Ilmu Pengetahuan Ilmiah Tentang Reinkarnasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

0



Terjemahan Kelas Srila Prabhupada Bhagavad-gita “Menurut Aslinya” Bab 2 Sloka 28 Terjemahan Bahasa Indonesia dan Teks asli dalam Bahasa Inggris Narasumber: A.C. Bhaktivedanta Swami Srila Prabhupada—Acharya Pendiri ISKCON (International Society for Krishna Consciousness) Referensi: Bhagavad-gita “As it Is” Bab 2 Teks 28—[Bg. 2.28] Referensi Web (Bahasa inggris): https://vedabase.io/en/library/bg/2/28/ Lokasi Pengajaran: London, 30 Agustus 1973 Penerjemah : Subuddhi Dasa Judul : Ilmu Pengetahuan Ilmiah tentang Reinkarnasi. Tujuan penerbitan terjemahan ini: Pelayanan saya untuk Srila Prabhupada. Link Facebook: https://web.facebook.com/IskconMedan/ Referensi asli Kelas ini: prabhupadavani.org/transcriptions/730830bglon/ Audio—rekaman suara asli kelas ini tersedia di halaman web diatas. Edisi & Tanggal Terbit : Ke-2 & 07-08-2019 Diterbitkan di : https://www.scribd.com/document/420251417/Ilmu-PengetahuanIlmiah-tentang-Reinkarnasi



Apa keunggulan terjemahan dalam Bahasa Indonesia ini? Dikutip dari kitab Padyavali 14 : krsna-bhakti-rasa bhavita matih kriyatam yadi kuto `pi labhyate tatra laulyam api mulyam ekalam janma-koti-sukrtair na labhyate Artinya : “Bhakti yang murni dalam kesadaran Krsna tidak dapat dicapai bahkan dengan melakukan kegiatan saleh selama ratusan dan ribuan kehidupan. Bhakti itu hanya dapat dicapai dengan membayar satu harga yaitu kelobaan yang kuat untuk mendapatkannya. Jika ia tersedia di suatu tempat, seseorang harus segera membelinya tanpa menunda lagi.”



1



Menurut ayat diatas, kita diminta untuk membayar satu harga, apa yang harus dibayar itu? Usaha kita untuk membaca terjemahan penuh bhakti inilah itu. Hasil yang diharapkan dari mengikuti pembelajaran ini adalah “Anda semakin cinta pada Tuhan yang anda yakini.” Itu saja. Srimad-Bhagavatam 11.19.17 srutih pratyaksam aitihyam anumanam catustayam pramanesv anavasthanad vikalpat sa virajyate Artinya : “Seseorang dapat memahami kesementaraan dan kesengsaraan dunia material melalui



empat



bukti—pengetahuan



Veda,



pengalaman



langsung,



kebijaksanaan yang bersifat turun temurun (Garis Perguruan) dan kesimpulan logika, yang memungkinkan ia menjadi bebas dari dualitas dunia ini.” Jadi dari sloka diatas



kelas ini akan menghadirkan pengetahuan Veda,



kebijaksanaan yang bersifat turun menurun dan kesimpulan logika, yaitu tiga dari empat metode yang tersedia. Sisanya yang ke empat adalah pengalaman langsung anda. Saya berdoa semoga semua pembaca mendapat manfaat sebesarbesarnya dari terjemahan dan penjelasan kelas ini. Doa Pembuka : Om namo Bhagavate Vasudevaya................................................................... 3x “Oh, Tuhanku, Tuhan yang Mahabesar, saya menghaturkan sembah sujud penuh bhakti kepada-Mu.”



2



Kata Pengantar Saya berterima kasih. Segala pujian kepada Guru Kerohanian saya yang kekal, Subagh Swami Maharaja dan kakek Guru saya A.C. Bhaktivedanta Swami Srila Prabhupada. Hanya



atas



kemurahan hatinya beliau mengungkap Kebenaran



Kebijaksanaan Veda ini. Dalam menyajikan terjemahan ini saya bersama tim, berusaha sebaik-baiknya memastikan segalanya rapi, ejaan sangat baik dan Srila Prabhupada senang. Berikut tim editor Buletin “BACK TO GODHEAD” (BTG): Subuddhi dasa, Prabhu Ananda dasa, Sathya Prema, Wiswa Mitra dan Mataji Mohini devi dasi. Jadi dalam buletin ini, melalui Srila Prabhupada, tokoh rohaniawan besar dalam abad ini, kami mengajak pembaca untuk melihat dunia ini dari kaca mata Veda. Arti kata “Veda” sendiri adalah “Pengetahuan.” Srila Prabhupada terkenal dengan kemampuannya menyederhanakan filsafat Veda yang “Rumit” menjadi hal yang “Sederhana” dan dapat diterima segala kalangan. Tidak lupa saya ucapkan terima kasih banyak kepada bapak Murli Krisna. Alamat: Perumahanan Taman Kedoya Permai. Jl. Limas VI Blok C3 No.20 Kebun jeruk. Jakarta Barat. Atas Sumbangan beliau yaitu Proyektor, tiang dan layarnya. Sumbangan itu kami gunakan sebaik-baiknya untuk kegiatan pengajaran ini. Hare Krsna. Akhir kata, saya berharap kompilasi dan terjemahan kelas Srila Prabhupada ini yang disusun dalam Buletin mingguan “BACK TO GODHEAD” dapat memeberikan manfaat kepada semua pembaca. Terima Kasih. Hare Krsna.



3



“MANUSIA artinya BERTANYA” Pengetahuan apa yang harus ia miliki? Ilmu Pengetahuan “Ilmiah” tentang Reinkarnasi



Devotee:



[Bhagavad-gita 2.28] avyaktadini bhutani vyakta-madhyani bharata avyakta-nidhanany eva tatra ka paridevana (1)



"All created beings are unmanifest in their beginning, manifest in their interim state, and unmanifest again when they are annihilated. So what need is there for lamentation?" (1) “Semua mahluk yang diciptakan tidak terwujud pada awalnya, terwujud pada pertengahan dan sekali lagi tidak terwujud pada waktu dileburkan. Jadi apa yang perlu disesalkan?” (Petuah Krsna pada Arjuna). (2) Prabhupada: ...believing in the existence of soul. So soul is eternal. So there is nothing, no cause for lamentation, because soul will remain. Even the body is destroyed, there is no cause for lamentation. And those who do not believe that "There is soul; everything was void in the beginning,..." So in the beginning there was void and in the middle it is manifested. Then again it is void. So void to void, where there is lamentation? This is the argument Krsna is giving. Both ways you cannot lament. Then? (2) Prabhupada : Kita harusnya mempercayai keberadaan sang roh. Kita adalah sang roh dan sang roh itu kekal. Jadi ketika badan manusia ini mati, tidak ada alasan bagi kita untuk bersedih. Jadi roh dari badan itu terus ada. Walau badan ini hancur, tidak ada alasan untuk menyesal. Dan bagi mereka yang tidak percaya tentang sang roh, mereka berkata, “Bahwa pada awalnya segalanya adalah kekosongan.” Jadi menurut orang seperti itu, pada awalnya



4



yang ada hanya kekosongan dan di pertengahan, badan terwujud dan setelah kematian, kembali lagi pada kekosongan. Jadi dari kosong ke kosong. Bagi orang yang tidak percaya pada roh pun, mengapa harus menyesal ketika kematian datang? jika kenyataanya dari kosong ke kosong. Inilah penjelasan yang diberikan Krsna. Dalam kedua keadaan itu, baik orang percaya dengan roh maupun percaya dengan kekosongan, seharusnya seseorang tidak bersedih karena kematian. Kemudian Prabhupada berkata pada muridnya, “Lanjutkan baca penjelasan ayat itu.” (3) Pradyumna: (purport from “Bhagavad-gita As it Is”) "Yet even if, for argument's sake, we accept the atheistic theory, there is still no cause for lamentation. Apart from the separate existence of the soul, the material elements remain unmanifested before creation. From this subtle state of unmanifestation comes manifestation. Just as from ether, air is generated; from air, fire is generated; from fire, water is generated; and from water, earth becomes manifested. From the earth, many varieties of manifestations..." (3) Pradyumna: (Penjelasan dalam “Bhagavad-gita Menurut Aslinya”) : Seandainya kita mengakui teori yang tidak percaya kepada Tuhan tersebut, toh tidak ada alasan untuk menyesal. Disamping keberadaan sang roh secara pribadi yang kekal,



ada



unsur-unsur material yang merupakan unsur



pembentuk badan material ini dan unsur-unsur itu tidak terwujud sebelum ciptaan. Dari keadaan tidak terwujud yang halus, yaitu eter terjadilah perwujudan unsur-unsur yang lain, seperti halnya udara terwujud dari eter, api terwujud dari udara, air terwujud dari api dan tanah terwujud dari air. Dari tanah terwujudlah banyak jenis manifestasi.... (4) Prabhupada: This is the process of creation. From ether, then sky, then air, then fire, then water, then earth. This is the process of creation. Yes. (4) Prabhupada : Inilah proses penciptaan. Dari eter kemudian langit, kemudian udara, kemudian api, kemudian air dan tanah. Inilah proses penciptaan. Ya begitulah. (5)



