HAKIKAT Pendidikan Islam [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HAKIKAT, TUJUAN, DAN FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM HAKIKAT, TUJUAN, DAN FUNGSI PENDIDIKAN ISLAM



Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata kuliah: Filsafat Pendidikan Islam



Dosen Pengampu: Dr. Sembdo Ardi Widodo, MA



Oleh: Tri Pariyatun, S.Pd.I



1420411160 PAI-D (Mandiri)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014 BAB I PENDAHULUAN A.    Latar Belakang Pendidikan Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam, dasarnya adalah Al-Qur’an dan Hadis Nabi Muhammad saw. Dari kedua sumber tersebut, para intelektual muslim kemudian mengembangkannya dan mengklasifikannya kedalam dua bagian yaitu: Pertama, akidah untuk ajaran yang berkaitan dengan keimanan; kedua, adalah syariah untuk ajaran yang berkaitan dengan amal nyata. Oleh karena pendidikan termasuk amal nyata, maka pendidikan tercakup dalam bidang syariah. Bila diklasifikasikan lebih lanjut, termasuk dalam sub bidang muamalah.



Hal tersebut menggariskan prinsip-prinsip dasar materi pendidikan Islam yang terdiri atas masalah iman, ibadah, sosial, dan ilmu pengetahuan. Sebagai bantahan pendapat yang meragukan terhadap adanya aspek pendidikan dalam Al-Qur’an, Abdul Rahman Saleh Abdullah mengemukakan bahwa kata Tarbiyah yang berasal dari kata “Rabb”(mendidik dan memelihara) banyak terdapat dalam Al-Qur’an; demikian pula kata “Ilm” yang demikian banyak dalam Al-Qur’an menunjukkan bahwa dalam Al-Qur’an tidak mengabaikan konsep-konsep yang menunjukkan kepada  pendidikan. Hadis juga banyak memberikan dasar-dasar bagi pendidikan  Islam. Hadis sebagai pernyataan, pengalaman, takrir dan hal ihwal Nabi Muhammad saw., merupakan sumber ajaran Islam yang kedua sesudah Al-Qur’an. Di samping Al-Qur’an dan hadis sebagai sumber atau dasar pendidikan Islam, tentu saja masih memberikan penafsiran dan penjabaran lebih lanjut terhadap Al-Qur’an dan hadis, berupa ijma’, qiyas, ijtihad, istihsan dan sebagainya yang sering pula dianggap sebagai dasar pendidikan Islam. Akan tetapi, kita konsekuen bahwa dasar adalah tempat berpijak yang paling mendasar, maka dasar pendidikan Islam hanyalah Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad saw. B.     Rumuan Masalah 1.      Apa hakikat pendidikan Islam? 2.      Apa tujuan pendidikan Islam?



3.      Apa fungsi  pendidikan Islam? BAB II PEMBAHASAN A.    Haikat Pendidikan Islam Pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar atau disengaja guna untuk menambah pengetahuan, wawasan serta pengalaman untuk menentukan tujuan hidup sehingga bisa memiliki pandangan yang luas untuk ke arah masa depan lebih baik dan dengan pendidikan itu sendiri dapat menciptakan orang-orang berkualitas.[1] Pendidikan Islam berarti sistem pendidikan yang memberikan kemampuan seseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikannya yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi.[2] Istilah pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada termal-tarbuyah, alta’dib, dan al-ta’lim.  Dari keriga istilah tersebut term yang populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah.  Sedangkan term alta’dib dan al-ta’lim jarang sekali digunakan. Padalah



kedua istilah tersebut telah digunakan sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam.[3] Kedatipun demikian, dalam hal-hal tertentu, ketiga terma tersebut memiliki kesamaan makna. Namun secara esensial, setiap term memiliki perbedaan, baik secara tekstual maupun kontekstual. Untuk itu, perlu dikemukakan uraian dan analisis terhadap ketiga term pendidikan Islam tersebut dengan beberapa argumentasi tersendiri dari beberapa pendapat para ahli pendidikan Islam. 1.      Tarbiyah Penggunaan istilah al-Tarbiyah  berasal dari kata rabb. Walaupun kata ini memiliki arti, akan tetapi pengertian dasarnya menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur, dan menjaga kelestarian atau eksistensinya.[4] Dari segi etimologis, tiga asal kata tarbiyah yakni, raba, rabiya, dan rabba, kata tarbiyah mencakup makna yang sangat luas yakni (1) al-nama yang berarti bertambah, berkembang, dan tumbuh menjadi besar sedikit demi sedikit, (2) aslahahu yang berarti memperbaiki pembelajar jika proses perkembangan menyimpang dari nilai-nilai Islam, (3) tawalla amrahu yang berarti mengurus perkara pembelajaran, bertanggung jawab atasnya dan melatihnya, (4) ra’ahu yang berarti memelihara dan memimpin sesuai dengan potensi yang dimiliki dan tabiyatnya (5) al-tansyi’ah



yang berarti mendidik, mengasuh, dalam arti materi (fisiknya) dan immateri (kalbu, akal, jiwa, dan perasaannya), yang kesemuannya merupakan aktivitas pendidikan.[5] Menurut Syekh Ali, kata rabba  memiliki arti yang banyak yakni merawat, mendidik, memimpin, mengumpulkan, menjaga, memperbaiki, mengembangkan, dan sebagainya. Daim menyimpulkan bahwa makna tarbiyah adalah merawat dan memperhatikan pertumbuhan anak, sehingga anak tersebut tumbuh dengan sempurna sebagaimana yang lainnya, yaitu sebuah kesempurnaan dalam setiap dimensi dirinya, badan (kinestetik), roh, akal, kehendak, dan lain sebagainya.[6] Secara filosofis mengisyaratkan bahwa proses pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai “pendidik” seluruh ciptaan-Nya, termasuk manusia. Dalam konteks yang luas, pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term al-tarbiyah terdiri atas empat unsur pendekatan, yaitu:[7] 1.      Memelihara dan menjaga fitrah anak didik menjelang dewasa (baligh) 2.      Mengembangkan seluruh potensi menuju kesempurnaan 3.      Mengarahkan seluruh fitrfah menuju kesempurnaan 4.      Melaksanakan pendidikan secara bertahap.



Dari penjelasan tersebut dapat diringkas bahwa prinsip-prinsip dasar pengertian tarbiyah dalam Islam adalah:[8] pertama, bahwa murabbi  (pendidik) yang sebenarnya hanyalah Allah, karena Dia Pencipta fitrah, potensi kekuatan dan kelemahan, dan paling tahu tentang hakikat manusia itu sendiri, karenanya perlu dipelajari terus menerus siapa sebenarnya manusia itu sesuai dengan perintah Tuhan. Kedua,  penumbuhan dan pengembangan secara sempurna semua dimensi manusia baik materi, seperti fisiknya, maupun immateri seperti akal, hati, kehendak, kemauan adalah tanggung jawab manusia sebagai konsekwensi menjalankan fungsinya sebagai hamba Tuhan dan sebagai fungsi khalifah. Ketiga,dalam proses tarbiyah seharusnya mengambil nilai dan dasarnya dari AlQur’an dan Sunnah dan berjalan sesuai dengan sunnatullah yang digariskan-Nya. Keempat,setiap aktivitas tarbiyah mengarah kepada penumbuhan, perbaikan, kepemimpinan, atau penjagaan setiap dimensi dalam diri manusia, baik aktivitas itu direkayasa atau secara nattural. Kelima, tarbiyah yang direkayasa mengharuskan adanya rencana yang teratur, sistematis, bertahap, berkelanjutan dan fleksibel. Keenam, bahwa yang menjadi subjek sekaligus objek dalam aktivitas tarbiyah adalah manusia. Ketujuh,bahwa kata tarbiyah tida terbatas pengetiannya sebagai sekedar transfer ilmu, budaya,



tradisi, dan nilai tetapi juga pembentukan kepribadian (transformatif) yang dilakukan secara bertahap. 2.      Taklim Istilah al-Ta’lim telah digunakan sejak periode awal pelaksanaan pendidikan islam. Menurut para ahli, kata ini lebih bersifat universal dibanding dengan alTarbiyah maupun al-Ta’dib. Rasyid Ridha mengartikan al-Ta’lim sebagai proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.[9] Jalal memberikan alasan bahwa proses taklim lebih umum dibandingkan dengan proses tarbiyah:[10] Pertama, ketika mengajarkan membaca Al-Qur’an kepada kaum muslimin, Rasulullah SAW tidak terbatas pada membuat mereka sekedar dapat membaca, melainkan membaca dengan perenungan yang berisikan pemahaman, pengertian, tanggung jawab, penanaman amanah sehingga terjadi pembersihan diri (tazkiyah al-nufus) dari segala kotoran, menjadikan dirinya dalam kondisi siap menerima hikmah, dan mempelajari segala sesuatu yang belum diketahuinya dan yang tidak diketahuinya serta berguna bagi dirinya Kedua, kata taklim tidak berhenti hanya kepada pencapaian pengetahuan berdasarkan prasangka atau yang lahir dari taklid semata-mata, ataupun pengetahuan yang lahir dari dongengan hayalan dan syahwat atau cerita-cerita dusta.



Ketiga, kata taklim mencakup aspek-aspek pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan seseorang dalam hidupnya serta pedoman perilaku yang baik. Dengan demikian kata taklim menurut Jalal mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dan berlangsung sepanjang hayat serta tidak terbatas pada masa bayi dan kanak-kanak, tetapi juga orang dewasa. Sementara itu Abrasyi, menjelaskan kata taklim hanya merupakan bagian dari tarbiyah karena hanya menyangkut domain kognitif. Al-Attas menganggap kata taklim lebih dekat kepada pengajaran atau pengalihan ilmu dari guru kepada pembelajaran, bahkan jangkauan aspek kognitif tidak memberikan porsi pengenalan secara mendasar.[11] 3.      Takdib Attas menawarkan satu istilah lain yang menggambarkan pendidikan Islam, dalam keseluruhan esensinya yang fundamental yakni kata takdib. Istilah ini mencakup unsur-unsur pengetahuan (‘ilm), pengajaran (taklim) dan pengasuhan yang baik (tarbiyah). Istilah takdib dapat mencakup beberapa aspek yang menjadi hakikat pendidikan yang saling berkait, seperti ‘ilm  (ilmu), ‘adl (keadilan), hikmah(kebajikan), ‘ aml  (tindakan), haqq  (kebenaran), natq (nalar) nafs  (ji wa), qalb (hati),‘aql  (akal), maratib dan derajat (tatanan hirarkis), ayah (simbol), dan adb (adab).



Dengan mengacu pada kata adb  dan kaitan-kaitanya seperti di atas, definisi pendidikan bagi al-Attas adalah: [12] Sebagai pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa, sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. Makna al-ta’dib berarti pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan.[13] B.     Tujuan Pendidikan Islam Menetapkan al-Qur’an dan hadits sebagai dasar pendidikan Islam bukan hanya dipandang sebagai kebenaran yang didasarkan pada keimanan semata. Namun justru karena kebenaran yang terdapat dalam kedua dasar tersebut dapat diterima oleh nalar manusia dan dibolehkan dalam sejarah atau pengalaman kemanusiaan. Secara Terminologis, Tujuan adalah arah, haluan, jurusan, maksud. Atau tujuan  adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melakukan sesuatu kegiatan. Atau menurut Zakiah Darajat, tujuan adalah sesuatu yang diharapkan



tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. [14] Karena itu tujuan pendidikan Islam adalah sasaran yang akan dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang yang melaksanakan pendidikan Islam.[15] Secara Epistemologis, Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan pertimbangan prinsip-prinsip dasarnya. Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan Islam dengan visi dan misi pendidikan Islam. Menurutnya, sebenarnya pendidikan Islam telah memiki visi dan misi yang ideal, yaitu “Rohmatan Lil ‘Alamin”. Munzir Hitami berpendapat bahwa tujuan pendidikan tidak terlepas dari tujuan hidup manusia, biarpun dipengaruhi oleh berbagai budaya, pandangan hidup, atau keinginan-keinginan lainnya.[16] Secara Ontologis : Dalam Islam, hakikat manusia adalah makhluq ciptaan Allah. Sedangkan menurut tujuan umum pendidikan Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Sebagaimana dalam firman Allah SWT.[17] Sebagai bagian dari komponen kegiatan pendidikan, keberadaan rumusan tujuan pendidikan memegang peranan sangat penting. Karena memang



tujuan berfungsi mengarahkan aktivitas, mendorong untuk bekerja, memberi nilai dan membantu mencapai keberhasilan.[18] Pendidikan Islam bertugas mempertahankan, menanamkan, dan mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nilai islami yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan AlHadis.[19] Sedangkan Anwar Jundi menjelaskan di dalam konsep Islam, tujuan pertama dan pokok dari pendidikan ialah terbentuknya manusia yang berpribadi muslim.[20] Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan. Karena tanpa pendidikan itu sendiri kita akan terjajah oleh adanya kemajuan saat ini, karena semakin lama semakin ketat pula persaingan dan semakin lama juga mutu pendidikan akan semakin maju.[21] Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia. Secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukan melalui latihan jiwa, akal pikiran, diri manusia yang rasional, perasaan dan indra, karena itu, pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik, aspek spiritual, intelektual,



imajinasi, fisik, ilmiah dan bahasa, baik secara individual maupun kolektif, dan mendorong semua aspek tersebut berkembang ke arah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak pada perwujudan ketundukan yang sempurna kepada Allah SWT, baik secara pribadi kontinuitas, maupun seluruh umat manusia.[22] Tujuan pendidikan ialah perubahan yang diharapkan pada subyek didik setelahmengalami proses pendidikan baik pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun kehdupan masyarakat d an alam sekitarnya dimana individu ituhidup. Sedangkan menurut Omar Muhammad Attoumy AsySyaebani tujuan pendidikan islam memiliki empat ciri pokok :[23] 1.      Sifat yang bercorak agama dan akhlak. 2.      Sifat kemenyeluruhannya yang mencakup segala aspek pribadi pelajar atausubyek didik, dan semua aspek perkambangan dalam masyrakat. 3.      Sifat keseimbangan, kejelasan, tidak adanya pertentangan antara unsur-unsur dan cara pelaksanaanya 4.      Sifat realistis dan dapat dilaksanakan, penekanan pada perubahan yangdikehendaki pada tingkah laku dan pada kehidupan, memperhitungkan perbedaanperbedaan  perseorangan  diantara  individu, masyarakat dankebudayaan di mana-mana dan



kesanggupanya untuk berubah dan berkembanng bila diperlukan Pendidikan Islam bertugas di samping menginternalisasikan (menanamkan dalam pribadi) nilai-nilai islami, juga mengembangkan anak didik agar mampu melakukan pengamalan nilai-nilai itu secara dinamis dan fleksibel dalam batas-batas konfigurasi idealitas wahyu Tuhan. Hal ini berarti Pendidikan Islam secara optimal harus mampu mendidik anak didik agar memiliki “kedewasaan atau kematangan” dalam beriman, bertaqwa, dan mengamalkan hasil pendidikan yang diperoleh, sehingga menjadi pemikir yang sekaligus pengamal ajaran Islam, yang dialogis terhadap perkembangan kemajuan zaman. Dengan kata lain, Pendidikan Islam harus mampu menciptakan para “mujtahid” baru dalam bidang kehidupan duniawi-ukhrawi yang berkesinambungan secara interaktif tanpa pengkotakan antara kedua bidang itu. [24] Menurut H.M.Arifin tujuan pendidikan islam adalah idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkanajaran Islam secara bertahap. Prof. H. M. Arifin, M. Ed menjabarkan tujuan pendidikan yang bersasaran pada tiga dimensi hubungan manusia selaku “Khalifah” dimuka bumi yaitu sebagai berikut: 1.      Menanamkan sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang dengan Tuhannya.



2.      Membentuk sikap hubungan yang harmonis, selaras, dan seimbang dengan masyarakatnya. 3.      Mengembangkan kemampuannya untuk menggali, mengelola dan memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi kepentingan kesejahteraan hidupnya, dan hidup sesamanya serta bagi kepentingan ubudiahnya kepadanya, dengan dilandasi sikap hubungan yang harmonis. Tujuan pendidikan menurut Dra. Hj. Nur Uhbiyati dan Dr. Zakiyah Daradjat ada empat macam, yaitu:[25] 1.      Tujuan Umum Tujuan umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara yang lainnya. Tujuan ini meliputi seluruh aspek kemanusiaan, seperti: sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada tingkat umur, kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk Insan Kamil dengan polatakwa kepada Allah swt harus dapat tergambar dalam pribadi seseorang yang sudah terdidik, walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah. 2.      Tujuan Akhir Pendidikan Islam ini berlangsung selama hidup, maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia ini telah berakhir. Tujuan umum yang berbentuk Insan Kamil dengan pola takwa dapat mengalami perubahan naik turun, bertambah dan berkurang



dalam perjalanan hidup seseorang. Perasaan, lingkungan, dan pengalaman dapat mempengaruhinya. Karena itulah pendidikan Islam itu berlaku selama hidup untuk menumbuhkan, memupuk, mengembangkan, memelihara dan mempertahankan tujuan pendidikan yang telah dicapai. Tujuan pendidikan adalah pengembangan akal dan akhlak yang dalam akhirnya dipakai untuk menghambakan diri kepada Allah SWT. Manusia mempunyai aspek rohani seperti yang dijelaskan dalam surat al Hijr ayat 29 : “Maka Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan meniupkan ke dalamnya roh-Ku, maka sujudlah kalian kepadaNya”. Dan tujuan akhir pendidikan Islam itu dapat dipahami dari firman Allah SWT yang artinya : ”Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim berserah diri kepada Allah.” (Q.S. Ali Imran: 102). Jadi insan kamil yang mati dalam keadaan berserah diri kepada Allah inilah merupakan tujuan  akhir dari pendidikan Islam. [26] 3.      Tujuan Sementara Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Pada tujuan sementara bentuk Insan Kamil dengan pola takwa sudah kelihatan



meskipun dalam ukuran sederhana, sekurangkurangnya beberapa ciri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. 4.      Tujuan Operasional Tujuan operasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu. Satu unit kegiatan pendidikan dengan bahan-bahan yang sudah dipersiapkan dan diperkirakan akan mencapai tujuan tertentu. Dalam tujuan operasional ini lebih banyak dituntut dari anak didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat operasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Bila dilihat dari segi filosofis, maka tujuan pendidikan Islam dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu:[27] 1.      Tujuan teoritis yang bersasaran pada pemberian kemampuan teoritis kepada anak didik. 2.      Tujuan praktis yang mempunyai sasaran pada pemberian kemampuan praktis kepada anak didik. Muhammad Athiyah al-Abrasyi, memaparkan bahwa tujuan pendidikan Islam terdiri atats 5 sasaran, yaitu:[28] 1.      Membentuk akhlak mulia 2.      Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat 3.      Mempersiapkan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya



4.      Menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik 5.      Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil Oleh karena itu, tujuan akhir pendidikan Islam berada di dalam garis yang sama dengan misi tersebut, yaitu membentuk kemampuan dan bakat manusia agar mampu menciptakan kesejahteraan dan kebahagiaan yang penuh rahmat dan berkat Allah di seluruh penjuru alam ini. Hal ini berarti bahwa potensi rahmat dan berkat Allah tersebut tidak akan terwujut nyata, bilamana tidak diaktualisasikan melalui ikhtiar yang bersifat kependidikan secara terarah dan tepat.[29] Jika pendidikan umum hanya ingin mencapai kehidupan duniawi yang sejahtera baik dalam dimensi bernegara maupun bermasyarakat maka Pendidikan Islam bercita-cita lebih jauh yang bernilai transendental, bukan insindetal atau aksidental di dunia, yaitu kebahagiaan hidup setelah mati. Jadi nilainilai yang hendak diwujudkan oleh pendidikan Islam adalah berdimensi transendetal (melampaui wawsan hidup duniawi) sampai ke ukhrawi dengan meletakkan cita-cita yang mengandung dimensi nilai duniawi sebagai sarananya. Oleh karena itu, pendidikan merupakan sarana atau alat untuk merealisasikan tujuan hidup orang muslim secara universal maka tujuan pendidikan Islam di seluruh dunia harus sama bagi semua umat Islam, yang berbeda hanyalah sistem dan metodenya.[30]



C.    Fungsi Pendidikan Islam Fungsi pendidikan islam secara mikro sudah jelas yaitu memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumber daya insan yang ada pada subyek didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan norma islam. Atau dengan istilah lazim digunakan yaitu menuju kepribadian muslim. Lebih lanjut secara makro, fungsi pendidikan islam dapat ditinjau dari feomena yang muncul dalam perkambangan peradaban manusia, dengan asumsi bahwa peradaban manusia senantiasa tumbuh dan berkembang melalui pendidikan. Fenomena tersebut dapat kita telusuri melalui kajian antropologi budaya dan sosiologi yang menunjukan bahwa peradaban masyarakat manusia dari masa ke masa semakin berkembang maju; dan kemajuan itu diperoleh melalui interaksi komunikasi sosialnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, ditinjau dari segi antropologi budaya dan sosiologi, fungsi pendidikan ialah menumb uhkan wawasan yang tepat mengenai manusisa di alam sekitarnya, sehingga dengan demikian dimungkinkan tumbuhnya kreatifitas yang dapat membangun dirinya dan lingkungannya. Dalam buku Filsafat Pendidikan Islam yang ditulis oleh Abdul Halim, fungsi pendidikan dilihat secara operasional adalah: [31]



