Handbook Day 1 OSKM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PENGENALAN KAT ITB – IDENTITAS MAHASISWA – INDONESIA EMAS 2045



Dengan mempelajari materi ini, peserta akan: I.



Mengetahui tujuan KAT ITB.



II.



Mengetahui narasi KAT ITB 2020.



III.



Mengetahui sejarah pendidikan.



IV.



Memahami hakikat pendidikan.



V.



Memahami Tridharma Perguruan Tinggi.



VI.



Memahami tugas Perguruan Tinggi.



VII.



Memahami definisi insan akademis.



VIII.



Mengetahui PoPoPe mahasiswa.



IX.



Mengetahui kesalahan interpretasi umum PoPoPe mahasiswa.



X.



Mengetahui narasi Indonesia Emas 2045.



XI.



Mengetahui pilar-pilar untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.



XII.



Mengetahui tantangan menuju Indonesia Emas 2045.



XIII.



Memahami strategi yang dapat dilakukan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.



PENGENALAN KAT ITB .................................................................................................... 6 Pengenalan KAT ITB ............................................................................................................... 7 Tujuan KAT ITB ....................................................................................................................... 7 Narasi KAT ITB ........................................................................................................................ 8 Latar Belakang Kejadian ....................................................................................................... 8 Pengejawantahan Visi Ketua ................................................................................................ 9 Tanggung Jawab terhadap Peran ...................................................................................... 10 Konsep Puzzle....................................................................................................................... 10 Upgrade diri ...................................................................................................................... 11 Update diri ........................................................................................................................ 11 Mendefinisikan peran...................................................................................................... 11 Pendefinisian Peran untuk Indonesia Emas 2045........................................................... 12 IDENTITAS MAHASISWA ............................................................................................... 14 Sejarah Pendidikan di Indonesia ....................................................................................... 15 Hakikat Pendidikan: Definisi Pendidikan .......................................................................... 16 Hakikat Pendidikan: Prinsip Pendidikan ........................................................................... 17 1.



Pendidikan harus menjadi pembebas manusia untuk hidup dan memilih .... 17



2.



Pendidikan tidak boleh terpisahkan dari budaya setempat .............................. 17



Tridharma Perguruan Tinggi .............................................................................................. 18 1.



Pendidikan ................................................................................................................. 18



2.



Penelitian ................................................................................................................... 19



3.



Pengabdian Masyarakat .......................................................................................... 19



Tugas Perguruan Tinggi by Moh. Hatta ............................................................................ 20



Insan Akademis .................................................................................................................... 20 Posisi, Potensi, Peran .......................................................................................................... 21 INDONESIA EMAS 2045 ................................................................................................. 27



Selamat bermula, selamat bermulai! Perjalananmu



mengarungi



OSKM



telah



dimulai.



Sebelum



berpetualang, tentu kamu harus mempersiapkan diri dan mengenali medan perjalananmu. Dimulai dari OSKM itu sendiri. Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa…



Mahasiswa!



Ingat



pula



kamu



telah



mendapatkan



identitas



baru--



mahasiswa. Entitas macam apa mahasiswa itu? Kenalilah ia, karena sekarang



kamu



adalah



dirinya.



Sebagai



mahasiswa,



medan



perjalananmu yang lebih besar adalah negara ini, Indonesia. Bagaimana kondisi negeri kita tercinta sekarang? Sudah baikkah ia, sudah sejahterakah warganya?



Namun tenang, kamu tidak sendiri. Kamu akan ditemani oleh ketiga



teman



barumu:



Potan,



Gupi,



dan



Minne.



memandumu hingga perjalanan OSKM ini berakhir. Nikmati petualanganmu!



Mereka



akan



PENGENALAN KAT ITB



Pengenalan KAT ITB KAT ITB adalah rangkaian pendidikan untuk calon mahasiswa tingkat satu dan calon mahasiswa tingkat dua ITB yang memfasilitasi terbentuknya lulusan KAT ITB yang memiliki standar pemahaman minimum anggota biasa KM ITB sesuai dengan dokumen RUK KM ITB dan melibatkan elemen KM ITB dalam prosesnya. KAT ITB hadir sebagai sarana untuk terus mendefinisikan kembali peran insan akademis yang relevan seperti yang tercantum dalam Konsepsi KM ITB bahwa salah satu peran insan akademis adalah untuk selalu mengembangkan diri sehingga menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan.



