18 0 4 MB
l a h t e L i Interaks a d a p n Domina n a g n a l i s r Pe a l i h p o s o r D r e t s a g o n mela Strain , A ♂ < > ♀A n a d , B ♂ ♀B>< B ♂ < > A ♀ Beserta ” a y n k o r Resip
Oleh: Kelompok 10 Khilyatun Nafis Rizki Amalia Nurul Khaq
BAB I Pendahuluan
LATAR BELAKANG . . . Genetika
merupakan ilmu yang mempelajari tentang pewarisan sifat. Seperti telah diketahui, persilangan antara dua individu dengan satu sifat beda (monohibrid) akan menghasilkan rasio genotipe 1:2:1 dan rasio fenotipe 3:1. Sementara itu, persilangan dengan dua sifat beda (dihibrid) menghasilkan rasio fenotipe 9:3:3:1 Menurut Suryo (2004) mutasi merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan pada suatu gen. Menurut Corebima (2013), interaksi antara faktorfaktor (sepasang) dapat berpengaruh terhadap
RUMUSAN MASALAH . . . Bagaimana
rasio
hasil
anakan
F1
dan
F2
Drosophila melanogaster dari persilangan strain ♀A >< ♂A, ♀B>< ♂B, dan ♀A >< ♂B beserta dengan resiproknya?
Bagaimana
fenotip
F1
dan
F2
Drosophila
melanogaster dari persilangan strain ♀A >< ♂A, ♀B>< ♂B, dan ♀A >< ♂B beserta dengan resiproknya?
Apakah
terjadi fenomena gen letal dominan pada
TUJUAN . . . Mengetahui
rasio
hasil
anakan
F1
dan
F2
Drosophila melanogaster dari persilangan strain ♀A >< ♂A, ♀B>< ♂B, dan ♀A >< ♂B beserta dengan resiproknya.
Mengetahui
fenotip
F1
dan
F2
Drosophila
melanogaster dari persilangan strain ♀A >< ♂A, ♀B>< ♂B, dan ♀A >< ♂B beserta dengan resiproknya.
Mengetahui
fenomena gen letal dominan pada
KEGUNAAN PENELITIAN . . .
Bagi Peneliti: Dapat
mengembangakan dan menerapkan ilmu
yang diperoleh dalam bentuk penelitian sebagai aplikasi atau penerapan teori melaui praktikum proyek Drosophila melanogaster.
Dapat
mengetahui perbedaan rasio fenotip F1 dan
F2 pada persilangan Drosophila melanogaster strain ♀A >< ♂A, ♀B >< ♂B, dan ♀A >< ♂B beserta dengan resiproknya.
KEGUNAAN PENELITIAN . . .
Bagi Mahasisiwa: Memberikan
kemungkinan
pengatahuan dan informasi mengenai fenomena
yang
terjadi
pada
persilangan Drosophila melanogaster strain ♀A >< ♂A, ♀B>< ♂B, dan ♀A >< ♂B beserta dengan resiproknya. Menjadi
dasar penelitian selanjutnya mengenai
fenomena gen lethal dominan yang terjadi pada
persilangan Drosophila melanogaster strain ♀A >
< ♂A, ♀B>< ♂B, dan ♀A >< ♂B beserta dengan resiproknya).
DEFINISI OPERASIONAL. . .
Strain
merupakan suatu kelompok intra spesifik yang memiliki satu atau jumlah kecil ciri berbeda, biasanya secara genetik dalam keadaan homozigot untuk ciri-ciri tersebut atau gamet murni. Fenotip merupakan karakter-karakter yang dapat diamati pada suatu individu (yang merupakan hasil interaksi antara genotip dan lingkungan tempat hidup dan berkembang) (Ayala dalam Corebima: 1997; 36). Genotip dalam bentuk atau susunan genetik antara genetik suatu karakter yang dikandung suatu individu (Yatim: 1996). Homozigot adalah karakter yang dikontrol oleh dua gen (sepasang) identik (Corebima: 2013).
