Hubugan Pengetahuan Kebersihan Diri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN TERJADINYA GEJALA INFEKSI SALURAN KEMIH PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMK KESEHATAN TERPADU MEGAREZKY MAKASSAR TAHUN 2022



Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program Studi S1-Keperawatan Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Mega Rezky Makassar



HASTIKA 183145105070



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR TAHUN 2022



i



HALAMAN PERSETUJUAN Proposal Penelitian dengan Judul : HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE GENETALIA DENGAN TERJADINYA GEJALA INFEKSI SALURAN KEMIH PADA REMAJA PUTRI KELAS X DI SMK KESEHATAN TERPADU MEGAREZKY MAKASSAR TAHUN 2022



HASTIKA 183145105070



Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Proposal Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Megarezky Makassar pada hari tanggal 2022



Pembimbing I



Pembimbing II



…………………….



…………………….



Mengetahui, Ketua Prodi S1 Keperawatan Universitas Megarezky Makassar



(…………..…………….) NIDN. ……………… DAFTAR ISI



ii



HALAMAN JUDUL.............................................................................................i HALAMAN PERSETUJUAN..............................................................................ii DAFTAR ISI.........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1 A. Latar Belakang...........................................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................5 C. Tujuan Penelitian.......................................................................................5 D. Manfaat Penelitian.....................................................................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................7 A. Pengetahuan...............................................................................................7 B. Personal Hygiene......................................................................................12 C. Infeksi Saluran Kemih (ISK).....................................................................16 D. Remaja.......................................................................................................25 E. Hubungan Personal hygiene genetalia dengan ISK..................................26 F. Kerangka Konsep......................................................................................29 BAB III METODE PENELITIAN........................................................................32 A. Rancangan Penelitian................................................................................32 B. Waktu dan Lokasi Penelitian.....................................................................32 C. Populasi dan Sampel..................................................................................32 D. Instrumen Penelitian..................................................................................33 E. Pengolahan Data........................................................................................33 F. Analisis Data.............................................................................................34 G. Etika Penelitian..........................................................................................35 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................36



iii



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia berada pada urutan ke-empat dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia setelah Negara China, India dan Amerika Serikat. Berdasarkan data sensus penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) Negara Indonesia mengalami peningkatan pertumbuhan penduduk yaitu dari 1,15% menjadi 1,31% dalam periode 2015-2019. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2019 adalah sebanyak 268,1 juta jiwa dengan 25,38% dari jumlah penduduknya adalah remaja usia 10-24 tahun yaitu sebanyak 67,26 juta jiwa (Suryani & Handayani, 2021). Melihat besarnya proporsi remaja juga memicu adanya berbagai macam gangguan kesehatan dalam kehidupan manusia, salah satunya infeksi saluran kemih. Infeksi Saluran Kemih (ISK) menurut World Health Organization adalah penyakit infeksi kedua tersering pada tubuh setelah infeksi saluran pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. Infeksi Saluran Kemih merupakan infeksi akibat berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Saluran kemih manusia merupakan organ-organ yang bekerja untuk mengumpul dan menyimpan urin serta organ yang mengeluarkan urin dari tubuh, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih dan uretra (Ritonga, 2018).



1



2



Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan masalah kesehatan yang serius karena angka kejadian dan jumlah penderita yang masih tinggi, sehingga keadaan ini memerlukan perhatian yang lebih. Infeksi saluran kemih diakibatkan oleh adanya pertumbuhan mikroorganisme yaitu bakteri E. Coli, Klebsiella Sp, Proteus Sp, Providensiac, P. Aeruginosa, Acinobacter, dan Enterococus faecali. Banyaknya jumlah bakteri yang menjadi penyebab terjadinya infeksi saluran kemih, bakteri E. Coli memiliki posisi tertinggi dalam proses infeksi. Infeksi Saluran Kemih merupakan penyakit infeksi dengan kondisi dimana jumlah bakteriuria berkembang biak dengan jumlah kuman biakan urin >100.000/ml urin (Ismail & Handayani, 2022). Menurut Sumolang (2013), pada tahun 2013, 50-60% wanita akan mengalami Infeksi Saluran Kemih (ISK) setidaknya satu kali dalam hidup mereka sedangkan pada pria memiliki insidensi ISK jauh lebih rendah yaitu 5 per 10.000 per tahun. Infeksi Saluran Kemih atau Urinarius Tractus Infection (UTI) lebih rentan menginfeksi wanita karena jarak antara kandung kemih dengan kulit yang dipenuhi bakteri yaitu 5 cm pada perempuan sedangkan pada laki-laki 20 cm (Ismail & Handayani, 2022). terjadinya ISK yaitu kurangnya pengetahuan mengenai personal hygiene genitalia. Kebersihan diri (personal hygiene) merupakan perawatan diri sendiri yang dilakukan untuk mempertahankan kesehatan baik secara fisik maupun psikologis. Sedangkan perawatan genetalia merupakan cara menjaga kebersihan diri dan menjaga kesehatan agar terhindar dari infeksi. Untuk itu perlu dilakukan perawatan alat reproduksi secara teratur (Mulyani, 2019).



3



Menurut Tristanti (2016), salah satu akibat kurangnya pemahaman personal hygiene genetalia adalah terjadinya gangguan kesehatan reproduksi seperti keputihan, Infeksi Saluran Kemih (ISK), Penyakit Radang Panggul (PRP) dan kemungkinan terjadi kanker leher rahim, sehingga dibutuhkan informasi yang baik mengenai kesehatan reproduksi agar remaja memiliki pemahaman yang baik dan dapat mencegah ancaman penyakit reproduksi. Pada remaja, terkadang alat reproduksinya kurang mendapat perhatian karena umur relatif muda, masih dalam status pendidikan sehingga seolah-olah bebas dari kemungkinan menghadapi masalah penyulit dan penyakit yang berkaitan dengan reproduksinya. Terbukti bahwa remaja yang sedang mencari indentitas diri telah sangat mudah menerima informasi dunia berkaitan dengan masalah fungsi alat reproduksinya sehingga cenderung menjurus kearah pelaksana hubungan seksual yang semakin bebas (Mulyani, 2019). Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Indonesia prevelensinya masih cukup tinggi. Menurut perkiraan Depertemen Kesehatan Republik Indonesia, jumlah penderita ISK di Indonesia adalah 90-100 kasus per 100.000 penduduk pertahunnya atau sekitar 180.000 penduduk kasus baru pertahun. Data-data ini mencakup Infeksi Saluran Kemih yang terjadi pada semua usia dan jenis kelamin (Depkes RI, 2014). Insiden ISK pada usia remaja perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8 % sedangkan pada remaja laki- laki 1,1 % (Sari & Muhartono, 2018). Kejadian infeksi saluran kemih menurut data dari dinas kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan pada Rumah Sakit dan Puskesmas perawatan di Propinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2008 sebanyak 379 kasus



