Iugr [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

IUGR (INTRAUTERINE GROWTH RESTRICTION) Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Tugas Kepaniteraan Ilmu Obstetri dan Ginekologi Rumah Sakit Tk. II Dr. Dustira Cimahi Universitas Jenderal Achmad Yani



DisusunOleh: Ilda Nurul Ainun 4151171414



Pembimbing : Syafrial, dr., Sp.OG



UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER CIMAHI 2019 1



DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3 1.1



Latar Belakang ......................................................................................... 3



1.2



Rumusan Masalah .................................................................................... 4



1.3



Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4



1.4



Manfaat Penulisan .................................................................................... 4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5 2.1



Definisi Pertumbuhan Janin Terhambat ................................................... 5



2.2



Pertumbuhan Janin Normal Intrauterin .................................................... 5



2.3



Klasifikasi IUGR ...................................................................................... 6



2.4



Etiologi ..................................................................................................... 6



2.5



Manifestasi Klinis..................................................................................... 7



2.6



Faktor Resiko ........................................................................................... 7



2.7



Mortalitas dan Morbiditas ........................................................................ 9



2.8



Diagnosis .................................................................................................. 9



2.9



Penatalaksanaan ...................................................................................... 10



2.10



Pencegahan ............................................................................................. 11



2.11



Prognosis ................................................................................................ 13



BAB III KESIMPULAN ....................................................................................... 14 3.1.



Kesimpulan ............................................................................................. 14



DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 15



2



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Pertumbuhan janin terhambat (PJT) kini merupakan suatu enritas penyakit yang membutuhkan perhatian bagi kalangan luas. mengingat dampak yang ditimbulkan jangka pendek berupa risiko kematian 6-10 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan bayi normal. Dalam jangka panjang terdapat dampak berupa hipertensi, arterioskierosis, stroke, diabetes, obesitas, resistensi insulin, kanker, dan sebagainya. Semakin meningkatnya kualitas pelayanan antenatal dan intrapartum serta penatalaksanaan prematuritas, asfiksia, dan infeksi maka angka kematian perinatal semakin berkurang, terutama di negara maju. Namun insidensi PJT sebagai penyebab kematian perinatal cenderung meningkat. Menurut Hellen dkk (2000), sepertiga dan seluruh kasus bayi dengan berat badan lahir dibawah 2500 gram mengalami PJT, dimana hampir 4-8% bayi yang lahir ini berasal dan negara berkembang dan 6-30% bayi yang lahir dikategorikan dengan PJT.3 Saat ini WHO menganjurkan agar masalah PJT lebih diperhatikan. Di Jakarta dalam suatu survey ditemukan bahwa pada golongan ekonomi rendah, prevalensi PJT lebih tinggi (14 %) jika dibandingkan dengan golongan ekonomi menengah keatas (5%). Bayi dengan berat badan lahir rendah yang kecil masa kehamilan (KMK) sering ditandai dengan mengalami hainbatan pertumbuhan janin. Di perkirakan sebanyak 3 hingga 10 persen janin mengalami hambatan pertumbuhan.2 PJT merupakan 10% komplikasi dari seluruh kehamilan. Dimana hal ini berhubungan dengan angka kematian perinatal yaitu 6 sampai 10 kali lebih tinggi dibanding bayi dengan pertumbuhan yang normal dan merupakan penyebab kedua terpenting kematian



erinatal setelah persalinan prematunitas. Penyebab PJT



adalah multifaktorial. Secara luas, defisiensi asupan gizi maternal dan perfusi uteroplasenta yang tidak adekuat adalah salah satu penyebab terbanyak dari PJT.6



3



Oleh karena itu, perlunya pengetahuan mengenai pertumbuhan janin terhambat agar dapat memberikan penanganan yang tepat serta mampu menghindari dan keadaan tersebut. Referat ini membahas mengenai pengertian, etiologi, manifestasi kiinis dan penatalaksanaan dan pertumbuhan janin terhambat.



