Hanifah - 24 - Asuhan Komunitas Menopause Hipertensi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN INDIVIDU PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA TN.C DENGAN MASALAH HIPERTENSI DI DUSUN PAGER RT 02/RW 01, DESA PAGERNGUMBUK, KECAMATAN WONOAYU, KABUPATEN SIDOARJO PERIODE TANGGAL : 31 MEI 2021 - 18 JUNI 2021



Oleh : Hanifah Wahyuningsih P27824417024



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENGEMBANGAN DAN PERENCANAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN KEBIDANAN PRODI D4 KEBIDANAN SURABAYA TAHUN 2021



LEMBAR PENGESAHAN Laporan individu yang disusun oleh Hanifah Wahyuningsih Semester VIII Prodi D4 Kebidanan Jurusan Kebidanan Kampus Sutomo Surabaya Tahun Akademik 2020-2021 ini disusun berdasarkan keadaan sebenarnya. Tempat praktik



: Desa Pagerngumbuk, Sidoarjo



Tanggal praktik



: 31 Mei 2021 s/d 18 Juni 2021



Pembimbing Lapangan



Astutik, Amd.Keb NIP. 197503032007012019



Pembimbing Pendidikan



Astuti Setiyani, S.ST., M.Kes NIP.196810201988032001



Ani Media Harumi, S.ST., M.Keb NIP. 197802142002122001



Mengetahui, Ketua Prodi D4 Kebidanan



Dwi Purwanti, S.Kp., SST., M.Kes NIP. 196702061990032003



i



KATA PENGANTAR



Puji Syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehinggan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini merupakan tugas individu bagi mahasiswi DIV Kebidanan Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya Semester VIII yang mulai praktik pada tanggal 31 Mei s/d 18 Juni 2021 di Desa Pagerngumbuk Wonoayu Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini, penulis telah mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.



Astuti Setyani, SST., M.Kes selaku ketua jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya serta pembimbing pendidikan



2.



Dwi Purwanti, SST. S.Kp., M.Kes ,selaku ketua Prodi D4 Kebidanan Poltekkes Kemenkes Surabaya



3.



Astutik, Amd.Keb, selaku pembimbing lapangan di Desa Pagerngumbuk



4.



Ani Media Harumi, SST., M.Keb, selaku pembimbing pendidikan Dan seluruh pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan tugas ini



Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari kemungkinan adanya kekurangan, oleh karena itu saran dan kritikan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat.



Sidoarjo, 14 Juni 2021



Penulis



ii



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ....................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................



i



KATA PENGANTAR.......................................................................................



ii



DAFTAR ISI.....................................................................................................



iii



BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................



1



1.1 Latar Belakang...............................................................................



1



1.2 Tujuan............................................................................................



4



1.3 Manfaat..........................................................................................



5



BAB 2 TINJAUAN TEORI.............................................................................



6



2.1 Konsep Dasar Kebidanan Komunitas ...........................................



6



2.2 Konsep Dasar Keluarga ................................................................



7



2.3 Konsep Dasar Teori Menopause....................................................



10



2.4 Konsep Dasar Teori Hipertensi......................................................



18



BAB 3 TINJAUAN KASUS............................................................................



25



I.



Pengkajian .....................................................................................



25



II. Analisa Data...................................................................................



30



III. Penatalaksanaan ............................................................................



31



BAB 4 PEMBAHASAN...................................................................................



32



BAB 5 PENUTUP............................................................................................



33



5.1 Kesimpulan....................................................................................



33



5.2 Saran .............................................................................................



33



DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................



34



iii



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut data dari WHO (World Health Organization), tampaknya ledakan menopause pada tahun-tahun mendatang sulit sekali dibendung. WHO memperkirakan ditahun 2030 nanti ada 1,2 miliar wanita yang berusia di atas 50 tahun. Sebagian besar dari mereka (sekitar 80 persen) tinggal dinegara berkembang. Dan setiap tahunnya populasi wanita menopause meningkat sekitar tiga persen. Perkiraan kasar menunjukan akan terdapat sekitar 30-40 juta kaum wanita usia lanjut (wulan) dari seluruh jumlah penduduk Indonesia yang sebesar 240-250 juta. Dalam kategori wulan tersebut (usia lebih dari 60 tahun), hampir 100 persen telah mengalami menopause dengan segala akibat serta dampak yang menyertainya (Proverawati, 2009). Data BPS (proyeksi penduduk 2008), 5.320.000 wanita Indonesia memasuki masa menopause setiap tahun. 68 persen mengalami gejala klimakterik, 62 persen menghiraukan gejala-gejala menopause, 15 persen peduli dengan terapi sulih hormon (TSH), 1 persen yang menggunakan TSH, 47 persen mengerti kaitan gejala awal menopause dengan peningkatan tekanan darah, 2 persen mengetahui TSH bisa mengurangi resiko tekanan darah. Begitu juga untuk Propinsi JawaTengah, jumlah wanita menopause meningkat setiap tahun. Menurut data sensus tahun 2007, tercatat 16.540.126 penduduk wanita Jawa Tengah, 50,26 persen dari total penduduk Indonesia yaitu 32.908.850 (Baziad, 2008). Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.Tujuan tersebut diciptakan untuk mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010, yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia, melalui penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau layanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat, pemerintah, dan swasta. Peran pemeritah dalam bidang



kesehatan tidak akan berarti apabila tanpa disertai kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatannya (Depkes RI, 2005). Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan dalam rangka meningkatkan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan rakyat pada umumnya, sehingga diperlukan upaya dalam memperluas dan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang lebih baik dan biaya yang terjangkau oleh masyarakat. Pembangunan sektor kesehatan terutama pelayanan kesehatan hendaknya mengutamakan pelayanan pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan tanpa mengabaikan pengobatan dan pemulihan kesehatan agar dapat terwujud masyarakat yang sehat, sehingga pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya sebagai hakikat pembangunan nasioanal dapat tercapai. Sudah menjadi hukum alam, bahwa setiap manusia pasti akan menjadi tua. Sejak manusia dilahirkan, telah berlangsung proses penuaan yang terjadi terus menerus sepanjang hidupnya. Fase kehidupan seorang perempuan secara kontinyu mulai dari lahir sampai akhir hayatnya akan melalui beberapa fase yaitu fase neonatus, bayi, kanakkanak, pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium, (pramenopauseperimenopause-menopause-pasca menopause), prasenium, berakhir dengan senium. UHH (Usia Harapan Hidup) akan terus meningkat seiring dengan perbaikan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang, dengan demikian akan semakin banyak didapatkan perempuan berusia lanjut yang dapat menikmati kehidupan setelah menopause atau setelah masa reproduksi selesai. Secara biologis telah ditetapkan, bahwa perempuan yang hidup sampai usia 45-55 tahun akan mengalami menopause (Universitas Sriwijaya, 2010). Usia harapan hidup perempuan Indonesia yang semakin panjang membuat menopause yang semula tidak banyak diperkirakan menjadi hal yang penting. Sebelum menopause wanita akan mengalami klimakterium, merupakan salah satu fase perkembangan fungsi seksual yang disebabkan oleh turunnya fungsi ovarium (sel telur) yang mengakibatkan hormon



2



terutama estrogen dan progesteron sangat berkurang didalam tubuh. Keluhan seperti berdebar-debar, migrain, insomnia, nyeri otot, nyeri pinggang, mudah tersinggung. Keluhan psikiatrik dan neurotik seperti merasa tertekan, lelah psikis, dan somatik, susah tidur, merasa ketakutan, konflik keluarga dan gangguan ditempat kerja. Keluhan lainnya yang berhubungan dengan alat reproduksi dan gangguan degenerasi seperti sakit waktu bersetubuh, gangguan haid, keputihan, gatal pada vagina, susah kencing, libido menurun, keropos tulang (osteoporosis), gangguan sirkulasi, kekeringan vagina, kenaikan kadar gula, kegemukan gangguan metabolisme (adepositas) (Ade Oeswatun, 2007). Dukungan suami ditemukan sebagai faktor eksternal paling ampuh dalam membantu wanita untuk melalui masa menopause tanpa kecemasan berlebih. Suami yang tidak menuntut wanita untuk tampil dengan kesempurnaan fisik dan menyakinkan pasangannya mengenai hal ini, baik dalam perkataan maupun tindakan, akan sangat membantu perempuan untuk menyakini bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan ketika menopause tiba. Hal ini menunjukan bahwa tuntutan lingkunganlah dan bukan menopause itu sendiri yang menyebabkan perempuan cemas. Dukungan suami memang penting dalam membantu perempuan menjalani masa menopause, namun faktor internal dari dalam perempuan itu sendiri mutlak harus dimiliki. Karena seperti apapun suami memahami dan mendukung, akan sia-sia saja jika perempuan terus berkutat dengan pemikiran-pemikiran negatif mengenai perubahan fisik dan seksual yang mereka alami. Bukan tidak mungkin jika suami pun akan bingung dan kesal karena kehabisan cara untuk menenangkan istri yang sedang cemas (Lianawati, 2008). Berdasarkan keterangan diatas terlihat bahwa menopause adalah masalah alamiah yang harus dilalui oleh semua wanita pada waktunya.Dalam zaman emansipasi saat ini, banyak wanita karier yang mencapai puncak karirnya pada usia diatas 40 tahun, sedangkan pada usia tersebut sebagian wanita mulai dengan keluhan-keluhan pramenopause. Masalah kesehatan reproduksi wanita merupakan masalah bersama maka diperlukan pemahaman



3



dan pengertian yang baik untuk dapat membantu mengatasi perubahan perilaku yang disebabkan karena perubahan fungsi, secara optimal melalui komunikasi dan layanan informasi reproduksi. Kelainan bentuk perilaku kesehatan reproduksi wanita usia klimakterium terutama manifest atau timbul pada masa menjelang menopause dengan berbagai permasalahan baik secara fisik maupun psikis (Kasdu, 2002). Wanita dalam masa klimakteria memerlukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dari petugas kesehatan untuk pemeliharaan kesehatan dan menjamin kualitas hidupnya. Melalui pendidikan kesehatan diatas diharapkan wanita dapat terhindar dari konsep yang salah tentang menopause, sehingga hidupnya akan lebih bermanfaat dalam menghadapi pasca menopause. Pengetahuan tentang klimakteria dapat diperoleh dari proses pendidikan formal atau nonformal melalui media elektronik, surat kabar, dan sumber pengetahuan lainnya. Kurangnya pengungkapan keluhan-keluhan manifestasi klinis pada masa klimakteria memperlihatkan bahwa sebagian besar wanita menanggapi keluhan dan gangguan klimakteria sebagai proses menua atau penyakit lainnya (Siagian, 2003). 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Agar



mahasiswa



dapat



memberikan Asuhan



Kebidanan



Komunitas pada keluarga Tn. ”C” pada Ibu Menopause dengan Hipertensi di Dusun Pager, Dea Pagerngumbuk, Wonoayu, Sidoarjo.



1.2.2 Tujuan khusus 1.



Mahasiswa mampu melakukan pengkajian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn. ”C” pada Ibu Menopause dengan Hipertensi.



4



2.



Mahasiswa mampu menganalisa masalah pada Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn. ”C” pada Ibu Menopause dengan Hipertensi



3.



Mahasiswa



mampu



menyusun rencana



Asuhan



Kebidanan



Komunitas pada Keluarga Tn. ”C” pada Ibu Menopause dengan Hipertensi 4.



Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan yang telah dilaksanakan pada Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn. ”C” pada Ibu Menopause dengan Hipertensi



1.3 Manfaat 1.3.1



Untuk mahasiswa Sebagai sarana untuk melatih kemampuan dan keterampilan dasar dalam melakukan asuhan kebidanan komunitas dengan gejala menopause.



1.3.2



Untuk Masyarakat Dengan adanya penulisan ini diharapkan kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya menjaga dan memahami pentingnya gejala menopause



1.3.3



Untuk Petugas Kesehatan/Lahan Sebagai sarana untuk lebih melatih dan mengasah kemampuan mahasiswa dalam memberikan asuhan komunitas gejala menopause.



5



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Kebidanan Komunitas 2.1.1 Pengertian Kebidanan komunitas adalah seorang yang tetah meingikuti pendidikan kebidanan yang telah diakui oleh pemerintah setempat yang telah menyelesaikan pendidikan dan lulus, serta terdaftar/ mendapat izin melakukan praktek kebidanan yang melayani keluarga atau masyarakat di wilayah tertentu (Marmi, 2011). Kebidanan komunias adalah upaya memberi asuhan kebidanan pada masyarakat baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang terfokus pada petayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencatra (KB), kesehatan reproduksi termasuk usia adiyuswa secara paripurna (Meilani, dkk, 2009). Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap masalah kesehatan ibu dan anak balita di dalam keluarga dan masyarakat (Rismiantari dan Ambarwati, 2011). 2.1.2 Sasaran Pelayanan Kebidanan Komunitas Menurut Meilani, dkk (2009) sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah komunitas, di dalam komunitas terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok dalam suatu masyarakat. Sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas adalah ibu dan anak dalamkeluarga. 1. Ibu calon ibu/ masa pranikah ibu hamil, ibu bersaliru ibu nifas, ibu meneteki, ibu masa interval, menopouse. 2. Anak Bayi, balita, masa sekolah.