4



(27%), pada tahun 2009 sebanyak 456 kasus (29%) dan tahun 2010 sebanyak 346 kasus atau sebesar 27% (Mutmainnah, 2020). Pengetahuan mengenai personal hygiene sangat berguna bagi masyarakat karena semakin baik pengetahuan masyarakat terhadap higienitas maka semakin baik pula derajat kesehatan masyarakat sehingga akan berhubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri (Ismail & Handayani, 2022). Organ genitalia merupakan komponen penting bagi pria dan wanita, namun dititik beratkan pada wanita karena wanita memiliki sistem reproduksi yang sensitive terhadap suatu penyakit bahkan keadaan penyakit lebih dihubungkan



dengan



fungsi



dan



kemampuan



terhadap



kesehatan



reproduksinya. Organ genitalia sangat jarang dibahas dikarenakan terkesen tabu dan jorok. Namun seperti kita ketahui vagina perempuan memiliki fungsi reproduksi “melangsungkan keturunan” dengan mengenal dan mempelajari maka kita akan lebih tahu bagaimana merawat organ genitalia dan menjaganya dengan benar (Sandriana & Rachman, 2014). Berbagai penelitian mengenai remaja menunjukkan bahwa remaja sering kali salah dalam membersihkan genitalia, seperti contoh, remaja sering salah dalam membasuh organ genitalia dari arah belakang ke depan, membersihakan organ genitalia menggunakan sabun biasa atau cairan pembersih yang tidak jelas komposisi kandungannya, atau menabur bedak, bahkan menyemprotkan parfum didalam vagina (Sandriana & Rachman, 2014). Hal ini menunjukkan remaja perlu diberikan informasi yang baik dan positif melalui tenaga kesehatan, orang tua, teman sebaya dan guru, khusunya remaja yang



5



menempuh pendidikan di SMK Kesehatan Terpadu Megarezky Makassar karena sampai saat ini sebagian Sekolah mengunakan kamar mandi atau toilet umum. Berdasarkan hasil observasi awal dengan pihak SMK Kesehatan Terpadu Megarezky Makassar diketahui bahwa banyak siswi telah mengetahui cara membersihkan



organ



genitalia



tetapi



sisiwi



masih



kurang



yang



menerapkannya, walau demikian kegiatan edukasi terhadap kesehatan reproduksi di SMK Kesehatan Terpadu Megarezky Makassar selalu dilakukan. Berdasarkan uraian tersebut dan karena kurangnya penelitian tentang Personal hygiene genitalia maka peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam lagi bagaimana hubungan pengetahuan tentang personal hygiene genetalia dengan terjadinya gejala infeksi saluran kemih pada remaja putri kelas X di SMK Kesehatan Terpadu Megarezky Makassar. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dapat disusun adalah sebagai berikut; Apakah ada hubungan antara pengetahuan personal hygiene genetalia dengan terjadinya gejala infeksi saluran kemih pada remaja putri? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara pengetahuan personal hygiene genetalia dengan terjadinya gejala infeksi saluran kemih pada remaja putri.



6



2. Tujuan Khusus Berdasarkan latar belakang tersebut, memiliki tujuan khusus yaitu: a. Untuk mengidentifikasi pengetahuan personal hygiene genetalia pada remaja Putri. b. Untuk mengetahui gejala kejadian infeksi saluran kemih pada remaja putri. c. Untuk mengetahui risiko terjadinya gejala infeksi saluran kemih pada remaja putri. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan yang dapat dikembangan untuk penelitian selanjutnya. 2. Institusi pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan khususnya dalam ilmu keperawatan. 3. Bagi remaja Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pada remaja tentang manfaat personal hygiene pada genetalia untuk menghindari terjadinya infeksi saluran kemih. 4. Bagi perkembangan ilmu pengetahuan Manfaat penelitian ini bagi perkembangan ilmu pengetahuan adalah menambah wawasan tentang pentingnya menjaga personal hygiene genetalia.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan menurut Notoatmodjo adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimiliki (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Yusuf et al, 2014). Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open behavior (Lasut & Donsu, 2018). Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa Pengetahuan atau knowledge adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek melalui pancaindra yang dimilikinya. 2. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya menurut (Notoatmodjo, 2012) dibagi 6 tingkat, yakni : a. Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah



7



8



ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. b. Memahami (Comprehensif) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintreprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. e. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.



9



f. Evaluasi Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan. Dimana diharapkan bahwa pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti sesesorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula (Estiani & Dhuhana, 2015). Hal ini mengingatkan bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal saja, akan tetapi dapat diperoleh melalui pendidikan non formal. Menurut (Dewi & Wawan, 2010). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan antara lain : a. Faktor internal 1) Pendidikan Pendidkan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagian. Pendidikan diperlukan untuk



10



mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatan kualitas hidup 2) Perkerjaan Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. 3) Umur Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun sehingga semakin bertambah umur maka semakin meningkat pengetahuan. b. Faktor eksternal 1) Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 2) Sosial Budaya Sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam mempengaruhi informasi. Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2012) adalah: a) Usia; Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.



11



b) Pendidikan; Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi dan semakin banyak informasi yang masuk maka semakin banyak pula pengetahuan yang didapat. c) Sumber Informasi; Sumber informasi adalah data yang diproses kedalam suatu bentuk yang mempunyai dan mempunyai nilai nyata dalam membuat keputusan. Informasi yang diperoleh dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Sumber informasi dapat berupa informasi: Visual (buku, jurnal, makalah, majalah, koran), Audio (radio) dan Audiovisual (televise, pakar/petugas kesehatan, internet). d) Pengalaman; Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. e) Pekerjaan;



Pekerjaan



secara



tidak



langsung



dapat



mempengaruhi



pengetahuan seseorang, hal ini dikarenakan pekerjaan berhubungan erat dengan faktor interaksi sosial dimana terjadi pertukaran informasi yang dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan. 4. Pengetahuan Kesehatan Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketuhi oleh orang terhadap cara memlihara kesehatan. Menurut (Andela et al, 2021)



12



Pengetahuan tentang cara memelihara kesehatan ini meliputi cara: a. Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit dan tanda-tandanya atau gejalanya, penyebabnya, cara penularannya, cara pencegahannya, cara mengatasi atau menangani sementara). b. Pengetahuan tentang faktor-faktor yang berkaitan dan mempengaruhi kesehatan antara lain: gizi makanan, sarana air bersih pembuangan sampah, perumahan sehat, dan polusi udara. c. Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional maupun yang tradisional. d. Pengetahuan untuk menghundari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga, maupun kecelakaan lalu lintas, dan tempat-tempat umum. B. Personal Hygiene 1. Pengertian Personal Hygiene Kata Hygiene berasal dari istilah Yunani “Hygeia” yang memiliki arti “Dewi Kesehatan”. Kebersihan dapat didefinisikan sebagai, “Ilmu pengetahuan yang terkait dengan pelestarian dan promosi kesehatan” (Lal & Kavitha, 2016). Personal hygiene adalah tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk menjaga kesejahteraan fisik dan psikis (Devita & Kardiana, 2018). Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa personal hygiene merupakan kegiatan atau tindakan membersihkan seluruh anggota tubuh yang bertujuan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang.