Tujuan KAT ITB Terdapat tiga tujuan dari KAT ITB: 1. Memperkenalkan identitas mahasiswa kepada calon mahasiswa tingkat satu. 2. Menginisiasi profil pra-lembaga bagi calon mahasiswa tingkat satu dan memenuhi profil pra-lembaga bagi mahasiswa tingkat dua. 3. Memperkenalkan KM ITB sebagai wadah berkemahasiswaan secara fundamental maupun struktural kepada calon mahasiswa tingkat satu.



Narasi KAT ITB Visi Ketua KAT ITB 2020 "Terciptanya mahasiswa dengan keunikannya masing-masing yang senantiasa mendefinisikan perannya dan bertanggung jawab akan peran tersebut.” Latar Belakang Kejadian Gagasan mendefinisikan peran yang tertera pada visi Ketua KAT ITB 2020 didasari oleh suatu kejadian sederhana yang pernah ia alami. Saat itu ia sedang menyusuri suatu jalan yang ramai dan terdapat sampah yang bergeletakan tidak pada tempatnya. Sebagai manusia yang memiliki common sense, ia menyadari ada kesalahan tentang kondisi tersebut, kemudian ia berusaha memikirkan hal apa yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesalahan tersebut, atau yang kemudian disebut sebagai mendefinisikan peran yang dapat diambil. Peran tersebut dapat berupa menegur orang-orang yang lalai akan kondisi sampah yang berserakan, atau dapat juga langsung mengambil dan membuang sampah tersebut ke tempatnya. Hal tersebut memang merupakan contoh kejadian yang sederhana, namun nyatanya di kehidupan sehari-hari masih banyak orang yang memilih untuk tidak mendefinisikan perannya. Padahal, peran yang dapat diambil oleh masing-masing individu dapat disesuaikan dengan wawasan atau kemampuan diri yang dimiliki, sehingga dapat dimulai dari hal-hal yang sederhana. Harapannya, tiap individu dapat senantiasa mendefinisikan perannya sesuai dengan caranya masing-masing.



Pengejawantahan Visi Ketua Setiap individu perlu mengetahui identitas diri dan menyadari bahwa mereka memiliki keunikannya masing-masing. Keunikan diri disini didefinisikan sebagai kombinasi antara kelebihan dan kekurangan yang dimiliki orang tersebut. Sebisa mungkin, kelebihan yang dimiliki seseorang harus dikembangkan, namun sebaliknya, kekurangan yang dimiliki seseorang harus ‘dinetralkan’, atau bahkan dimanfaatkan agar dapat dipandang sebagai kelebihan. Hal ini dapat dilakukan jika kita tahu cara menyikapinya. Dalam visi Ketua KAT ITB 2020, disebutkan bahwa mahasiswa perlu ‘senantiasa mendefinisikan peran’. Proses ini menjadi penting karena kedepannya tantangan yang akan dihadapi semakin tidak menentu (akan dibahas lebih lanjut di materi) dan setiap individu perlu untuk senantiasa mendefinisikan peran, sesuai dengan visi. Berhadapan dengan dunia yang seperti itu, kita juga tidak bisa hanya menciptakan ide dan produk baru, kita harus menciptakan kembali diri lagi dan lagi. Peran, menurut KBBI, adalah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan dalam masyarakat. Perlu dibedakan antara peran dan keinginan. Karena sebagai manusia kita tidak hidup sendiri, ada hal lain yang harus dipertimbangkan: manusia lain. Kami mendefinisikan sesuatu sebagai “peran” ketika hal tersebut tidak merugikan manusia lain. Dengan kata lain, orang yang mendefinisikan peran sudah mempertimbangkan keinginan



individu dan prinsip kolektivisme (yang menganggap individu sebagai bagian kolektif dari kelompok dan memiliki fungsi tertentu untuk mendukung keseluruhan tujuan bersama). Orang tersebut juga harus senantiasa berpegang kepada kebenaran ilmiah. Peran yang dimaksud berupa kata kerja (mis: ‘menjadi kahim’, atau ‘memajukan kualitas pendidikan Indonesia’). Kata ‘senantiasa’ yang ada dalam visi Ketua KAT 2020 muncul karena kebutuhan untuk selalu mendefinisikan peran karena adanya tantangan masa depan, dan kenyataan bahwa seringkali peran yang kita inginkan tidak sesuai dengan keadaan yang ada.