DEFINISI OPERASIONAL . . . Heterozigot adalah karakter yang dikontrol
oleh dua gen (sepasang) tidak identik (berlainan) (Corebima: 2013). Dominan adalah suatu sifat yang mengalahkan sifat yang lain (Corebima: 2013). Resesif adalah suatu sifat yang dikalahkan oleh sifat yang lain (Corebima: 2013). Interaksi lethal adalah interaksi antara faktor-faktor (sepasang) yang dapat berpengaruh terhadap viabilitas individu yang memilikinya (Corebima: 2013). Lethal resesif adalah interaksi faktor-faktor gen yang dapat menyebabkan kematian individu yang memilikinya hanya jika gen tersebut muncul secara
BAB II Kajian Pustaka
Penelitian
yang dilakukan menggunakan lalat buah D. melanogaster dengan strain A dan starin B. Penelitian ini hanya mengamati berdasarkan fenotip perbedaan mata, warna tubuh dan bentuk sayap antara strain A dan strain B. Penelitian ini hanya membahas fenomena lethal yang terjadi pada persilangan F1 dan F2 pada persilangan strain A dan B ♀A >< ♂A, ♀B>< ♂B, dan ♀A >< ♂B beserta dengan resiproknya). Sifat dominan dan sifat resesif merupakan sifat interaksi antara dua factor gen penyusun suatu pasang faktor (gen).
Untuk gen dominan, mengontrol pembentukan enzim yang fungsional yang dapat mengkatalisis tahap reaksi biokimia yang spesifik. Individu heterozigot adalah normal karena satu gen memproduksi enzim yang dihasilkan gen homozigot dominan. Interaksi lethal adalah interaksi antara faktor – faktor (sepasang) yang dapat berpengaruh terhadap viabilitas individu sehingga berakibat matinya individu yang bersangkutan. Gen letal atau gen kematian adalah gen yang dalam keadaan homozigotik dapat menyebabkan kematian individu yang memilikinya. Gen letal dominan dalam keadaan heterozigot dapat menimbulkan efek subletal atau kelainan fenotipe, sedang gen letal resesif cenderung menghasilkan fenotip normal pada individu heterozigot.
BAB III Kerangka Konseptual dan Hipotesis
Kerangka Konseptual
Interaksi lethal adalah interaksi antara faktor-faktor (sepasang) yang dapat berpengaruh terhadap viabilitas individu yang memilikinya
Faktor-faktor sepasang yang interaksinya bersifat letal dikenal dengan faktor letal (gen letal)
Interaksi yang terjadi antar gen dapat bersifat lethal dominan atau lethal resesif
Persilangan Drosophila melanogaster:
A♂>< ♀A>< ♂A ♂A yang yang muncul muncul adalah adalah 100% 100% A, A, pada pada persilangan persilangan
♀B>< ♀B>< B B fenotip fenotip yang yang muncul muncul adalah adalah A A dan dan B, B, dan dan ♀A ♀A >< >< ♂B ♂B beserta beserta dengan dengan resiproknya resiproknya fenotip fenotip yang yang muncul muncul adalah adalah A A dan dan B. B.
2 Terjadi Terjadi fenomena fenomena lethal lethal dominan dominan pada pada Drosophila Drosophila melanogaster melanogaster strain strain B B homozigot homozigot dominan dominan pada pada persilangan persilangan ♂B ♂B >< >< ♀B. ♀B.
BAB IV Metode Penelitian
Rancangan Penelitian
Penelitian: bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu dengan melakukan pengamatan fenotip F1 dan F2 dan juga menghitung jumlah anakan Drosophila melanogaster yang dihasilkan dari persilangan strain ♀A >< ♂A, ♀B>< ♂B, dan ♀A >< ♂B beserta dengan resiproknya. Waktu & Tempat penelitian
Waktu yang digunakan dalam penelitian ini dimulai dari awal bulan Januari 2015 sampai bulan April 2015. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Genetika (BIO 310) Jurusan Biologi FMIPA UM.
Populasi dan sampel
dalam penelitian adalah lalat buah Drosophila melanogaster, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah Drosophila melanogaster starin A dan B.
Populasi
Variabel Penelitian
Variabel
Bebas Persilangan Drosophila melanogaster strain ♀A >< ♂B, dan ♀A >< ♂B beserta dengan resiproknya. Variabel Kontrol Jenis umur Drosophila melanogaster, tempat perlakuan, medium, intensitas cahaya, dan suhu adalah sama.
