Herpes Simpleks [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HERPES SIMPLEK Definisi Herpes simplek adalah infeksi yang disebabkan oleh virus herpes simpleks (VHS)-Tipe I dan Tipe II dengan gejala khas berupa vesikel yang berkelompok dengan dasar eritema dan bersifat rekuren. Herpes genitalis adalah infeksi virus yang ditularkan melalui kontak intim dengan lapisan mukosa mulut atau vagina atau kulit genital yang dikarakteristikkan dengan erupsi berulang vesikel kecil dan nyeri pada genital, sekitar rektum, atau area yang menutupi perbatasan dengan kulit



Epidemiologi Penyakit ini tersebar kosmopolit dan menyerang baik pria maupun wanita dengan frekuensi yang tidak berbeda.infeksi primer oleh virus herpes simpleks(HSV) termasuk dalam famili herpesviridae (virus DNA) dan hanya mengenai manusia.terdapat dua tipe HSV1 dan HSV-2.infeksi terjadi diseluruh dunia.sekitar 10% infeksi primer simtomatik.sebagian besar infeksi HSV-1 terjadi antara 70 sampai 90% populasi dewasa didunia memiliki anti bodi dalam darahnya dari infeksi sebelumnya.infeksi HVS-2 biasanya terjadi pada aktivitas seksual;20% orang dewasa memiliki antibodi;gambaran ini lebih tinggi pada individu yang bergonta-ganti pasang seksuwal dan kelompok sosioekonomi lebih rendah.penularannya melalui kontak langsung kulit atau mukosa yang robek dengan sekresi orogenital dari orang yang terinpeksi.masa inkubasi sekitar 5 hari (berkisar 2-12 hari)



Etiologi HVS tipe 1 dan 2 merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus DNA,pembagian tipe 1 dan 2 berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada media kultur,antigenic markes, dan lokasi klinis (tempat predileksi)



Patogenesis HSV melakukan invasi melalui lapisan kulit yang tidak intake dan replikasi dalam selsel saraf seperti dalam sel epidermis dan dermis. Virus berjalan dari tempat masuk menuju ke ganglion dorsalis, dimana virus akan mengalami fase laten. Virus melakukan replikasi di ganglion sensoris dan menunggu untuk rekuren. Ketika seseorang yang terinfeksi mengalami jangkitan, virus berjalan turun melalui serabut saraf ke tempat infeksi asli. Apabila tempat itu adalah kulit, kulit tersebut akan kemerahan dan terbentuk vesikel. Setelah jangkitan awal, selanjutnya jangkitan cenderung jarang, dapat terjadi tiap minggu atau tiap tahun. Rekuren ini dapat dipengaruhi oleh: trauma, radiasi ultraviolet, infeksi, temperatur yang ekstrim, stres, pengobatan, imunosupresi, atau gangguan hormon. Penyebaran virus terjadi selama infeksi primer, fase rekuren dan selama episode asimptomatis.



Manifestasi klinis zoster  Gejala awalnya adalah demam,pusing,malaise,nyeri otot-tulang ,gatal,pegal dln  







Yang paling sering timbul adalah daerah dada dan perut Adanya eritema yang nantinya menjadi pesikel berkelompok dengan dasar kulit ertitematosa dan edema berisi cairan jerni,kemudian menjadi keruh dapat menjadi pustule dan krusta Pembesaran getah bening regional



Pemeriksaan Penunjang Virus herpes dapat ditemukan pada vesikel dan dapat dibiakkan. Pada keadaan tidak terdapat lesi dapat diperiksa antibodi HSV. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pusat-pusat penelitian adalah: 1. Mikroskop cahaya: sampel berasal dari sel-sel di dasar lusi, atau apusan pada permukaan mukosa, atau dari biopsi, mungkin ditemukan intranuklear inklusi (Lipschutz inclusion bodies). Sel-sel yang terinfeksi dapat menunjukkan sel yang membesar menyerupai balon (ballooning) dan ditemukan fusi. 2. Mikroskop elektron: mikroskop elektron tidak sensitif untuk mendeteksi HSV, kecuali pada kasus dengan cairan pada vesikel mengandung 108 atau lebih partikel per mililiter. 3. Pemeriksaan antigen langsung: sel-sel dari spesimen dimasukkan dalam aseton yang dibekukan. Tapi yang lebih sensitif adalah dengan menggunakan cahaya elektron (90% sensitif, 90% spesifik) tetapi tidak dapat dicocokkan dengan kultur virus. 4. Perkembangan tes antibodi akhir-akhir ini dapat menentukan jika seseorang memiliki HSV-I atau HSV-II 5. Deteksi DNA HSV dengan PCR dari cairan vesikel. Cairan vesikel mengandung sel manusia dan partikel virus. PCR adalah teknik yang mendeteksi jumlah kecil dari DNA dan dapat menginformasikan bahwa virus herpes terdapat pada vesikel. 6. Kultur virus: Pada percobaan Tzanck dengan pewarnaan Giemsa atau Wright, dapat ditemukan sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear. Tes Tzanck dari lesi kulit dapat menunjukkan hasil yang konsisten dengan infeksi herpes virus. Tes ini termasuk sel-sel manusia dalam cairan vesikel dengan celupan. Jika sel-sel dari cairan berisi partikel virus, virus-virus tersebut akan terlihat. Tes ini tidak dapat menentukan strain virus yang muncul pada vesikel. Sensitifitas dan spesifisitas pemeriksaan ini umumnya rendah.