13



2. Jenis-jenis Personal Hygiene Tujuan personal hygiene adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan, memelihara kebersihan diri, mencegah berbagai penyakit, menciptakan keindahan, dan meningkatkan rasa kepercayan diri. Menurut (Temitayo, 2016), personal hygiene dibagi menjadi : a. Perawatan kulit Kulit merupakan organ terluar yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari kuman atau trauma, sekresi, ekskresi, dan pengatur suhu tubuh. Tujuan perawatan kulit adalah untuk menghindari bau badan, menciptakan perasaan nyaman, dan terbebas dari berbagai penyakit. b. Mandi Mandi merupakan bagian yang penting dalam menjaga kebersihan diri, mandi dapat menghilangkan bau, menghilangkan kotoran yang menempel, melancarkan peredaran darah, dan memberi kesegaran dalam tubuh. c. Perawatan mulut dan gigi Perawatan pada mulut disebut juga oral hygiene, melalui perawatan pada rongga mulut, sisa-sisa makanan yang terdapat dimulut dapat dibersihkan, maka sangat penting untuk menggosok gigi minimal dua kali sehari, sangat dianjurkan untuk berkumur atau menggososk gigi setelah makan dan memakai sikat gigi sendiri. d. Kebersihan tangan, kaki, dan kuku Tangan, kaki, dan kuku yang bersih menghindarkan kita dari berbagai



14



macam penyakit, tangan dan kuku yang kotor dapat menyebabkan bahaya kontaminasi



pada



makanan



dan



penyakit-penyakit



tertentu,



untuk



menghindari bahaya, disarankan untuk membersihkan tangan sebelum makan dan memotong kuku secara teratur e. Cuci tangan Mencuci tangan menggunakan sabun dengan benar pada lima waktu penting, yaitu sebelum makan, sebelum memegang bayi, setelah buang air, setelah menceboki anak, dan sebelum menyiapkan makanan agar terhindar dari berbagai penyakit. f. Kebersihan pakaian Pakaian banyak menyerap keringat dan debu kotoran, dalam sehari saja, pakaian dapat menyebabkan bau yang mengganggu, untuk itu perlu mengganti pakaian bersih setiap hari agar kebersihan tubuh juga terjaga. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Personal Hygiene Menurut (Laily, 2012), ada beberapa faktor yang memengaruhi personal hygiene seperti: a. Body image Gambaran individu terhadap dirinya sendiri yang memhubungani kebersihan diri, misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli lagi dengan kebersihan dirinya. b. Praktik sosial Pada anak-anak yang dimanja dalam kebersihan diri oleh orang tuanya, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene



15



pada anak tersebut. c. Status sosial ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, dan sikat gigi, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya akan menambah beban bagi keluarga yang kurang status ekonominya. d. Pengetahuan Pengetahuan mengenai personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan, misalnya pada pasien diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya. e. Budaya Pada budaya sebagian masyarakat, jika individu sakit tertentu tidak boleh mandi. f. Kebiasaan seseorang Kebiasaan seseorang yang menggunakan produk tertentu dalam perawata diri seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain. g. Kondisi fisik atau psikis Pada keadaan tertentu atau sakit, kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene menurut (Laily, 2012) sebagai berikut : 1) Dampak fisik Gangguan fisik yang terjadi karena adanya gangguan kesehatan yang



16



diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan yang sering terjadi adalah gangguan kulit, mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan lain lain. 2) Dampak psikososial Masalah-masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa nyaman, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial. C. Infeksi Saluran Kemih (ISK) 1. Pengertian Infeksi Saluran Kemih (ISK) Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna (Hastuti & Noer, 2016). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang disebabkan karena adanya invasi bakteri pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri Escherechia coli, Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik pria maupun wanita dari semua umur baik anak, remaja, dewasa maupun umur lanjut. Wanita lebih sering terinfeksi dari pria dengan angka populasi umum kurang lebih 5-15% (Sari & Muhartono, 2018). Infeksi Saluran Kemih (ISK) ialah istilah umum untuk menyatakan adanya pertumbuhan bakteri di dalam saluran kemih, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih. Pertumbuhan bakteri yang



17



mencapai > 100.000 unit koloni per ml urin segar pancar tengah (midstream urine) pagi hari, digunakan sebagai batasan diagnosa ISK (Baeti et al, 2021). 2. Klafikasi Infeksi Saluran Kemih (ISK) Menurut (Purnomo, 2015), (ISK) diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu ISK uncomplicated (sederhana) dan ISK (rumit). Istilah ISK uncomplicated (sederhana) adalah infeksi saluran kemih pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan anatomic atau struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika. Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat dibedakan berdasarkan anatomi dan klinis. Menurut (Pardede, 2018) Infeksi saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu: a. Infeksi saluran kemih bawah Berdasarkan presentasi klinis dibagi menjadi 2 yaitu : 1) Perempuan Sistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna dan Sindroma uretra akut. 2) Laki-laki Berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis. b. Infeksi saluran kemih atas Berdasarkan waktunya terbagi menjadi 2 yaitu: 1) Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang



18



disebabkan oleh infeksi bakteri. 2) Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Berdasarkan klinisnya, ISK dibagi menjadi 2 yaitu : a) ISK Sederhana (tak berkomplikasi) b) ISK berkomplikasi. 3. Etiologi Escherichia coli (E.coli) merupakan kuman penyebab tersering (60-80%) pada ISK serangan pertama. Kuman lain penyebab ISK yang sering adalah proteus mirabilis, klebsiella pneumonia, klebsiella oksitoka, proteus vulgaris, pseudomonas aeroginosa, enterobakter aerogenes, morganella morganii, stafilokokus, dan enterokokus. Pada ISK kompleks, sering ditemukan kuman yang virulensinya rendah seperti pseudomonas, golongan streptokokus grup B, stafilokokus aureus atau epidermidis (Pardede, 2018). Bakteri yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam kandung kemih dan sampai ke ginjal. Sebagian besar ISK disebabkan oleh bakteri yang hidup dalam usus. Bakteri E. coli yang menyebabkan sebagian besar ISK. Saluran kemih memiliki beberapa sistem untuk mencegah infeksi. Posisi ureter melekat pada kandung kemih seperti satu arah katup untuk mencegah urin kembali atau refluks ke arah ginjal, dan buang air kecil dapat mencuci mikroba dari tubuh. Imun pertahanan juga mencegah infeksi. Tapi meskipun terdapat perlindungan ini, infeksi masih terjadi. Bakteri tertentu memiliki kemampuan yang kuat untuk menempel pada lapisan saluran kemih (Pardede, 2018).