Tanggung Jawab terhadap Peran Dalam proses KAT ITB, tanggung jawab dalam mendefinisikan peran dideskripsikan sebagai melakukan pengusahaan untuk menjalankan peran yang telah didefinisikan. Contoh pengusahaanya dapat dilakukan dengan membuat perencanaan untuk menjalankan peran tersebut. Konsep Puzzle Untuk dapat melaksanakan visi Ketua KAT, perlu adanya pengupayaan agar proses pendefinisian peran berjalan baik dan sesuai dengan kebenaran ilmiah. Pengupayaan kemudian diterjemahkan dalam tiga proses mendefinisikan peran yang berkelanjutan namun tidak perlu dilakukan secara berurutan, yang kemudian disebut sebagai tiga sisi. Ketiga sisi tersebut diantaranya:



Upgrade diri Upgrade



diri



yang



dimaksud



adalah



memiliki



kemampuan



untuk



mengembangkan diri yang dapat berupa meningkatkan skill yang ada maupun menambah skill baru. Contohnya adalah kemampuan berbicara di depan umum, kemampuan mengoperasikan sesuatu (practical), atau sesederhana gerakan membungkuk untuk mengambil sampah (jika dikontekskan dengan latar belakang kejadian sebelumnya). Update diri Update diri yang dimaksud adalah keinginan untuk senantiasa menambah wawasan. Wawasan sendiri dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu wawasan umum dan wawasan personal. Wawasan umum merupakan pengetahuan tentang isu-isu yang sedang terjadi atau kejadian sekitar, sedangkan wawasan personal merupakan pengetahuan tentang sejauh mana kita mengenal diri sendiri dan orang lain. Mendefinisikan peran Mendefinisikan peran merupakan pemetaan langkah yang dapat dilakukan saat dihadapkan dengan kondisi tertentu. Pada umumnya, proses ini ada ketika terdapat stimulus yang muncul, atau adanya sampah apabila dikontekskan dengan latar belakang kejadian sebelumnya. Stimulus yang muncul, biasanya berupa masalah. Masalah sendiri merupakan kesenjangan antara ekspektasi dan realita.



Ketiga sisi tersebut dapat dianalogikan seperti puzzle, dan puzzle tersebut ‘tersambung’ ke sebuah tombol. Artinya, semua bagian puzzle harus lengkap terlebih dahulu, namun tanpa perlu adanya urutan dalam menyusunnya. Setelah puzzle tersebut lengkap, barulah tombol dapat ditekan guna melakukan eksekusi yang ideal/sempurna. Ditekankan kembali bahwa yang penting adalah kelengkapannya setiap sisinya, bukan urutannya. Tidak ada urutan yang paten dalam pelaksanaan ketiga sisi tersebut. Jika salah satu, atau kedua, sisinya tidak dilengkapi maka proses eksekusi peran yang dipilih nantinya menjadi tidak maksimal. Contoh sederhananya, jika seseorang ingin melakukan pemerataan pendidikan di Indonesia dengan cara digitalisasi proses pendidikan, eksekusi peran tersebut tidak akan berjalan maksimal jika ia tidak melakukan update terhadap daerah sasarannya, bisa jadi ternyata akses listrik di daerah tersebut bahkan belum tersedia, dan digitalisasi akan menimbulkan masalah baru.



Pendefinisian Peran untuk Indonesia Emas 2045 Ketua KAT ITB 2020 mencoba memvisualisasikan kondisi ideal Indonesia menggunakan visi Indonesia Emas 2045. Optimis untuk mencapainya, Ketua KAT ITB 2020 mendefinisikan peran untuk mencoba mengenalkan Indonesia Emas 2045.



Proses senantiasa mendefinisikan peran yang akan diinisiasi oleh ketua dalam rangkaian KAT ITB ini dilakukan dengan tujuan agar setiap pesertanya menjadi pribadi yang siap menghadapi tantangan masa depan. Untuk menghadapi hal tersebut, pembiasaan diri dalam melakukan tiga tahap seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, update, upgrade dan define, menjadi tahapan penting untuk mempersiapkan setiap individu. Tujuan perguruan tinggi adalah menghasilkan insan akademis, yang memiliki peran untuk selalu mengembangkan diri sehingga menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan. Bukan hanya tantangan masa depan (yang akan susah untuk diprediksi) yang pasti akan dihadapi, namun mahasiswa juga akan menghadapi suatu visi besar Indonesia, yaitu Indonesia Emas 2045. Tahun 2045, akan terjadi bonus demografi generasi produktif yang akan menentukan nasib Indonesia: sangat makmur atau sangat menderita. Kunci keberhasilan Indonesia Emas 2045 adalah anak muda (utamanya Generasi Z) yang pada tahun 2045 akan memasuki usia produktif dan menentukan arah perkembangan Indonesia nantinya. Dengan demikian, proses mendidik diri sendiri melalui KAT ITB ini menjadi bagian yang penting dalam turut serta mempersiapkan generasi sekarang untuk mempersiapan kemajuan Indonesia nantinya.