6



3. Keluarga berencana Nuclear family (suami, istri, anak), extended family (keluarga besarkakek, nenek, dll). 4. Masyarakat Masyarakat desa, kelurahan dalam batas wewenang kerja. 2.1.3



Kegiatan pelayanan kebidanan komunitas yang dilakukan oleh Bidan Menurut



Rismiantari



dan



Ambarwati



(2011)



kegiatan



pelayanan kebidanan komunitas yang dilakukan oleh bidan meliputi : 1.



Penyuluhan kesehatan.



2.



Pemeliharaan kesehatan ibu dan balita.



3.



Konsep keluarga berencana.



4.



Imunisasi, gizi, keluarga berencana.



5.



Memberikan pelayanan kesehatan ibu di rumah.



6.



Membina dan membimbing kader dan dukun bayi.



7.



Menggerakkan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.



8.



Membina kerja sama lintas program dan lintas sektoral.



9.



Melakukan rujukan medik.



10. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian kontrasepsi. 2.2 Konsep Dasar Keluarga 2.2.1. Pengertian Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian darah atau ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan yang lainnya saling bergantung dan berinteraksi. Bila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah kesehatn/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lain dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.



7



2.2.2. Bentuk tipe keluarga 1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ibu dan anak. 2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misal : kakek, nenek, keponakan, saudara sepupu, paman dan bibi. 3. Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. 4. Keluarga



duda/janda



(composite)



yaitu



keluarga



yang



perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama. 5. Keluarga cabitas (cabitation) 2.2.3. Pemegang kekuasaan dalam keluarga Pemegang kekuasaan dalam keluarga : 1. Partikel yang dominan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah. 2. Martikal yang dominan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu. 3. Equalitarian yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah dan ibu. 2.2.4. Peran keluarga Peran



keluarga



menggambarkan



seperangkat



perilaku



interpersonal, bersifat kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Perananan dalam keluarga adalah : 1. Peranan ayah Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, pencari nafkah, pendidik, pelindung, kepala keluarga, anggota dari kelompok sosialnya, anggota masyarakat dari lingkungan. 2. Peranan ibu Sebagai istri dan ibu dari anak-anak, mengurus rumah tangga,



8



pengasuh dan pendidik, pelindung dan salah satu kelompok dan peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungan, pncari nafkah tambahan dalam keluarga. 3. Peranan anak Melaksanakan peranan psikososial sesuai tingkat perkembangan baik fisik, mental maupun spiritual. 2.2.5. Fungsi keluarga 1. Fungsi biologis Untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota keluarga. 2. Fungsi psikologis a. Memberi kasih sayang dan rasa aman b. Memberikan kasih sayang diantara anggota keluarga. 3. Fungsi sosial a. Membina sosialisasi pada anak b. Membentuk norma, tingkah laku sesuai tingkat perkembangan anak. 4. Fungsi ekonomi a. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. b. Mencari sumber penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan datang. 5. Fungsi pendidikan a. Menyekolahkan



anak



untuk



membekali



pendidikan,



keterampilan dan membentuk perilaku sesuai bakat dan minat yang dimilikinya. b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang memenuhi peranannya sebagai orang dewasa. c. Mendidik anak sesuai tingkat perkembangannya (Pinem, 2009).



9



2.3 Konsep Dasar Menopause 2.4.1



Pengertian Menopause Menopause adalah perdarahan haid yang terakhir yang terjadi pada usia 40 – 65 tahun. Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogenpun berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Menopause merupakan sebuah kata yang mempunyai banyak arti yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari bahasa Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid. Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (indung telur). Menopause mulai pada umur yang berbeda umumnya adalah sekitar umur 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an (Sarwono P, 2008). Produksi hormon estrogen menurun disebabkan oleh folikel indung telur (kantong indung telur) akan mengalami tingkat kerusakan yang lebih cepat sehingga pasokan folikel akhirnya habis. Percepatan kerusakan folikel ini terjadi pada usia 37 dan 38 tahun. Inhibin (suatu zat yang dihasilkan volikel) yang berkurang sehingga meningkatkan kadar FSH (Folokel Stimulating Hormon) yang dihasilkan oleh hipofisis. Kadar estrogen perempuan akan meningkat pada masa pra menopause. Kadar tersebut tidak berkurang selama kurang dari satu tahun sebelum periode menstruasi berakhir. Estrogen utama yang dihasilkan dalam tubuh wanita adalah estradiol. Namun selama pra menopause, estrogen yang dihasilkan lebih banyak dari jenis berbeda yaitu estrogen yang dihasilkan didalam indung telur maupun dalam lemak tubuh. Kadar progesteron mulai menurun tajam selama pra menopause.



10



Meskipun tujuan reproduksi tidak lagi menjadi hal utama di usia ini, peran hormon-hormon tersebut yang berkaitan dengan kesehatan tetap diperlukan. Estrogen dan androgen tetap penting, misalnya untuk mempertahankan tulang yang kuat dan sehat. Selain itu juga bermanfaat untuk mempertahankan jaringan vagina dan saluran kencing yang lentur. Baik estrogen maupun progesteron samasama penting untuk mempertahankan lapisan kalogen yang sehat pada kulit. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa menopause merupakan suatu masa ketika persediaan sel telur habis, indung telur mulai menghentikan produksi estrogen yang mengakibatkan haid tidak muncul lagi. Hal ini dapat diartikan sebagai berhentinya kesuburan (Wiknjosastro, Hanifa. 2005). 2.4.2



Periode Menopause Menurut Sinclair, Constance. (2010) ada tiga periode menopause, yaitu: 1. Klimaterium Periode klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan pra menopause, antara usia 40 tahun, ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan relatif banyak. 2. Menopause Masa menopause yaitu saat haid terakhir atau berhentinya menstruasi, dan bila sesudah menopause disebut paska menopause bila telah mengalami menopause 12 bulan sampai menuju ke senium umumnya terjadi pada usia 50-an tahun. 3. Senium Periode paska menopause, yaitu ketika individu telah mampu



menyesuaikan dengan



kondisinya, sehingga



tidak



mengalami gangguan fisik antara usia 65 tahun. Beberapa wanita juga mengalami berbagai gejala karena perubahan keseimbangan



11



hormon. Bagian- bagian tubuh dapat mulai menua dengan jelas, tetapi kebanyakan wanita seharusnya tetap aktif secara fisik, mental, dan seksual sesudah menopause seperti sebelumnya. Menopause mulai pada umur yang berbeda pada orang-orang yang berbeda umur yang umum adalah sekitar 50 tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an, sementara wanita-wanita lain mulainya menopause tertunda sampai umur 50an. 2.4.3



Tahap-tahap dalam Menopause Menurut Sinclair, Constance. (2010), menopause di bagi dalam beberapa tahapan yaitu sebagai berikut: 1. Pra Menopause Fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterium. Gejala-gejala yang timbul pada fase pra menopause antara lain siklus haid yang tidak teratur, perdarahan haid yang memanjang, jumlah darah yang banyak, serta nyeri haid. 2. Peri Menopause Fase peralihan antara masa pra menopause dan masa menopause. Gejala-gejala yang timbul pada fase peri menopause antara lain siklus haid yang tidak teratur, dan siklus haid yang panjang. 3. Menopause Haid dialami terakhir akibat menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh. Menurut Luciana (2005), keluhan-keluhan yang timbul pada menopause antara lain keringat malam hari, mudah marah, sulit tidur, siklus haid tidak teratur, gangguan fungsi seksual, kekeringan vagina, perubahan pada indera perasa, gelisah, rasa khawatir, sulit konsentrasi, mudah lupa, sering tidak dapat menahan kencing, nyeri otot sendi, serta depresi.