19



4. Patofisiologi Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal (Purnomo, 2015). Kuman ini biasanya memasuki saluran kemih melalui uretra, kateter, perjalanan sampai ke kandung kemih dan dapat bergerak naik ke ginjal dan menyebabkan infeksi yang disebut pielonefritis (National Kidney Foundation,2012). Infeksi saluran kemih terjadi karena gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Mikroorganisme penyebab infeksi saluran kemih umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara komensal dalam introitus vagina, preposium, penis, kulit, perinium, dan sekitar anus. Kuman yang berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal. Mikroorganisme tersebut dapat memasuki saluran kemih melalui 3 cara yaitu ascending, hematogen seperti penularan M.tuberculosis atau S.aureus, limfogen dan langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah mengalami infeksi (Purnomo, 2015). Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh infeksi asending berupa kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina yang disebabkan oleh Eschearichia coli. Mikroorganisme juga dapat menginvasi ke kandung kemih. Bakteri yang menyerang saluran kemih disebut dengan bakteri uropatogen dan dapat berkolonisasi dan atau pada uroepitel untuk melakukan pengerusakan



20



terhadap epitel saluran kemih (Semaradana, 2014). Infeksi hematogen biasanya terjadi pada pasien dengan daya tubuh yang rendah, karena menderita penyakit kronik atau pada pasien yang mendapatkan imunosupresif. Penyebaran hematogen juga bisa timbul akibat adanya fokus infeksi di salah satu tempat. Misalnya Staphylococcus aureus pada ginjal bisa terjadi akibat penyebaran hematogen dari infeksi tulang, kulit, endotel, atau di tempat lain. Salmonell, Pseudomonas, dan Proteus merupakan bakteri yang menginfeksi secara hematogen. Limfogen, yaitu kuman masuk melalui kelenjar getah bening. Langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah mengalami infeksi (Purnomo, 2015). 5. Tanda dan Gejala Infeksi saluran kemih dapat dibagi atas simptomatik dan asimptomatik. Disebut asimptomatik bila dijumpai bakteriuria bermakna namun tidak disertai gejala klinis ISK. Sedangkan disebut simptomatik bila dijumpai bakteriuria bermakna disertai gejala klinis ISK seperti saat buang air kecil (BAK) dan peningkatan frekuensi BAK. Gejala klinik ISK pada anak bervariasi, ditentukan oleh intensitas reaksi peradangan, letak infeksi, dan umur pasien. Sebagian ISK pada anakmerupakan ISK asimtomatik, umumnya ditemukan pada anak usiasekolah, terutama pada anak perempuan (IDAI, 2011). Tanda dan gejala ISK pada anak berdasarkan tahapan usia adalah sebagai berikut :



21



Tabel 2.1 Gejala dan tanda ISK pada anak Bayi dan Usia Pra Bayi Baru Lahir Usia Sekolah Sekolah Jaundice Diare Muntah Sepsis Gagal tumbuh Demam Gagal tumbuh Muntah Urin berbau tajam Muntah Demam hingga kejang Sisi perut nyeri Demam Urin berbau tajam Serangan baru Penurunan berat Sisi perut nyeri inkontinensia urin badan Nafsu makan Serangan baru Susah BAK berkurang Cengeng inkontinensia urin Perasaan Kolik Susah BAK (pra sekolah) mendesak Diare Sering (pra sekolah) Sering BAK Ikterus Sumber : (Purnomo, 2015). Infeksi saluran kemih simptomatik terbagi menjadi dua yaitu ISK bawah (sistitis) dan bagian atas (pielonefritis). Kedua bagian ini paling berperan dalam menimbulkan morbiditas penderitanya. Infeksi saluran kemih bagian atas (pielonefritis) merupakan infeksi bakteri pada ginjal, tubulus, dan jaringan intertisial dari ginjal. Pielonefritis biasanya terjadi karena kegagalan pada refluks vesikoureter yang menyebabkan aliran balik urine ke dalam ureter dari kandung kemih. Gambaran klinisnya yaitu demam, menggigil, nyeri pinggang, malaise, anoreksia, dan nyeri tekan pada sudut kostovertebra serta abdomen. ISK bagian bawah (sistitis) merupakan inflamasi kandung kemih yang disebabkan karena infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan karena aliran balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks vesikouretra), dapat juga disebabkan karena kontaminasi bakteri fekal. Gambaran klinisnya yaitu disuria, frekuensi dan urgensi, nyeri suprapubik, hematuria, dan nyeri pada skrotum (epididimo-orkitis) atau nyeri pada perineum yang sering disebut prostatitis (Semaradana, 2014).



22



6. Faktor Resiko Infeksi Saluran Kemih (ISK) Adapun faktor resiko penyebab infeksi saluran kemih yaitu : a. Jenis Kelamin Salah satu faktor penyebab infeksi saluran kemih adalah jenis kelamin. Jenis kelamin perempuan lebih berisiko terkena ISK dari pada lakilaki. Penelitian menunjukkan bahwa persentase perempuan terkena ISK sebanyak 54,5% pada kelompok 0 sampai >75 tahun. Perempuan lebih rentan menderita penyakit ISK dibandingkan dengan laki-laki. Penyebabnya adalah karena uretra perempuan lebih pendek sehingga mikroorganisme dari luar lebih mudah mencapai kandung kemih yang letaknya dekat dengan daerah perianal (Febrianto et al, 2013). b. Usia Insiden infeksi saluran kemih lebih besar terjadi pada perempuan usia postmenopouse dikarenakan produksi hormon estrogen menurun yang mengakibatkan pH pada cairan vagina naik sehingga menyebabkan meningkatnya perkembangan mikroorganisme pada vagina. Sedangkan infeksi saluran kemih pada usia muda sering dipicu oleh faktor kebersihan organ intim, hubungan seksual, dan penggunaan kontrasepsi atau gelspermisida dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih, dengan cara perubahan flora vagina dan kolonisasi periuretra berikutnya oleh bakteri uropathogenic (Febrianto et al, 2013). c. Kebiasaan Menahan Buang Air Kecil Satu-satunya faktor pejamu yang paling mempengaruhi terjadinya



