13 0 68 KB
MANUSIA DAN ILMU: MANUSIA YANG MENEKUNI ILMU PENGETAHUAN
TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Dosen Pengampu : Listiono Santoso, SS., M.Si
Disusun oleh : AMALUL AHLI HASHFI 110911138
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2009
MANUSIA DAN ILMU: MANUSIA YANG MENEKUNI ILMU PENGETAHUAN
Pendahuluan Manusia oleh sang Pencipta dianugerahi daya rohani, budi dan karsa merdeka sehingga memiliki kelebihan untuk mengatasi struktur alam jasmani, atau yang disebut memiliki transendensi. Manusia mampu memahami hukum alam, mampu untuk mengubah dan mengolah alam dalam batas batas tertentu. Manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup ini dan menciptakan teknologi. Ia memikirkan hal-hal baru dengan mengadakan eksperimen-eksperimen; ia menjelajahi ufuk baru, karena manusia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan hidup namun lebih dari itu. Manusia sebagai dinamika mencari yang mutlak adanya, ialah sang Pencipta sendiri. Manusia mengembangkan kebudayaan manusia karena menemukan ide tertentu, diilhami dan digerakkan oleh ide tertentu itu, memberi makna atau arti kepada
kehidupannya,
kepada
tiap-tiap
realitas
yang
dipilihnya
untuk
kehidupannya. Realitas itu dapat berbentuk pakaian, dapat berbentuk rumah, tanaman, binatang, bahkan dapat juga sesama hidupnya. Manusia adalah person; yang berkembang menjadi personality, menjadi manusia yang utuh. Dengan kata lain manusia memanusiakan diri dalam hidupnya dalam dan dengan alam ini. Ini semua menyimpulkan bahwa pada hakikatnya manusia itu dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari pada sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang mendorong manusia sebagai dinamika untuk melahirkan
dan
mengembangkan
pengetahuannya
dan
pada
gilirannya
pengetahuan ini jugalah yang menggerakkan manusia menjadi makhluk yang bersifat khas dimuka bumi.
Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat dirumuskan permasalahan, yaitu : Bagaimana proses terjadinya ilmu pengetahuan dan manusia yang menekuni ilmu pengetahuan? Pembahasan Pada hakekatnya, manusia memiliki keingintahuan pada setiap hal yang ada maupun yang sedang terjadi di sekitarnya. Dalam bukunya ”Metaphysica” Aristoteles menyatakan bahwa ”Semua orang menurut kodratnya ingin mengerti” Lihat saja anak kecil; ia ingin menyelidiki, meraba-raba, mencoba-coba apa saja yang dijumpainya. Ia heran mengenai segala hal yang dilihatnya. Maka ia selalu bertanya : ”Apakah itu?” sedikit demi sedikit ia mulai mengenal dunia dengan isinya. Anak tidak hanya melihat – lihat saja, ia ingin mengerti nama barang yang dilihatnya, untuk apa barang itu, mengapa barang itu adalah demikian dsb. Manusia dengan pancaindera menerima bermacam - macam pengalaman. Manusia tidak puas dengan menangkap barang - barang dan kejadian – kejadian itu dengan pancainderanya. Dengan budinya manusia menyusun, mengatur, menghubungkan, bermacam – macam pengalaman itu. Pertama ia mengerti dengan budinya ”apa” itu yang dilihatnya, didengarnya atau dirabanya, yang dialaminya. Maka timbullah dalam budi manusia ” pengertian” ialah gambaran abstrak yang menyatakan apa barang atau kejadian yang menjadi objeknya. Manusia dengan budinya tidak puas dengan mengerti apa barang – barang dan kejadian – kejadian di sekitarnya. Manusia ingin mengetahui lebih lanjut hal ihwal barang barang, makhluk – makhluk hidup dan kejadian – kejadian di kiri kanannya. Manusia dengan demikian memperoleh pengetahuan yang masih sederhana. Tetapi cukup memadai untuk keperluan hidup manusia