IDENTITAS MAHASISWA



Sejarah Pendidikan di Indonesia Selama belasan tahun kita berkutat di dunia pendidikan, sebenarnya bagaimana pendidikan bisa ada? Dari mana pendidikan bisa masuk ke Indonesia? Dan bagaimana hingga detik ini kita semua masih bisa merasakan pendidikan? Kita coba flashback dulu dari asal mula pendidikan di Indonesia. Mengingat sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia, tak lepas dari kebijakan Politik Etis yang diterapkan di Hindia Belanda oleh penjajah Belanda di Indonesia saat itu. Politik Etis sendiri merupakan pengakuan bahwa Belanda memiliki hutang budi kepada penduduk pribumi Nusantara yang bertujuan untuk mencampuri urusan negara secara langsung dalam berbagai aspek kehidupan, salah satunya pendidikan. Ternyata, kebijakan politik etis tersebut cukup membawa perubahan bagi dunia pendidikan dan sosial di Indonesia dengan disediakannya alat-alat intelektual bagi para elit masyarakat Indonesia untuk menyampaikan keberatan-keberatan mereka terhadap pemerintah kolonial. Disamping itu, juga diberikan kesempatan beredukasi bagi sebagian kecil kaum elit Indonesia untuk memahami ide-ide politik Barat mengenai kemerdekaan dan demokrasi. Dengan demikian, untuk pertama kalinya orang-orang pribumi mulai mengembangkan kesadaran nasional sebagai “penduduk Indonesia” dan untuk seterusnya terus menggali ilmu pengetahuan dengan di sekolahsekolah yang didirikan khusus untuk anak-anak pribumi sampai pada akhirnya terwujudnya kemerdekaan penuh di Indonesia dengan meninggalkan sebagian besar pemuda-pemuda Indonesia yang terpelajar.



Hakikat Pendidikan: Definisi Pendidikan Membahas perjuangan pendidikan sendiri tak lepas dari kontribusi Ki Hajar Dewantara sebagai “Bapak Pendidikan” yang telah melalui berbagai lika-liku hidup untuk memperjuangkan hak-hak penduduk Indonesia untuk berilmu pengetahuan. Telah banyak hakikat-hakikat pendidikan yang didefinisikan oleh Ki Hajar Dewantara agar kita memiliki sudut pandang yang sama dalam menggunakan kacamata pendidikan. Setelah kita ngobrol cukup panjang tentang sejarah pendidikan di Indonesia, menurut teman-teman sendiri, pendidikan itu apa sih? Apa yang teman-teman bayangkan ketika mendengar kata “pendidikan”? Apakah belajar? Sekolah? Ujian? Dan apakah saat ini kita sedang melakukan proses pendidikan? Menurut Ki Hajar Dewantara sendiri, makna pendidikan cukup simple, yaitu pendidikan merupakan daya-upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin dan karakter), kemampuan berpikir (intelek), dan tenaga (fisik) manusia, dalam rangka kesempurnaan hidup dan keselarasan dengan lingkungannya. Sehingga, tujuan akhir dari pendidikan adalah menjadi manusia seutuhnya yang merdeka batinnya, merdeka pikirannya, dan merdeka tenaganya. Jadi, definisi pendidikan memang seluas itu, tidak terbatas terhadap substansi (materi-materi) dan bentuknya, karena pendidikan harus mampu melatih otak, hati, dan fisik manusia.



Hakikat Pendidikan: Prinsip Pendidikan Kemudian, manfaat dari pendidikan sendiri untuk siapa? Apakah hanya untuk diri sendiri, hanya untuk orang lain (lingkungan sekitar), atau untuk keduanya (diri sendiri dan orang lain)? Jawabannya tentu untuk diri sendiri dan orang lain (lingkungan sekitar). Mengapa demikian? Kita coba gali lagi hakikat pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara yaitu 2 prinsip pendidikan: 1. Pendidikan harus menjadi pembebas manusia untuk hidup dan memilih Prinsip ini berkaitan erat dengan manfaat pendidikan bagi diri sendiri. Bahwasanya kita memiliki hak asasi manusia, kita memiliki hak atas kehidupan, dan kita memiliki hak untuk memilih, sehingga dapat mewujudkan manusia yang secara mandiri dapat menentukan pilihan-pilihan dalam hidupnya dengan berbagai pertimbangan dan konsekuensi atas pilihannya yang menjadi tanggung jawab bagi dirinya sendiri. 2. Pendidikan tidak boleh terpisahkan dari budaya setempat Kalau prinsip ini berkaitan erat dengan manfaat pendidikan bagi orang lain dan lingkungan