2.4.4



Perubahan pada masa menopause Perubahan bahan pada masa menopause adalah perubahanperubahan yang bersifat drastis. Perubahan pada masa menopause itu



12



menyangkut perubahan organ reproduksi, perubahan hormon, perubahan fisik, maupun perubahan psikologis. Seorang yang berada pada masa menopause, harus siap menjalani masa ini, karena masa menopause adalah masa peralihan, yang biasanya seseorang mengalami masalah pada masa transisi ini. Menurut Sinclair, Constance. (2010) perubahan yang terjadi selama masa menopause adalah: 1. Perubahan Organ Reproduksi Perubahan organ reproduksi disebabkan oleh berhentinya haid, berbagai reproduksi akan mengalami perubahan. Sel telur tidak lagi di produksi, sehingga juga akan mempengaruhi komposisi hormon dalam organ reproduksi. 2. Perubahan Hormon Sesuatu yang berlebihan atau kurang, tentu mengakibatkan timbulnya suatu reaksi pada kondisi menopause reaksi yang nyata adalah perubahan hormon estrogen yang menjadi berkurang. Meski perubahan terjadi juga pada hormon lainnya, seperti progesteron, tetapi perubahan yang mempengaruhi langsung kondisi fisik tubuh maupun organ reproduksi, juga psikis adalah perubahan hormon estrogen. Menurunnya kadar hormon ini menyebabkan terjadi perubahan haid menjadi sedikit, jarang, dan bahkan siklus haidnya mulai terganggu. Hal ini disebabkan tidak tumbuhnya selaput lendir rahim akibat rendahnya hormon estrogen. 3. Perubahan Fisik Akibat perubahan organ reproduksi maupun hormon tubuh pada masa menopause mempengaruhi berbagai keadaan fisik tubuh seorang wanita. Keadaan ini berupa keluhan ketidaknyamanan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. 4. Perubahan Emosi Selain fisik perubahan psikis juga sangat mempengaruhi kualitas hidup seorang wanita dalam menjalani masa menopause sangat



13



tergantung pada masing-masing individu, pengaruh ini sangat tergantung pada pandangan masing-masing wanita terhadap menopause, termasuk pengetahuannya tentang masa menopause. 2.4.5



Tanda-tanda dan gejala menopause Tanda dan gejela menopause mempunyai ciri-ciri khusus, baik tanda dan gejala menopause karena perubahan fisik maupun karena perubahan psikologis. Gejala-gejala menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan progesteron. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih sedikit estrogen dan progesteron dan tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami sedikit gejala, sedangkan wanita lain mengalami berbagai gejala yang sifatnya ringan sampai berat. Hal ini adalah normal. Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap menyebabkan tubuh secara perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan hormon, tetapi pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan gejala-gejala yang hebat. Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan ovarium. (Wiknjosastro, Hanifa. 2009) Beberapa keluhan fisik yang merupakan tanda dan gejala menopause (Angila, 2010) 1. Ketidakteraturan siklus haid Di sini siklus perdarahan yang keluar dari vagina tidak teratur. Perdarahan seperti ini terjadi terutama diawal menopause. Perdarahan akan terjadi dalam rentang waktu beberapa bulan yang kemudian akan berhenti sama sekali. Gejala ini disebut gejala peralihan. 2. Gejolak rasa panas (hot flash) Ini gejala klasik yang sekaligus menjadikan para wanita ketika mengalami menopause mendapatkan perawatan. Pada saat memasuki menopause wanita akan mengalami rasa panas yang menyebar dari wajah menyebar keseluruh tubuh. Rasa panas ini terutama terjadi pada dada, wajah dan kepala. Rasa panas ini



14



sering diikuti timbulnya warna kemerahan pada kulit dan berkeringat. Rasa ini sering terjadi selama 30 detik sampai dengan beberapa menit. Hal ini disebabkan karena hipotalamus dan terkait dengan pelepasan LH (Leutenizing Hormone). Diduga disebabkan adanya fluktuasi hormon estrogen. Seperti diketahui, pada masa menopause kadar hormon estrogen dalam darah menurun drastis sehingga mempengaruhi fungsi tubuh. Penurunan estrogen akan mengenai



sistem



alfa-adrenergik



sentral



yang



selanjutnya



berakibat pada pusat thermoregulasi dan neuron pelepas LH. Sampai sekarang fenomena ini masih cukup menjadi misteri. Belum ada hasil riset mendetail membahas masalah ini. Rasa panas terkadang terjadi bahkan sebelum seorang wanita memasuki masa menopause. Gejala ini biasanya akan menghilang dalam 5 tahun. Berkas panas yang diderita ini biasanya berhubungan dengan cuaca panas dan lembab. Selain itu, juga berhubungan dengan ruang sempit, kafein, alkohol, atau makanan pedas. Hal yang menyusahkan wanita selain merasa panas dan muncul kemerahan di tubuhnya, juga keluarnya keringat pada malam hari. Hal ini menjadikan tidur terasa tidak nyaman. Keluhan hot flushes mereda setelah tubuh menyesuaikan diri dengan kadar estrogen yang rendah. Meskipun demikian, sekitar 25 % penderita masih mengeluhkan hal ini sampai lebih dari 5 tahun. Pemberian estrogen dalam bentuk terapi efektif dalam bentuk terapi dalam meredakan keluhan hot flushes pada 90 % kasus. 3. Keluar keringat di malam hari Keluar keringat di malam hari disebabkan karena hot flushes. Semua wanita akan mengalami arus panas ini. Arus panas mungkin sangat ringan dan sama sekali tidak diperhatikan oleh orang lain. Mungkin hanya terasa seolah-olah suhu meningkat secara tiba-tiba sehingga menyebabkan kemerahan disertai keringat yang mengucur diseluruh tubuh anda. Arus ini tidak