5



Pradyumna: "Take for example a big skyscraper manifested from the earth. When it is dismantled, the manifestation becomes again unmanifested and remains as atoms in the ultimate stage. The law of conservation of energy remains, but in course of time things are manifested and unmanifested. That is the difference. Then what cause is there for lamentation either in the stage of manifestation or unmanifestation? Somehow or other, even in the unmanifested stage, things are not lost. Both in the beginning and at the end all elements remain unmanifested, and only in the middle are they manifested, and this does not make any real material difference. If we accept the Vedic conclusion as stated in the Bhagavad-gita (antavanta ime dehah) that these material bodies are perishable in due course of time (nityasyoktah saririnah) but that soul is eternal, then we must remember always that the body is like a dress. Therefore why lament the changing of a dress? The material body has no factual existence in relation to the eternal soul. It is something like a dream. In a dream we may think of flying in the sky or sitting on a chariot as a king, but when we wake up we can see that we are neither in the sky nor seated on the chariot. The Vedic wisdom encourages self-realization and the basis of the nonexistence of the material body. Therefore in either case, whether one believes in the existence of the soul or one does not believe in the existence of the soul, there is no cause for lamentation for loss of the body." (5) Pradyumna : Misalnya, gedung pencakar langit yang besar diwujudkan dari tanah. Apabila gedung pencakar langit dibongkar manifestasi itu menjadi tidak terwujud lagi. Pada akhirnya unsur-unsur itu terurai dan tetap sebagai atomatom. Jadi benda material mengalami penguraian terus menerus dan akhirnya kembali ke unit terkecilnya, yaitu atom. Hukum kekekalan energi tetap berlaku, tetapi dalam pemahaman, sesudah beberapa waktu setelah bendabenda



terwujud,



kemudian benda



itu



kembali



tidak



terwujud—itulah



perbedaannya. Karena itu, apa alasan untuk menyesal, baik pada tahap terwujud maupun pada tahap tidak terwujud. Entah bagaimana, dalam tahap tidak terwujud pun, benda-benda tidak lenyap, baik di awal dan juga diakhir. Baik pada awal maupun pada akhir semua unsur tetap tidak terwujud, hanya pada pertengahan saja unsur-unsur itu terwujud dan ini tidak menyebabkan perbedaan material apa pun yang sejati. Kalau kita mengakui kesimpulan Veda sebagaimana dinyatakan dalam Bhagavad-gita (bahwa badan-badan jasmani dapat dimusnahkan sesudah beberapa waktu (antavanta ime dehah) dan bahwa sang roh adalah kekal (nityasyoktah saririnah), maka kita paham bahwa badan



6



adalah seperti pakaian; karena itu mengapa kita harus menyesal karena penggantian pakaian? Badan jasmani tidak memiliki eksistensi (keberadaan) yang nyata sehubungan dengan sang roh yang kekal. Hal itu mirip dengan mimpi. Dalam mimpi barangkali kita berpikir kita terbang di langit, atau duduk di atas kereta kencana sebagai raja, tetapi bila kita bangun, kita dapat melihat bahwa kita tidak berada di langit maupun duduk di atas kereta kencana. Pengetahuan Veda memberikan semangat untuk keinsafan diri berdasarkan kenyataan bahwa badan jasmani tidak mempunyai eksistensi yang nyata. Karena itu, dalam kedua keadaan tersebut, baik seseorang percaya terhadap adanya sang roh maupun tidak percaya, tetap tidak ada alasan untuk menyesal karena kehilangan badan.” (6) Prabhupada: One point in this connection is that at night when I am dreaming I forget this body. This body, in dream, I am seeing that I have gone in a different place, talking with different men, and my position is different. But at that time I don't remember that actually my body is lying on the bed in the apartment where I have come. But we don't remember this body. It is everyone's experience. Similarly, when you come again, awakening stage in the morning after getting up from the bed, I forget all the bodies I created in my dream. So which one is correct? This is correct? This body's correct, or that body's correct? Because at night I forget this body, and in daytime I forget the other dreaming body. So both of them not correct. It is simply hallucination. But I am correct because I see at night, I see in daytime. So I am eternal, the body is not eternal. This is the fact. Antavanta ime deha nityasyoktah saririnah [Bg. 2.18]. Saririnah, the owner of the body, is eternal, but not the body. In so many ways, Krsna is explaining about the material condition of this body. But those who are not very intelligent, with poor fund of knowledge, it is very difficult for them to understand. Otherwise, things are very clear. This point is very clear. That at night I forget this body, and in daytime I forget the body at night. This is a fact. Similarly, I may forget the body of my last appearance, last duration of life, or I may not know the future body. But I will exist, and the body may change, but I'll have to accept another body which is temporary. But I, as I exist, it means I have got a body. That is spiritual body. (6) Prabhupada: Jadi saya lupa tentang badan saya ketika bermimpi di malam hari. Didalam mimpi, saya melihat diri saya sudah pergi ke tempat yang lain,



7



sedang berbicara dengan seseorang dan aktifitas saya berbeda. Tetapi saya tidak ingat pada saat mimpi itu, bahwa badan saya yang asli sedang terbaring di atas kasur dalam apartemen saya. Saat bermimpi kita tidak ingat badan ini. Ini pengalaman nyata setiap orang. Begitu juga, ketika saya bangun tidur di pagi hari saya lupa semua badan dalam mimpi saya. Jadi kedudukan badan mana yang yang benar? Kedudukan badan ini yang benar? atau Badan dalam mimpi itu yang benar? Karena pada saat mimpi saya lupa badan ini dan setelah bangun saya lupa badan dalam mimpi saya. Jadi kedudukan badan mana yang benar? Kedudukan badan ini yang benar? atau badan dalam mimpi itu yang benar? Karena pada saat mimpi saya lupa badan ini dan setelah bangun saya lupa badan dalam mimpi saya. Jadi sebenarnya kita salah paham tentang kedudukan kedua badan itu dan realitanya kedudukan kedua badan itu “Salah.” Karena kesadaran seperti itu hanyalah halusinasi. Tapi keberadaan sayalah yang benar, saya ada di mimpi dan setelah bangun saya sadar juga. Jadi saya kekal dan badan ini tidak kekal. Itulah faktanya. Antavanta ime deha nityasyoktah saririnah. [Bg. 2.18]. Saririnah, pemilik badan itu kekal sedangkan badan ini tidak. Dengan begitu banyak cara, Krsna menjelaskan bahwa badan ini tidak kekal. Tapi bagi orang yang kurang cerdas, kurang pengetahuan, mereka sangat sulit untuk mengerti hal ini. Kalau dia cerdas, contoh ini sangat jelas. Kejadian ini sangat jelas. Bahwa malam hari ketika mimpi, saya lupa akan badan ini dan dipagi hari ketika bangun, saya lupa lagi badan saya dalam mimpi. Inilah faktanya. Sama halnya, saya mungkin lupa badan dari kelahiran saya yang lalu, kehidupan saya yang lalu dan saya juga tidak tau badan saya yang akan datang. Tapi pasti saya selalu ada dan badan akan terus berubah, saya harus menerima badan lain yang sementara. Tapi saya selalu ada karena saya memiliki badan saya yang asli, yaitu “Badan Spiritual.” (7) So spiritual body is existing, and spiritual advancement means first of all to know spiritual identification of myself. Just like Sanatana Gosvami went to Sri Caitanya Mahaprabhu after retiring from his ministership. So he first of all said that, ke ami, kene amaya jare tapa-traya: "Actually, I do not know what I am, and why I am subjected to the miserable condition of life." Therefore the miserable condition of life is this body. Because I get... In dream also. When I get another body, sometimes we find that on top of the very tall bamboo or tall mountain I am just now, I'm falling



8



down . And I'm afraid, I sometimes cry, "Now, I am now falling down." So this body, this material body, which body I belong to, which I am... Actually, I do not belong to any of these bodies. I have got a separate spiritual body.



(7) Jadi badan spiritual kita selalu ada dan kemajuan dalam hal spiritual diawali dengan mengetahui kedudukan rohani dari diri kita. Seperti halnya Sanatana Gosvami menemui Sri Caitanya Mahaprabhu setelah pensiun dari jabatan menterinya. Jadi pertama sekali dia berkata, ke ami, kene amaya jare tapatraya: “Sebenarnya, saya tidak tau apa diri saya dan kenapa saya di paksa hidup menderita dalam dunia yang terikat ini.” Sebenarnya kehidupan terikat yang penuh penderitaan itu disebabkan oleh badan material ini. Seperti halnya, badan-badan yang kita dapat didalam mimpi. Terkadang kita didalam mimpi mendapatkan badan dan entah bagaimana diletakkan di atas pohon bambu yang begitu tinggi atau gunung yang sangat tinggi dan kemudian saya terjatuh. Dan terkadang saya merasa ketakutan dan menangis, “Sekarang saya sedang jatuh dari tempat yang sangat tinggi.” Jadi badan-badan material yang kita gunakan inilah sumber penderitaan kita. Sebenarnya saya bukan milik badanbadan material ini, saya punya badan saya yang lain yaitu Badan Spiritual. (8) So this human life is meant for that realization, that "I am not this material body, I have a spiritual body." Then next question will be, "Then what is my function?" In the present body under some material condition I am thinking, "This is my body," and the body is produced under certain condition of this country or this family; therefore, "This is my family, this is my country, this is my nation." Everything in bodily concept of life. And if I am not this body, then in relationship with this body, either my family or my country or my society, or my other relationships, they are also false because the body is false. Therefore Sankaracarya theorized this: brahma satyam jagan mithya. Brahman means the soul, the soul is actually the fact, not the material manifestation. Material manifestation, of course, he says false. We don't say false. We say temporary. So our main concern is that I am not false but temporary. My body is temporary. Now I am working for the body. That is illusion. Aham mameti [SB 5.5.8]. Then what is real fact? Real fact is that I am spiritual particle, and the whole spirit is Krsna, or God. Therefore, as part and parcel of God it is my duty to serve God. That