Rancangan Penelitian
Alat:
Mikroskop Stereo, Blender, Botol Selai, Panci, Tutup botol dari spon, Entong kayu, Kuas, Kompor, Kain Kasa, Timbangan kue, Sedotan selang plastik, Pisau, Selang Ampul, Senter, Kulkas, Plastik, Kuas kecil, Kardus tempat botol Bahan: Drosophila melanogaster strain A dan strain B, Pisang rajamala, Tape, Gula merah, Kertas pupasi, Yeast atau Vermipan, Air, Kertas label
Prosedur Kerja
Pembutan medium Peremajaan Stok Pengampulan Persilangan F1 Persilangan F2
Teknik Pengumpulan Data Dengan melakukan pengamatan dan penghitungan jumlah fenotip Fi dan F2 yang muncul dari hari ke-0 sampai hari ke-6 (selam 7 hari). Pengamatan dilakukan pada botol A sampai botol D. Kemudian mencatat data hasil pengamatan tersebut pada tabel pengamatan. Teknik Analisis Data
Menggunakan rekonstruksi persilangan kromosom yang meliputi strain ♀A>< ♂B, dan ♀A >< ♀A 2 tabel (0,05) = 11,070 2 hitung (4,21400562) < 2 tabel (0,05) (11,070) Kesimpulan: 2 hitung lebih kecil dari 2tabel (0,05). Jadi, hipotesis penelitian diterima. Bahwa persilangan Drosophila melanogaster P1 : ♂A >< ♀A menghasilkan F1 dengan fenotip A dengan rasio 100% A.
Persilangan
P1: ♂B >< ♀B 2 tabel (0,05) = 24,996 2 hitung (11,87111485) < 2 tabel (0,05) (24,996) Kesimpulan: 2 hitung lebih kecil dari 2tabel (0,05). Jadi, hipotesis penelitian diterima. Bahwa persilangan Drosophila melanogaster P1: ♂B>< ♀A (mengacu pada Hukum Mendel I) 2 tabel (0,05) = 24,996 2 hitung (34,17784686) > 2 tabel (0,05) (24,996) Kesimpulan: 2 hitung lebih besar dari 2tabel (0,05). Jadi, hipotesis penelitian ditolak. Bahwa persilangan Drosophila melanogaster pada P1: ♂ B >< ♀A menghasilkan F1 dengan fenotip A : B dengan rasio perbandingan 1 : 1.
Persilangan
P2: ♂A >< ♀ A 2 tabel (0,05) = 3,841 2 hitung (0,036717003) < 2 tabel (0,05) (3,841) Kesimpulan: 2 hitung lebih kecil dari 2tabel (0,05). Jadi, hipotesis penelitian diterima. Bahwa persilangan Drosophila melanogaster P2 : ♂A >< ♀A menghasilkan F2 dengan fenotip A dengan rasio 100% A.
Persilangan
P2: ♂B >< ♀B 2tabel(0,05) = 7,815 2hitung (1,12031193) < 2tabel (0,05) (7,815) Kesimpulan: 2hitung lebih kecil dari 2tabel (0,05). Jadi, hipotesis penelitian diterima. Bahwa persilangan D. melanogaster pada P2: ♂B >< ♀B menghasilkan F2 dengan fenotip A : B dengan rasio perbandingan 1 : 2.
Persilangan
P2: ♂A >< ♀B (mengacu pada Hukum Mendel I) 2tabel(0,05) = 7,815 2hitung (6,693731607) < 2tabel (0,05) (7,815) Kesimpulan: 2hitung lebih kecil dari 2tabel (0,05). Jadi, hipotesis penelitian diterima. Bahwa persilangan D. melanogaster pada P2: ♂A x ♀B menghasilkan F2 dengan fenotip A : B dengan rasio perbandingan 1 : 1.
Persilangan
P2: ♂B >< ♀A (mengacu pada Hukum Mendel I) 2tabel(0,05) = 7,815 2hitung (5,814246495) < 2tabel(0,05) (7,815) Kesimpulan: 2hitung lebih kecil dari 2tabel (0,05). Jadi, hipotesis penelitian diterima. Bahwa persilangan Drosophila melanogaster pada P2 : ♂B >< ♀A menghasilkan F2 dengan fenotip A : B dengan rasio perbandingan.
BAB VI Pembahasan
Dari
hasil analisis data Strain A berada dalam keadaan homozigot resesif. Bukti : hasil rekonstruksi persilangan ♂A>