15



membahayakan dan akan cepat berlalu. Sisi buruknya adalah tidak nyaman tetapi tidak pernah disertai rasa sakit. 4. Kekeringan vagina Gejala pada vagina muncul akibat perubahan yang terjadi pada lapisan dinding vagina. Vagina menjadi kering dan kurang elastis. Ini disebabkan karena penurunan kadar estrogen. Tidak hanya itu, juga muncul rasa gatal pada vagina. Yang lebih parah lagi adalah rasa sakit saat berhubungan seksual, dikarenakan perubahan pada vagina, maka wanita menopause biasanya rentan terhadap infeksi vagina. Intercourse yang teratur akan menjaga kelembapan alat kelamin. Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lendir. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, keputihan rasa sakit pada saat kencing (Angila, 2010). 5. Perubahan kulit Estrogen berperan dalam menjaga elastisitas kulit, ketika mensturasi berhenti maka kulit akan terasa lebih tipis, kurang elastis terutama pada sekitar wajah, leher dan lengan. 6. Sulit tidur Insomnia (sulit tidur) lazim terjadi pada waktu menopause, tetapi hal ini mungkin ada kaitannya dengan rasa tegang akibat berkeringat malam. 7. Perubahan pada mulut Pada saat ini kemampuan mengecap pada wanita berubah menjadi kurang peka, sementara yang lain mengalami gangguan gusi dan gigi menjadi lebih mudah tanggal. 8. Kerapuhan tulang Rendahnya kadar estrogen merupakan penyebab proses osteoporosis



(kerapuhan



tulang).



Osteoporosis



merupakan



penyakit kerangka yang paling umum dan merupakan persoalan



16



bagi yang telah berumur. Osteoporosis paling banyak menyerang wanita yang telah menopause. Kehilangan 1% tulang dalam setahun dapat akibat proses penuaan, tetapi kadang setelah menopause kita kehilangan 2% setahunnya. 9. Badan menjadi gemuk Banyak wanita menjadi gemuk selama menopause, rasa letih yang biasanya dialami pada masa menopause, diperburuk dengan perilaku makan yang sembarangan. 10. Penyakit Ada beberapa penyakit yang seringkali dialami oleh wanita menopause, dari sudut pandang medik ada 2 perubahan paling penting yang terjadi pada waktu menopause yaitu meningkatnya kemungkinan terjadi penyakit jantung, pembuluh darah serta hilangnya mineral dan protein di dalam tulang (osteoporosis). 11. Linu dan nyeri otot sendi Linu dan nyeri yang dialami wanita menopause berkaitan dengan pembahasan kurangnya penyerapan kalsium yang telah ditemukan sebelumnya. 12. Perubahan pada indra prasa Wanita menopause biasanya akan mengalami penurunan kepekaan pada indra pengecapnya. Sementara wanita yang memiliki riwayat penyakit gigi dan gusi, maka kemungkinan giginya akan lebih cepat tanggal (Angila, 2010). Menurut Beberapa keluhan psikologis yang merupakan tanda dan gejala menopause (Angila, 2010). 1. Ingatan menurun Sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah,



namun



sesudah



mengalami



menopause



terjadi



kemunduran dalam mengingat. 2. Kecemasan Kecemasan yang timbul sering dihubungkan dengan adanya kekhawatiran dalam menghadapi situasi yang sebelumnya



17



tidak pernah di khawatirkan. 3. Mudah tersinggung Gejala ini lebih mudah terlihat dibandingkan kecemasan. Wanita lebih mudah tersinggung dan marah terhadap sesuatu yang sebelumnya dianggap tidak mengganggu ini mungkin disebabkan dengan datangnya menopause maka wanita menjadi sangat menyadari proses mana yang sedang berlangsung dalam dirinya. 4. Stress Tidak ada yang bisa lepas sama sekali dari rasa was-was dan cemas, termasuk para lansia menopause. Di tingkat psikologis, respon orang terhadap sumber stress tidak bisa di ramalkan, sebagaimana perbedaan suasana hati dan emosi. 5. Depresi Wanita yang mengalami depresi sering merasa sedih, karena kehilangan kemampuan untuk bereproduksi, sedih karena kehilangan kesempatan untuk memiliki anak, sedih karena kehilangan daya tarik. Wanita merasa tertekan karena kehilangan seluruh perannya sebagai wanita dan harus menghadapi masa tuanya. 2.4 Konsep Dasar Teori Hipertensi 2.4.1. Pengertian Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolnnya diatas 90 mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefenisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmhg dan tekanan diastol 90 mmhg (Brunner dan Suddarth, 2001). Menurut WHO (1978), batas tekanan darah sama dengan atau diatas 160/95 mmhg dinyatakan sebagai hipertensi (Slamet Suyono, 2001). Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah didalam arteri (Medicastore.com, 2007).



18



2.4.2. Fisiologi 1. Darah Darah adalah jaringan cair yang komplek yang mengandung sel-sel khusus dalam cairan plasma, tenaga penggerak aliran darah adalah tekanan yang dibentuk oleh kontraksi otot jantung. Fungsi darah adalah : a.



Bekerja sebagai sistem transport dari tubuh, mengantarkan semua bahan kimia, oksigen dan zat makanan yang diperlukan untuk tubuh supaya fungsi normalnya dapat dijalankan, dan menyingkirkan karbondioksida dan hasil buangan lain.



b.



Sel darah merah mengantarkan oksigen ke jaringan dan menyingkirkan sebagai dari karbondioksida.



c.



Sel darah putih menyediakan banyak bahan pelindung dan arena gerakan fositosis dari beberapa sel maka melindungi tubuh terhadap serangan bakteri.



d.



Plasma membagi protein yang diperlukan untuk pembentukan jaringan, menyegarkan cairan jaringan karena melalui cairan ini semuah sel tubuh menerima makanannya. Dan merupakan kendaraan untuk mengangkut bahan buangan ke berbagai organ ezkretorik untuk dibuang.



e.



Hormon dan enzim diantarakan dari organ ke organ dengan perantaraan darah. (Evelyn C. Pearce, 2002)



2. Jantung Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut, berorgan dan dengan basis di atas dan puncaknya dibawah. Ape(puncak) miring ke sebelah kiri.Berat jantung kira-kira 300 gram. Jantung berada didalam torax, antara kedua paru-paru dan dibelakang sternum, dan lebih menghadap ke kiri dari pada ke kanan. Jantung memiliki empat ruang yaitu dua atrium yang menerima darah dari vena-vena dan dua vertical yang memompa darah ke arteri-arteri. Dinding jantung terdiri atas tiga lapis yaitu



19



peikardium (pembungkus luar), miokardium (lapisan otot tengah), endokardium (batas dalam). Dinding otot jantung tidak sama tebalnya. Dinding vertikel paling tebal dan dinding disebelah kiri lebih dari dinding certikel sebelah kanan„ sebab kekuatan kontraksi dari vertikel kiri jauh lebih besar dari yang kanan.Dinding artrium tersusun atas otot yang lebih tipis (Evely, 2002). Darah vena dari jaringan tubuh memasuki atrium kanan dari vena kava superior dan inferior, atrium kanan memompa darah melalui katup trikuspidalis ke ventrikel kanan, darisini darah dipompa



oleh



kontraksi



dinding



vertikel



melewati



katup



semilunaris masuk ke arteri pulmanalis dalam perjalanannya menuju paru-paru. Darah teroksigenasi (kaya oksigen) dari paruparu memasuki atrium kiri melalui empat vena pulmonalis dan melintas katup mitral masuk ke vertikel kiri dari sini dipompakan melalui katup semilunaris masuk ke aorta yang mendistribusikan darah ke sirkulasi sistemik (Cambridge Communication Limited, 1996). 3. Pembuluh - Pembuluh Darah a.