9



is spiritual life, bhakti-yoga, That is called svarupa. And in another place, the Bhagavad-gita confirms it that sa gunan samatityaitan brahma-bhuyaya kalpate [Bg. 14.26]. When I realize that I am not this body, then immediately I transcend the three modes of material nature: sattva-guna, rajo-guna, tamo-guna. Under the bodily concept of life, I am influenced by one of the modes of material nature and acting. (8) Jadi kehidupan sebagai manusia ini dimaksudkan untuk menginsafi atau sadar tentang hal ini, “Saya bukan badan material ini, saya memiliki badan spiritual saya.” Kemudian pertanyaan selanjutnya adalah, “Jadi apa gunanya badan material ini?” Saat ini kita dibawah pesona tenaga material (maya) dan beranggapan, “Inilah saya badan ini, saya berasal dari keluarga ini dan saya dari negara ini.” Kemudian kita beranggapan, “Inilah keluargaku, inilah negaraku, inilah bangsaku.” Semuanya dalam hubungan dengan badan ini. Karena saya bukanlah badan ini, melainkan saya adalah sang roh, maka segala hal yang berhubungan dengan badan ini, yaitu hubungan “Keluarga” atau “Negara asal kita” atau “Masyarakat sekitar kita,” mereka semua bersifat sementara. Karena itu Sankaracarya, menyatakan teorinya: brahma satyam jagan mithya. “Brahman” berarti sang roh, jadi Sankaracarya berkata, “Sang roh lah yang nyata, dunia ini palsu.” Tapi, “Kita (Kesadaran Krsna),” tidak mengatakan dunia ini palsu melainkan dunia ini bersifat sementara. Ada tujuan dari dunia ini. Itulah yang namanya Ilusi. Aham mameti [SB. 5.5.8]. Jadi apa Fakta yang sebenarnya? Fakta yang sebenarnya adalah Saya adalah roh yang kecil dan roh yang sempurna adalah Krsna, saya adalah bagian dari Krsna. Inilah kehidupan spiritual, bhakti-yoga, hal itu disebut “Svarupa” (Kedudukan asli). Dan didalam Bhagavad-gita hal ini di tegaskan: sa gunan samatityaitan brahma-bhuyaya kalpate [Bg.14.26]. Ketika saya sadar diri saya adalah sang roh maka saat itu juga kita berkedudukan diatas tiga sifat alam: sattva guna, rajoguna, tamo-guna. Karena paham hidup yang salah—kita menganggap diri kita adalah badan, kita dipengaruhi oleh salah satu sifat alam itu dan dipaksa melakukan sesuatu. (9) In the Bhagavata also it is stated: yaya sammohito jiva atmanam tri-gunatmakam manute anartham [SB 1.7.5]. So because I have accepted this body which is made of either of the three modes of material nature, and identifying, therefore I have created so many anartha. Anartha means unwanted things. Tat-krtam cabhipadyate. And



10



after creating in bodily relationships so many unwanted things, I am absorbed in thought, that "I am, I belong to such and such nation. Therefore I have got my duty to do this, do that for the nation, or to the society, or to the family, or to my personal self, or to my wife, my children." This is, according to Vedic conception, this is illusion. Aham mameti [SB 5.5.8]. Janasya moho 'yam. Moha means illusion. I am creating illusory circumstances and becoming entangled. This is my position. But my real objective is how to get out of this illusion and come to my original consciousness, Krsna consciousness, and then I get back. Krsna consciousness means spiritual body. As soon as I act on the basis of my spiritual body, that is called liberation. That is wanted. Then I live blissfully in eternal life of knowledge. (9) Didalam Srimad-Bhagavatam juga dinyatakan: yaya sammohito jiva atmanam tri-gunatmakam manute anartham [SB 1.7.5]. Jadi kita sudah mendapatkan badan ini, yaitu produk dari salah satu tiga sifat alam, sekaligus kita diberi paham hidup badaniah yaitu ego palsu. Kita dibawah pengaruh ego palsu, salah menganggap diri kita badan ini. Lalu dengan pemahaman yang keliru itu kita sudah membuat begitu banyak anartha. Anartha artinya adalah hal-hal yang “tidak diperlukan tapi diinginkan.” Tat-krtam cabhipadyate. Kemudian dalam kesalah pahamanan itu, salah identitas, kita berpikir, “saya adalah badan ini,” dan membuat begitu banyak ikatan yang tidak diperlukan, saya terserap dalam paham, “Saya adalah ayah, saya adalah ibu, saya adalah anak, saya termasuk dalam kelompok ini, saya termasuk dalam negara itu.” Oleh karena itu kita berpikir, “Saya bertanggung jawab untuk melakukan ini, melakukan sesuatu untuk negeri ini, atau kepada masyarakat, atau untuk keluarga, atau untuk diri pribadi saya sendiri, atau untuk istri saya, anak-anak saya.” Menurut pengetahuan Veda, pemahaman seperti itu disebut ilusi, khayalan. Aham mameti [SB.5.5.8]. Janasya moho` yam. Moha artinya ilusi. Saya sibuk berhalusinasi dan menjadi terikat. Itulah kedudukan kita. Tapi bagi orang cerdas, dia harus menetapkan tujuannya, tujuan aslinya adalah mencari tau bagaimana keluar dari ilusi ini dan membangkitkan kesadaran asli kita, Kesadaran Krsna, kemudian pulang kembali pada Krsna. Kesadaran ini artinya Badan Spiritual. Saat dimana kita bertindak dengan Kesadaran Krsna, maka badan kita menjadi Badan Spiritual, itulah yang disebut pembebasan. Itulah tujuan yang diharapkan. Barulah kita hidup penuh dalam kebahagiaan, kekekalan dan pengetahuan.