Diagnosis Diagnosis dari herpes simpleks biasanya dibuat berdasar gejala klinik dan pemeriksaan penunjang. Sebelum melakukan kemoterapi dengan obat-obatan antivirus yang mahal sebaiknya dikonfirmasikan dengan hasil laboratorium. Tanda-tanda dan simptom yang berhubungan dengan HSV-II dapat sangat berbeda-beda. Ketersediaan pelayanan kesehatan dapat mendiagnosa herpes simplekdengan inspeksi visual jika perjangkitannya khas, dan dengan mengambil sampel dari luka kemudian mengetesnya di laboratorium. Tes darah untuk mendeteksi infeksi HSV-I atau HSV-II, meskipun hasil-hasilnya tidak selalu jelas.



Diaknosis Banding Defferensial diagnosis dapat bermacam-macam bergantung pada derajat dari lesi.diagnosis bandingdari HVS 2 antara lain:        



Silfilis Ulkus mole Skabies Limfogranuloma venerum Trauma Infeksi bakterial Dermatitis kontak Infeksi virus yang lain



Penatalaksanaan Sampai sekarang belum ditemukan obat yang memuaskan untuk terapi herpes simplek, namun pengobatan secara umum tetap harus diperhatikan. Obat-obatan topikal sering dipakai seperti: povidon iodine, idoksuridin (IDU), sitosin arabinosa atau sitarabin, adenine arabinosa atau vidarabin. Pelarut organik: alkohol 70%, eter, timol 40%, dan klorofom. Penanganan infeksi rekurens menurut Moreland dkk (1990) dapat ditempuh dengan 3 cara: 1. Tidak diberi terapi spesifik (terutama pada infeksi yang ringan). 2. Acyclovir peroral secara episodik dengan dosis 5 x 200 mg/ hari selama 5 hari. Cara ini diberikan pada penderita dengan riwayat lesi multipel atau serangan yang lama (7 hari). 3. Supresi kronis Acyclovir, dapat dipertimbangkan bila mengalami: a. Rekurensi lebih dari 8 kali pertahun. b. Rekurensi lebih dari 1 kali dalam sebulan. c. Rekurensi menimbulkan beban psikologis yang berat. d. Bila terapi dirasakan lebih bermanfaat dibandingkan biaya untuk penderita tersebut. Acyclovir minimal 2 x 200 mg/ hari, dapat ditinggikan sampai 3-4 x 200 mg sehari tergantung keadaan. Cara ini efektif dan aman untuk jangka waktu minimal 1 tahun, dengan penilaian ulang setiap 6 bulan.



Komplikasi Komplikasi yang dapat terjadi pada orang yang terinfeksi HSV adalah: 1. Infeksi sekunder oleh bakteri. 2. Kekambuhan penyakit (sering terjadi). 3. Komplikasi pada daerah genital seperti: genital neuralgia (terjadi pada beberapa remaja), striktur uretra, fusi dari labium, limpatik supuratif. 4. Transverse myelopathy (mengganggu penyampaian melalui korda spinalis). 5. Inkontinensia. 6. Tekanan psikologis yang berupa ketakutan dan depresi, terutama bila terjadi salah penanganan pada penderita. 7. Pada wanita dengan infeksi HSV-II primer dapat terjadi aseptik meningitis, encefalitis (jarang). 8. Pada wanita hamil, virus dapat melalui plasenta dan masuk ke dalam peredaran darah janin sehingga dapat mengakibatkan kerusakan atau kematian pada janin. Hal ini penting supaya wanita menghindari menderita herpes genital selama kehamilan. Infeksi ini mempunyai angka mortalitas 60%, separuh dari yang hidup menderita cacat neurologik, atau kelainan pada mata. Kelainan yang timbul pada bayi dapat berupa encephalitis, meningitis herpetic, viremia herpetic, erupsi kulit kronis (berupa vesikel herpetiformis), keratokonjungtivitis, koroidoretinitis, microcephali, atau hepatitis. 9. Pada orang tua: hepatitis, meningitis, ensefalitis, hipersensitifitas terhadap virus, sehingga timbul reaksi pada kulit berupa eritema eksudativum multiforme. 10. Penyebaran virus ke organ-organ lain pada individu imunokompromis. Infeksi herpes dapat menjadi berat pada orang-orang dengan supresi sistem imun. 11. Herpes memainkan peran pada penyebaran HIV, virus yang dapat menyebabkan AIDS. Herpes dapat membuat orang lebih rentan terinfeksi HIV, dan dapat membuat individu yang terinfeksi HIV lebih infeksius.



Prognosis Selama pencegahan rekuren masih merupakan problem, hal tersebut secara psikogenik akan memberatkan penderita. Pengobatan secara dini dan tepat memberi prognosis yang lebih baik, yakni masa penyakit berlangsung lebih singkat dan rekuren lebih jarang. Meskipun kematian yang disebabkan oleh infeksi HSV-II jarang terjadi, akan tetapi selama belum ada pengobatan yang efektif, perkembangan penyakit sulit diramalkan. Infeksi primer dini yang segera diobati mempunyai prognosis yang lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat dibatasi frekuensi kekambuhannya. Pada orang dengan gangguan imunitas, seperti pada penyakit dengan tumor di sistem retikuloendotelial, pengobatan dengan imunosupresan yang lama atau fisik yang sangat lemah, menyebabkan infeksi dapat menyebar ke alat-alat dalam dan fatal akibatnya. Prognosis akan lebih baik seiring dengan meningkatnya usia seperti pada orang dewasa.1



REFERENSI



Torres Gisela, “Herpes Simplex”, dalam http://www.emedicine.com/DERM/topic179.htm, August 9, 2005 B.K.Mandal,E.G.L.Wilkins,E.M.Dunbar,R.T.Mayon-White.Edisi 6.Jakarta Prof.Dr.dr.Adhi Djuanda.Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin.Edisi 5.Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia