Jurnal 10 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Jurnal- jurnal tentang faktor- faktor yang mempengaruhi kualitas tidur dengan konsentrasi belajar Faktor lingkungan yang mempengaruhi kualitas tidur dan dapat menyebabkan gangguan tidur pada setiap individu yaitu: suara/kebisingan, ventilasi yang baik, ruang dan tempat tidur yang nyaman, cahaya/lampu yang terlalu terang, dan suhu yang terlalu panas/terlalu dingin serta bau yang tidak nyaman. Suara/kebisingan Suara mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur (Webster & Thompson, 1986). Suara yang rendah lebih sering membangunkan seseorang dari tidur tahap 1, sementara suara yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3 dan 4. Level suara pada percakapan yang normal sekitar 50 dB (Potter & Perry, 2005). Level suara dibawah 40 dB biasanya dibutuhkan oleh seseorang untuk tidur dan peningkatan intensitas suara dapat menyebabkan seseorang terbangun dari tidurnya (Baker, 1984 Freedman, 1999; Suryani, 2004). Ventilasi yang baik Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang (Potter & Perry, 2005). Kelembaban ruangan perlu diatur agar paru-paru tidak kering karena apabila kelembaban ruangan tidak diatur maka seseorang tidak akan dapat tidur, walaupun dapat tidur maka seseorang akan terbangun dengan kerongkongan kering seakan-akan seseorang tersebut menderita radang amandel (Septiyadi, 2005). Ruang dan tempat tidur yang nyaman Ruang tidur merupakan tempat dimana seseorang melepaskan pikiran-pikiran yang penat / lelah setelah seharian melakukan aktifitas. Apabila ruang tidur kotor ataupun bau maka bisa dikatakan itulah faktor utama dari susahnya tidur (Septiyadi, 2005). Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur mempengaruhi kualitas tidur (Potter & Perry, 2005). Cahaya/lampu yang terlalu terang Tingkat cahaya dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur (Potter dan Perry, 2005). Level cahaya yang normal adalah cahaya disiang hari lebih terang apabila dibandingkan dengan malam hari (Redeker, 1998; Retti Suryani, 2004). Seseorang yang terbiasa dengan lampu



yang redup disaat tidur akan mengalami kesulitan tidur jika sorot lampu yang terlalu terang (Le, 1997; Potter dan Perry, 2001; Suryani, 2004). Suhu ruangan Ruangan yang terlalu panas/terlalu dingin seringkali menyebabkan seseorang gelisah. Keadaan ini akan mengganggu tidur seseorang (Potter & Perry, 2005). Miller (2004) dalam Suryani (2004) tahap tidur REM menurun jika suhu terlalu panas/terlalu dingin. Bau yang tidak nyaman Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryani (2004) melaporkan bahwa tidur responden terganggu akibat bau ruangan yang tidak nyaman. Sementara hal yang sama juga dilaporkan oleh Karota-Bukit (2003) bahwa 13% responden mengalami gangguan tidur pada tingkat sedang karena bau yang tidak nyaman. http://www.e-jurnal.com/2014/01/faktor-lingkungan-yang-mempengaruhi.html



Ada beberapa Faktor Psikososial yang mempengaruhi kualitas tidur. Gangguan tidur dilaporkan oleh 90% individu yang mengalami stres, perasaan cemas, dan depresi (Chokroverty, 1999; Suryani, 2004). Hal ini terjadi pada seseorang yang mempunyai penyakit(Potter & Perry, 2005). Stres Seseorang dapat mengalami stres emosional karena penyakit. Oleh karena itu emosi seseorang dapat mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stres juga menyebabkan seseorang mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk (Potter & Perry, 2005). Stres dapat mengubah pola tidur seseorang dalam beberapa waktu. Selama adanya stres psikologis, waktu yang dibutuhkan untuk memulai tidur dan tahap tidur NREM ke 1 dan 2 meningkat (Monroe, Simons, dan Thasle, 1992; Lee, 1997; Suryani, 2004). Cemas



Penderita penyakit yang memiliki resiko terhadap kecemasan adalah mereka yang takut dan khawatir akan penyakitnya, diisolasi dari keluarga dan kerabat, dan tidak familiar dengan lingkungan (Webster & Thompson, 1986). Perasaan cemas menyebabkan waktu yang dibutuhkan untuk memulai tidur sangat lama, tahap tidur NREM ke 4 dan tidur REM menurun, serta pasien lebih sering terbangun pada malam hari (Karacan et al, 1968, 1978; Closs, 1988; Suryani, 2004). Depresi Depresi merupakan suatu penyakit yang berpengaruh kepada efek kejiwaan. Seseorang yang telah terkena depresi akan mengalami gangguan tidur yang mana ciri khas seseorang yang terkena sindrome tersebut adalah susah untuk tidur dan selalu murung (Septiyadi, 2005). http://www.e-jurnal.com/2014/01/faktor-psikososial-yang-mempengaruhi.html