1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan pertumbuhan janin terhambat? 2. Bagaimanakah



etiologi,



klasifikasi,



tanda



dan



gejala,



diagnosa,



penatalaksanaan dan pencegahan pertumbuhan janin tenhambat?



1.3 Tujuan Penulisan 1.



Untuk mengetahui mengenai pertumbuhan janin terhambat.



2.



Untuk mengetahui etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, diagnosa, penatalaksanaan, dan pencegahan pertumbuhan janin terhambat.



1.4 Manfaat Penulisan Sebagai pengetahuan mengenai pertumbuhan janin terhambat dan juga menambah pengetahuan mengenai etiologi, klasifikasi, tanda dan gejala, diagnosa, penatalaksanaan dan pencegahan pertumbuhan janin terhambat.



4



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Definisi Pertumbuhan Janin Terhambat Definisi menurut WHO (1969) janin yang mengalami pertumbuhan yang terhambat adalah janin yang mengalami kegagalan dalam mencapal berat standard atau ukuran standard yang sesuai dengan usia kehamilannya. Janin yang tidak berkembang atau biasa disebut pertumbuhan janin terhambat (PJT) adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi dimana berat janin tidak sesuai dengan masa kehamilan. Kondisi ini dapat diketahui apabila berat janin berada dibawah kisaran normal berat janin yang ditentukan. Selain itu, tanda yang paling mudah ditemukan adalah tidak seimbangnya besar rahim dengan usia kehamilan.5 Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila janin kurang dan 10% dan berat yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. Biasanya perkembangan yang terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak ada pertumbuhan. Dahulu PJT disebut sebagai intra uterine growth retardation (IUGR), tetapi istilah retardation kiranya tidak tepat. Tidak semua PJT adalah hiposik atau patologik karena 25-60% yang berkaitan dengan orang tua.



2.2 Pertumbuhan Janin Normal Intrauterin Pertumbuhan janin intrauterine merupakan suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat bertambahnya ukuran janin dan peningkatan fungsi sistem organ yang berlangsung selama kehamilan. Proses pertumbuhan janin dibagi menjadi 3 fase pertumbuhan sel yang berurutan, yaitu: 1. Fase hiperplasia, terjadi pada 16 minggu pertama kehamilan. Pada fase ini ditandai dengan jumlah sel bertambah dengan cepat. 2. Fase hiperplasia dan hipertrofi, terjadi pada usia kehamilan 16-32 minggu. Pada fase ini terjadi peningkatan jumlah dan ukuran sel. 3. Fase hipertrofi sel, terjadi mulai usia kehamilan 32 minggu sampai aterm. Pada fase inilah sebagian besar penimbunan lemak dan glikogen janin terjadi. Laju



5



pertumbuhan janin yang sesuai selama tiga fase pertumbuhan sel ini adalah 5 g/hari pada usia 15 minggu, 15-20 g/hari pada minggu ke-24, dan 30-35 g/hari pada usia gestasi 34 minggu.



2.3 Klasifikasi IUGR Klasifikasi IUGR / Pertumbuhan janin terhambat (PJT) yaitu: 1. PJT tipe I atau dikenal juga sebagai tipe simetris. Terjadi pada kehamilan 0-20 minggu,terjadi gangguan potensi tubuh janin ntuk memperbanyak sel (hiperplasia), umumnya disebabkan oleh kelainan kromosom atau infeksi janin.prognosisnya buruk. 2. PJT tipe II atau dikenal juga sebagai tipe asimetris.terjadi pada kehamilan 24-40 minggu, yaitu gangguan potensi tubuh janin untuk memperbesar sel (hipertrpi), misalnya pada hipertensi dalam kehamilan disertai insufisiensi plasenta. Prognosisnya baik. 3. PJT tipe III adalah kelainan diantara dua tipe diatas. Terjadi pada kehamilan 20-28 minggu,yaitu gangguan potensi tubuh kombinasi antara gangguan hiperplasia dan hipertropi sel. Misalnya dapat terjadi pada malnutrisi ibu,kecanduan obat,atau keracunan.



2.4



Etiologi Penyebab IUGR dibeadakan menjadi 3 faktor, yaitu: 1. Maternal/ibu seperti: Tekanan darah tinggi, riwayat Diabetes mellitus, penyakit jantung dan pernafasan, malnutrisi dan anemia, pecandu alkohol, obat-obatan tertentu dan perokok. 2. Uterus dan plasenta : penurunan aliran darah dari uterus ke plasenta, plasenta abruption , plasenta previa, infark plasenta. 3. Faktor janin antara lain : janin kembar, penyakit infeksi, kelainan kongenital, kelainan kromosom, pajanan teratogen.



6



2.5 Manifestasi Klinis Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dam layu dibanding pada bayi normal yang tampak tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini terjadi saat janin tidak mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang cukup untuk perkembangan dan pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena infeksi. Meski pada sejumlah janin, ukuran kecil untuk masa kehamilan bisa diakibatkan karena faktor genetik (kedua orangtua kecil), kebanyakan kasus PJT atau Kecil Masa Kehamilan (KMK) dikarenakan karena faktor-faktor lain. Beberapa diantaranya adalah: PJT dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul sangat dini sering berhubungan dengan kelainan kromosom dan penyakit ibu. Sementara, PJT yang muncul terlambat (>32 minggu) biasanya berhubungan dengan problem lain. Pada kasus PJT, pertumbuhan seluruh tubuh dan organ janin menjadi terbatas. Ketika aliran darah ke plasenta tidak cukup, janin akan menerima hanya sejumlah kecil oksigen, ini dapat berakibat denyut jantung janin menjadi abnormal, dan janin berisiko tinggi mengalami kematian. 2.6 Faktor Resiko 1. Ibu yang secara konstitusional kecil Wanita berpostur kecil biasanya memiliki bayi yang lebih kecil. Tidak jelas apakah fenomena ibu kecil melahirkan bayi kecil bersifat alami atau karena lingkungan, tetapi lingkungan yang disedia kan oleh ibu lebih penting dalam menentukan berat badan lair dari pada konstribusi genetiknya. Pada wanita yang berat badannya rata-rata atau rendah, kurangnya peningkatan berat selama kehamilan mungkin berkaitan dengan hambatan pertumbuhan janin. Akan tetapi,jika ibu yang bersangkutan bertubuh besar dan sehat, pertambahan berat yang kurang dari rata-rata tanpa penyakit ibu, kecil kemungkinan dengan hambatan pertumbuhan janin yang signifikan. 2. Deprivasi sosial Efek deprivasi sosial pada berat badan lahir berkaitan dengan efek faktor gaya hidup yang menyertainya seperti merokok, penyalahgunaan alkohol dan zat



7



lain, dan kurang gizi. Wanita yang paling mengalami deprivasi sosial memiliki bayi paling kecil dan tidak adanya sumber daya psikososial, meningkatkan resiko hambatan pertumbuhan pada janin. 3. Penyulit Medis pada Ibu Penyakit vaskular kronis, terutama jika diperberat oleh adanya preeklamsia sering menyebabkan hambatan pertumbuhan. Preeklamsia itu sendiri juga dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan janin, terutama jika kehamilannya sebelum 37 minggu. Penyakit ginjal dapat disertai oleh hambatan pertumbuhan janin. Janin dari wanita yang tinggal didaerah ketinggian biasanya lebih ringan dibandingkan dengan mereka yang lahir dari ibu yang tinggal didaerah yang lebih rendah. Janin dari wanita dengan penyakit jantung sianotik sering mengalami hambatan pertumbuhan yang parah. Pada segian besar kasus, anemia tidak menyebabkan hambatan pertumbuhan. Pengecualiannya antar lain adalah anemia sel sabit atau anemia herediter lain yang berkaitan dengan penyakit serius pada ibu. 4. Kelainan plasenta dan tali pusat Sulosio plasenta parsial kronis, infark luas, atau korioangioma cenderung menyebabkan hambatan pertumbuhan janin. Insersi marginal tali pusat dan terutama insersi velamentosa lebih besar kemungkinannya disertai oleh hambatan pertumbuhan janin. 5. Janin Multipel Kehamilan dengan dua atau lebih janin lebih besar kemungkinannya mengalami penyulit hambatan pertumbuhan satu atau lebih janin dibandingkan dengan kehamilan tunggal. Memang, hambatan pertumbuahn dilaporkan terjadi pada 10 sampai 15 persen janin kembar. 6. Kehamilan ekstrauterus Janin yang tumbuh diluar uterus biasanya mengalami hambatan pertumbuhan. Malformasi uterus ibu juga diaporkan berkaitan dengan gangguan pertumbuhan janin.



8



2.7 Mortalitas dan Morbiditas Pertumbuhan janin terhambat berkaitan dengan mortalitas dan morbiditas. Kematian janin, asfiksia lahir,aspirasi mekonium, serta hipoglikemia janin meningkat, demikian juga prevalensi kelainan perkembangan saraf. Hal ini berlaku baik bagi bayi aterm maupun prematur. Pertumbuhan dan perkembangan pascanatal pada janin dengan hambatan pertumbuhan bergantung pada kausa hambatan, gizi selama masa bayi,dan lingkungan



sosial.



Bayi



dengan



hambatan



pertumbuhan



akibat



faktor



konstitusional ibu, kromosom,virus atau kongenital akan tetap kecil seumur hidupnya. Merka yang mengalami hambatan pertumbuhan in uteroakibat insufisiensi plasenta sering dapat tumbuh mengejar ketertinggalannya setelah lahir mendekati potensi pertumbuhan herediternya jika berada di lingkungan yang optimal. Demikian juga, prognosis perkembangan neurologis pada bayi dengan hambatan pertumbuhan dipengaruhi oleh lingkungan pascanatal. Bayi demikian yang lahir dari keluarga dengan tingkat sosiekonomi tinggi lebih jarang mengalami masalah perkembangan selama tindak lanjut.



2.8 Diagnosis 1. Faktor Ibu Ibu hamil dengan penyakit hipertensi, penyakit ginjal dan kardiopulmonal dan pada kehamilan ganda. 2. Tinggi Fundus Uteri Cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa pada kehamilan kecil. Caranya dengan menggunakan pita pengukur yang di letakkan dari simpisis pubis sampai bagian teratas fundus uteri. Bila pada pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga) sentimeter di bawah ukuran normal untuk masa kehamilan itu maka kita dapat mencurigai bahwa janin tersebut mengalami hambatan pertumbuhan. 3. USG Fetomaternal Pada



USG



yang



diukur



adalah



diameter



biparietal



atau cephalometry angka kebenarannya mencapai 43-100%. Bila pada



9



USG ditemukan cephalometry yang tidak normal maka dapat kita sebut sebagai asimetris PJT. Selain itu dengan lingkar perut kita dapat mendeteksi apakah ada pembesaran organ intra abdomen atau tidak, khususnya pembesaran hati. Tetapi yang terpenting pada USG ini adalah perbandingan antara ukuran lingkar kepala dengan lingkar perut (HC/AC) untuk mendeteksi adanya asimetris PJT. 4. Doppler Velocimetry Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya bunyi enddiastolik yang tidak normal pada arteri umbilicalis, ini menandakan bahwa adanya PJT.