23



infeksi saluran kemih adalah stasis urine. Dalam keadaan normal, pengosongan kandung kemih secara komplit dan berkali-kali akan membilas keluar setiap organisme sebelum organisme tersebut sempat memperbanyak diri dan menginvasi jaringan sekitar. Kebiasaan untuk menahan kemih dimana kontraksi otot kandung kemih ditahan sehingga urine tidak keluar. Hal ini menyebabkan tekanan tinggi, turbulensi aliran urin dan atau pengosongan



kandung



kemih



yang



tidak



tuntas,



kemudian



akan



menyebabkan berkembangnya bakteri. Proses berkemih merupakan proses pembersihan bakteri dari kandung kemih, sehingga menahan kencing atau berkemih yang tidak sempurna akan meningkatkan risiko untuk terjadinya infeksi (Maknunah & Ramani, 2016). d. Kehamilan Perubahan fisiologis pada saluran kemih sepanjang kehamilan meningkatkan risiko infeksi saluran kemih. Pengaruh hormone progesterone dan obstruksi oleh uterus menyebabkan dilatasi sistem pelviokalises dan ureter, serta peningkatan refluks vesikoureter. Tekanan oleh kepala janin menghambat drainase darah dan limfe dari dasar vesika, sehingga daerah tersebut mengalami edema dan rentan terhadap trauma (Gusrianty et al, 2015). e. Penggunaan Kateter Pemasangan kateter urine merupakan tindakan keperawatan dengan cara memasukan kateter kedalam kandung kemih melalui uretra yang bertujuan



membantu



memenuhi



kebutuhan



eliminasi



dan



sebagai



24



pengambilan bahan pemeriksaan. Pemasangan kateter merupakan salah satu intervensi yang diberikan kepada pasien dengan gangguan saluran perkemihan. Kateter sendiri mengganggu pertahanan alami dari saluran perkemihan dengan menghalangi saluran periurethral, mengiritasi mukosa kandung kemih serta membuat rute buatan bagi organisme untuk memasuki kandung kemih. Organisme tersebut dapat mengakibatkan terjadinya infeksi saluran perkemihan. Oleh karena itu, kateter dapat menyebabkan infeksi saluran perkemihan (Kausuhe et al, 2017). f. Riwayat Penyakit Diabetes Melitus Penderita Diabetes Melitus berisiko mengalami komplikasi kronik makrovaskuler diantaranya adalah infeksi. Penderita dengan kadar glukosa darah yang tinggi rentan mengalami berbagai infeksi dibanding dengan yang tidak menderita Diabetes Melitus. Leukosituria adalah ditemukannya leukosit atau sel darah putih pada urine lebih dari 5/lpb. Adanya inflamasi dalam saluran genitourinearia dapat ditunjukkan dengan temuan leukosituria dan biasa muncul bersamaan dengan bakteriuria asimptomatik bahkan infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih merupakan suatu respon inflamasi dari sel uroepitelium yang dikarenakan adanya invasi bakteri yang ditandai dengan bakteriuria dan leukosituria (Saraswati et al, 2018). g. Kebersihan Genitalia Kebersihan genitalia yang buruk terutama pada wanita merupakan penyebab utama terjadinya ISK. Faktor predisposisi diantaranya praktik cuci tangan yang kurang baik dan kebiasaan mengelap genitalia yang salah yaitu



25



dari arah belakang ke depan setelah buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB). Pada keadaan genitalia yang lembab dapat menyebabkan jamur dan bakteri tumbuh subur sehingga dapat menginfeksi daerah sekitar genitalia. Sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan organ reproduksi seperti infeksi saluran kemih (Sholihah, 2017). D. Remaja Remaja secara etimologi diambil dari bahasa latin “adolescere“ yang berarti “ tumbuh adolescent” yang berarti “tumbuh” atau (tumbuh menjadi dewasa) (Notoatmodjo, 2012). Remaja merupakan masa dimana peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa, yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Perubahan perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan psikososial. Masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Remaja ialah masa perubahan atau peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan psikologis, dan perubahan sosial (Sofia & Adiyanti, 2014). Menurut (Ariasti, et al 2012) remaja merupakan perkembangan yang merupakan masa transisisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini dimulai sekitar pada usia 12 tahun dan berakhir pada usia 18 sampai 21 tahun. Masa remaja merupakan salah satu periode perkmbangan manusia. Masa ini merupakan periode perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang diikuti perubahan biologik, psikologik, dan sosial (Kusumawati et al, 2018).



26



Tahap perkembangan remaja menurut (Batubara, 2016) antara lain: 1. Remaja awal (Early Adolescent) Pada tahap ini seorang remaja masih terheran akan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mulai mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Tampak terasa lebih dekat dengan teman sebayanya, merasa ingin bebas. 2. Remaja Menengah (Middle Adolescent) Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman. Ia senang kalau banyak teman yang mengakuinya. Terdapat kecenderungan narsistis yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang sana dengan dirinya. Tampak ingin mencari identitas diri, keinginan atau ketertarikan terhadap lawan jenis. 3. Remaja Akhir (Late Adolescent) Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian : a. Minat yang semakin mantap terhadap fungsi kognitif. b. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. c. Tumbuh batasan yang tidak akan berubah lagi. E. Hubungan Personal hygiene genetalia dengan terjadinya Infeksi Saluran Kemih Personal hygiene adalah suatu pamahaman, sikap dan praktik yang dilakukan oleh seseorang untuk meningkatkan derajat kesehatan, memilihara