11



(10) But people are being educated on this bodily concept of life, and they are creating problems, and in order to solve the problems, they are becoming entangled in sinful activities. Just like this morning we were discussing about killing the baby's body within the womb, abortion. Because we do not know that the soul within the body of the baby... That cannot be killed. That cannot be killed. But that is also explained, that one who knows the eternity of the soul, he does not kill anyone, neither the soul is killed. But we are creating problem. Because the soul has taken shelter in this body and the so-called medical science advising to destroy that body, that means he is becoming entangled. The person who is advising... I understand that one gentleman comes here, his wife is a medical doctor and her business is to check the pregnant wife, woman, and advise whether the child should be killed or not. This is the business. (10) Tapi orang-orang dididik pada konsep kehidupan badan ini dan mereka menciptakan banyak masalah dan dalam usahanya menyelesaikan masalahmasalah itu, mereka menjadi terikat dalam perbuatan berdosa. Seperti halnya pagi ini, kita membahas tentang “Pembunuhan badan bayi di dalam kandungan, Aborsi.” Orang-orang melakukan itu karena mereka tidak tau bahwa ada sang roh di dalam badan bayi itu. Dan sang roh itu tidak bisa dibunuh. Tapi dijelaskan dalam Bhagavad-gita, walau seseorang mengerti kekekalan sang roh, bahwa sang roh tidak bisa membunuh dan tidak juga sang roh dapat dibunuh, dia harus tahu sistem dunia ini. Tindakan aborsi ini menyebabkan masalah. Karena ada roh yang sudah berlindung didalam badan bayi



itu dan dokter-dokter gadungan yang memberikan saran untuk



melakukan aborsi, pembunuhan badan bayi itu, mereka terkena dosa, mereka menjadi terikat dan harus membayar dosanya itu. Bahkan orang yang memberikan saran itu juga terkena reaksi dosanya. Ada seorang laki-laki datang kesini, istrinya seorang dokter dan pekerjaannya adalah memeriksa kehamilan dari wanita dan istri yang hamil dan kemudian dokter wanita itu menyarankan apakah bayi itu boleh dibunuh atau tidak. (11) So the situation of the world, due to ignorance of the soul they are creating so many sinful activities and becoming entangled. But they have no knowledge how they are becoming entangled. This is maya's, praksepatmika-sakti, avaranatmika. Although



12



he is being entangled, but he's thinking that he's advancing, advancing in scientific knowledge. This is their knowledge. The gentleman was talking that he's a mining engineer. So mining engineer, his business is to make the atmosphere within the mine very comfortable. Just imagine, he has gone down within the earth just like the mousehole, and he's improving that mousehole. After being educated, after getting degrees, his position is to enter into the dark, dark, I mean to say, hole of the earth, and he's trying to scientific advancement by cleansing the air within the mine. He's condemned that he has been forced to give up the outer, outer space, free air. He has been condemned to go within the earth, and he's proud of scientific advancement. This is going on. This is scientific advancement. (11) Jadi kondisi dunia ini,



karena kebodohan yang pekat tanpa adanya



pengetahuan tentang sang roh, mereka telah membuat cara-cara hidup yang penuh dosa dan menjadi roh terikat di dunia ini. Tapi mereka bahkan tidak punya pengetahuan, tidak sadar kalau dirinya dihukum di dunia ini. Ini adalah potensi dari maya, praksepatmika-sakti, avaranatmika-sakti. Walaupun dia dihukum di dunia ini, tapi dia pikir, “Saya semakin hebat di dunia ini, ada kemajuan dalam hidup saya, saya semakin hebat dalam pengetahuan Ilmiah.” Inilah



pemahaman



orang-orang



yang



berhalusinasi.



Ada



seseorang



menceritakan bahwa profesinya adalah insinyur pertambangan. Jadi tugas orang ini, untuk membuat suasana di dalam lubang tambang menjadi nyaman. Coba bayangkan, dia telah masuk, melubangi bumi ini dan membuat lubang seperti lubang tikus dan pekerjaannya adalah “Mempernyaman lubang tikus itu.” Setelah dia disekolahkan sedemikian lama, setelah mendapat gelar, pekerjaannya adalah masuk kedalam tempat yang sangat gelap, lubang tambang, dengan kemajuan pengetahuan ilmiahnya dia membersihkan udara di dalam tambang. Dia dikutuk oleh dunia ini akibat dosanya, dia dipaksa untuk meninggalkan daratan alam terbuka, yang secara alami udara segar dalam jumlah melimpah tersedia dan ia dipaksa masuk kedalam lubang tikus itu. Dia dikutuk untuk masuk kedalam bumi dan kemudian orang itu merasa bangga dengan pekerjaannya dan kemajuan ilmiahnya. Inilah yang terjadi. Inilah yang kita sebut-sebut kemajuan ilmiah. (12) So manute anartham. That is Vyasadeva. Vyasadeva, before writing SrimadBhagavatam by the, under the instruction of Narada, he meditated what is the position. Bhakti-yogena manasi samyak pranihite amale apasyat purusam purnam 13