sekitar. Kita



sebagai



makhluk sosial



yang dalam



proses



berpendidikan tak lepas dengan aktivitas-aktivitas sosial budaya di lingkungan sekitar, sehingga pendidikan harus mampu menjawab permasalahan yang ada di lingkungan sekitar, serta dalam proses berpendidikan yang kita ditempuh tidak boleh membuat kita merasa asing dari lingkungan sekitarnya karena kita juga merupakan bagian dari lingkungan itu sendiri.



Tridharma Perguruan Tinggi Masih berbicara tentang pendidikan, teman-teman sendiri sekarang sedang menempuh pendidikan bukan? Pendidikan apa yang teman-teman tempuh? Status apa yang teman-teman sedang emban sekarang ini. Jelas, status sebagai mahasiswa di jenjang pendidikan tinggi. Teman-teman baru saja mengalami perubahan status dan jenjang pendidikan bukan, yang dulunya adalah seorang siswa di pendidikan menengah. Sebenarnya, apa yang membedakan antara siswa dengan mahasiswa? Jawabannya simpel, yaitu dari jenjang pendidikan yang didudukinya, antara pendidikan menengah dan pendidikan tinggi yang kita sebut lembaga pendidikan SMA dan sejenisnya, dan Perguruan Tinggi. Kedua lembaga ini, antara Perguruan Tinggi dengan SMA dan sejenisnya, atau bahkan dengan SD, SMP, TK dan sejenisnya juga cukup berbeda. Mengapa demikian? Mungkin coba kita tarik ke dasar Perguruan Tinggi yang mempunyai 3 kewajiban yang tercantum dalam UU No. 12 Tahun 2012 tentang “Pendidikan Tinggi” pada pasal 1 ayat 9 yang biasa disebut Tridharma Perguruan Tinggi yaitu untuk menyelenggarakan aktivitas berupa pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. 1. Pendidikan Maksud pendidikan dalam hal ini yaitu proses pembelajaran yang dilakukan oleh mahasiswa, termasuk interaksi antara mahasiswa dengan pengajar (dosen) dalam suatu lingkungan belajar.



2. Penelitian Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan/atau pengujian suatu cabang ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Pengabdian Masyarakat Pengabdian kepada Masyarakat adalah kegiatan sivitas akademika yang memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Jadi, dari Tridharma Perguruan Tinggi ini, terlihat jelas tuntutan-tuntutan yang kita miliki sebagai mahasiswa di Perguruan Tinggi, terutama dalam hal penelitian dan pengabdian masyarakat. Kedepannya, teman-teman harus bisa beradaptasi dengan sistem-sistem dan bentuk pendidikan di kampus nantinya. Seperti banyaknya tugas kuliah secara berkelompok, adanya mata kuliah KKN (Kuliah Kerja Nyata) yang mengimplementasikan keilmuan yang kita miliki dalam kehidupan masyarakat, dan juga ada mata kuliah KP (Kuliah Praktek) yang mengaplikasikan ilmu yang telah kita pelajari selama kuliah kepada tempat kerja apapun.



Tugas Perguruan Tinggi by Moh. Hatta Setelah mengetahui aktivitas wajib yang harus dilakukan di perguruan tinggi, memangnya apa sih yang dikejar dari 3 kewajiban tersebut? Dengan kata lain, apa tugas dari perguruan tinggi? Tentunya mendidik dan menciptakan mahasiswa-mahasiswa



yang



dapat



memenuhi



kriteria-kriteria



tertentu.



Mungkin sampai disini, timbul pertanyaan lagi, kriteria seperti apa? Disinilah penting untuk diketahui bahwa kampus ini akan membentuk teman-teman jadi seperti apa. Berdasarkan Konsepsi KM ITB, tugas perguruan tinggi menurut Moh. Hatta adalah membentuk manusia susila dan demokrat yang: 1. Memiliki keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat. 2. Cakap dan mandiri dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan. 3. Cakap memangku jabatan atau pekerjaan dalam masyarakat.