1.      Alat untuk memelihara, memperluas, dan menghubungan tingkat-tingkat kebudayaan, nilai-nilai tradisi dan sosial, serta ide-ide masyarakat nasioanal 2.      Alat untuk mengadakan perubahan, inovasi, dan perkembangan. Pada garis besarnya, upaya ini dilakukan melalui potensi ilmu pengetahuan dan skill yang dimiliki, serta melatih tenaga-tenaga manusia (peserta didik) yang produktif dalam menemukan perimbangan perubahan sosial dan ekonomi yang demikian dinamis. Menurut pandangan pendidikan islam, fungsi pendidikan itu bukanlah sekedar mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan otak peserta didik, tetapi juga menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena itu fungsi pendidikan dan pengajaran Islam dalam hubungannya dengan faktor anak didik adalah untuk menjaga, menyelamatkan, dan mengembangkan fitrah ini agar tetap menjadi al-fithratus salimah dan terhindar dari al-fithratu ghairus salimah.  Artinya, agar anak tetap memiliki aqidah keimanan yang tetap dibawanya sejak lahir itu, terus menerus mengokohkannya, sehinggamati dalam keadaan fitrah yang semakin mantap, tidak menjadi Yahudi, Nashrani, Majusi ataupun agama-agama dan faham-faham yang selain Islam.[32] Betapa pentingnya fungsi pendidikan dan pengajaran di dalam menyelamatkan dan mengembangkan fitrah ini. Di pihak lain, pendidikan



dan pengaajaran juga berfungsi untuk mengembangkan potensi-potensi/ kekuatan-kekuatan yang ada pada diri anak agar ia bisa menjadi manusia yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi pergaulan hidup di sekelilingnya, sesuai dengan kedudukannya sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah Allah di muka bumi ini.[33]



BAB III PENUTUP Kesimpulan             Untuk mengungkapkan hakikat pendidikan Islam, kata tarbiyah dipilih untuk menunjuk pendidikan Islam karena beberapa pertimbangan. 1.      Terma tarbiyah dapat diperluas makna semantiknya. 2.      Terma tarbiyah lebih umum dapat diterima oleh masyarakat muslim di Indonesia



3.      Istilah tarbiyah lebih umum diterima dalam situasi lokal tertentu dari pada terma taklim dan takdib. Tujuan pendidikan Islam terdiri atats 5 sasaran, yaitu: 1.      Membentuk akhlak mulia 2.      Mempersiapkan kehidupan dunia dan akhirat 3.      Mempersiapkan untuk mencari rizki dan memelihara segi kemanfaatannya 4.      Menumbuhkan semangat ilmiah dikalangan peserta didik 5.      Mempersiapkan tenaga profesional yang terampil Sedangkan fungsi pendidikan itu bukanlah sekedar mengembangkan kemampuan dan mencerdaskan otak peserta didik, tetapi juga menyelamatkan fitrahnya. Oleh karena itu fungsi pendidikan dan pengajaran Islam dalam hubungannya dengan faktor anak didik adalah untuk menjaga, menyelamatkan, dan mengembangkan fitrah ini agar tetap menjadi alfithratus salimah  dan terhindar dari al-fithratu ghairus salimah.  Artinya, agar anak tetap memiliki aqidah keimanan yang tetap dibawanya sejak lahir itu, terus menerus mengokohkannya, sehinggamati dalam keadaan fitrah yang semakin mantap, tidak menjadi Yahudi, Nashrani, Majusi ataupun agama-agama dan faham-faham yang selain Islam.



BAB IV DAFTAR PUSTAKA Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Edisi Baru), Jakarta: GAYA MEDIA PRATAMA, 2005 Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2007), hlm. 68 Mangun Budiyanto, Ilmu Pendidikan Islam,  Yogyakarta: Griya Santri, 2010. Maragustam, Mencetak Pembelajar Menjadi Insan Paripurna (Falafah Pendidikan Islam),  Yogyakarta: Nuha Litera, 2010. Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam,  Jakarta: Bumi Aksara, 2003. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-5 (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm. 133. Samsul nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan, Historis, Teoritis, dan Praktis,Jakarta: CIPUTAT PERS, 2002. https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/10/11/makal ah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 13.20 WIB http://mcdens13.wordpress.com/2013/05/14/hakekattujuan-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 5 Januari 2015 pukul 13.37 WIB. https://hamamburhanuddin.wordpress.com/artikel2/pendidikan/hakikat-dan-tujuan-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 12.34 WIB.



http://www.academia.edu/5585325/PENDIDIKAN_AGAMA_ ISLAM_SEBAGAI_SUB_sistem_pend, diakses pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 12.31 WIB.



[1] https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/ 10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 13.20 WIB [2] https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013/ 10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 13.20 WIB [3] Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis,(Jakarta: CIPUTAT PERS, 2002).  hlm. 25 [4] Ibid., hlm. 25 [5] Maragustam, Mencetak Pembelajaran Menjadi Insan Paripurna (Falsafah Pendidikan Islam)  (Yogyakarta: Nuha Litera, 2010), hlm. 22 [6] Ibid., hlm. 22 [7] Samsul Nizar, Filsafat...,  hlm. 26 [8] Maragustam, Mencetak..., hlm. 23 [9] Samsul Nizar, Filsafat...,  hlm. 27 [10] Maragustam, Mencetak...,  hlm. 25-26 [11] Ibid., hlm. 26



[12] Ibid., hlm. 27 [13] Samsul Nizar, Filsafat..., hlm. 30 [14] Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke5 (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), hlm. 133. [15] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat Pendidikan Islam, cetakan III (Bandung: CV.Pustaka Setia, 2007), hlm. 68 [16] http://mcdens13.wordpress.com/2013/05/14 /hakekat-tujuan-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 5 Januari 2015 pukul 13.37 WIB. [17] http://mcdens13.wordpress.com/2013/05/14 /hakekat-tujuan-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 5 Januari 2015 pukul 13.37 WIB [18] Mangun Budiyanto,  Ilmu Pendidikan Islam,  (Yogyakarta: Griya Santri, 2010), hlm. 27 [19] Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam,  (Jakarta: Bumi Aksara, 2003),  hlm. 110. [20] Mangun Budiyanto, Ilmu..., hlm. 28 [21] https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013 /10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 13.20 WIB [22] https://hamamburhanuddin.wordpress.com/a rtikel-2/pendidikan/hakikat-dan-tujuan-pendidikanislam/, diakses pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 12.34 WIB. [23]http://www.academia.edu/5585325/PENDIDIK AN_AGAMA_ISLAM_SEBAGAI_SUB_sistem_pend, diakses pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 12.31 WIB.



[24] Muzayyin Arifin, Filsafat..., hlm. 111. [25] https://aghoestmoemet.wordpress.com/2013 /10/11/makalah-ilmu-pendidikan-islam/, diakses pada tanggal 5 Januari 2015, pukul 13.20 WIB [26] Hamdani Ihsan dan Fuad Ihsan, Filsafat...., hlm. 68. [27] Muzayyin Arifin, Filsafat..., hlm. 116. [28] Samsul Nizar, Filsafat..., hlm. 37 [29] Muzayyin Arifin, Filsafat..., hlm. 114. [30] Ibid., hlm. 111. [31] Samsul Nizar, Filsafat..., hlm. 34 [32] Mangun Budiyanto, Ilmu..., hlm. 107 [33] Ibid., hlm. 108



Makalah Hakekat Pendidikan Islam MATA KULIAH ILMU PENDIDIKAN ISLAM A. 1.



PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah



Mengingat di Indonesia mayoritas masyarakatnya muslim dan merupakan penduduk muslim terbesar di dunia, tetapi terdapat karakter-karakter anak didik maupun masyarakat Indonesia yang tidak sesuai dengan pendidikan Islam. Pemerintah Indonesia pun kurang mengetahui dan memahami tentang pentingnya pendidikan Islam terhadap masyarakat indonesia. Maka kami akan mencoba untuk menela’ah sekaligus membahas tentang hakekat pendidikan Islam. 2.



Rumusan Masalah



a)



Apa pengertian pendidikan Islam?



b) Bagaimana langkah-langkah menanamkan pendidikan Islam? c) Bagaimana karakteristik pendidik dalam pendidikan Islam? d)



Seperti apa kurikulum pendidikan Islam?



e) Bagaimana karakteristik kurikulum pendidikan Islam? f)



Apa yang di maksud dengan evaluasi?



g)



Apa tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan Islam?



B. 1.



HAKEKAT PENDIDIKAN ISLAM Pengertian Pendidikan Islam



Ilmu pendidikan Islam adalah ilmu yang digunakan dalam proses pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam sebagai pedoman umat manusia khususnya umat Islam. Pendidikan adalah segala upaya , latihan dan sebagainya untuk menumbuh kembangkan segala potensi yang ada dalam diri manusia baik secara mental, moral dan fisik untuk menghasilkan manusia yang dewasa dan bertanggung jawab sebagai makhluk yang berbudi luhur.



Sedangkan pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang berlandaskan ajaran Islam yang mencangkup semua aspek kehidupan yang dibutuhkan manusia sebagai hamba Alloh sebagaimana Islam sebagai pedoman kehidupan dunia dan akhirat. Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan peribadi manusia dari aspek-aspek rohaniah dan jasmaniah juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena suatu kematangan yang bertitik akhir pada optimalisasi perkembangan/pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana berlangsung melalui peroses demi peroses kearah tujuah akhir perkembangan atau pertumbuhannya[1]. Sejalan dengan perkembangan zaman dan tuntutan kebutuhan manusia yang semakin bertambah dan luas, maka pendidikan Islam bersifat terbuka dan akomodatif terhadap tuntutan zaman sesuai normanorma Islam. Dalam studi pendidikan, sebutan “ pendidikan Islam” pada umumnya dipahami sebagai suatu ciri khas, yaitu jenis pendidikan yang berlatar belakang keagamaan. Dapat juga di ilustrasikanbahwa pendidikan yang mampu membentuk “manusia yang unggul secara intelektual, kaya dalam amal, dan anggung dalam moral”. Menurut cita-citanya pendidikan Islam



meperoyeksi diri untuk memperoleh “insan kamil”, yaitu manusia yang sempurna dalam segala hal, sekalipun di yakini baru hanya Nabi Muhammad SAW yang telah mencapai kualitasnya[2]. Lapangan pendidikan Islam diidentik dengan ruang lingkup pendidikan islam yaitu bukan sekedar peroses pengajaran (face to face), tapi mencakup segala usaha penanaman (internalisasi) nilai-nilai Islam kedalam diri subyek didik[3]. 2.



Langkah-Langkah Menanamkan Pendidikan Islam



Beberapa ahli agama Islam membagi pengetahuan menjadi tiga tingkatan yaitu pengetahuan tinggi, pengetahuan menengah, dan pengetahuan rendah. Pengetahuan tinggi ialah ilmu ketuhanan, menengah ialah pengetahuan mengenai dunia seperti kedokteran dan matematika, sedangkan pengetahuan rendah ialah pengetahuan praktis seperti bermacam-macam keterampilan kerja. Ini artinya bahwa pendidikan iman/agama harus diutamakan. Menurut pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan keimanan. Pendidikan di sekolah juga demikian. Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan keimanan akan



menghasilkan lulusan yang kurang baik akhlaknya. Akhlak yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan bersama. Ia dapat menghancurkan sendisendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Lulusan sekolah yang kurang kuat imannya akan sangat sulit menghadapi kehidupan pada zaman yang semakin penuh tantangan di masa mendatang.Oleh karena itu, mengingat pentingnya pendidikan Islam terutama bagi generasi muda, semua elemen bangsa, terutama guru pendidikan Islam, perlu membumikan kembali pendidikan Islam di sekolah-sekolah baik formal maupun informal. Ada tiga hal yang harus secara serius dan konsisten diajarkan kepada anak didik. Pertama, Pendidikan akidah/keimanan.Ini merupakan hal yang sangat penting untuk mencetak generasi muda masa depan yang tangguh dalam imtaq (iman dan taqwa) dan terhindar dari aliran atau perbuatan yang menyesatkan kaum remaja seperti gerakan Islam radikal, penyalagunaan narkoba, tawuran dan pergaulan bebas (freesex) yang akhir-akhir ini sangat dikhawatirkan oleh sejumlah kalangan. Kedua, Pendidikan ibadah. Ini merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan kepada anak-anak kita



untuk membangun generasi muda yang punya komitmen dan terbiasa melaksanakan ibadah. Seperti shalat, puasa, membaca al-Quran yang saat ini hanya dilakukan oleh minoritas generasi muda kita. Bahkan, tidak sedikit anak remaja yang sudah berani meninggalkan ibadah-ibadah wajibnya dengan sengaja. Di sini peran orang tua dalam memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak-anaknya sangat diperlukan selain guru juga harus menanamkan secara mantab kepada anak-anak didiknya. Ketiga, Pendidikan akhlakul-karimah. Hal ini juga harus mendapat perhatian besar dari para orang tua dan para pendidik baik lingkungan sekolah maupun di luar sekolah (keluarga). Dengan pendidikan akhlakulkarimah akan melahirkan generasi rabbani, atau generasi yang bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia.Penanaman pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan bisa berjalan secara optimal dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak. Oleh karena itu, semua elemen bangsa (pemerintah, tokoh agama, masyarakat, pendidik, orang tua dan sebagainya) harus memiliki niat dan keseriusan untuk melakukan ini. Harapannya, generasi masa depan bangsa ini adalah generasi yang berintelektual tinggi dan berakhlak mulia.



  3.



Karakteristik Pendidik dalam Pendidikan Islam



Dalam pendidikan Islam, seorang pendidik hendaknya memiliki karakteristik yang dapat membedakannya dari yang lain. Dalam hal ini karakteristik pendidik muslim terbagi dalam beberapa bentuk, diantaranya yaitu: a) Bersifat ikhlas: melaksanakan tugasnya sebagai pendidik semata-mata untuk mencari keridhoan Allah dan menegakkan kebenaran. b)



Mempunyai watak dan sifat rubbaniyah.



c)



Bersifat sabar dalam mengajar.



d) Jujur dalam menyampaikan apa yang diketahuinya. e) Mampu menggunakan metode mengajar yang bervariasi. f) Mampu mengelola kelas dan mengetahui psikis anak didik, tegas dan proposional. 4.



Kurikulum



Kurikulum berasala dari bahasa latin “Curriculum” dan terdapat pula dalam bahasa prancis “courir” artinya “to



run” artinya berlari. Istilah ini digunakan untuk sejumlah courses atau mata pelajaran yang harusc ditempuh untuk mencapai gelar atau ijazah. Secara tradisional kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang diajarkan disekolah. Kurikulum dalam pendidikan Islam dikenal dengan kata-kata “manhaj” yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh pendidik bersama anak didikanya untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap mereka. 5.



Karakteristik kurikulum Pendidikan Islam



Secara umum karakteritik kurikulum pendidikan Islam adalah pencerminan Islami yang dihasilkan dari pemikiran kefilsafatan dalam seluruh aktivitas dan kegiatan kependidikan dalam prakteknya. Konsep inilah yang membedakan kurikulum pendidikan Islam dengan kurikulum pendidikan pada umumnya. Ciri-ciri kurikulum pendidikan Islam itu antara lain: a) Mementingkan tujuan agama dan akhlak dalam berbagai hal seperti tujuan dan kandungan, kaedah, alat dan tekniknya. b) Memperluas perhatian dan kandungan hingga mencakup perhatian, pengembangan serta bimbingan



terhadap segala aspek pribadi pelajar dari segi intelektual, psikologi, sosial, dan spiritual. c) Adanya keseimbangan antara kandungan kurikulum dan pengalaman serta kegiatan pengajaran. 6.



Evaluasi



Rangkaian akhir dari suatau proses kependidikan Islam adalah Evaluasi atau penialaian. Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukannya evaluasi out put yang dihasilkannya. Maka secara sederhana Evaluasi pendidikan dapat diberikan batasan sebagai suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan dalam pendidikan Islam. Dalam ruang lingkup yang terbatas, Evaluasi dilakukan adalah dalam rangka mengetahui tingkat keberhasilan pendidik dalam menyampaikan materi kepada peserta didik, sedangkan dalam ruang lingkup yang luas, Evaluasi dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan kelemahan suatu proses pendidikan Islam (dengan seluruh komponen ynag terlibat di dalamnya) dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan serta pelaksanaan dan berakhir pada kepribadian muslim.



Secara umum ada empat kegunaan evaluasi dalam pendidikan Islam. Pertama, dari segi pendidik, evaluasi berguna untuk membantu seorang pendidik mengetahui sudah sejauh mana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya. Kedua, dari segi peserta didik, evaluasi berguna untuk peserta didik untuk dapat mengubah atau mengembangkan tingkahlaku secara sadar kea rah yang lebih baik. Ketiga, dari segi ahli fakir pendidikan Islam, evaluasi berguna untuk mengetahui kelemahan-kelemahan teori pendidikan Islam dan membantu mereka dalam merumuskan teori itu kembali, pendidikan Islam yang relevan dengan arus dinamika zaman. Keempat, dari segi politik mengambilkebijakan pendidikan Islam (pemerintah) evaluasi berguna untuk membantu mereka dalam membenahisistem pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan yang akan diterapakan. 7.



Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan Islam



Pendidikan Islam secara rasional filosofis adalah bertujuan untuk membentuk al-insan al-kamil atau manusia paripurna. Pendidikan Islam hendaknya diarahkan pada dua dimensi, yaitu : pertama, dimensi dialektikal horizontal. kedua, dimensi ketundukan vertical.



Pada dimensi dialektikal horizontal pendidikan hendaknya dapat mengembangkan pemahaman tentang kehidupan konkrityeng terkait dengan diri,sesame manusia, dan alam semesta. Sedangkan pada dimensi kedua, pendidikan sains dan teknologi selain menjadi alat untuk memanfaatkan juga hendaknya menjadi jembatan dalam mencapai thubungan yang abadi dengan sang khalik. Secara umum tujuan dan fungsi evaluasi pendididkan Islam diarahkan kepada dua dimensi diatas. Secara khusus tujuan pelaksanaan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah untuk mengetahui kadar pemilikan dan pemahaman peserta didik terhadap materi pelajaran, baik dalam aspek kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Sebagai tindak lanjut dari tujuan ini adalah untuk mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan lemah. Dalam pendidikan Islam, tujuan evaluasi lebih ditekankan pada penguasaan sikap (afektif dan psikomotor) disbanding aspek kognitif. Penekanan ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan peserta didik yng secara garis besarnya meliputi empet hal, yaitu: a) Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhan.



b) Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat. c) Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya. d) Sikap dan pandangan terhadap diri sendiri selaku hamba Allah,anggota masyarakat,khalifah Allah SWT. Keempat kemampuan dasar tersebut dijabarkan dalam beberapa klasifikasi kemampuan teknis yaitu : a) Sejauhmana loyalitas dan pengabdiannya kepada Allah dengan indikasi-indikasi lahiriyah berupa tingkahlaku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. b) Sejauhmana peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai agamanya dan kegiatan hidup bermasyarakat seperti ahklak mulia dan disiplin. c) Bagaiman peserta didik mengolah dan memelihara serta menyesuaikan diri dengan alam sekitarnya. d) Bagaimana dan sejauh mana ia memandang diri sendiri sebagai hamba Allah dalam menghadapi kenyataan masyarakat yang beraneka ragam budaya, suku dan agama.



8.



Materi Pendidikan dalam Islam



Yaitu bahan – bahan atau pengalaman – pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa (dengan susunan yang lazim tetapi logis) untuk disajikan atau disampaikan kepada anak didik. Dalam pendidikan Islam materi pendidikan ini seringkali disebut dengan istilah maddatut tarbiyah. Proses tarbiyah (pendidikan) mempunyai tujuan untuk melahirkan suatu generasi baru dengan segala ciri – cirinya yang unggul dan beradab. Penciptaan generasi ini dilakukan dengan penuh keikhlasan dan ketulusan yang sepenuhnya dan seutuhnya kepada Allah SWT melalui proses tarbiyah. C.



PENUTUP



1.



Kesimpulan



Pendidikan Islam adalah proses pembentukan kepribadian manusia kepribadian Islam yang luhur. Bahwa pendidikan Islam bertujuan untuk menjadikannya selaras dengan tujuan utama manusia menurut Islam, yakni beribadah kepada Allah SWT. Diharapkan dengan pemahaman hakikat pendidikan Islam ini. Memberi motivasi agar manusia khususnya muslim selalu mencari ilmu hingga akhir hayat, dalam



rangka merealisasikan tujuan yang telah disebutkan dalam QS. Adz-Dzariyat: 56 dapat diaplikasikan secara berkelanjutan. 2.



Saran



Setelah membahas hakikat pendidikan Islam ini. Maka kami berharap pendidikan Islam lebih di utamakan dan di pelajari lebih mendalam, dan menanamkannya pada generasi muda agar syari’at dan ajaran Islam dapat di mengerti dan di pahami oleh generasi mudaserta dapat pula di aplikasikan dalam kehidupan sehari- hari.



DAFTAR PUSTAKA



M. Arifin. 1993. Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III. Jakarta: Bumi Aksara Muslim Usa dan Aden Wijdan SZ. 1997. Pemikiran Islam dalam Peradaban Industrial. Yogyakarta: Aditya Media Nasir Budiman. 2001. Pendidikan dalam Persepektif AlQur’an, Cet.I, Jakarta: Madani Press.



[1] M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. III, Jakarta ; Bumi Aksara, 199), Hlm. 11 [2] Muslim Usa dan Aden Wijdan SZ., Pemikiran Islam dalam Peradaban Industrial, Yogyakarta: Aditya Media, 1997. Hlm., 35-36 [3] Nasir Budiman. Pendidikan dalam Persepektif AlQur’an, Cet.I, Jakarta: Madani Press, 2001. Hlm. 1



Makalah Pendidikan Agama Islam Tentang Hakikat Pendidikan Islam ABSTRAK Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dan, manusia hanya dapat dimanusiakan melalui proses pendidikan. Karena hal itulah, maka pendidikan merupakan sebuah proses yang sangat vital dalam kelangsungan hidup manusia. Tak terkecuali pendidikan Islam, yang dalam sejarah perjalanannya mengalami pasang surut. Eksistensi pendidikan Islam senyatanya telah membuat kita terperangah dengan berbagai dinamika dan perubahan yang ada.  Tujuan pendidikan Islam yang utama tentu saja menanamkan ajaran tauhid dan akhlak yang mulia kepada peserta didik sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Fungsi pendidikan Islam ini sendiri adalah untuk membentuk insan kamil. Yaitu membentuk peserta didik yang taat beragama. Walaupun mengalami banyak tantangan dalam proses pengembangan pendidikan Islam ini sendiri, namun



eksistensi pendidikan Islam kini sudah sangat terlihat jelas. Terbukti dari melesatnya pertumbuhan pembaharuan pendidikan Islam seperti, makin eksisnya sekolah Keislaman, makin menjamurnya pondok pesanteren, telah banyak berdiri universitasuniversitas Islam dan masih banyak lagi.



et.com) Perkembangan yang sangat menggembirakan ini sudah seharusnya kita syukuri. Salah satu caranya adalah dengan mempertahankan eksistensi ini dengan mengedepankan pemilihan pendidikan yang berbasis Islam dibandingkan dengan pendidikan yang berbasis umum. Perkembangan Islam ini tidak pernah lepas dari peran Alloh swt. yang Maha Pemurah lagi Maha penyayang kepada hamba-hamba-Nya.



BAB I PENDAHULUAN



Eksistensi sebuah pendidikan menjadi salah satu tolak ukur dalam penggolangan suatu bangsa apakah sudah berkembang atau belum. Apabila kualitas pendidikan di suatu bangsa telah memiliki kualitas yang tinggi maka, bangsa itu akan memberikan output sumber daya manusia yang mampu bersaing baik sebagai pelaku pembangunan suatu negara namun juga menjadi manusia yang berkarakter sehingga dapat menjadi seorang khalifah dimuka bumi ini. Untuk menempuh pendidikan pun tidak terbatas waktunya. Ini sesuai dengan sebuah istilah pendidikan sepanjang hayat. Sejalan dengan empat pilar pembangunan yang dicanangkan oleh UNESCO, yaitu, pertama, learning to know, kedua, learning to do, ketiga, learning to be, dan yang keempat, learning to live together maka mata kuliah ilmu pendidikan Islam sesungguhnya juga dapat dipahami dalam empat pilar tersebut.   Berdasarkan pada empat pilar tersebut, mata kuliah ilmu pendidikan Islam yang selama ini masih pada tataran learning to know, yaitu hanya masih menguasai ilmu, konsep serta teori pendidikan Islamyang digali dari AlQuran dan Hadis yang belum semaksimal mungkin dikuasai.untuk itu maka perlu diusahakan agar pendidikan Islam dapat dilaksanakan secara efektif dan



semaksimal mungkin. Melalui perbaikan metode dan sistem pendidikan. Pendidikan agama Islam diperguruan tinggi diharapkan mampu berperan sebagai filter terhadap kemungkinan timbulnya dampak negatif dari akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang cepat serta sebagai akibat dari perkembangan zaman.  Pembahasan tentang mungkin tidak akan ada habisnya. Untuk itu penulis memberikan pembatasan pembahasan untuk tulisan ini. Hal-hal yang dibahas dalam tulisan ini diantaranya  pengertian pendidikan Islam, tujuan dan fungsi pendidikan Islam itu sendiri, pentingnya pendidikan Islam, pembaharuan dalam pendidikan Islam serta apa saja yang menjadi tantangan dalam proses pembaharuan Islam itu sendiri. Tujuan penulis menyusun makalah ini agar pembaca mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang pendidikan Islam di era sekarang ini. BAB II PEMBAHASAN A.    Pengertian Pendidikan Islam



Secara etimologis, kata “pendidikan”  berasal dari kata “didik”. Dalam bahasa Inggris kita menjumpai kata “to educate”, dan kata “education”. Dalam bahasa Arab terdapat kata “tarbiyah” yang berarti bertambah dan tumbuh. Sedangkan jika dilihat secara terminonogis pendidikan dapat diartikan merupakan suatu usaha. Agus Basri, dalam bukunya Pendidikan Islami sebagai Penggerak Pembaharuan, menyebutkan bahwa : pendidikan adalah usaha mendorong dan membantu seseorang mengembangkan segala potensinya serta mengubah diri sendiri, dari satu kualitas kepada kualitas lain yang lebih tinggi. Imam al-Baidlawi didalam tafsirnya, Anwarut Tanzil wa Asrarut Ta’wil, menggatakan “Makna asal ar-Rabb adalah at-Tarbiyah, yaitu menyampaikan sesuatu sedikit demi sedikit hingga sempurna.  Pendidikan Islam merupakan usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan kemampuan dasar anak didik melalui ajaran Islam kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.



B.    Tujuan Pendidikan Islam Jika dilihat dari segi kebahasaan, kata tujuan berasal dari akar kata dasar tuju yang berarti arah atau tujuan. Maka tujuan berarti maksud atau sasaran, atau dapat juga berarti suatu yang hendak dicapai. Sedangkan tujuan secara istilah dapat  diartikan sebagai batas akhir yang dicita-citakan seseorang dan dijadikan pusat perhatiannya untuk dicapai suatu usaha. Tujuan menurut Zakiyah Darajat yang dikutip dalam buku yang bejudul Studi Ilmu Pendidikan Islam  yang ditulis oleh Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan menyebutkan bahwa tujuan merupakan sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai. Sementara menurut HM. Arif yang juga dikutip dari buku yang sama menjelaskan bahwa tujuan itu bisa menunjukkan kepda futuritas (masa depan) yang terletak suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu. Jadi secara sederhana yang dimaksud dengan tujuan pendidikan adalah batas akhir yang dicita-citakan akan tercapai melalui suatu usaha pendidikan.



Tujuan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat penting. Ada empat fungsi tujuan pokok pendidikan menurut rumusan Ahmad D. Marimba (1962:45-46) yang dikutip dalam buku Studi Ilmu Pendidikan Islam  yang ditulis oleh Moh. Haitami Salim dan Syamsul Kurniawan yaitu : a.    Tujuan berfungsi mengakhiri usaha. b.    Tujuan berfungsi mngarahkan usaha. c.    Tujuan berfungsi sebagai titik pangkal untuk mencapai tujuan-tujuan lain yaitu tujuan yang baru maupun tujuan lanjutan dri tujuan utama. d.    Tujuan memberi nilai pada sifat pada usaha itu. Dari berbagai uraian sebelumnya dapat diketahui bahwa tujuan pendidikan menurut Imam Barnadip (1992:26) yang dikutip dalam buku yang sama secara umum adalah : a.    Jika pendidikan bersifat progresif, tujuannya harus diartikan sebagai rekonstruksi pengalaman. Aliran ini dikenal dengan progresivisme. b.    Jika yang dikehendaki pendidikan adalah nilai yang tinggi, pendidikan pembawa nilai yang ada diluar jiwa anak didik. Sehingga ia perlu dilatih agar mempunyai kemampuan yang tinggi. Aliran ini dikenal dengan esensialisme. c.    Jika tujuan pendidikan yang dikehendaki agar



kembali kepada konsep jiwa sebagai tuntuan manusia, prinsip utamanya ia sebagai dasar pegangan intelektual manusia yang menjadi sarana untuk menemukan evidensi sendiri. Aliran ini dikenal dengan perenialisme.  d.    Menghendaki agar anak didik dibangkitkan kemampuannya secara konstruktif menyesuaikan diri dengan tuntutan perkembangan masyarakat karena pengaruh dari ilmu pengetahuan dan teknologi.  Aliran ini dikenal dengan rekonstruksionisme. Proses pendidikan terkait dengan kebutuhan dan tabiat manusia tidak lepas dari tiga unsur, yaitu jasad, ruh, dan akal. Oleh karena itu, tujuan pendidikan Islam secara umum harus dibangun berdasarkan tiga komponen tersebut. Maka dari sini tujuan pendidikan Islam dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : 1.    Pendidikan jasmani (al-Tarbiyah al-Jismiyah) Menurut Basuki dan Ulum (2007:40)  menyebutkan bahwa pendidikan jasmani merupakan usaha untuk menumbuhkan, menguatkan dan memelihara jasmani dengan baik. Sehingga, jasmani mampu melaksanakan berbagai kegiatan dan bebas tanggung jawab yang dihadapinya dalam kehidupan individu dan sosial. Disamping itu juga kebal terhadap berbagai penyakit yang menimpanya. 



Terdapat dua sarana untuk membantu keberhasilan pendidikan jasmani yaitu, sarana pendidikan jasmani yang bersifat aktif, meliputi makanan yang sehat, udara segar, gerak badan atau olahraga serta sarana pendidikan jasmani yang bersifat pasif, seperti kondisi ruang kelas yang sehat dan kondusif, jumlah peserta didik dalam kelas yang tidak terlalu banyak. 2.    Pendidikan akal (al-Tarbiyah al-‘Aqliyah) Pendidikan akal adalah peningkatan pemikiran akal dan latihan secara teratur untuk berpikir benar. Pendidikan intelektual akan mampu memperbaiki pemikiran tentang ragam pengaruh dan realitas secara benar dan tepat. Hal semacam ini akan menghasilkan suatu keputusan atas segala sesuatu secara benar dan tepat pula. Ada beberapa cara untuk mencapai keberhasilan pendidikan intelektual seperti, melatih perasaan peserta didik untuk meningkatkan kecermatannya, melatih peserta didik untuk mengamati sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat, melatih daya intuisi sebagai sarana penting daya cipta dan membiasakan anak berpikir sistematis dan menanamkan kecintaan berpikir sistematis.  Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan akal berkaitan dengan perhatiannya dengan perkembangan inteligensi yang mengarahkan menusia



sebagai individu untuk menemukan kebenaran yang sesungguhnya yang mampu memberi pencerahan diri. Memahami pesan ayat-ayat Allah akan membawa iman kepada sang Pencipta. 3.    Pendidikan akhlak (al-Tarbiyah al-Khuluqiyah) Akhlak mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam yaitu untuk mencapai keridhaan Allah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dari sahabat Umar Ibn al-Khattab, menjelaskan tentang sendi-sendi agama yang bertumpu pada tiga komponen yaitu, iman Islam dan ihsan. Ketiganya merupakan suatu sisitem yang dalam praktiknya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya tetapi merupakan suatu totalitas untuk mewujudkan akhlakul karimah dalam setiap perilaku manusia pada berbagi aspek kehidupan. Pembentukan akhlak ini merupakan tujuan utama dari pendidikan Islam. Islam mencita-citakan agar peserta didik mampu membentuk akhlak mulia serta budi pekerti yang sanggup menghasilkan orang-orang bermoral, cita-cita yang benar dan akhlak yang tinggi, mengetahui kewajiban dan pelaksanaannya, menghormati hak-hak manusia, dapat membedakan buruk dan baik serta mengingan Allah di setiap melakukan pekerjaan. 



