Hukum Produk Marjinal Yang Semakin Menurun [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KELOMPOK 5 Konsep Biaya Produksi Biaya adalah semua pengorbanan yang perlu dilakukan untuk suatu proses produksi, yang dinyatakan dengan suatu uang menurut harga pasar yang berlaku, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi. Dari definisi tersebut, terlihat dalam satu proses produksi akan banyak sekali komponen biaya yang harus diperhitungkan. Untuk mempermudah pengukuran biaya yang beragam tersebut kita dapat mengelompokkan biaya menjadi biaya tetap, variabel, dan total. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang harus ada dalam proses produksi, tidak dipengaruhi oleh besar-kecilnya unit barang dan jasa yang diproduksi. Fixed cost harus diperhitungkan meski perusahaan tidak berproduksi. Contohnya biaya kontrak atas bangunan, biaya pembayaran bunga atas utang, dan gaji pegawai tetap. Biaya variabel (variabel cost) adalah biaya-biaya yang harus dikeluarkan sesuai dengan besarnya output. Semakin besar output semakin besar biaya variabel, dan sebaliknya. Contohnya bahan baku untuk memproduksi output, tenaga kerja bagian produksi, dan bahan bakar. Biaya total (total cost) adalah biaya keseluruhan yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang dan jasa. Biaya total di dapatkan dari menjumlahkan biaya tetap dengan biaya variabel. Secara matematis adalah sebagai berikut. TC = FC + VC Keterangan: TC = Total Cost (Biaya Total) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) VC = Variabel Cost (Biaya Variabel) Tabel 3.1 memperlihatkan biaya total yang dibutuhkan untuk setiap tingkat output yang berbeda. Perhatikan kolom (1) dan (4) di mana biaya total (TC) meningkat seiring meningkatnya kuantitas (Q). Terlihat bahwa komponen biaya dibentuk oleh biaya tetap yang tidak dipengaruhi kuantitas output dan biaya variabel yang naik atau turun seiring kenaikan atau penurunan output. Tabel 3.1 Biaya Total, Biaya Tetap, dan Biaya Variabel\ Kuantitas(Q) Biaya Tetap (FC) Biaya Variabel (VC) Biaya Total (TC) (1) (2) (3) (4) 0 550 0 550 1 550 300 850 2 550 550 1.100 3 550 750 1.300 4 550 1.050 1.600 Biaya Marjinal (Marginal Cost) Biaya marjinal atau marginal cost (MC) menunjukan tambahan biaya yang diperlukan untuk memproduksi satu unit tambahan output. Sebagai contoh, andaikan sebuah perusahaan memproduksi 100 unit TV dengan biaya total Rp.100.000.000,00, jika biaya total produksi TV adalah RP.1.000.000,00 untuk 1 unit TV tambahan. Mari kita gunakan angka dari tabel 3.1 sebagai data untuk menguraikan perhitungan biaya marjinal pada tabel 3.2. Angka biaya marjinal (MC) di tabel 3.2 berasal dari penurangan biaya total (TC) dengan biaya marjinal (MC) unit pertama, yaitu Rp.850,00 - Rp.550,00 = Rp.300,00. Biaya marjinal untuk unit kedua adalah Rp.1.100,00 - Rp.850,00 = Rp250,00, dan seterusnya. Secara sistematis, biaya marjinal dapat ditulis sebagai berikut. MC = TCn - TCn-1 Tabel 3.2 Hubungan antara Biaya Total dan Biaya Marjinal Kuantitas (Unit)



Biaya Total (TC)



Biaya Marjinal (MC)



0 1 2 3 4



550 850 1.100 1.300 1.600



300 250 200 300



Biaya Rata-Rata (Average Cost) Perhitungan biaya rata-rata sangat diperlukan karena bila biaya rata-rata dibandingkan dengan pendapatan rata-rata perusahaan mengalami keuntungan dan kerugian. Kita akan membahas biaya total rata-rata, biaya tetap rata-rata, dengan biaya variabel rata-rata. Biaya total rata-rata (average total cost) didefinisikan sebagai biaya total yang harus dikeluarkan untuk setiap unit produksi. Secara matematis, biaya total rata-rata dapat ditulis sebagai berikut. ATC =



TC Q



Keterangan: ATC = Average Total Cost (Biaya Total Rata-Rata) TC = Total Cost (Biaya Total) Q = Quantity (Kuantitas) Biaya tetap rata-rata (average fixed cost) adalah biaya tetap yang dibutuhkan untuk satuan hasil produksi. Biaya tetap rata-rata dapat ditulis secara matematis sebagai berikut. AFC =



TFC Q



Keterangan: AFC = Average Total Cost (Biaya Total Rata-Rata) TFC = Total Fixed Cost (Biaya Total) Q = Quantity (Kuantitas) Biaya variabel rata-rata (average variable cost) adalah biaya variabel untuk tiap unit yang dihasilkan. Secara matematis, biaya total rata-rata dapat ditulis sebagai berikut. AVC =