27



kebersihan diri, meningkatkan rasa percaya diri, menciptakan keindahan, dan mencegah timbulnya penyakit. Adapun tujuan dari personal hygiene untuk meningkatkan derajat kesehatan, memilihara kebersihan diri, mencegah timbulnya penyakit penyakit, menciptakan keindahan dan meningkatkan rasa percaya diri (Mardani, 2013). Personal hygiene genitalia merupakan pemiliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terhindar dari gangguan alat reproduksi dan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis serta meningkatkan derajat kesehatan (Tapparan et al, 2013). Seseorang yang tidak memiliki pemahaman tentang kesehatan reproduksi akan cenderung mengabaikan kesehatan reproduksi dan pada akhirnya ia akan memiliki tindakan yang membahayakan bagi dirinya sendiri. Salah satu akibat kurangnya pemahaman Personal hygiene genitalia adalah terjadinya gangguan kesehatan reproduksi seperti keputihan, infeksi saluran kemih (ISK), penyakit radang panggul (PRP) dan kemungkinan terjadi kanker leher rahim, sehingga dibutuhkan informasi yang baik mengenai kesehatan reproduksi agar remaja memiliki pemahaman yang baik dan dapat mencegah ancaman penyakit reproduksi (Wakhidah, 2014). Perawatan yang baik menjadi faktor penentu dalam memelihara kesehatan reproduksi. Apabila organ reproduksi tidak dijaga kebersihannya maka akan menyebabkan infeksi dan menjadi sumber penyakit. Berikut ini beberapa tips merawat genetalia (Mashita & Indarwati, 2018) : 1. Setelah buang air kecil atau besar, Usahakan untuk selalu mencuci bagian



28



luar alat kelamin dengan air dan sabun . untuk wanita, siramlah dengan air dengan arah depan ke belakang dan bukan sebaliknya. Hal ini untuk mencegah masuknya kuman dari dubur ke vagina. Untuk pria, cukup hanya membersihkan dengan air bersih. 2. Kebersihan pakaian dalam, Sepatutnya dalam sehari, minimal mengganti pakaian dalam sebanyak dua kali untuk menjagaa kebersihan. Selain itu pilihlah bahan celana dalam yang dapat menyerap keringat, karena jika tidak jamur bisa menempel di alat kelamin. Hindari untuk saling bertukar pakaian dalam dengan orang lain bahkan itu keluarga sendiri, karena setiap orang memiliki kondisi kelamin yang berbeda. 3. Merawat rambut yang tumbuh di sekitar alat



kelamin, Hindari



membersihkan bulu di daerah kemaluan dengan cara mencabut karena aka nada lubang pada bekas bulu kemaluan tersebut dan menjadi jalan masuk bakteri, kuman dan jamur. Selanjutnya dapat menimbulkan iritasi dan penyakit kulit. Perawatan bulu itu disarankan untuk dirapikan saja dengan memendekkan, dengan menggunting atau dicukur tetapi sebelumnya menggunakan busa sabun terlebih dahulu dan menggunakan alat cukur khusus yang lembut, dan sudah dibersihkan dengan sabun dan air panas 4. Hindari menggunakan celana dalam dan celana jeans yang sangat ketat, Memakai celana dalam dan celana jeans yang terlalu ketat diwilayah selangkangan dapat menyebabkan kulit susah untuk bernapas dan akhirnya dapat menyebabkan daerah tersebut berkeringat, lembab,mudah terkena jamur dan teriritasi. Pemakaian celana ketat itu bagi pria dapat membuat



29



peredaran darah tidak lancer dan membuat penis serta testis dalam keadaan panas. Panas yang berlebihan oleh suhu, keringat dan pakaian yang terlalu ketat, dapat menurunkan kualitas sperma. 5. Hindari untuk menyemprot minyak wangi/parfum ke dalam vagina Jangan malas mengganti pembalut bagi remaja yang sedang menstruasi/ haid untuk tidak malas mengganti pembalut karena ketika menstruasi kuman–kuman mudah untuk masuk dan pembalut yang telah ada gumpalan darah merupakan tempat berkembangnya jamur dan bakteri. Usahakan untuk mengganti setiap 4 jam sekali, 2-3 kali sehari atau sudah merasa tidak nyaman. Jangan lupa bersihkan vagina sebelumnya ketika mengganti pembalut. 6. Pemeriksaan rutin, Usahakan untuk selalu melakukan pemeriksan rutin pada alat kelamin : a. Jika terdapat sesuatu yang tidak seperti biasanya dan tidak terasa nyaman, segera konsultasi ke dokter juga. b. Jika ada perubahan warna, kadang disertai bau yang kurang sedap dan gatal-gatal pada alat kelamin, segeralah berkonsultasi. F. Kerangka Konsep 1. Kerangka Konsep Penelitian a. Variabel Penelitian Berdasarkan konsep teori hubungan pengetahuan personal hygiene genetalia dengan terjadinya gejala infeksi saluran kemih pada remaja putri dengan menggambarkan kerangka konsep sebagai berikut:



30



Pengetahuan Personal Hygiene Genetalia



Gejala Infeksi Saluran Kemih



Variabel Independen



Variabel Dependen



Faktor yang mempengaruhi Pengtahuan: 1. 2. 3. 4. 5.



Usia Pendidikan Sumber Informasi Pengalaman Pekerjaan Variabel Perancu



Keterangan : : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti a. Hubungan antar variabel Variabel adalah karakteristik subyek penelitian yang berubah dari suatu subyek ke subyek lainya. Menurut fungsinya dalam kontes penelitian keseluruhan, khususnya dalam hubungan variabel terdapat beberapa jenis: 1) Variabel bebas (independen) Variabel independen pada penelitian ini adalah pengetahuan Personal Hygiene Genetalia 2) Variabel terikat (dependen ) Variabel dependen pada penelitian ini adalah Gejala Infeksi Saluran Kemih (ISK).



31



2. Defenisi Operasional a. Personal Hygiene Genetalia Personal hygiene genitalia merupakan pemiliharaan kebersihan dan kesehatan individu yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga terhindar dari gangguan alat reproduksi dan mendapatkan kesejahteraan fisik dan psikis serta m eningkatkan derajat kesehatan. b. Infeksi Saluran Kemih (ISK). Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang disebabkan karena adanya invasi bakteri pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih disebabkan oleh bakteri Escherechia coli, Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa. 3. Hipotesis Berdasarkan pada masalah, tujuan, tinjauan pustaka dan kerangka konsep maka hipotesis yang diajukan yakni: a. Hipotesis Nol (Ho) Tidak ada hubungan pengetahuan tentang personal hygiene genetalia dengan terjadinya gejala infeksi saluran kemih pada remaja putri Kelas X di SMK Kesehatan Terpadu Megarezky Makassar Tahun 2022. b. Hipotesis Alternative (Ha) Ada hubungan pengetahuan tentang personal hygiene genetalia dengan terjadinya gejala infeksi saluran kemih pada remaja putri Kelas X di SMK Kesehatan Terpadu Megarezky Makassar Tahun 2022.



BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional yaitu pengukuran dari dua variabel (independent dan dependent variable) hanya dilakukan satu waktu yang sama. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan setelah seminar proposal penelitian dengan perkiran waktu selama 2 (dua) bulan, Lokasi penelitian ini bertempat di Kelas X di SMK Kesehatan Terpadu Megarezky Makassar. Penelitian dilakukan dengan pertimbangan belum pernah dilakukan penelitian tentang “Hubungan pengetahuan tentang personal hygiene genetalia dengan terjadinya gejala infeksi saluran kemih pada remaja putri kelas X di SMK Kesehatan Terpadu Megarezky Makassar Tahun 2022”. C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Yang dimaksud dengan populasi dalam penelitian adalah sekelompok subyek dengan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2016). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas X di SMK Kesehatan Terpadu Megarezky Makassar Tahun 2022 yang terdiri dari jurusan Farmasi 13 orang, Keperawatan 26 orang dan Teknologi Laboratorium Medik 11 orang, sehingga total keselurahan siswi yaitu sebanyak 50 orang atau populasi.



32



33



2. Sampel Sampel terdiri atas bagian dari populasi terjangkau yang dapat dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. Sedangkan sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi yang dapat mewakili populasi yang ada (Sugiyono, 2016). Adapun teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling dengan responden 50 siswi kelas X di SMK Kesehatan Terpadu Megarezky Makassar Tahun 2022. Dalam hal ini peneliti tidak menggunakan kriteria subyek penelitian (kriteria inklusif dan kriteria eksklusif), dikarenakan peneliti menggunakan sampel dengan teknik total sampling. D. Istrumen Penelitian Alat ukur penelitian ini menggunakan kuesioner (angket), yang dimana dalam item jawaban dalam kuesioner menggunakan skala pengukuran guttman yang di mana di setiap jawaban menyangkut Variabel penelitian di berikan kategori penilaian yakni terdapat dua pilihan diantaranya yaitu; Ya atau Tidak, yang mampu menggambarkan jawaban yang spesifik terhadap pertanyaan yang di tujukan ke responden penelitian ini. E. Pengolahan Data Data yang telah terkumpul kemudian diolah dengan langkah-langkah pengelolaan data antara lain sebagai berikut: a. Editing, yaitu kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir kuesioner; lengkap, jelas (jawaban semua terbaca), relevan (relevan dengan pertanyaan), dan konsisten.



34



b. Coding, yaitu kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk bilangan. Tujuannya untuk mempermudah saat analisis data, mempercepat saat memasukkan (entry) data. c. Scoring, yakni setiap sub variabel diberikan skor sesuai dengan kategori data dan jumlah butir pertanyaan dari sub variabel yang bersangkutan. Hasil skor tersebut kemudian dijumlahkan. d. Entry data, yaitu memasukkan data pada program statistik komputer. e. Cleaning, setelah semua data dimasukkan langkah selanjutnya adalah pengecekan kembali data untuk melihat kemungkinan ada kesalahankesalahan kode, ketidaklengkapan, dan lain sebagainya. F. Analisis Data a. Analisis univariat Analisa univariat dilakukan setiap variable dan hasil analisa ini menghasilkan distribusi frekuensi dan presentasi dari tiap variable yang di teliti. b. Analisis Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan tiap-tiap variabel bebas dan variabel terikat. Data yang diperoleh melalui kuesioner selanjutnya dilakukan uji statistik fisher’s Exact Test. Analisa data dilakukan dengan bantuan komputer dengan nilai batas kemaknaan ɑ = 0,05 yang artinya bila hasil uji statistik menunjukkan p < 0,05 maka Ha diterima sehingga ada hubungan yang bermakna antara variabel independen yang diteliti dengan variabel dependen. Sedangkan bila nilai p > 0,05 maka Ha



35



ditolak dan Ho diterima sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel independen yang diteliti dengan variabel dependen. G. Etika Penelitian Etika penelitian disusun untuk melindungi hak-hak responden, menjamin kerahasiaan responden, dan peneliti dalam kegiatan penelitian. Penelitian ini bersifat suka rela dan responden berhak untuk mengundurkan diri dari proses penelitian bila dikehendaki. Etika penelitian yang harus diperhatikan oleh setiap peneliti antara lain: 1. Lembar persetujuan (Informed Consent) Informed consent diberikan sebelum subjek mengatakan kesediaannya untuk menjadi responden. Informed consent bertujuan untuk mengetahui informasi tentang penelitian yang akan dilakukan. Untuk itu responden dapat memutuskan kesediaannya untuk menjadi responden atau tidak. 2. Tanpa nama (Anonymity) Peneliti memberikan jaminan pada responden dalam menggunakan subjek penelitian dengan cara tidak mencantumkan nama responden dalam lembar alat ukur. Penelitiakan menggunakan kode saat mengolah data dan mempublikasikannya. 3. Kerahasiaan (Confidentiality) Informasi yang telah diberikan oleh responden akan dijaga kerahasiaannya oleh peneliti, kecuali sekelompok data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.



DAFTAR PUSTAKA Andela, R., Herijulianti, E., Fatikhah, N., & Nurnaningsih, H. (2021). Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Terhadap Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi Dan Mulut Siswa Smk Kecamatan Agrabinta. Jurnal Kesehatan Siliwangi, 2(2), 633-640. Ariasti, D., Kristanto, B., & Maharani, E. M. T. (2012). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Kebiasaan Merokok Pada Remaja Di Sman 1 Polanharjo. Kosala: Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(1). Baeti, T. N., Pratiwi, R. I., & Prastiwi, R. S. (2021). Gambaran Terapi Antibiotika Pada Penderita Infeksi Saluran Kemih Di Rawat Inap Klinik Utama Amanda Purwokerto. Parapemikir : Jurnal Ilmiah Farmasi, 10(10). Batubara, J. R. (2016). Adolescent development (perkembangan remaja). Sari pediatri, 12(1), 21-9. Devita, Y., & Kardiana, N. (2018). Hubungan pengetahuan remaja putri tentang personal hygiene dengan cara melakukan personal hygiene dengan benar saat menstruasi di MA Hasanah Pekanbaru. An-Nadaa: Jurnal Kesehatan Masyarakat, 4(2), 64-68. Dewi & Wawan, A. (2010). Teori & pengukuran pengetahuan, sikap, dan perilaku manusia dilengkapi contoh kuesioner. Yogyakarta: Nuha Medika. Estiani, M., & Dhuhana, C. (2015). Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Wanita Pramenopause Terhadap Sikap Menghadapi Menopause di Desa Sekar Jaya Kabupaten Ogan Komering Ulu. Jurnal Keperawatan Sriwijaya, 2(2), 101-107. Febrianto, A. W., Mukaddas, A., & Faustine, I. (2013). Rasionalitas penggunaan antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih (ISK) di instalasi rawat inap RSUD Undata Palu tahun 2012. Natural Science: Journal of Science and Technology, 2(3). Gusrianty, A. R., Hartinah, H., & Susanti, A. I. (2015). Angka Kejadian Gejala Infeksi Saluran Kemih pada Ibu Hamil di Desa Mekargalih Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Tahun 2014. Jurnal Sistem Kesehatan, 1(2). Hastuti, R., & Noer, M. S. (2016). INFEKSI SALURAN KEMIH. Kumpulan Makalah Penyakit Tropis dan Infeksi di Indonesia Jilid 3, 3, 171. Ismail, F. D., & Handayani, D. Y. (2022). Hubungan Pengetahuan Personal Hygiene Dengan Terjadinya Gejala Infeksi Saluran Kemih Pada Remaja Wanita Fk Uisu Angkatan 2020. Ibnu Sina: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan-Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara, 21(1), 26-31.