C.    Fungsi Pendidikan Islam Fungsi pendidikan Islam dapat dilihat secara mikro maupun makro. Fungsi pendidikan Islam secara mikro diantaranya memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumberdaya manusia seutuhnya sesuai dengan norma Islam, atau dapat diartikan membentuk kepribadian seorang muslaim. Sedangkan fungsi pendidikan Islam secara makro dapat dilihat dari fenomena yang muncul dan berkembang peradaban manusia, yang berpendapat bahwa peradaban manusia senantiasa tumbuh dan berkembang melalui pendidikan. Keleluasaan interaksi manusia semakin bertambah dengan semakin berkembangnya teknologi komunikasi. Berbagai macam informasi dapat diakses secara cepat sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan sehingga dapat semakin maju pula pemikirannya. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa adanya tiga fungsi pendidikan islam yaitu : 1.    Mengembangkan wawasan anak didik mengenai dirinya dan alam sekitarnya, sehingga akan tumbuh kreativitas. 2.    Melestarikan nilai-nilai insani yang akan menuntun jalan kehidupan sehingga keberadaannya akan lebih



bermakna. 3.    Membuka pintu ilmu pengetahuan dan keterampilan yang sangat bermanfaat bagi peradaban manusia.  Al-Quran pun secara eksplisit menyebutkan fungsi pendidikan islam yang terkandung dalam surat alBaqarah ayat 151 yang artinya sebagai berikut : “Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat kami kepadamu) kami telah mengutus kepadamu Rosul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui” Berdasarkan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan Islam diantaranya : 1.    Mengembangkan wawasan yang tepat dan benar mengenai jati diri manusia, alam sekitarnya dan mengenai kebesaran ilahi, sehingga timbul kreativitas yang benar. 2.    Mensucikan fitrah manusia dari syirik dan berbagai sikap hidup yang dapat mengkontaminasi fitrah kemanusiaannya. 3.    Mengembangkan ilmu pemgetahuan untuk memajukan peradaban manusia.  D.    Tantangan Pendidikan Islam



Sekarang ini dunia pendidikan Islam sedang dihadapkan dengan berbagai tantangan. Dua diantaranya yaitu, pertama, tantangan globalisasi yang tidak dapat dihindari. Tetapi kita harus menyikapinya sengan dewasa. Al-Quran dapat menjadi rujukan bagi umat Islam untuk mempelajari lebih lanjud kandungan ilmu pengetahuan di dalamnya guna membekali diri sehingga siap dalam menghadapi kemajuan peradaban Islam. Kedua, kita sering menduga bahwa pintu ijtihat sudah tidak dapat dibuka kembali. Ijtihat merupakan usaha dengan sungguh-sungguh dalm menyelesaikan masalah dalam hukum Islam, ijtihat digunakan dalam mencari kepastian hukum karena perkembangan masyarakat yang semakin cepat.  E.    Pembaharuan Pendidikan Islam Dinamika dialektika antara konservatisme yang selalu menengok ke masa lalu , dan progresivisme yang selalu ingin merekonstruksi Islam untuk masa depan, merupakan agenda rutin umat islam sepanjang sejarah. Karenanya tidak mengherankan ketika istilah “pembaharuan” dikemukakan, sikap umat Islam pada umumnya ragu-ragu dan dan mendua, antara “setuju” dengan menganggap hal itu sebagai kebutuhan dan keniscayaan historis, dan “enggan” karena dianggap



akan mengancam otentitas dan wibawa doktrin agama.   Menurut Sir Muhammad Iqbal dalam bukunya The Recontruction of Religius Religoius Thought of Islam (1981:146) menyebutkan bahwa islam menolak pandangan-pandangan kuno yang statis dan bahkan mendorong pandangan-pandangan yang sangat dinamis.  Hubungan pembaharuan atau yang sering disebut dengan modernisasi dengan pendidikan sebenarnya terletak pada “bahwa pendidikan merupakan kunci yang membuka pintu kearah modernisasi”, walaupun pada segi lain pendidikan sering dianggap sebagai objek modernisasi. Pendidikan dalam masyarakat modern atau masyarakat yang tengah bergerak kearah modern, pada dasarnya berfungsi untuk memberi keterkaitan antara anak didik dengan sosiokultural dilingkungannya yang sedang mengalami perubahan. Dalam berbagai hal, pendidikan sengaja dipakai sebagai alat perubahan dalam sistem politik dan ekonomi. Sebagaimana dikutip Abudin Nata, bahwa Shipman menyimpulkan tentang fungsi pokok pendidikan dalam masyarakat modern terdiri dari tiga bagian yaitu sosialisasi, penyekolahan dan pendidikan.  Menurut Ibnu Taimiyah, secara umum pembaharuan



ditimbulkan oleh beberapa hal berikut ini : 1.    Membudayakan khurafat dikalangan kaum muslim. 2.    Kejumudan taklid dianggap telah membodohkan umat Islam. 3.    Terpecahnya persatuan umat Islam sehingga sulit membangun dan maju. 4.     Kontak antara Barat dan Islam telah menyadarkan kaum muslimin akan kemundurannya.  Modernisasi yang mengandung pikiran, aliran, gerakan dan usaha untuk mengubah suatu pemahaman, adat istiadat, institusi lama, agar semuanya itu bisa dapat disusaikan dengan pendapat dan keadaan baru yang timbul oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju. Karena kata modernisasi yang bersumber dari Barat mengandung makna negatif, kata modernisasi lebih dikenal luas dengan pembaharuan. Modernisasi dengan pembaharuan juga berarti proses pergeseran sikap dan mentalitas mental sebagai masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan tuntutan hidup masa kini.  Dapat disimpulkan bahwa modernisasi Islam adalah proses penyesuaian pendidikan Islam dengan kemajuan zaman.  Masa awal pembaharuan Islam dimulai dengan diterimanya warisan filsafat dan ilmu pengetahuan Islam oleh bangsa Eropa, kemudian Umat Islam sudah tidak memperhatikannya lagi, maka secara perlahan



telah membangkitkan kekuatan di Eropa dan menimbulkan kelemahan di kalangan umat Islam. Sehingga kekuasaan umat Islam pun ditundukkan oleh bangsa Eropa yng mengakibatkan terjadinya penjajahan dimana-mana. Eksploitasi kekayaan dunia pendidikan Islam pun semakin memperlemah kedudukan umat Islam dalam segala sendi kehidupan. Kekalahan Islam ini ditandai dengan jatuhnya Mesir ke tangan bangsa Barat.kekalahan ini mendorong para pemimpin mereka untuk menyelediki penyebab kekalahan ini dan keunggulan lawan. Mereka mulai memperhatikan kemajuan yang dicapai oleh Eropa, terutama Prancis yang merupakan pusat kebudayaan mereka pada saat itu.  Kemajuan yang dicapai bangsa Barat pun berdampak pada bangkitnya kembali umat Islam. Misalnya dalam ilmu pengetahuan modern, pada tahun 1727 M didirikan suatu percetakan di Istambul untuk pertama kalinya. Ini dilakukan untuk mencetak berbagai macam buku yang diterjemahkan dari bangsa Barat. Disamping itu, dari pihak ulama dan golongan tentara yang sudah ada sebelumnya, yang dikenal dengan pasukan Yanisen, terlalu kuat sehingga usaha pembaharuan tersebut tidak dapat berkembang.  Pembaharuan secara historis berawal ketika penaklukan Mesir  oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798, sehingga masa



ini menjadi tonggak sejarah bagi umat Islam untuk mendapatkan kesadaran kembali akan keterbelakangan mereka. Ekspedisi Napoleon tersebut bukan hanya menunjukkan kelemahan umat Islam, tetapi juga kebodohan mereka. Ekpedisi ini dilakukan untuk membawa peralatan ilmiah ke Mesir untuk mengadakan penelitian disana.    Hal ini menurut Zuhairini dkk, membuka mata kaum muslimin akan kelemahan dan keterbelakangannya, sehingga akhirnya timbullah berbagai macam usaha pembaharuan dalam segala bidang kehidupan, termasuk mengejar ketertinggalan dalam bidang pendidikan.  Kemajuan di bidang alat-alat komunikasi modern telah mendekatkan Mesir ke Eropa.  Al-Azhar menjadi tempat penelitian yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte. Perkembangan Al-Azhar ini ditandai dengan adanya sistem pendidikan yang mengubah sistem pendidikan yang diatur sebelumnya. Sistem tersebut diantaranya : 1.    Untuk mata kuliah tertentu terdapat guru besar. Mahasiswa berusaha mendampingi guru besar hingga ia meninggal dunia. Tujuannya untuk mencapai tingkat ketinggian ilmiah seperti yang dimiliki gurunya. 2.    Mahasisiwa mungkin mendapatkan ijazah untuk mata kuliah tertentu sedangkan mata kuliah lain ditunda. Mahasiswa dapat menjadi guru pada mata



kuliah yang lulus dan menjadi murid pada mata kuliah yang belum lulus. 3.    Setiap mahasiswa yang mempunyai kemampuan untuk mata kuliah tertentu diberikan kessempatan untuk mengajarkannya dan memfatwakan ilmu yang bersangkutan, maka ia berhak memperoleh ijazah. 4.    Setiap mahasiswa dibebaskan memilih mata kuliah yang diminatinya tanpa terkait dengan daftar kehadiran.  Perkembangan Al-Azhar selanjutnya dilakukan oleh Syaikh Muhammad Abbasi Al-Mahdi Al-Hanafi, rektor Al-Azhar ke 21 yaitu pada bulan Februari 1872 memasukkan sistem ujian untuk mendappatkan ijazah Al-Azhar. Calon ‘alim berhadapan dengan satu tim yang beranggotakan enam orang syaikh yang bertugas mengujinya. Materi yang diujikan biasanya berkenaan dengan ushul, fiqih, tauhid, tafsir, hadis, dan ilmu bahasa. Sedangkan pembaharuan pendidikan Islam di Indonesia dimulai dengan pada awal abad ke 20 terjadi beberapa perubahan dalam Islam di Indonesia yang dalam garis besarnya dapat digambarkan sebagai kebangkitan, pembaharuan, bahkan pencerahan. Perubahan ini berbeda sifat dan asalnya, serta tidak berhubungan secara harmonis. Faktor pendorong bagi



perubahan Islam di Indonesia pada permulaan abad ini dapat dikelompokkan menjadi 4 bagian, yaitu : 1.    Sejak tahun 1990 di beberapa tempat muncul keinginan untuk kembali kapada Al-Quran dan Sunnah yang dijadikan titik tolak untuk menilai agama dan kebiasaan yang ada. Tema sentral dan kecenderungan ini adalah menolak taklid. 2.    Dorongan kedua adalah sifat perlawanan masional terhadap penguasaan kolonial Belanda. 3.  Dorongan ketiga adalah usaha yang kuat dari orangorang Islam untuk memperkuat organisasinya dibidang sosial dan ekonomi, baik untuk kepentingan mereka sendiri maupun untuk kepentingan rakyat banyak. 4.    Dorongan keempat berasal dari pembaharuan dan pendidikan Islami.  Pendidikan Islam sebelum tahun 1990 masih bersifat halaqah (non-klasikal). Selain itu madrasah-madrasah tidak besar seperti sekarang. Ada sebuah pesantren yang diketahui dibangun oleh KH. Hasyim Asy’ari yang diberi nama pesantren Tebuireng yang berdiri sebelum tahun 1990.  Perkembangan pesantren di Indonesia sebenarnya tidak lepas dari interaksi umat Islam di Indonesia dengan Timur Tengah. Banyak alumni Mekah yang mempelopori berdirinya pesantren dan sekolahsekolah di Indonesia.