mayam ca tad-apasrayam [SB 1.7.4]. He saw, realized, there are two things: the maya and Krsna. Mayam ca tad-apasrayam. Taking shelter of Krsna. This maya cannot stand without Krsna. But Krsna is not affected by maya. Because Krsna is not affected, absorbed. But the living entities, yaya sammohito jiva, the living entities, they become affected by the presence of maya. Krsna is not affected. Just like the sun and the sunshine. Sunshine means combination of illuminating particles. That is sunshine. It is scientifically proven. Sparks, little atomic sparks, shining sparks. So similarly, we are also just like the shining sparks of Krsna. Krsna is compared with the sun. Krsna—surya-sama, maya haya andhakara. Now when there is cloud, maya, the sun is not affected. But the small particles, sunshine, they are affected. Just try to understand. Here is sun, and below, many millions of miles below, the cloud. And the cloud is covering part of the sunshine which is combination of illuminating particles. So the maya or the cloud cannot cover the sun, but it can cover the minute shining particles. So we are affected. Krsna is not affected. (12) Jadi manute anartham. Itulah Vyasadeva, sebelum beliau menulis SrimadBhagavatam, sesuai perintah gurunya Narada muni, dia melakukan meditasi, mencari tau kebenaran, apa kedudukan sebenarnya dunia ini. Bhakti-yogena manasi samyak pranihite amale apasyat purusam purnam mayam ca tadapasrayam [SB 1.7.4]. Vyasadeva telah melihat, sadar sepenuhnya, bahwa ada dua hal di dunia ini : maya dan Krsna. Mayam ca tad-apasrayam. Tenaga maya ini milik Krsna. Maya ini tidak ada tanpa ijin Krsna. Pada saat yang sama Krsna juga tidak dipengaruhi oleh Maya. Karena Krsna sumber dari tenaga maya ini. Tapi sang roh individual, yaya samohito jiva, terkena pengaruh dari maya ini. Krsna tidak dipengaruhi maya. Seperti halnya Matahari dan sinar Matahari. Sinar Matahari adalah gabungan dari partikel cahaya. Hal itu sudah terbukti secara ilmiah. Partikel itu adalah percikan cahaya, percikan cahaya yang sangat kecil. Sama halnya, kita diibaratkan sinar matahari dan Krsna diibaratkan Matahari. Kita adalah percikan bercahaya kecil dari Krsna. Krsna sering dimisalkan seperti matahari. Krsna—surya-sama, maya haya andhakara. Jadi maya diibaratkan sebagai “Awan,” ketika ada awan, matahari tidak terkena pengaruhnya. Tapi partikel-partikel kecil cahaya itu, sinar matahari, mereka terkena pengaruh awan ini. Cobalah pahami pernyataan berikut: Jadi ditempat yang jauh dari Bumi ada Matahari dan Matahari itu memancarkan sinarnya keseluruh alam semesta, sebagian dari sinar matahari itu menempuh jarak berjuta-juta mil sampai akhirnya sampai ke bumi, di angkasa bumi ini



14



ada awan. Dan awan hanya mampu menutupi sebagian dari keseluruhan cahaya matahari itu. Cahaya matahari itu seperti yang dijelaskan tadi adalah gabungan dari partikel kecil cahaya. Jadi maya atau awan tidak bisa menutupi Matahari, tapi awan itu mampu menutupi partikel kecil cahaya itu. Jadi kesimpulannya: kita, yaitu roh individual yang kecil ini, terkena pengaruh maya sedangkan Krsna tidak. (13) Therefore, Vyasadeva saw, apasyat purusam purnam. He saw... Just like in airplane, you go above the cloud. The sun is not affected at all by the cloud. Although below the airplane you'll see vast mass of cloud. Similarly, maya cannot affect Krsna. Therefore, Bhagavad-gita says daivi hy esa gunamayi mama maya. Mama maya [Bg. 7.14], Krsna says, "My illusory energy." Krsna is never affected by the illusory energy. But the Mayavadi philosophers, they say that when impersonal Absolute Truth comes, appears, they also accept the incarnation, but their philosophy is that ultimately the Absolute Truth is impersonal. When He appears as a person, He accepts the maya body. This is Mayavada. Krsna may be accepted as the Supreme God, but He has accepted a material body. That means they want to compare Krsna with ordinary living entity, and that is condemned in the Bhagavad-gita. It is said that avajananti mam mudha manusim tanum asritam [Bg. 9.11]. Because Krsna comes in His original form... Original form is two-handed. It is also accepted in the Bible: "Man is made after the image of God." So God has got two-handed. Even the four-handed Visnu form is not the original form. Visnu form is secondary manifestation of Sankarsana. So Krsna is never affected by maya. This is point. (13) Oleh karena itu, Vyasadeva mampu melihat dengan sebenarnya, apasyat purusam purnam. Atas keinsafan-dirinya dia memiliki kemampuan untuk melihat hal-hal dengan sebenarnya, seperti halnya pesawat terbang, dengan pesawat terbang kita bisa berada diatas awan. Dari ketinggian itu, kita bisa melihat sepenuhnya matahari tanpa terhalangi awan. Meskipun dibawah pesawat itu, kita dapat melihat banyak sekali awan yang terbentang luas. Seperti itulah maya tidak bisa mempengaruhi Krsna. Jadi didalam Bhagavadgita dikatakan, daivi hy esa gunamayi mama maya. Mama maya [Bg. 7.14], Krsna berkata, “Tenaga mengkhayalkan (maya) adalah milik-Ku.” Krsna tidak pernah dipengaruhi oleh maya. Tapi orang-orang yang pengetahuannya sudah dikhayalkan oleh maya (Mayavadi), mereka berkata, “Ketika Kebenaran