Insan Akademis Tugas perguruan tinggi tersebut tak lain ditujukan kepada mahasiswa sebagai civitas akademika dan tak lain adalah untuk membentuk mahasiswa sebagai insan akademis, dalam artian seseorang yang dapat menciptakan solusi bagi permasalahan di lingkungan sekitarnya. Mahasiswa sebagai insan akademis memiliki dua peran yaitu:



1. Selalu mengembangkan diri sehingga menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi tantangan masa depan. Dalam hal ini maka secara teknis, keseluruhan proses pendidikan di Perguruan Tinggi ditujukan untuk membantu atau memberi alat pada mahasiswa untuk menjawab tantangan masa kini dan masa depan. Untuk mencapai hal tersebut, bisa diberikan penekanan khusus bahwa mahasiswa harus menjadi seorang pembelajar yang tidak merasa cukup dengan sedikit ilmu yang masih dimilikinya. 2. Selalu mencari dan membela kebenaran ilmiah, sesuai dengan watak ilmu itu sendiri. Dengan selalu mengikuti watak ilmu yang senantiasa dikembangkan di Perguruan Tinggi, maka insan akademis mengemban peran untuk membentuk tatanan masyarakat yang benar dengan didasari atas kebenaran ilmiah. Harapannya, tidak ada lagi teman-teman mahasiswa yang terjerumus dalam berita-berita hoax.



Posisi, Potensi, Peran Setelah membahas institusinya, kita beralih kepada individu yang akan menjalankannya. Identitas khas seperti apa yang dimiliki oleh mahasiswa? Untuk menjawab hal tersebut, terdapat tools PoPoPe mahasiswa yang merupakan singkatan dari Posisi, Potensi, Peran mahasiswa yang harus



dipahami



sebagai



alur yang saling berhubungan, yang dimulai



dari



mendefinisikan posisi, lalu potensi, dan kemudian peran. Posisi sebagai mahasiswa yang dimaksud dalam poin ini adalah kedudukan atau keadaan mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat dan sebagai bagian dari masyarakat akademis. Sebagai bagian dari masyarakat, mahasiswa memiliki kedudukan yang sama dengan masyarakat secara umum, tidak lebih tinggi ataupun lebih rendah. Sedangkan sebagai masyarakat akademis, mahasiswa tetap bagian dari masyarakat, namun juga berperan sebagai insan yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar untuk mendapatkan ilmu pengetahuan. Potensi seorang mahasiswa didefinisikan sebagai kemampuan, baik yang belum terwujud maupun yang sudah terwujud yang dimiliki oleh seorang mahasiswa sebagai konsekuensi dari posisi yang diembannya tetapi belum dimanfaatkan atau dipergunakan secara maksimal. Kesadaran akan potensi yang dimilikinya merupakan suatu hal penting yang harus diinsafi oleh setiap mahasiswa untuk dapat menjalankan perannya. Potensi sebagai seorang mahasiswa dapat ditinjau berdasarkan posisi yang dimilikinya, yakni: 1. Mahasiswa



sebagai



bagian



dari



masyarakat



Sebagai bagian dari masyarakat, menurut UU No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan, mahasiswa digolongkan ke dalam golongan pemuda. Pemuda memiliki potensi yang sangat besar untuk membentuk dan menentukan masa depan bangsa berperan aktif sebagai garda



terdepan dalam proses perjuangan, pembaharuan, dan pembangunan bangsa. 2. Mahasiswa



sebagai



bagian



dari



masyarakat



akademik



Sebagai bagian dari masyarakat akademik, mahasiswa memiliki potensi berupa ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Selain itu mahasiswa juga memiliki



akses



terhadap



fasilitas-fasilitas



penunjang



kehidupan



akademiknya seperti fasilitas kampus, relasi dan jaringan, dan informasi juga ilmu pengetahuan yang dapat menunjang potensi-potensi yang dimiliki oleh mahasiswa. Peran mahasiswa adalah konsekuensi yang muncul atas posisi dan potensi yang dimilikinya dan harus dioptimalkan dengan batasan-batasan tertentu



sesuai



dengan



tanggung



jawab



moral



sebagai



seorang



mahasiswa. Peran siswa berbeda dengan peran mahasiswa. Namun, apakah yang membedakan mahasiswa dan non-mahasiswa? Saat ini perkembangan informasi menjadi tak terbatas. Hal-hal yang biasanya hanya didapat ketika menjadi mahasiswa, seperti informasi, kini dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat tanpa harus menyandang status mahasiswa. Peran mahasiswa masa kini semata dilimpahkan karena tujuan perguruan tinggi. Peran seorang mahasiswa dapat ditinjau berdasarkan posisi dan potensi yang dimilikinya, yakni:



1.