TVC Q



Keterangan: AVC = Average Variable Cost (Biaya Total Rata-Rata) TC = Total Variable Cost (Biaya Total) Q = Quantity (Kuantitas) Perhatikan tabel 3.3 yang berisi perluasan data dari tabel 3.1 dan tabel 3.2, dengan tambahan biaya total rata-rata, biaya tetap rata-rata, dan biaya variabel rata-rata. Tabel 3.3 Tabel Berbagai Biaya FC VC TC MC AC AFC AVC Q (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (1) 0 550 0 550 1 550 300 850 300 850 550 300 2 550 550 1.100 250 550 275 275 3 550 750 1.300 200 550 183,3 250 4 550 1.050 1.600 300 550 137,5 262,50 5 550 1.550 2.100 500 420 110 310 6 550 2.250 2.800 700 467 91,66 375 7 550 3.150 3.700 900 528,6 78,6 450 8 550 4.250 4.800 1.100 600 68,75 531,25 9 550 5.550 6.100 1.300 677,8 61,11 616,67 10 550 7.050 7.600 1.500 760 55 705 Dengan menggunakan data kolom (5), (6), (7), dan (8) dari tabel 3.3, kita dapat membuat kurva biaya rata-rata (AC), biaya tetap rata-rata (AVC), biaya variabel rata-rata (AFC), dan kurva biaya marjinal (MC) seperti peraga 3.4.



Peraga 3.4 Kurva Biaya



Perhatikan kurva AFC pada peraga 3.4 yang terus menurun seiring bartambahnya kuantitas produksi. Hal ini menunjukan semakin banyak kuantitas produksi, maka proporsi biaya tetap intuk tiap unit semakin sedikit. Adapun pada kurva AVC, pada bagian awal juga menunjukan gejala menurun namun kemudian meningkat sehingga membentuk huruf “U”. Penyebabnya, semakin banyak unit yang diproduksi awalnya akan meningkatkan tambahan total produksi, namun setelah mencapai tingkat tertentu, produk marjinal (tambahan produksi) yang dihasilkan akan semakin menurun. Semakin banyak yang diproduksi, setelah mencapai titik tertentu, biaya per tenaga kerja, sebagai contoh dari biaya variabel, akan semakin meningkat. Penerimaan Secara umum, penerimaan dapat diartikan sebagai jumlah uang yang diterima oleh masyarakat dari berbagai sumber. Berdasarkan kaitannya dengan penerimaan, kita bisa membagi komponen dalam masyarakat, salah satunya berdasarkan kepemilikan terhadap faktor produksi. Berdasarkan kepemilakan terhadap faktor produksi, masyarakat dapat dikelompokan sebagai berikut. a. Pemilik faktor produksi alam, seperti petani, pemilik bangunan, pemilik perkebunan, dan balas jasa berupa sewa b. Pemilik faktor produksi tenaga kerja, seperti tenaga ahli, tenaga buruh, dan tenaga terampil, dengan balas jasa berupa upah atau gaji. c. Pemilik faktor produksi modal, seperti pemilik modal besar, modal kecil, dan modal menengah, dengan balas jasa berupa bunga modal d. Pemilik faktor produksi kewirausahaan, seperti pengusaha besar, pengusaha menengah, dan pengusaha kecil, dengan balas jasa berupa laba. Setiap kelompok faktor produksi pada praktiknya saling membutuhkan sehingga tercipta sebuah ketergantungan. Pemilik modal membutuhkan tenaga kerja, pemilik pengusaha membutuhkan modal, dan seterusnya. Hasilnya adalah terjalin hubungan harmonis antara keempat pemilik faktor produksi sehingga perekonomian berjalan dengan lancar. Jenis Penerimaan Penerimaan dapat dibagi dalam tiga jenis yaitu penerimaan total, penerimaan marjinal, dan penerimaan rata-rata. Penerimaan total atau Total Revenue (TR) adalah penerimaan yang didapat perusahaan dari menjual produknya. Secara matematis, penerimaan total dapat ditulis sebagai berikut. TR = P x Q Keterangan: TR = Penerimaan total (Total Revenue) P = harga (Price) Q = Jumlah barang yang terjual (Quantity)



Penerimaan rata-rata atau Average Revenue (AR) adalah penerimaan rata-rata per satuan produk yang dijual. Secara matematis, penerimaan rata-rata dirumuskan sebagai berikut. AR =