Ternyata profesi menentukan kualitas tidur Anda, misalnya pengacara lebih memiliki tidur cukup dibandingkan pekerja media, seperti dikutip Huffingtonpost, Rabu (4/9/2013). Sebanyak 83 persen orang mengalami tidur yang buruk pada malam hari, pendapatan dan profesi menjadi faktor yang mempengaruhi hal ini.Menurut penelitian, sebanyak 20 persen pekerja yang berpendapatan tinggi mungkin mendapatkan tidur malam yang lebih baik. Survei juga meneliti pekerjaan tertentu mempengaruhi kebiasaan tidur. Banyak pekerja yang tidak memiliki waktu tidur seperti yang disarankan antara tujuh sampai sembilan jam.Hampir 40 persen orang berprofesi hukum mendapatkan tujuh sampai sembilan jam, sementara hanya 29,6 persen dari orang yang bekerja di media, menjadi sales ataupun marketing.Dan untuk orang-orang yang bekerja terjun langsung di lapangan rata-rata hanya lima sampai enam jam per malam.Ada beberapa trik sederhana untuk meningkatkan tidur malam ini. Pastikan kamar tidur sejuk, gelap dan tenang serta kurangi penggunaan kafein. Pertimbangkan penggunaan barang elektronik, gelombang cahaya pada ponsel, laptop, tablet dan televisi sangat mengganggu produksi melatonin alami tubuh. - See more at: http://health.liputan6.com/read/683537/profesi-ternyata-pengaruhi-kualitas-tidurseseorang#sthash.2CIVBJE0.dpuf http://health.liputan6.com/read/683537/profesi-ternyata-pengaruhi-kualitas-tidur-seseorang



Sungguh menyedihkan hidup dalam kesepian. Disamping kurangnya dukungan sosial, hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepian juga mengganggu waktu istirahat malam. Para peneliti mengatakan bahwa kurangnya tidur merupakan salah satu cara perasaan kesepian dapat mempengaruhi kesehatan. Peneliti dari Universitas Chicago membandingkan tingkat kesepian 95 orang dewasa di pedesaan South Dakota, AS dengan hasil pengukuran siklus tidurnya. Tidak ada individu yang terisolasi secara sosial, namun persepsinya tentang kesepian bervariasi. Skor kesepian yang lebih tinggi berkaitan dengan tingginya tingkat tidur yang terputus di malam hari. Jumlah total tidur dan kantuk di siang hari tidak mempengaruhi. “Bukan hanya karena individu yang sangat kesepian menjadi kurang tidur. Hubungan antara kesepian dan kegelisahan tidur terjadi pada berbagai keterkaitan yang dirasakan,” kata pemimpin penulis Lianne Kurina, PhD, dari Departemen Ilmu Kesehatan di Universitas Chicago seperti dikutip darimedicalxpress.com, Selasa (1/11/2011). “Kesepian berkaitan dengan efek buruk terhadap kesehatan. Kami ingin menjelajahi teori bahwa tidur dapat dipengaruhi oleh perasaan kesepian. Kami menemukan bahwa kesepian tidak mengubah jumlah total tidur individu, tapi membangunkan indvidu lebih sering sepanjang malam,” ujarnya. Temuan ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya tahun 2002 yang diterbitkan oleh American Psychological Society yang membandingkan kesepian dengan kualitas tidur yang dilaporkan oleh siswa. Para siswa yang merasa kesepian lebih sering terganggu tidurnya di malam hari. Kesamaan antara kajian ini membantu menunjukkan bahwa kesepian dan isolasi sosial adalah dua konsep yang berbeda. Peneliti berpendapat bahwa kesepian mencerminkan isolasi sosial yang dirasakan atau perasaan menjadi orang buangan, yaitu kesenjangan antara hubungan yang diinginkan dengan hubungan sosial sebenarnya yang sering terasa menyakitkan. “Kita semua nampaknya bergantung pada perasaan aman dalam lingkungan sosial untuk dapat tidur nyenyak. Hasil dari penelitian ini bisa memberi pemahaman yang lebih jauh mengenai bagaimana faktor-faktor sosial dan psikologis mempengaruhi kesehatan,” pungkas Kurina. (sumber : detikhealth.com)



http://hutantropis.com/kualitas-tidur-bisa-terganggu-karena-kesepian