Mahasiswa



sebagai



bagian



dari



masyarakat.



Sebagai bagian dari masyarakat, mahasiswa memiliki peran untuk: •



Melakukan



kontrol sosial yang dengan



idealismenya (nilai/



pemikiran yang dianggap benar) dapat menjadi penyeimbang dalam menata kehidupan masyarakat. Dalam hal ini mahasiswa dapat melihat lingkungan sekitarnya terlebih dahulu kemudian mencoba menerapkan



idealisme-idealisme



dalam



mewujudkan



kehidupan



bermasyarakat yang lebih baik. •



Mengembangkan masyarakat agar dapat mengoptimalkan potensi dan



merespon



masalah



yang



berkembang



di



masyarakat.



Masyarakat dapat menjadi garda terdepan pengeksekusian berbagai masalah yang ada di masyarakat tersebut, dengan adanya pantikan dari mahasiswa untuk mencoba menggali dan mengasah potensi-potensi yang dimiliki oleh masyarakat sehingga masyarakat menjadi tergerak dan mampu dalam menjawab berbagai permasalahan disekitarnya. 2.



Mahasiswa



sebagai



bagian



dari



masyarakat



akademik.



Sebagai bagian dari masyarakat akademik, mahasiswa memiliki peran untuk: •



Regenerasi bangsa sebagai insan terdidik yang dapat melanjutkan roda keberjalanan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Setelah mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi dengan ilmu yang mahasiswa miliki, ilmu tersebut tidak lain untuk mewujudkan mahasiswa sebagai generasi penerus bangsa, dengan latar belakang pendidikan



yang dimilikinya sehingga ilmu tidak mati dan bahkan terus berkembang mengikuti kebutuhan-kebutuhan setiap generasinya. •



Menerapkan



riset



yang



mengoptimalkan



potensinya



untuk



mengembangkan keilmuan dan sebagai sumberdaya pendukung sebagai solusi permasalahan. Sesuai dengan Tridharma Perguruan Tinggi, kita diharapkan tidak hanya mengejar proses belajar mengajar, tetapi juga mencoba mengimplementasikannya seperti melakukan penelitian agar selain mendukung potensi dalam diri mahasiswa demi memajukan



keilmuannya



masing-masing,



juga



berperan



dalam



menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada di masyarakat. Posisi, Potensi, dan Peran ini sangat penting untuk kita sadari agar dalam menjalani kehidupan, kita dapat mengambil keputusan dengan pertimbangan yang luas dan sadar akan konsekuensi atas statusnya sebagai seorang mahasiswa. Akan tetapi, PoPoPe tersebut bisa saja menimbulkan kesalahan interpretasi umum, yaitu: 1.



Salah fokus pada poin posisi mahasiswa



Posisi mahasiswa yang kita kenali sejauh ini adalah sebagai “bagian dari masyarakat yang memiliki kesempatan lebih untuk belajar”. Dalam memahami posisi tersebut, ditemukan beberapa realita dimana mahasiswa lebih fokus “memiliki kesempatan lebih untuk belajar” dibandingkan “bagian dari



masyarakat”. Akibatnya, dalam menjalankan kegiatan pengabdian masyarakat, kerap kali ditemukan mahasiswa yang dalam mempertimbangkan solusi terhadap suatu permasalahan hanya menggunakan kacamatanya sebagai seorang mahasiswa yang sedang menekuni keilmuannya, tidak menggunakan kacamata masyarakat, sehingga terkesan memaksakan solusi-solusi yang ditawarkan agar dapat mengakomodir keilmuannya.



2.



Mahasiswa yang memiliki rasa percaya diri yang berlebih akan



kemampuannya Posisi mahasiswa yang memiliki “kesempatan lebih untuk belajar” kerap memberi implikasi pada mahasiswa yang menerima untuk diposisikan superior dan bagaikan pahlawan yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Padahal, seharusnya mahasiswa menyadari bahwa ia yang harus banyak belajar dari masyarakat. Di satu sisi “kesempatan lebih” tersebut pun didapatkan akibat kontribusi masyarakat, karena biaya pendidikan kebanyakan mahasiswa pun sejatinya diringankan masyarakat. Sehingga ketika mahasiswa melakukan aktivitas yang berupaya mendukung masyarakat, seharusnya kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang tidak perlu di glorifikasi, karena sudah seharusnya mahasiswa bertanggung jawab atas keringanan yang diberikan oleh masyarakat dengan kembali ke masyarakat.