36



37



Kausuhe, J., Pangemanan, D. H., & Onibala, F. (2017). Hubungan Pemasangan Kateter Urine dengan Kejadian Infeksi Saluran Kemih di RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Jurnal Keperawatan, 5(2). Kusumawati, P. D., Ragilia, S., Trisnawati, N. W., Larasati, N. C., Laorani, A., & Soares, S. R. (2018). Edukasi masa pubertas pada remaja. Journal of Community Engagement in Health, 1(1), 1-3. Laily, S. (2012). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Lal, B. S., & Kavitha, G. (2016). Assessment of personal hygiene knowledge and practices: an empirical study of schooling children in Warangal. International Journal of Science and Research (IJSR), 5(8), 1521-4. Lasut, F. C., & Donsu, A. (2018). Hubungan Pengetahuan Dengan Kinerja Bidan Dalam Penerapan Standar Pelayanan Antenatal Care 10 T. JIDAN (Jurnal Ilmiah Bidan), 6(1), 25-30. Maknunah, L., & Ramani, A. (2016). Faktor risiko kejadian infeksi saluran kemih pada anak di Poli Anak RSUD Blambangan Kabupaten Banyuwangi. UNIVERSITAS JEMBER. Mardani, S. A. (2013). Hubungan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja Putri Dengan Perilaku Personal Hygiene Menstruasi Di Desa Kedung Kumpul Kecamatan Sarirejo Kabupaten Lamongan. Surya, 3(7). Mashita, A. C., & Indarwati, I. (2018). Peran Orang Tua dalam Perilaku Perawatan Genitalia Eksterna saat Menstruasi pada Siswi SMP Negeri di Boyolali. Proceeding of The URECOL, 621-626. Mulyani, S., Kamariyah, K., & Sulistiawan, A. (2019). Pendidikan Kesehatan Tentang Personal Higiene Sebagai Upaya Perawatan Genetalia Siswa di SMAN 5 Kota Jambi. Medical Dedication (medic): Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat FKIK UNJA, 2(1), 29-32. Mutmainnah, A. S. (2020). Karakteristik Pasien Infeksi Saluran Kemih Dirumah Sakit Umum Lasinrang Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2018-2019. Universitas Hasanuddin. Notoatmodjo, S. (2012). Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Pardede, S. O. (2018). Infeksi pada Ginjal dan Saluran Kemih Anak: Manifestasi Klinis dan Tata Laksana. Sari Pediatri, 19(6), 364-374. Purnomo, B. B. (2015). Dasar-dasar Urologi. Jakarta: Sagung seto.



38



Ritonga, E. P. (2018). Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Kemih oleh Perawat pada Pasien Terpasangnya Kateter di Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia Medan. Jurnal Ilmiah Keperawatan Imelda, 4(1), 431-436. Sandriana, I. F. I., & Rachman, W. A. (2018). Perilaku Personal Hygiene Genitalia Santriwati Di Pesantren UMmul Mukminin Makassar Sulawesi Selatan. Jurnal Kesehatan Masyarakat., 7(1), 22-23. Saraswati, D., Martini, M., & Saraswati, L. D. (2018). Gambaran Leukosituria Tanda Infeksi Saluran Kemih Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Ngesrep). Jurnal Kesehatan Masyarakat (Undip), 6(1), 225-235. Sari, R. P., & Muhartono, M. (2018). Angka Kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) Dan Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Pada Karyawan Wanita Di Universitas Lampung. Jurnal Majority, 7(3), 115-120. Semaradana, W. G. P. (2014). Infeksi Saluran Kemih akibat Pemasangan KateterDiagnosis dan Penatalaksanaan. Cermin Dunia Kedokteran, 41(10), 737-740. Sholihah, A. H. (2017). Analisis faktor risiko kejadian Infeksi Saluran Kemih (ISK) oleh bakteri uropatogen di PUSKESMAS Ciputat dan Pamulang pada Agustus-Oktober 2017. (Bachelor’s thesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, 2017). Sofia, A., & Adiyanti, M. A. (2014). Hubungan pola asuh otoritatif orang tua dan konformitas teman sebaya terhadap kecerdasan moral. Jurnal pendidikan progresif, 4(2), 133-141. Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D. Yogyakarta: Rajawali Pers. Sumolang, S. A. C., Porotu’o, J., & Soeliongan, S. (2013). Pola bakteri pada penderita infeksi saluran kemih di blu RSUP Prof. Dr. RD Kandou Manado. eBiomedik, 1(1). Suryani, I., & Handayani, S. (2021). Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, Volume 16, Nomor 4, Halaman 269-276, 2021 | 269 Keinginan Penerapan Program Keluarga Berencana (KB) pada Remaja untuk Masa Mendatang di Provinsi Bengkulu. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia, 16(4), 269– 276. Tapparan, F., Lampus, B. S., & Pandelaki, A. J. (2013). Gambaran Perilaku Kebersihan Organ Genitalia Eksterna Siswi Kelas X Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kawangkoa. Jurnal Kedokteran Komunitas dan Tropik, 1(2). Temitayo, I. O. (2016). Knowledge and practices of personal hygiene among senior secondary school students of ambassadors college, Ile-Ife, Nigeria. Texila Int. J. Public Health, 4(4), 648-660.



39



Tristanti, I. (2016). Hubungan Perilaku Personal hygiene genital dengan kejadian keputihan pada siswi Madrasah Aliyah Muhammadiyah Kudus. Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 7(1). Wakhidah, U. (2014). Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Putri Tentang Infeksi Genetalia Eksterna Dengan Perilaku Vulva Hygiene Kelas Xi Di Man 1 Surakarta. Jurnal Kebidanan, 6(1). Yusuf, Y., Kundre, R., & Rompas, S. (2014). Hubungan pengetahuan menarche dengan kesiapan remaja putri menghadapi menarche di SMP Negeri 3 Tidore Kepulauan. Jurnal Keperawatan, 2(2).