Metode pengajarannya umumnya didominasi oleh sistem sorogan, dimana guru membaca kitab yang berbahasa Arab dan menerangkannya dalam bahasa daerah, kemudian murid-murid mendengarkan. Secara umum kurikulum yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan Islami sampai tahun 1930 meliputi ilmu bahasa Arab dengan tata bahasanya, fiqih, akidah, akhlak dan pendidikan.  Pola pembaharuan pendidikan Islam yang dimiliki oleh beberapa kelompok sangat berbeda antara yang satu dengan yang lainnya diantaranya : 1.    Golongan yang berorientasi pada pola pendidikan Barat. 2.    Gerakan pembaharuan pendidikan Islami yang berorientasi pada sumber Islam. 3.    Pembaharuan pendidikan yang berorientasi pada nasionalisme.  F.    Pentingnya Pendidikan Islam Pendidikan Islam dalam kurikulum sekolah dimaksudkan sebagaimana apa yang dipelajari dalam berbagai periode ajaran. Isinya biasanya mencakup pendidikan Al-Quran, Tauhid, Hadis, Fiqih, Tafsir, Kebudayaan Islam, dan Sejarah Perjalan Nabi Muhammad saw.  Berbagai isi ini digunakan untukm menyempurnakan



pendidikan anak supaya benar-benar menjadi seorang muslim dalam segala sendi kehidupannya, merealisasikan ubudiyah kepada Allah swt. dan dengan segala dampaknya, seperti dampak di dalam kehidupan, akidah, akal, dan pikiran. 1.    Pendidikan dengan Al-Qurqn dan Tujuannya Tujuan yang ingin segera diraih dari pendidikan dengan menggunakan Al-Quran adalah mampu membacanya dengan baik, memahaminya dengan baik dan menerapkan segala ajaran yang terkandung didalamnya. Disini terkandung segala ubudiyah dan ketaatan kepada Allah, mengambil petunjuk dari kalam-Nya, taqwa kepada-Nya, melaksanakan segala perintah-Nya dan tunduk kepada-Nya. Dengan kata lain jika pelajaran yang terkandung dalam Al-Quran telah mampu direalisasikan segala tujuannya maka akan menjadi salah satu cara terbaik untuk merealisasikan tujuan tertinggi pendidikan Islam. 2.    Pendidikan dengan Mengikuti Rosul Dengan mengikuti Rosul-Nya dan melaksanakan ibadah, mu’amalah serta segala urusan hidup berdasarkan petunjuk Rosul yang diutus oleh Allah untuk ditaati berarti kita telah menyempurnakan ubudiya kepada Allah. Maka dapat diketahui bahwa tujuan pelajaran hadis dan perjalanan hidup Nabi



adalah untuk mengikuti Rosullulah saw. Sehingga, ubudiyah dan ketundukan kepada Allah hanya akan dapat terealisasi jika kita mengikuti petunjuk Nabi Muhammad saw. dalam segala ibadah, ketaatan dan urusan hidup. Hal inilah yang harus dicapai dari pelajaran hadis dan perjalanan hidup Nabi. 3.    Pendidikan Keimanan dalam Pelajaran Tauhid Keimanan kita akan bertambah dengan menjalankan ketaatan, membaca Al-Quran dan merenungkan dampak rahmat Allah terhadap alam. Sedangkan asas keimanan adalah memahami rukunnya, menyadari serta membenarkan dan menyakini maknanya dengan penuh keyakinan. Keyakinan ini akan melahirkan ketentraman jiwa dan kelurusan tingkah laku berdasarkan makna keimanan yang dibenarkan dalam hati. Pendidikan keimanan dimulai dengan menjelaskan tujuan tertinggi pendidikan Islam, yakni menjelaskan makna uludiyah, Rubudiyah, dan makna ubudiyah manusia kepada Allah.   BAB III PENUTUP A.    Kesimpulan



Pendidikan Islam merupakan segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumberdaya insani yang ada padanya, menuju terbentuknya manusia seutuhnya sesuai dengan norma Islam (Achmadi, 1992 : 19) . Pendidikan memiliki tujuan utama yakni membentuk insan kamil yang cerdas serta memiliki karakter keIslaman sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan Hadis. Sedangkan fungsi pendidikan Islam diantaranya memelihara dan mengembangkan fitrah dan sumberdaya manusia seutuhnya sesuai dengan norma Islam. Kini untuk mengembangkan pendidikan Islam ini terdapat beberapa tantangan yang harus kita lalui, diantaranya tantangan globalisasi yang tidak dapat dihindari serta dugaan bahwa pintu ijtihat sudah tidak dapat dibuka kembali. Pembaharuan pandidikan Islam ini dapat dimulai dengan diri kita sendiri, yaitu dengan lebih bertaqwa kepada Tuhan. Dengan begitu kita akan bisa ikut berpartisipasi dalam pembaharuan Islam dalam berbagai aspek kehidupan. B.    Saran  Kita sebagai manusia yang selalu haus akan ilmu pengetahuan sedianya harus selalu ikut berpartisipasi dalam pembaharuan pendidikan Islam pada saat ini.



Berbagai tantangan harus kita hadapi serta pembaharuan pendidikan Islam ini harus kita terima dengan tangan terbuka sehingga kita dapat memperoleh banyak manfaat yaitu berupa perkembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan kehidupan pada masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA 1.    Salim, Moh Haitami dan Syamsul Kurniawan. 2012. Studi Pendidikan Islam. Yogyakarta : Ar-Ruz Media. 2.    Basri, Agus. 1984. Pendidikan Islami sebagai Penggerak Pembaharuan. Bandung : Al Ma’arif. 3.    an-Nahlawi, Abdurrahman. 1992. Prinsip-prinsip dan Metoda Pendidikan Islam. Bandung : CV. Diponegoro. 4.    Sudrajad, Ajad, dkk. 2013. Din Al-Islam. Yogyakarta : UNY Press. 5.    Engku, Iskandar dan Siti Zubaidah. 2014. Sejarah Pendidikan Islam. Bandung : Rosda. 6.    Arifin, H.M. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : PT. Bumi Aksara. 7.    Sadali, H.A. 1984. Islam untuk Disiplin Ilmu Pendidikan. Jakarta : DEPAG. (Oleh: Riska Rahmawati)



Hakikat Pendidikan Islam Mei 14, 2013mcdens13 BAB I PENDAHULUAN 1.1  Latar Belakang Mengingat di Indonesia mayoritas masyarakatnya muslim dan merupakan penduduk muslim terbesar di dunia, tetapi terdapat karakter-karakter anak didik maupun masyarakat indonesia yang tidak sesuai dengan pendidikan islam. Pemerintah indonesia pun kurang mengetahui dan memahami tentang pentingnya pendidikan islam terhadap masyarakat indonesia. Maka kami akan mencoba untuk menela’ah sekaligus membahas akan pentingnya pendidikan islam di masyarakat Indonesia, agar tercipta anak-  1.2  Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka pembahasan makalah ini akan difokuskan pada masalah-masalah sebagai berikut: 1.



Apa hakikat pendidikan Islam (pengertian, tujuan, karakteristik, dsb)? 2. Mengapa diperlukan pendidikan Islam?



3.



Bagaimana langkah-langkah menanamkan pendidikan Islam?



1.3  Tujuan Makalah Adapun tujuan dari pembahasan pada makalah ini adalah sebagai berikut 1.



Mengetahui dan memahami hakikat dari pendidikan islam. 2. Mengetahui dan memahami sangat diperlukannya pendidikan islam. 3. Mengetahui langkah- langkah menanamkan pendidikan islam BAB II PEMBAHASAN 2.1 Hakikat Pendidikan Islam 2.1.1 Pengertian Pendidikan Islam Pendidikan merupakan suatu proses generasi muda untuk dapat menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan efisien. Pendidikan lebih daripada pengajaran, karena pengajaran sebagai suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya. Perbedaan pendidikan dan pengajaran terletak pada penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan kepribadian anak didik di samping



transfer ilmu dan keahlian. Pengertian pendidikan secara umum yang dihubungkan dengan Islam— sebagai suatu system keagamaan—menimbulkan pengertian-pengertian baru, yang secara implicit menjelaskan karakteristik-karakteristik yang dimilikinya. Pengertian pendidikan dengan seluruh totalitasnya dalam konteks Islam inheren dengan konotasi istilah “tarbiyah, ta’lim, dan ta’dib” yang harus dipahami secara bersama-sama. Ketiga istilah ini mengandung makna yang mendalam menyangkut manusia dan masyarakat serta lingkungan yang dalam hubungannya dengan Tuhan saling berkaitan satu sama lain. Istilahistilah itu pula sekaligus menjelaskan ruang lingkup pendidikan Islam: informal, formal dan non formal. Hasan Langgulung merumuskan pendidikan Islam sebagai suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat. Dari berbagai literatur terdapat berbagi macam pengertian pendidikan Islam. Menurut Athiyah AlAbrasy, pendidikan Islam adalah mempersiapkan manusia supaya hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, tegap jasmaninya, sempurna budi pekertinya, pola pikirnya teratur dengan rapi, perasaannya halus, profesiaonal dalam bekerja dan



manis tutur sapanya. Sedang Ahmad D. Marimba memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Sedangkan menurut Syed Muhammad Naqib Al-Attas, pendidikan adalah suatu proses penamaan sesuatu ke dalam diri manusia mengacu kepada metode dan sistem penamaan secara bertahap, dan kepada manusia penerima proses dan kandungan pendidikan tersebut.1 Dari definisi dan pengertian itu ada tiga unsur yang membentuk pendidikan yaitu adanya proses, kandungan, dan penerima. Kemudian disimpulkan lebih lanjut yaitu ” sesuatu yang secara bertahap ditanamkan ke dalam diri manusia”.Jadi definisi pendidikan Islam adalah, pengenalan dan pengakuan yang secara berangsur-angsur ditanamkan ke dalam diri manusia, tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan, sehingga membimbing ke arah pengenalan dan pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan kepribadian. Jadi pendidikan ini hanyalah untuk manusia saja. Kembali kepada definisi pendidikan Islam yang menurut Al-Attas diperuntutukan untuk manusia saja. menurutnya pendidikan Islam dimasukkan dalam At-



ta’dib, karena istilah ini paling tepat digunakan untuk menggambarkan pengertian pendidikan itu, sementara istilah tarbiyah terlalu luas karena pendidikan dalam istilah ini mancakup juga pendidikan kepada hewan. Menurut Al-Attas Adabun berarti pengenalan dan pengakuan tentang hakikat bahwa pengetahuan dan wujud bersifat teratur secara hierarkis sesuai dengan beberapa tingkat dan tingkatan derajat mereka dan tentang tempat seseorang yang tepat dalam hubungannya dengan hakikat itu serta dengan kepastian dan potensi jasmaniah, intelektual, maupun rohaniah seseorang. Dari pengertian Al-Attas tersebut dibutuhkan pemahaman yang mendalam, arti dari pengertian itu adalah, “pengenalan” adalah menemukan tempat yang tepat sehubungan denagn apa yang dikenali, sedangkan “pengakuan” merupakan tindakan yang bertalian dengan pengenalan tadi. Pengenalan tanpa pengakuan adalah kecongkakan, dan pengakuan tanpa pengenalan adalah kejahilan belaka. Dengan kata lain ilmu dengan amal haruslah seiring. Ilmu tanpa amal maupun amal tanpa ilmu adalah kesia-siaan. Kemudian tempat yang tepat adalah kedudukan dan kondisinya dalam kehidupan sehubungan dengan dirinya, keluarga, kelompok, komunitas dan masyarakatnya, maksudnya dalam mengaktualisasikan dirinya harus berdasarkan kriteria Al-Quran tentang ilmu, akal, dan kebaikan (ihsan) yang selanjutnya mesti bertindak



sesuai dengan ilmu pengetahuan secara positif, dipujikan serta terpuji. 2.1.2 Karakteristik Dalam Pendidikan Islam Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk mengenalkan Islam ini diutus Rasulullah SAW. Tujuan utamanya adalah memperbaiki manusia untuk kembali kepada Allah SWT. Oleh karena itu selama kurang lebih 23 tahun Rasulullah SAW membina dan memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Manusia mendapat kehormatan menjadi khalifah di muka bumi untuk mengolah alam beserta isinya. Hanya dengan ilmu dan iman sajalah tugas kekhalifahan dapat ditunaikan menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seluruh makhluk-Nya. Tanpa iman akal akan berjalan sendirian sehingga akan muncul kerusakan di muka bumi dan itu akan membahayakan manusia. Demikian pula sebaliknya iman tanpa didasari dengan ilmu akan mudah terpedaya dan tidak mengerti bagaimana mengolahnya menjadi keberkahan dan manfaat bagi alam dan seisinya. Sedemikian pentingnya ilmu, maka tidak heran orangorang yang berilmu mendapat posisi yang tinggi baik di sisi Allah maupun manusia. (QS. Al Mujadilah (58) : 11).



Bahkan syaithan kewalahan terhadap orang muslim yang berilmu, karena dengan ilmunya, ia tidak mudah terpedaya oleh tipu muslihat syaithan. Muadz bin Jabal ra. berkata: “Andaikata orang yang beakal itu mempunyai dosa pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya dia cenderung masih bisa selamat dari dosa tersebut namun sebaliknya, andaikata orang bodoh itu mempunyai kebaikan dan kebajikan pada pagi dan sore hari sebanyak bilangan pasir, maka akhirnya ia cenderung tidak bisa mempertahankannya sekalipun hanya seberat biji sawi.” Ada yang bertanya, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Ia menjawab, “Sesungguhnya jika orang berakal itu tergelincir, maka ia segera menyadarinya dengan cara bertaubat, dan menggunakan akal yang dianugerahkan kepadanya. Tetapi orang bodoh itu ibarat orang yang membangun dan langsung merobohkannya karena kebodohannya ia terlalu mudah melakukan apa yang bisa merusak amal shalihnya.” Kebodohan adalah salah satu faktor yang menghalangi masuknya cahaya Islam. Oleh karena itu, manusia butuh terapi agar menjadi makhluk yang mulia dan dimuliakan oleh Allah SWT. Kemuliaan manusia terletak pada akal yang dianugerahi Allah. Akal ini digunakan untuk mendidik dirinya sehingga memiliki ilmu untuk mengenal penciptanya dan beribadah kepada-Nya dengan benar. Itulah sebabnya Rasulullah



SAW menggunakan metode pendidikan untuk memperbaiki manusia, karena dengan pendidikanlah manusia memiliki ilmu yang benar. Dengan demikian, ia terhindar dari ketergelinciran pada maksiat, kelemahan, kemiskinan dan terpecah belah. 2.1.3 Tujuan Pendidikan Islam Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup manusia dalam Islam, yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba Allah yang selalu bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat (lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102). Dalam konteks sosiologi pribadi yang bertakwa menjadi rahmatan lil ‘alamin, baik dalam skala kecil maupun besar. Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang dapat disebut juga sebagai tujuan akhir pendidikan Islam. Tujuan khusus yang lebih spesifik menjelaskan apa yang ingin dicapai melalui pendidikan Islam. Sifatnya lebih praxis, sehingga konsep pendidikan Islam jadinya tidak sekedar idealisasi ajaran-ajaran Islam dalam bidang pendidikan. Dengan kerangka tujuan ini dirumuskan harapan-harapan yang ingin dicapai di dalam tahap-tahap tertentu proses pendidikan, sekaligus dapat pula dinilai hasil-hasil yang telah dicapai. Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan



Islam ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah. Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Tujuan hidup menusia itu menurut Allah ialah beribadah kepada Allah. Seperti dalam surat a Dzariyat ayat 56 :“ Dan Aku menciptakan Jin dan Manusia kecuali supaya mereka beribadah kepada-Ku”. Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar. Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan Allah. Menurut al Syaibani, tujuan pendidikan Islam adalah : 1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan



kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat. 2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman masyarakat. 3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni, sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat. Menurut al abrasyi, merinci tujuan akhir pendidikan islam menjadi 1. Pembinaan akhlak. 2. menyiapkan anak didik untuk hidup dudunia dan akhirat. 3. Penguasaan ilmu. 4. Keterampilan bekerja dalam masyrakat. Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi : 1. Tujuan keagamaan. 2. Tujuan pengembangan akal dan akhlak. 3. Tujuan pengajaran kebudayaan. 4. Tujuan pembicaraan kepribadian. Menurut Munir Mursi, tujuan pendidikan islam menjadi : 1. Bahagia di dunia dan akhirat. 2. menghambakan diri kepada Allah. 3. Memperkuat ikatan keislaman dan melayani



kepentingan masyarakat islam. 4. Akhlak mulia. 2.3 Mengapa Diperlukan Pendidikan Islam Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan. Pendidikan Islam memiliki 3 (tiga) tahapan kegiatan, yaitu: tilawah (membacakan ayat Allah), tazkiyah (mensucikan jiwa) dan ta’limul kitab wa sunnah (mengajarkan al kitab dan al hikmah). Pendidikan dapat merubah masyarakat jahiliyah menjadi umat terbaik disebabkan pendidikan mempunyai kelebihan. Pendidikan mempunyai ciri pembentukan pemahaman Islam yang utuh dan menyeluruh, pemeliharaan apa yang telah dipelajarinya, pengembangan atas ilmu yang diperolehnya dan agar tetap pada rel syariah. Hasil dari pendidikan Islam akan membentuk jiwa yang tenang, akal yang cerdas dan fisik yang kuat serta banyak beramal. Pendidikan Islam berpadu dalam pendidikan ruhiyah, fikriyah dan amaliyah (aktivitas). Nilai Islam ditanamkan dalam individu membutuhkan tahpan-



tahapan selanjutnya dikembangkan kepada pemberdayaan di segala sektor kehidupan manusia. Potensi yang dikembangkan kemudian diarahkan kepada pengaktualan potensi dengan memasuki berbagai bidang kehidupan. Pendidikan yang diajarkan Allah SWT melalui Rasul-Nya bersumber kepada Al Qur’an sebagai rujukan dan pendekatan agar dengan tarbiyah akan membentuk masyarakat yang sadar dan menjadikan Allah sebagai Ilah saja.Kehidupan mereka akan selamat di dunia dan akhirat. Hasil ilmu yang diperolehnya adalah kenikmatan yang besar, yaitu berupa pengetahuan, harga diri, kekuatan dan persatuan. Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah agar manusia memiliki gambaran tentang Islam yang jelas, utuh dan menyeluruh. Interaksi di dalam diri ini memberi pengaruh kepada penampilan, sikap, tingkah laku dan amalnya sehingga menghasilkan akhlaq yang baik. Akhlaq ini perlu dan harus dilatih melalui latihan membaca dan mengkaji Al Qur’an, sholat malam, shoum (puasa) sunnah, berhubungan kepada keluarga dan masyarakat. Semakin sering ia melakukan latihan, maka semakin banyak amalnya dan semakin mudah ia melakukan kebajikan. Selain itu latihan akan menghantarkan dirinya memiliki kebiasaan yang akhirnya menjadi gaya hidup sehari-hari.



3.2 Langkah- langkah Menanamkan Pendidikan Islam Al-Qurthubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama Islam membagi pengetahuan menjadi tiga tingkatan yaitu pengetahuan tinggi, pengetahuan menengah, dan pengetahuan rendah. Pengetahuan tinggi ialah ilmu ketuhanan, menengah ialah pengetahuan mengenai dunia seperti kedokteran dan matematika, sedangkan pengetahuan rendah ialah pengetahuan praktis seperti bermacam-macam keterampilan kerja. Ini artinya bahwa pendidikan iman/agama harus diutamakan. Menurut pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan keimanan. Pendidikan di sekolah juga demikian. Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan keimanan akan menghasilkan lulusan yang kurang baik akhlaknya. Akhlak yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan bersama. Ia  dapat menghancurkan sendisendi kehidupan berbangsa dan bernegara. Lulusan sekolah yang kurang kuat imannya akan sangat sulit menghadapi kehidupan pada zaman yang semakin penuh tantangan di masa mendatang.Oleh karena itu, mengingat pentingnya pendidikan Islam terutama bagi generasi muda, semua elemen bangsa, terutama guru pendidikan Islam, perlu membumikan kembali pendidikan Islam di sekolah-sekolah baik formal maupun informal. Ada tiga hal yang harus secara serius dan konsisten 



diajarkan kepada anak didik. Pertama, Pendidikan akidah/keimanan.Ini merupakan hal yang sangat penting untuk mencetak generasi muda masa depan yang tangguh dalam imtaq (iman dan taqwa)  dan terhindar dari aliran atau perbuatan yang menyesatkan kaum remaja seperti gerakan Islam radikal, penyalagunaan narkoba, tawuran dan pergaulan bebas (freesex) yang akhir-akhir ini sangat dikhawatirkan oleh sejumlah kalangan. Kedua, Pendidikan ibadah. Ini merupakan hal yang sangat penting untuk  diajarkan kepada anak-anak kita untuk membangun generasi muda yang punya komitmen dan terbiasa melaksanakan ibadah. Seperti shalat, puasa, membaca al-Quran yang saat ini hanya dilakukan oleh minoritas generasi muda kita. Bahkan, tidak sedikit anak remaja yang sudah berani meninggalkan ibadah-ibadah wajibnya dengan sengaja. Di sini peran orang tua dalam memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak-anaknya sangat diperlukan selain guru juga harus menanamkan secara mantab kepada anak-anak didiknya. Ketiga, Pendidikan akhlakul-karimah. Hal ini juga harus mendapat perhatian besar  dari para orang tua dan para pendidik baik lingkungan sekolah maupun di luar sekolah (keluarga). Dengan pendidikan akhlakulkarimah akan melahirkan generasi rabbani, atau generasi yang bertaqwa, cerdas dan berakhlak mulia.Penanaman pendidikan Islam bagi generasi



muda bangsa tidak akan bisa berjalan secara optimal dan konsisten tanpa dibarengi keterlibatan serius dari semua pihak. Oleh karena itu,  semua elemen bangsa (pemerintah, tokoh agama, masyarakat, pendidik, orang tua dan sebagainya) harus memiliki niat dan keseriusan untuk melakukan ini. Harapannya, generasi masa depan bangsa ini adalah generasi yang berintelektual tinggi dan berakhlak mulia. BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dengan pemaparan definisi pendidikan islam di atas dapat disimpulkan bahwa definisi pendidikan islam adalah proses pembentukan kepribadian manusia kepribadian islam yang luhur. Bahwa pendidikan islam bertujuan untuk menjadikannya selaras dengan tujuan utama manusia menurut islam, yakni beribadah kepada Allah swt. Diharapkan dengan pemahaman hakikat pendidikan islam ini. Member motivasi agar manusia khususnya muslim selalu mencari ilmu hingga akhir hayat, dalam rangka merealisasikan tujuan yang telah disebutkan dalam QS. Adz-Dzariyat: 56 dapat diaplikasikan secara berkelanjutan. 3.2  Saran Setelah membahas hakikat pendidikan islam ini. Maka



kami berharap pendidikan islam lebih di utamakan dan di pelajari lebih mendalam, khususnya dalam kehidupan sehari- hari dan menanamkannya pada generasi muda agar syari’at dan ajaran islam dapat di mengerti dan di pahami oleh generasi muda dalam mengaplikasikannya didalam kehidupan sehari- hari.