INDONESIA EMAS 2045



Indonesia akan berumur 100 tahun pada 2045 mendatang. Tahun 2045 disebut sebagai jendela demografi (window of demography) yakni fase dimana jumlah usia produktif (usia 15-64 tahun) lebih besar dibanding jumlah penduduk yang tidak produktif (di bawah 14 tahun atau di atas 65 tahun). Pada tahun 20202045, diprediksi bahwa angka penduduk usia produktif dapat mencapai 70%, sedangkan 30%-nya merupakan penduduk dengan usia yang tidak produktif. Hal ini dapat berdampak pada dua kemungkinan, yaitu bonus demografi atau kutukan demografi. Bonus demografi dapat tercapai jika kualitas sumber daya manusia di Indonesia memiliki kualitas yang mumpuni sehingga akan berimbas pada pertumbuhan ekonomi negara. Sebaliknya, kutukan demografi akan terjadi jika jumlah penduduk yang berada pada usia produktif ini justru



tidak



memiliki



kualitas



yang



baik



sehingga



menghasilkan



pengangguran massal dan menjadi beban negara. Pemuda berperan sebagai generasi penerus bangsa yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa dan mengambil keputusan-keputusan terkait dengan kemajuan negara Indonesia. Oleh karena itu, generasi pemuda harus menaikkan nilai sumber daya manusianya sehingga dapat menghasilkan kader terbaik bangsa untuk mewujudkan Indonesia yang adil dan makmur. Adapun mimpi besar Indonesia pada tahun 2045 disokong oleh empat pilar pembangunan, yaitu: (1) Pembangunan Manusia serta Penguasaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, (2) Pembangunan Ekonomi Berkelanjutan, (3) Pemerataan Pembangunan, serta (4) Pemantapan Ketahanan Nasional dan Tata Kelola Kepemerintahan.



Sumber: Draft Ringkasan Eksekutif Visi Indonesia 2045 dari Kementerian PPN/Bappenas



Terdapat tantangan yang harus dihadapi dalam menuju Indonesia Emas 2045, antara lain adalah: 1. Moral dan Karakter Bangsa Indonesia Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat memungkinkan terjadinya pertukaran informasi tanpa batasan ruang dan waktu. Pertukaran informasi dapat berupa pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan lain-lain. Hal itu dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif terhadap perkembangan bangsa Indonesia. Contoh



pengaruh positif yang diberikan adalah kemajuan dalam bidang teknologi serta informasi dan ilmu pengetahuan dapat dengan mudah didapatkan. Tetapi, permasalahan yang terjadi adalah tidak semua informasi dari dunia luar tersebut cocok dengan karakter bangsa Indonesia. Pertukaran informasi juga memungkinkan terjadinya pertukaran budaya dari dunia luar dengan budaya Indonesia. Budaya tersebut dapat bersifat membangun atau merusak moral dan karakter bangsa Indonesia. Apabila budaya tersebut rusak, maka identitas sebagai bangsa Indonesia akan hilang dan tergantikan oleh budaya luar. 2. Sumber Daya Manusia dan Bonus Demografi Indonesia Bonus demografi yang beriringan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia tentunya akan memberikan kemajuan terhadap bangsa Indonesia dalam merealisasikan Indonesia Emas 2045. Pemuda saat ini akan menjadi garda terdepan dalam pembangunan nasional. Keberhasilan bangsa Indonesia di masa mendatang ditentukan oleh kualitas sumber daya pemuda Indonesia yang mempunyai moral dan karakter sebagai bangsa Indonesia. Peningkatan kualitas sumber daya manusia tersebut bergantung salah satunya kepada sistem pendidikan nasional. Sistem pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya berfokus kepada ilmu pengetahuan. Pendidikan moral juga diperlukan agar sumber daya manusia yang dihasilkan tidak hanya



mampu



bersaing,



tetapi



juga



memiliki



etika.



Dalam menghadapi tantangan menuju Indonesia Emas 2045, peserta akan diberikan beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk menyongsong Indonesia Emas 2045, seperti menyiapkan fasilitas tempat belajar guna meningkatkan minat membaca dan mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia, melakukan kegiatan pendidikan karakter seperti mentoring keagamaan, dan juga membentuk jiwa kewirausahaan agar dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.