Arteri dan Arteriol Arteri dan arteriol membawah darah keluar dari jantung, selalu membawa darah berisi oksigen, kecuali arteri pulmoner yang membawa darah kotor yang memerlukan oksigenasi (Evely, 2002).



b.



Vena dan Venula Vena dan venula membawa darah ke arah jantung dan kecuali vena pulmuner, selalu membawah darah yang miskin oksigen.



c.



Kapiler Kapiler adalah pembuluh darah yang sangat halus yang ada pada seluruh jaringan tubuh kita.Kapiler menghubungkan arteri kecil ke vena kecil. (Cambride Communication Limited, 2004)



20



2.4.3. Etiologi Berdasarkan penyebabnya, hepertensi dibatasi menjadi 2 golongan yaitu : 1.



Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, dijumpai lebih kurang 90% banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem rennin-angiotensi.



2.



Hipertensis sekunder, penyebabnya diketahui, yaitu 10% dari seluruh hipertensis. Pada hipertensis sekunder penyebab dan patofisiologi diketahui, sehingga dapat dikendalikan dengan obatobatan atau pembedahan. Adapun penyebab hipertensi sekunder yaitu : a.



Kelainan ginjal yaitu glomerulonefritis, pielonefritis, nefritis tubulointerstisial, nekrosis tubulan akut, kistal ginjal, nefrokalsinosis,



tumor,



radiasi,



diabetes,



SLE



dan



penyumbatan. b.



Kelainan renvaskuler seperti Aterosklerosis, Hyperplasia, Trombosis, aneurisma, emboli kolesterol, Vaskulitis, rejeksi akut sesudah transplantasi.



c.



Kelainan adrena seperti Feoromositoma, Aldosteronisme primer, Sinrom Cushing



d.



Gangguan aorta seperti koarktasio aorta, arteritis takayasu



e.



Neoplasma seperti tumor Wilm, tumor yang mengsekresi rennin



f.



Kelainan endokrin lain seperti obesitas, resestensi insulin, hiperkalsemia, akromegali, sindroin karsinoma.



g.



Gangguan saraf seperti stres berat, psikosis, tekanan intracranial meninggi, stroke dan ensefalitis.



h.



Toksemia pada kehamilan



21



i.



Obat-obatan seperti konstrasepi oral, kartikosteroid (Slamet Suyono, 2001).



2.4.4. Tanda dan Gejala Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satusatunya gejala.Bila demikian gejala baru muncul setalah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak atau jantung. Gejala lain yang ditentukan adalah : 1.



Sakit Kepala



2.



Epitaksi



3.



Pusing Dan Migran



4.



Rasa Mudah Lelah Dan Cepat Marah



5.



Telinga Berdengung



6.



Rasa Berat ditengkuk



7.



Sukar Tidur karena Gelisah



8.



Mata Berkunang-Kunang



9.



Sesak Nafas



10. Mual Muntah (Slamet Suyono, 2002) 2.4.5. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah meningkatkan tekanan darah > 140/90 mmHg, sakit kepala, epistaksis, pusing atau migrain, rasa berat ditengkuk, sukar tidur, mata berkunang- kunang, lemah dan lelah, muka pucat suhu tubuh rendah (Sylvia, 2000). 2.4.6. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksan diagnostik yang biasa dilakukan adalah : 1.



Pemeriksaan Darah a.



Hemoglobin atau Hematokrit Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel volumecairan (viskositas) dan dapat mengidentifikasikan faktor-faktor resiko seperti hiperkoagulabilitas.



b. BUN atau Kreatinin



22



Memberikan informasi tentang perfusi atau fungsi ginjal. c.



Glukosa Hiperglikimia (diabetes meletus adalah pencetus hipertensi) dapat



diakibat



oleh



peningkatan



kadar



ketokelamin



(meningkatkan hipertensi). d. Kalium Serum Hipokalenmia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek terapi deuretik. e.



Kalsium Serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningklatkan hipertensi



f.



Kolesterol dan Trigliserida Serum Peningkatan dapat menginditasikan pencetik untuk/adanya pembentukan plat ateromatosa (efek kardiovaskular).



2.



Pemeriksaan Urin a. Kadar aldosteron urin atau serum Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab) b. Urinalisa Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal atau adanya diabetes. c. VMA Urin (Metabolit Ketokelamin) Kenaikan dapat mengindikasikan adanya feokromositoma (penyebab), VMA urin 24 jam dapat dilakukan untuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul. d. Asam Urat Hiperurisermia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hepertensi. e. Steroid



urin



kenaikan



dapat



mengindikasikan



hiperadrenalisme, feokromositoma, atau difungsi putuitari, sindro chusing's, kadar rennin dapat juga meningkatkan. 3.



Intra Vena Pressure (IVP) Dapat mengindetifikasikan penyebab hipertensi seperti penyakit



23



parenkim ginjal, batu ginjal/ ureten. 4.



Foto Dada Dapat menunjukkan obstruk klasifikasi pada area katup, deposit pada atau takit aorta, pembesar jantung.



5.



CT Scan Mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, dan feokromositoma



6.



Elelctrokardiogram (EKG) Dapat



menunjukkan



pembesaran



gangguan konduksi (Doenges, 2006).



24



jantung,



pola



regangan,



BAB III TINJAUAN KASUS ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn.”C” PADA IBU MENOPAUSE DENGAN HIPERTENSI DI DUSUN PAGER, DESA PAGERNGUMBUK, KEC. WONOAYU, KAB. SIDOARJO Hari/tanggal



: Senin, 14 Juni 2021



Jam



: 18.00 WIB



RT / RW



:2/1



Kelurahan/Desa



: Pagerngumbuk



Kecamatan



: Wonoayu



Nama responden



: Ny “S”



Nama Pengkaji



: Hanifah Wahyuningsih



NIM



: P27824417024



I.



PENGKAJIAN A. STRUKTUR DAN SIFAT KELUARGA 1. Struktur keluarga Nama kepala keluarga



: Tn. “C”



Umur



: 68 tahun



JK



: Laki-laki



Suku/Bangsa



: Jawa/indonesia



Agama



: Islam



Pendidikan



: SD



Pekerjaan



: Nelayan



Pendapatan



: ± 600.000/Bulan



Alamat



: Dusun Pager



Daftar anggota keluarga : No.



