapkan berbagai strategi untuk mengurangi dampak dari bangunan dari awal proses konstruksi, penggunaan dan paska huni. Untuk menerapkan hal ini diperlukan data – data sekunder yang cukup komprehensif serta kemampuan multi-disiplin profesional tim proyek. Tetapi di sisi lain, LEED for Homes ini sangat diperlukan sehingga diperlukan langkah – langkah adaptasi terhadap strategi di atas untuk memudahkan implementasinya. Dan hal ini yang seharusnya dilakukan bersama oleh Pemerintah (melalui Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya), Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), Green Building Council Indonesia (GBCI), Universitas – Universitas, Komunitas dan Asosiasi Profesi lainnya dengan sosialisasi, pendidikan serta adopsi LEED for Homes. Dengan hal ini, kami yakin bahwa ada peluang LEED for Homes atau standar Green Building lainnya dapat diadaptasikan untuk kondisi Indonesia. beragam fasilitas berukuran olimpik, umpamanya lapangan sepakbola pantai, basket, kolam renang, jogging track, dll.



22 | P a g e



TABEL PERBANDINGAN GREEN DISETIAP NEGARA Sejauh ini, telah disampaikan beberapa “Sustainable Architecture Framework” yang disampaikan oleh berbagai lembaga pemerintah maupun universitas di Amerika dan Asia. Kerangka – kerangka tsb di antaranya ialah: 1. Leadership in Energy and Environmental Design (LEED), USA dan Berbagai Negara Dunia yang mengadopsinya (pembahasannya kemudian terfokus LEED for Homes) 2. Green Mark, Singapore 3. Green Neighbourhoods Planning and Design Guidelines, Center for Housing Innovation, University of Oregon, USA 4. High Performance Building Guidelines, Department of Design & Construction, USA



City



of



New



York,



5. The Land Code, Guidelines for Environmentally Sustainable Land Development, Yale School of Forestry & Environmental Studies, Yale University, USA



. Kerangka “Sustainable Architecture” yang ada saat ini.



Aspect



LEED (for Homes)



Design Process



Innovation and Design Process



Constru c-tion Process



Green Mark



Described in the Aspect



Green Neighbour hood



High Performa nce Building



Land Code



Descri-bed in the Aspect



City Process and Design Process



Approaches to Green Developm ent



Construction Administra tion 23 | P a g e



Commisioning



Commisioning



Operati on and Maintenance



Opera-tion and Maintenance



Descri-bed in the City Process



Legal Strate-gies for Municipalities and Developers



Site and Project Managem ent



Environmen tal Assets, Urban Forests, Air Pollu-tion, Vegeta-tion



Site Design and Planning



Air Pollution and Micrometeorology, Plant Ecology and Population, Environme ntal Engineerin g, Industrial Ecology



Water Efficiency



Natural Drai-nage, Imper-vious



Water Management



Water Quality and Hydro-



Legal



Locatio n



Site



Water



Location and Linkages



Sustainable Sites



Water Efficien-cy



24 | P a g e



Surfaces, Building Material



Indoor Environme ntal Quality



People Awaren ess



Awareness & Educa-tion



Energy



Energy & Atmosphere



Other Innovations



Material and Product Selection



Mate-rials and Resour-ces



Therma l Comfort



logy



Indoor Environmental Quality & Environmental Protection



Indoor Environment



Energy Efficiency



Building Energy Use



On Site Energy and Transporta-tion



Innovations



Dapat dipahami dari matriks di atas betapa kompleksnya “Sustainable Architecture Framework” sehingga diperlukan waktu untuk memahami dan menerapkannya. Sebaliknya, sebuah kerangka yang lengkap memang diperlukan untuk menuntun para arsitek lebih peka terhadap seluruh aspek lingkungan dalam desain yang akan mempengaruhi seluruh daur hidup bangunan. 25 | P a g e



Kerangka ini diusulkan oleh USGBC (United States Green Building Council) pada tahun 2008. LEED for Homes ini dikembangkan secara khusus untuk 25% konstruksi rumah baru di Amerika agar dapat menjadi “Sustainable Homes” atau “Rumah yang Berkelanjutan.” LEED for Homes ini juga disiapkan untuk membantu pembangun (builder) rumah untuk membangun rumah dengan lebih baik. Sesungguhnya performa dari rumah setelah selesai akan berkaitan dengan proses yang dilakukan builder dan tim proyek (project team) dalam mendesain dan membangun Rumah bersertifikasi LEED. Sehingga Rumah tsb harus memenuhi persyaratan sbb: 1. Memiliki desain strategi yang meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya; 2. Memilih bahan bangunan, peralatan dan siste, bangunan yang ramah lingkungan, tahan lama; 3. Dibangun dengan proses konstruksi yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga peralatan-peralatan di atas dapat dipasang secara baik. 4. Selain itu semua pertimbangan LEED harus diintegrasikan seawall mungkin dalam proses desain rumah tsb. Ada 8 kriteria yang dibahas dalam Guideline ini di antaranya ialah: 1. Proses Inovasi dan Desain (Innovation and Design Process/ ID) akan membahas tentang metode desain, kandungan pengaruh kawasan (regional) dalam system penilaian dan contoh level performa; 2. Lokasi dan Tautan (Location and Linkages/ LL) membicarakan penempatan dari rumah secara sosial dan lingkungan yang berdampaj pada komunitas yang lebih luas; 3. Pengelolaan Tapak yang Berkelanjutan (Sustainable Sites/ SS) membahas penggunaan lahan dengan memperhatikan pencegahan dampak kepada tapak. 4. Efisiensi Air (Water Efficiency/ WE) membahas praktek untuk menggunakan air secara efisien baik di dalam atau di luar rumah. 26 | P a g e



5. Energi dan Atmosfir (Energy and Atmosphere) membahas efisiensi energi dari segi desain selubung bangunan serta sistem pemanasan dan pendinginan. 6. Material dan Sumber Daya (Materials and Resources/ MR) membicarakan efisiensi penggunaan material, pemilihan material ramah lingkungan serta pengurangan limbah pada saat konstruksi. 7. Kualitas Udara Dalam Ruangan (Indoor Environmental Quality/ EQ) membicarakan peningkatan kualitas udara dengan mengurangi polusi dan kesempatan paparan dengan polutan. 8. Kesadaran dan Pendidikan (Awareness & Education/ AE) membahas pendidikan pemilik, penyewa dan manajer bangunan mengenai operasi dan pemeliharaan dari elemen bangunan ramah lingkungan dari rumah yang bersertifikat LEED.



27 | P a g e