15



Mutlak (Krsna) datang kedunia ini....,” jadi orang-orang seperti itu pun (Mayavadi), mereka masih menerima kebenaran tentang munculnya Tuhan, mereka percaya Tuhan datang ke dunia ini. Tapi filosofi mereka pada akhirnya mengacu pada Kebenaran Mutlak (Tuhan) itu tanpa wujud (impersonal). Jadi Mayavadi ini berkata, “Ketika Tuhan datang seperti manusia, Tuhan menerima badan material seperti manusia pada umumnya.” Inilah pendapat orang-orang Mayavadi. Mereka berkata, “Krsna bisa diterima sebagai Pengendali Tertinggi, Tuhan, tapi dia sudah menerima badan material.” Dengan pernyataan itu, artinya mereka ingin membandingkan Krsna, Tuhan, dengan manusia biasa. Dan sikap seperti itu muncul bagi manusia yang terkena pengaruh “Maya (ilusi),” karena mencoba-coba berspekulasi tentang Tuhan, dengan menganggap badan Tuhan ketika datang kedunia ini mirip dengan badannya. Dia tidak tau bahwa “Badanmu lah yang mirip dengan badan Tuhan, mirip itu tidak sama.” Dalam Bhagavad-gita dikatakan: avajananti mam mudha manusim tanum asritam [Bg. 9.11]. Karena Tuhan, Krsna, datang dalam wujudnya yang asli. Wujud asli itu “Berlengan dua.” Hal yang sama juga dinyatakan dalam Alkitab: “Manusia diciptakan sesuai dengan rupa Tuhan.” Jadi Tuhan dalam sosoknya yang asli, yang utama, memiliki dua tangan. Bahkan wujud Visnu yang berlengan empat bukanlah wujud yang asli. Bentuk Visnu itu adalah perbanyakan ke-dua dari Sankarsana. Jadi Krsna tidak pernah berada dibawah pengaruh maya (ilusi). Itulah poinnya. Prabhupada: Hare Krsna. (end) Penulis : Subuddhi Dasa Pesan dari Penulis : Jika anda bingung atau ada pertanyaan, sederhana saya jawab. Tuhan tinggal dihatimu, sebagai Roh yang Utama. Dia tau isi hatimu, seberapa serius anda menginginkannya, oleh karena itu cukup dengan baca Kelas ini berulang kali, Tuhan yang tinggal dihatimu, akan melimpahkan segala pengetahuan yang diperlukan. No doubt.



16



Informasi tempat belajar Bhagavad-gita dan Srimad-Bhagavatam ISKCON Temple di Indonesia, Sumatera Utara, Deli serdang = Jagannath Deva Ashram. Jalan. Veteran Pasar 7 Dusun IX Desa Manunggal, Deli Serdang, Sumatera Utara. Google map keyword : “ISKCON Medan” atau “Sri Sri Jagannath Deva Ashram.” Sudah terdaftar juga diaplikasi ojek online. CP: Ananda das = +6282197260187. Kami juga menjual buku-buku spiritual pengetahuan dibawah Licensi BBT (Bhaktivedanta Book Trust) buku-buku hasil terjemahan dan dilengkapi penjelasan dari Srila Prabhupada. Termasuk Bhagavad-gita “Menurut Aslinya.” SrimadBhagavatam danBuletin “BACK TO GODHEAD” ini akan diterbitkan setiap minggunya, jangan kelewatan ya. Informasi silahkan menghubungi kami. Hare Krsna.



Caitanya-caritamrta Adi-Lila. 17.22 kali-kale nama-rupe krsna-avatara nama haite haya sarva-jagat-nistara “Pada zaman Kali saat ini, nama suci Tuhan, yaitu maha-mantra Hare Krsna, adalah inkarnasi Sri Krsna. Cukup dengan mengucapkan nama suci, seseorang bergaul dengan Tuhan secara langsung. Siapa pun yang melakukan hal ini pastinya terbebaskan.” Kali-Santarana Upanisad 5-6 Hare Krsna Hare Krsna Krsna Krsna Hare Hare Hare Rama Hare Rama Rama Rama Hare Hare iti sodasakam namnam kali kalmasa nasanam natah parataropayah sarva vedesu drsyate “Enam belas suku kata mantra Hare Krsna secara khusus dimaksudkan untuk menangkal pengaruh buruk zaman Kali. Untuk menyelamatkan diri seseorang dari pencemaran zaman ini, tidak ada cara lain yang lebih efektif daripada pengucapan mantra Hare Krsna. Inilah kesimpulan seluruh iteratur Veda, tidak ada yang lebih mulia daripada pengucapan mantra Hare Krsna.”



17