Nama Chairil Sutriati Hasnol Fadillah



Hubungan



JK



Umur



Pendidikan



Kepala keluarga Istri Anak



L P L



68 tahun 61 tahun 46 tahun



Tamat SD Tamat SD Tamat SMA



Tipe keluarga



: Keluarga inti



Genogram



:



Agama Islam Islam Islam



Pekerjaan Tidak bekerja Tidak bekerja Swasta



Keterangan : : Laki-laki



: Keturunan



: Perempuan



: Garis pernikahan



: Responden



: Serumah



Hubungan antar keluarga : Baik 2. Sifat keluarga a. Anggota keluarga yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan b. Kebiasaan hidup sehari-hari 1) Cara pengolahan makanan



: Digoreng,direbus



2) Cara penyajian makanan



: Di atas kompor gas



3) Cara penyimpanan makanan : Ditaruh di piring 4) Kebiasaan mencuci tangan



: Sebelum dan sesudah makan



5) Makanan pantangan dalam keluarga : Tidak ada 6) Makanan kesukaan dalam keluarga



: Daun singkong



7) Kebiasaan minum keluarga



: Air putih



8) Kebiasaan tidur/istirahat



: 7-8 jam



9) Sarana hiburan keluarga adalah TV



: Ada



10) Kebiasaan keluarga yang merugikan kesehatan : Tidak ada 11) Kebiasaan eliminasi keluarga : BAK No 1



Nama Tn. “C”



Tempat Kamar mandi



Frekuensi 3-4x sehari



Waktu Pagi, siang, malam



Keterangan Lancar



2



Ny. “S”



Kamar mandi



5-6x sehari



Pagi, siang, malam



Lancar



3



Tn. “H”



Kamar Mandi



5x sehari



Pagi, siang, malam



Lancar



BAB No



Nama



Tempat



Frekuensi



Waktu



1



Tn. “C”



WC



1 x sehari



Pagi - Sore



Lancar



2



Ny. “S”



WC



1 x sehari



Pagi



Lancar



4



Tn. “H”



WC



1 x sehari



Pagi



Lancar



12) Personal hygiene : baik B. FAKTOR EKONOMI, SOSIAL, BUDAYA 1. Penghasilan Penghasilan 1 bulan



: ± 600.000/bulan



Penghasilan tambahan



: Tidak ada



Kebutuhan pokok



: 20/hari



2. Kegiatan awal kemasyarakatan : Gotong royong 3. Kebiasaan dalam keluarga



: Mengurus keluarga



C. FAKTOR RUMAH DAN LINGKUNGANYA 1. Rumah



Keterangan



2. Denah rumah RUANG TIDUR



HALAMAN BELAKANG



KAMAR MANDI



RUANG TIDUR



RUANG TAMU



TERAS



LORONG DAPUR



3. Pengaturan perabotan rumah tangga teratur : ada 4. Perabot rumah



: TV, lemari, kulkas



5. Sampah



: Sungai



6. Sumber air minum



: Air sumur (dilakukan pengolahan)



7. Penampungan air minum



: Galon



8. Tempat penampungan tinja : WC 9. Pembuangan air limbah



: Sungai



10. Kandang ternak



: Tidak ada



11. Halaman



: Ada



12. Kamar mandi



: Ada



D. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA 1. DATA SUBYEKTIF a) Riwayat kesehatan ibu Saat ini ibu menderita penyakit hipertensi sejak berusia 40 tahun. Ibu tidak menderita penyakit lainnya seperti diabetes melitus, jantung, ginjal, anemia, penyakit menular seksual, HIV/AIDS, ganguan psikologi. b) Pola kebiasaan ehari-hari a) Pola Nutrisi 



Tn. C Makan 3x/hari (nasi ± 1 piring, sayur, lauk) Minum ± 5-6 gelas/hari (air putih)







Ny. S



Makan 3x/hari (nasi ± 1 piring, sayur, lauk) (Ibu lebih suka makan makanan yang asin) Minum ± 5-6 gelas/hari (air putih) 



Tn. H Makan 3x/hari (nasi ± 1 piring, sayur, lauk) Minum ± 5-6 gelas/hari (air putih)



b) Pola Istirahat 



Tn. C Malam: ±7-8 jam Siang: ±1-2 jam







Ny. S Malam: ±5-6 jam (Ibu merasakan gangguan/mengalami susah tidur) Siang: ±1 jam







Tn. H Malam: ±7-8 jam Siang: ±`2 jam



c) Pola kebiasaan kesehatan, psikososial dan spiritual 1) Saat anggota keluarga ada yang sakit berobat di puskesmas. 2) Pemenuhan status sosial



: Baik



3) Gangguan mental pada anggota keluarga : Tidak ada 4) Penampilan tingkah laku anggota keluarga yang menonjol : Tidak ada 5) Memenuhi kebutuhan jiwa



: Ibadah



6) Riwayat spiritual Kegiatan



No



Nama



1



Tn“C”



menjalankan ibadah Sholat 5 waktu



Keterangan



2



Ny”S”



Sholat 5 waktu



Taat



3



Tn”H”



Sholat 5 waktu



Taat



Taat



7) Kesadaran keluarga tentang HIV/AIDS : belum tahu



8) Tanggapan anggota keluarga terhadap pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial : baik 9) Sistem reproduksi ibu : a) Keluhan



: Vagina kering



b) Tempat berobat



:-



c) Menopause



: Ya



d) Keluhan selama menopause : darah tinggi 2.



DATA OBJEKTIF a) Pemeriksaan fisik Keadaan Umum



: Baik



Kesadaran



: Composmetis



TTV



: TD 150/90 mmHg RR 20 x/menit Nadi 84x/menit



Kepala



: Tidak dilakukan



Muka



: Simetris



Mata



: Simetris, skelera tidak ikterus



Hidung



: Lubang hidung simetris, Sekret tidak ada,



Mulut



: bibir lembab, tidak caries



Telinga



: Simertris, tidak ada secret.



Leher



: Benjolan tidak ada, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, pembesaran kelenjar limfe



tidak



ada,



pembesaran



vena



juguralis tidak ada. Dada



: tidak dilakukan pemeriksaan



Genetalia



: Tidak dilakukan



Ekstermitas atas



: Jari kuku tangan lengkap, tidak pucat.



Ekstermitas bawah : Jari kaki lengkap, kuku tidak pucat, tidak ada varises II.



ANALISA DATA a. Menentukan masalah keluarga



Hari/ Tanggal Senin



Data Dasar



Masalah yang muncul



DS :



Dx :



14-06-21 - Ibu mengeluh nyeri sendi dan merasa - Ibu pusing



pengetahuan



- Ibu mengatakan saat-saat ini sedang banyak pekerjaan rumah tangga - Ibu



dengan



tidak



mengetahui



menopause



tentang dan



mengatasinya. tentang



menopause saat ditanya DO : - k/u ibu baik, kesadaran composmentis, TD 150/90 mmHg, N: 84 x/menit, S : 36,5oC, RR : 20 x/menit III. PENATALAKSANAAN Hari/Tanggal: Senin, 14 Juni 2021 Pukul 1.