2.9 Penatalaksanaan Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil. Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di bawah kondisi optimal. Untuk mengenali pasien-pasien dengan resiko tinggi untuk mengandung janin kecil, diperlukan riwayat obstetrik yang terinci seperti hipertensi kronik, penyakit ginjal ibu dan riwayat mengandung bayi kecil pada kehamilan sebelumnya. Selain itu diperlukan pemeriksaan USG. Pada USG harus dilakukan taksiran usia gestasi untuk menegakkan taksiran usia gestasi secara klinis. Kemudian ukuran-ukuran yang



didapatkan



pada



pemeriksaan



tersebut



disesuaikan



dengan



usia



gestasinya.Pertumbuhan janin yang suboptimal menunjukkan bahwa pasien tersebut mengandung janin PJT. Tatalaksana kehamilan dengan PJT bertujuan, karena tidak ada terapi yang paling efektif sejauh ini, adalah untuk melahirkan bayi yang sudah cukup usia dalam kondisi terbaiknya dan meminimalisasi risiko pada ibu. Tatalaksana yang harus dilakukan adalah : 1.



PJT pada saat dekat waktu melahirkan. Yang harus dilakukan adalah segera dilahirkan. 10



2.



PJT jauh sebelum waktu melahirkan. Kelainan organ harus dicari pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis (pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan pemeriksaan darah janin dianjurkan



1.



Tatalaksana umum Setelah mencari adanya cacat bawaan dan kelainan kromosom serta infeksi



dalam kehamilan maka aktivitas fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah baring dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300 kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap 3-4 minggu. 2.



Tatalaksana khusus Pada PJT yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan, hanya terapi



suportif yang dapat dilakukan. Apabila penyebabnya adalah nutrisi ibu hamil tidak adekuat maka nutrisi harus diperbaiki. Pada wanita hamil perokok berat, penggunaan narkotik dan alkohol, maka semuanya harus dihentikan. 3.



Proses melahirkan : pematangan paru harus dilakukan pada janin



prematur. Pengawasan ketat selama melahirkan harus dilakukan untuk mencegah komplikasi setelah melahirkan. Operasi caesar dilakukan apabila terjadi distress janin serta perawatan intensif neonatal care segera setelah dilahirkan sebaiknya dilakukan. Kemungkinan kejadian distress janin selama melahirkan meningkat pada PJT karena umumnya PJT banyak disebabkan oleh insufisiensi plasenta yang diperparah dengan proses melahirkan.



2.10 Pencegahan Pencegahan PJT idealnya dimulai sebelum konsepsi terjadi dengan mengoptimalkan kondisi kesehatan ibu, pengobatan, dan gizi yang baik. Penghentian kebiasaan merokok sangat dianjurkan. Faktor-faktor risiko lainnya 11



mengacu pada kondisi ibu, seperti profilaksis antimalaria bagi perempuan yang tinggal di daerah endemik dan koreksi defisiensi besi.2 Pada kehamilan-kehamilan risiko terjadi PJT, misalnya pada perempuan hipertensi atau dengan riwayat PJT sebelumnya, profilaksis dengan aspirin dosis rendah pada awal kehamilan telah terbukti mengurangi PJT sebesar 10%.2 Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga, faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu hamil mengikuti nasihat dari dokternya, yaitu: makan makanan yang bergizi tinggi, tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan nankotik, mengurangi stress, berolahraga teratur, serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi dan protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga balk dikonsumsi. Selain itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dari tatalaksana dan penyakit kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk setiap ibu hamil sebagai berikut: 1.



Usahakan hidup sehat. Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah seperti biasa ditambah ekstra 300 kaloni/hari.



2.



Hindari stress selama kehamilan. Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.



3.



Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan. Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter kandungan.



4.



Olah raga teratur. Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.



5.



Hindari alkohol, rokok, dan narkoba.



6.



