Identifikasi Parasetamol Metode O-Cressol [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Identifikasi Parasetamol Metode O-Cressol



A. Tujuan Untuk mengidentifikasi adanya kandungan parasetamol pada sampel dengan menggunakan metode O-Cressol



B. Prinsip Parasetamol



dan



metabolitnya



dihidrolisa



dalam



suasana



asam



menjadi



paraAminophenol, dengan asam cresol membentuk senyawa berwarna biru terang.



C. Dasar Teori Parasetamol merupakan obat analgesik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di SSP . Parasetamol digunakan secara luas di berbagai negara baik dalam bentuk sediaan tunggal sebagai analgetik-antipiretik maupun kombinasi dengan obat lain dalam sediaan obat flu, melalui resep dokter atau yang dijual bebas. Keracunan parasetamol terutama me-nimbulkan nekrosis hati yang disebabkan oleh metabolitnya. Parasetamol cepat diabsorbsi dari saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak dicapai dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam. Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk tidak berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan asam glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan berpotensi menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis normal bereaksi dengan gugus sulfhidril dari glutation menjadi substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan sulfhidril dari protein hati. Mekanisme toksisitas Pada dosis terapi, salah satu metabolit parasetamol bersifat hepatotoksik, didetoksifikasi oleh glutation membentuk asam merkapturi yang bersifat non toksik dan diekskresikan melalui urin, tetapi pada dosis berlebih produksi metabolit hepatotoksik meningkat mele-bihi kemampuan glutation untuk mendetoksifikasi, se-hingga metabolit tsb bereaksi dengan sel-sel hepar dan timbulah nekrosis sentro-lobuler. Oleh karena itu



pada penanggulangan keracunan pa-rasetamol terapi ditujukan untuk menstimulasi sintesa glutation. Dengan proses yang sama parasetamol juga bersifat nefrotoksik. Parasetamol dosis 140 mg/kg pada anak-anak dan 6 gram pada orang dewasa berpotensi hepatotoksik. Dosis 4g pada anak-anak dan 15 g pada dewasa dapat menyebabkan hepatotoksitas berat sehingga terjadi nekrosis sentrolobuler hati. Dosis lebih dari 20 g bersifat fatal. Pada alkoholisme, penderita yang mengkonsumsi obat-obat yang menginduksi enzim hati, kerusakan hati lebih berat, hepatotoksik meningkat karena produksi metabolit meningkat. Gejala klinis keracunan parasetamol dapat dibedakan atas 3 stadium : 1. Stadium I (0-24 jam) asimptomatis atau gangguan sistim pencernaan berupa mual, muntah, pucat, berkeringat. Pada anak-anak lebih sering terjadi muntah-muntah tanpa berkeringat. 2. Stadium II (24-48 jam) Peningkatan SGOT-SGPT. Gejala sistim pencernaan menghilang dan muncul ikterus, nyeri perut kanan atas, meningkatnya bilirubin dan waktu protombin. Terjadi pula gangguan faal ginjal berupa oliguria, disuria, hematuria atau proteinuria. 3. Stadium III ( 72 - 96 jam ) Merupakan puncak gangguan faal hati, mual dan muntah muncul kembali, ikterus dan terjadi penurunan kesadaran, ensefalopati hepatiku 4. Stadium IV ( 7- 10 hari) Terjadi proses penyembuhan, tetapi jika kerusakan hati luas dan progresif dapat terjadi sepsis, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) dan kematian.



D. Alat 1. Pipet 2. Tabung reaksi



E. Reagen 1. Pereaksi o-Cressol : Jenuhkan pereaksi o-Cressol dengan kocok 10 ml o-Cressol dengan 1 aquadest, biarkan selama 24 jam sebelum digunakan 2. Ammonium Hidroksida 2 mol/l (2M) 3. HCl 36% 4. Standar urin : Pergunakan urin specimen pasien yang telah mengkonsumsi Parasetamol 1 gram dalam waktu 24 jam



F. Cara Kerja 1. Pipet 0,5 ml specimen (test urin, standar urin dan aquadest sebagai blanko) masingmasing tambahkan 0,5 ml HCL 36% kemudian panaskan diatas waterbath selama 10 menit pada suhu 100ºC 2. Ke dalam campuran diatas tambahkan 10 ml air, 1 ml O-Cressol 1% dalam air dan 4 ml Ammonium Hidroksida 2 mol/l (2M) 3. Perhatikan warna yang terbentuk



G. Pembacaan Hasil Apabila terbentuk warna biru, diduga specimen mengandung Parasetamol, sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut (konfirmasi test)



H. Hasil pengamatan



Sebelum



Sesudah



Keterangan : 



Urine normal berwana kuning muda







Urin patologis berwarna biru







Aquades sebagai kontrol negatif berwarna kuning muda.



I. Pembahasan Setelah dilakukan uji identifikasi parasetamol pada sampel di atas, dapat dilihat bahwa terjadi perubahan warna setelah sampel uji direaksikan dengan pereaksi O-Cressol dan terjadi perubahan warna menjadi biru di mana hal ini menunjukkan bahwa adanya kandungan parasetamol.



J. Kesimpulan Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sampel urin patologis yang dijadikan bahan uji dalam praktikum ini adalah positif (+) mengandung parasetamol.