: 18.10 WIB Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan bahwa keluhan yang dirasakan oleh ibu normal yang sering terjadi pada wanita menopause, dengan TD 150/90 mmHg, Respirasi 20 x/menit Menjelaskan



pada



ketidakteraturan



ibu



tanda



gejala



menopause



seperti,



siklus haid, gejolak rasa panas (hot flash), keluar



keringat di malam hari, kekeringan vagina, perubahan kulit, sulit tidur, perubahan pada mulut, kerapuhan tulang, badan menjadi gemuk, penyakit linu dan nyeri otot sendi, perubahan pada indra prasa, perubahan yang terjadi yaitu ingatan menurun kecemasan mudah tersinggung, stress, depresi. Ibu sudah mengerti tanda gejala menopause dan hipertensi serta perubahan yang terjadi pada wanita menopause. 2.



Menganjurkan



pada



ibu



untuk



mengurangi



makanan



kurang



yang



mengandung zat besi seperti kangkung bayam, daun ubi, garam, daging, kacang-kacangan, hati, telur, menganjurkan ibu untuk



cara



mengolah makanan dengan cara di kukus di rebus atau di panggang, kurangi makanan yang di goreng. Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang dianjurkan. 3.



Menganjurkan pada ibu untuk istirahat yang cukup misalnya siang minimal 1-2 jam perhari dan malam minimal 7-8 jam perhari dan kurangi pekerjaan yang berat-berat. Ibu bersedia mengatur jam istirahatnya.



4.



Memberitahu ibu cara mengelola stres dengan melakukan hal-hal positif yang membuat ibu rileks seperti yoga, meditasi, mendengarkan musik. Stres memang wajar, tetapi yang paling penting adalah cara mengelolanya dengan baik. Ibu mengerti dan bersedia melakukan tips yang dianjurkan.



5.



Menganjurkan pada ibu untuk lebih sering beraktivitas seperti olahraga ringan seperti jalan-jalan pagi dan senam lansia rutin yang diadakan setiap hari senin di balai desa. Ibu bersedia jalan-jalan pagi dan mengikuti kegiatan senam lansia rutin yang diadakan di balai desa.



6.



Menganjurkan ibu cek tekanan dara secara berkala. Memeriksa tekanan darah dengan rutin penting dilakukan, karena dengan begitu dapat mengetahui keadaan tekanan darah normal atau tidak. Dapat dilakukan di polindes atau puskesmas terdekat. Ibu bersedia melakukan cek tekanan darah secara rutin.



BAB IV PEMBAHASAN



Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Kebidanan yang dilaksanakan oleh mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Surabay yang kegiatannya telah dilaksanakan sesuai dengan masalah yang ditemukan di masyarakat yang hasil kegiatannya bila dikaitkan dengan konsep kesehatan komunitas. 1.



Pengkajian Pada tanggal 14 Juni 2021 telah dilakukan pengkajian pada keluarga Tn. “C” yang dilakukan dengan cara kunjungan ke rumah warga dengan tekhnik wawancara dan observasi untuk menemukan masalah dan cara mengatasinya.



2.



Perencanaan Pada tanggal 14 Juni 2021 telah dilakukan penyusunan perencanaan pada tahap perencanaan juga dirasakan adanya faktor-faktor yang berpengaruh dalam penyusunan perencanaan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada.



3.



Pelaksanaan Pada tanggal 14 Juni 2021 telah dilakukan pelaksanaan dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan sesuai dengan rencana yang telah disepakati dapat dilaksanakan dengan baik dengan cara memberikan penyuluhan tentang gejala menopause dan hipertensi.



4.



Evaluasi Pada tanggal 14 Juni 2021 telah dilakukan tahap evaluasi yang merupakan tahap penilaian terhadap seberapa jauh keberhasilan yang dicapai sesuai dengan kriteria yang ditetapkan. Ibu mengerti apa yang telah dijelaskan tentang makan makanan yang dapat menyebabkan tekanan darah naik, ibu bersedia untuk istirahat yang cukup, ibu bersedia untuk melakukan jalan-jalan pagi, ibu sudah mengerti tanda gejala menopause dan hipertensi serta perubahan yang terjadi pada wanita menopause.



BAB 5 PENUTUP



5.1 Kesimpulan 1.



Mahasiswa telah melakukan pengkajian data dengan Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn ”C” Pada Ibu Menopause dengan Hipertensi di Dusun Pager Desa Pagerngumbuk Kec.Wonoayu.



2.



Mahasiswa telah mampu menganalisa data dengan Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn ”C” Pada Ibu Menopause dengan Hipertensi di Dusun Pager Desa Pagerngumbuk Kec.Wonoayu sehingga mampu menetapkan perencanaan tindakan.



3.



Mahasiswa telah menyusun rencana dengan Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn ”C” Pada Ibu Menopause dengan Hipertensi di Dusun Pager Desa Pagerngumbuk Kec.Wonoayu.



4.



Mahasiswa telah melaksanakan tindakan kebidanan dengan Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn ”C” Pada Ibu Menopause dengan Hipertensi di Dusun Pager Desa Pagerngumbuk Kec.Wonoayu.



5.



Mahasiswa telah mampu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan yang telah dilaksanakan dengan Asuhan Kebidanan Komunitas Pada Keluarga Tn ”C” Pada Ibu Menopause dengan Hipertensi di Dusun Pager Desa Pagerngumbuk Kec.Wonoayu.



5.2 Saran 5.2.1 Bagi puskesmas Diharapkan



kepada



pihak



Pelayanan



Kesehatan



untuk



meningkatkan kualitas asuhan pada ibu menopause. 5.2.2 Bagi pembimbing pendidikan dan lahan Kami mengucapkan terimakasih atas bimbingan yang telah diberikan selama kami berada di Dusun Pager Desa Pagerngumbuk Kec.Wonoayu karena telah memberikan bimbingan secara professional terhadap mahasiswa. Diharapkan kepada para pembimbing untuk dapat mempertahankan kualitas bimbingannya.



DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, dkk. (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuhamedika. Marmi, A Retno MS dan Ery Fatmawaty. (2011). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Pinem, Saroha. (2009). Kesehatan Reproduksi dan Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media. Prawirohardjo, Sarwono. (2011). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka. Proverawati, Atika. (2009). Buku Ajaran Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika. Runjani. (2011). Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC. Sinclair, Constance. (2010). Buku Saku Kebidanan. Jakarta: ECG. Wiknjosastro, Hanifa. (2005). Ilmu Kandungan. Jakarta : YBPSP. Wiknjosastro, Hanifa. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.



35