Periksakan kehamilan secara rutin. Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT, dapat diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu. Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2 minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai dengan usia kelahiran aterm atau 40



12



minggu. Semakin besar usia kehamilan, semakin mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi, pemeriksaan harus dilakukan lebih sering dengan bertambahnya usia kehamilan.5,7



2.11



Prognosis Pada kasus-kasus PJT yang sangat parah dapat berakibat janin lahir mati



(stillbirth) atau jika bertahan hidup dapat memiliki efek buruk jangka panjang dalam masa kanak-kanak nantinya. Kasus-kasus PJT dapat muncul, sekalipun Sang ibu dalam kondisi sehat, meskipun, faktor-faktor kekurangan nutrisi dan perokok adalah yang paling sering. Menghindari cara hidup berisiko tinggi, makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan secara teratur dapat menekan risiko munculnya PJT. Perkiraan saat ini mengindikasikan bahwa sekitar 65% wanita pada negara sedang berkembang paling sedikit memiliki kontrol 1 kali selama kehamilan pada dokter, bidan, atau perawat.



13



BAB III KESIMPULAN



3.1. Kesimpulan Pertumbuhan janin terhambat (PJT) adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu kondisi dimana berat janin tidak sesuai dengan masa kehamilan. Pertumbuhan janin terhambat ditentukan bila janin kurang dari 10% dari berat yang harus dicapai pada usia kehamilan tertentu. Biasanya perkembangan yang terhambat diketahui setelah 2 minggu tidak ada pertumbuhan. Etiologinya dapat berasal dari faktor ibu, uterus dan plasenta, maupun dari janin itu sendiri. PJT diklasifikasikan menjadi tipe simetnis, asimetris, dan kombinasi keduanya. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat, dan berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dan layu dibanding pada bayi normal yang tampak tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel. Diagnosis PJT dapat ditegakkan berdasarkan anamnesa, riwayat penyakit ibu (faktor resiko), pemeriksaan fisik (TFU yang tidak sesuai dengan usia kehamilan), dan pemeriksaan penunjang (USG, Velosimetri Dopler). Dengan penatalaksanaan yang baik, mulai dan pemeriksaan secara teratur, setidaknya dapat mengurangi kejadian PJT. Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Menghindani cara hidup benisiko tinggi (rokok, alkohol, stress), makan makanan bergizi, dan lakukan kontrol kehamilan (prenatal care) secara teratur dapat menekan nisiko munculnya PJT.



14



DAFTAR PUSTAKA



1.



POGI. Pengelolaan kehamilan dengan pertumbuhan janin terhambat. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia; 2016.



2.



WHO. Expert committee report: physical status: the use and interpretation of antropometry. Technical report series 854. Geneva: World Health Organization; 1995.



3.



Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al. Williams obstetrics. 24th ed. New York: McGraw-Hill Education. 2014;127-53.



4.



Sharma D, Shastri S, Sharma P. Intrauterine growth restriction: antenatal and postnatal aspects. Clin Med Insights Pediatr. 2016;10:67-83.



5.



Singh M. Disorders of weight and gestation. In: Singh M. In Care of the Newborn. 5th ed. New Delhi: Sagar Publications; 1999. P.224-45.



6.



Sharma D, Farahbakhsh N, Shastri S, Sharma P. Intrauterine growth restriction–part 2. J Matern Fetal Neonatal Med. 2016;15:1–12.



7.



Suhag A, Berghella V. Intrauterine growth restriction: etiology and diagnosis. Curr Obstet Gynecol Rep. 2013;2:102-11.



8.



Deorari AK. NNF Teaching Aids on Newborn Care. 2nd Ed. New Delhi; Noble vision. 1998. p 25-36.



9.



Rosenberg A. The IUGR newborn. Semin Perinatol. 2008;32(3):219–24.



10.



Murki S, Sharma D. Intrauterine growth retardation – a review article. J Neonatal Biol. 2014.



11.



Dashe J, McIntire D, Lucas M, et al. Effects of symmetrical and asymmetrical fetal growth on pregnancy outcomes. Obstet Gynecol. 2000;1996(3):321–7.



12.



Maulik D. Fetal growth compromise: definitions, standards, and classification. Clinical obstetrics and gynecology 2006; 49(2): 214-8.



15