TR Q



Karena TR = P x Q, maka: AR =



PxQ =P Q



Penerimaan marjinal atau Marginal Revenue (MR) adalah penambahan penerimaan total akibat penambahaan jumlah barang yang dijual. Rumus penerimaan marjinal sebagai berikut. MR = TRn - TRn-1 atau ∆TC MR = ∆Q Keterangan: MR = penerimaan marjinal (Marginal Revenue) P = penerimaan total unit ke-n Q = penerimaan total unit sebelum n Δ = perubahaan Untuk lebih memahami hubungan ketiga konsep penerimaan tersebut, perhatikan tabel 3-4 yang memuat jumlah penjual buku tulis, harga jual, penerimaan marjinal, dan penerimaan rata-ratanya. Tabel 3.4 Hasil Penjualan Buku Tulis Penerimaan Penerimaan Harga Total Marjinal 400 400 390 780 380 380 1140 360 370 1480 340 360 1800 320 350 2100 300 340 2380 280 330 2640 260 320 2880 240



Kuantitas 1 2 3 4 5 6 7 8 9



Penerimaan Rata-Rata 400 390 380 370 360 350 340 330 320



4000



500



3600



450



3200



400



2800



350



Penerimaan



Penerimaan Total



Dari tabel 3.4 dapat dituangkan dalam bentuk grafik dalam peraga 3.5. terlihat bahwa semakin banyak buku tulis yang terjual, semakin banyak penerimaan perusahaan (peraga 3.5 (a)). Walau demikian, akibat harga yang berkurang ketika penjualan meningkat, maka penerimaan rata-rata menjadi menurun (peraga 3.5 (b)).



2400 2000 1600



300 250 200



1200



150



800



100



400



50



0



0 0



1



2



3



4



5



6



7



8



9 10



Kuantitas barang yang terjual (a)



0



1



2



3



4



5



6



7



8



Kuantitas barang yang terjual (b)



9



10



Laba Maksimum Pada tingkatan produksi berapa pun, setiap pengusaha pasti menginginkan jumlah penerimaan melebihi jumlah biaya untuk memproduksi output tersebut. Dari hasil analisa antara jumlah biaya dan penerimaan, perusahaan dapat menentukan berapa jumlah produksi yang akan mendatangkan profit atau keuntungan bagi perusahaan. Profit atau laba adalah kelebihan penerimaan atas biaya. Penambahaan produksi dapat menurunkan harga jual, yang diharapkan mampu meningkatkan penjualan, dan menciptakan keuntungan. Namun, penurunan harga jual tidak selalu mendatangkan keuntungan. Pada titik tertentu, peningkatan produksi dapat mengakibatkan penurunan penjualan, hingga akhirnya menimbulkan kerugian. Maka, seorang pengusaha harus menganalisis titik produksi mana yang mampu memberikan laba maksimal bagi perusahaan. Untuk lebih jelas, perhatikan tabel 3.5. Tabel 3.5 Tabel Pendapatan untuk Berbagai Tingkat Produksi Kuantitas Harga TR TC TR-TC ATC MR MC 1 21 21 25 -4 25 2 20 40 36 4 18 19 11 3 19 57 44 13 14,67 17 8 4 18 72 51 21 12,75 15 7 5 17 86 58 26 11,6 13 7 6 16 96 69 27 11,5 11 11 7 15 105 81 24 11,6 9 12 8 14 112 95 17 11,9 7 14 9 13 117 111 6 12,33 5 16 10 12 120 129 -9 12,9 3 18 Pada tabel 3.5 tersebut, kita dapat melihat bahwa keuntungan maksimum untuk berbagai tingkat produksi ada pada kuantitas produksi 6 unit. Pada saat perusahaan berhasil memproduksi dan menjual pada kuantitas ini, perusahaan mendapatkan keuntungan terbesar (TR-TC) maksimal yaitu 27. Apabila perusahaan meningkatkan produksi lagi, maka keuntungan yang didapat akan lebih sedikit, demikian juga bila perusahaan mengurangi produksi. Titik produksi ini disebut sebagai titik yang memberikan keuntungan maksimum. Kondisi yang menunjukan titik keuntungan maksimum perusahaan ini berada pada titik di mana MR=MC. Saat MR lebih besar dari MC, perusahaan masih memiliki kemungkinan menambah unit produksi untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar lagi. Namun, saat MR lebih kecil dari MC, perusahaan lebih baik mengurangi produksi karena saat itu tambahan keuntungan menjadi lebih kecil akibat tambahan biaya yang lebih besar. Maka, kita dapat menyimpulkan bahwa titik yang memberikan keuntungan maksimal bagi perusahaan adalah saat MR=MC. Kondisi laba maksimum ditunjukan kurva peraga 3.6 (b) Peraga 3.6 Kurva Penerimaan dan Biaya



Perhatikan peraga di atas. Laba adalah hasil pengurangan penerimaan (TR) dan biaya (TC). Perhatikan daerah yang diarsir. Adapun laba maksimum diperoleh saat MR = MC.