Jurnal Hubungan Posisi Duduk Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HUBUNGAN POSISI DUDUK DENGAN KELUHAN NYERI PUNGGUNG BAWAH NON SPESIFIK PADA PENGEMUDI ANGKUTAN KOTA DI TERMINAL UBUNG 1)



Desak Putu Mita Pratiwi, 2)I Nyoman Adiputra, 3)I Wayan Sugiritama, 4)I Made Niko Winaya 1,2,4 Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3 Bagian Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana [email protected] ABSTRAK Posisi duduk tidak hanya dilakukan dilakukan di perkantoran maupun industri, mengendarai mobil khususnya pengemudi angkutan kota juga termasuk pekerjaan dengan posisi duduk. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan rancangan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini adalah pengemudi angkutan kota di Terminal Ubung sebanyak 87 orang dan sampel yang diambil merupakan sampel jenuh. Hasil uji korelasi didapatkan P-value = 0,000 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah non spesifik pada pengemudi angkutan kota di Terminal Ubung. Kata Kunci: Posisi Duduk, Pengemudi, Nyeri Punggung Bawah Non Spesifik CORRELATIONS BETWEEN SITTING POSITION AND NON SPECIFIC LOW BACK PAIN CASE FOR DRIVER OF PUBLIC TRANSPORTATION AT UBUNG TERMINAL ABSTRACT Sitting position just do not do in the office or industry, in particular the driver's driving public transportation is also included work in a sitting position. This kind of research is descriptive analytic with cross sectional plan. The population in this study is the driver of city transport in Ubung Terminal as many as 87 peoples and the sample taken are saturated sample. Results obtained correlation test P-value = 0.000 0,05) dan probabilitas dari nilai kuesioner p=0,843 (p>0,05).



Uji hipotesis menggunakan Pearson Correlation Test untuk mengetahui ada hubungan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah non spesifik pada pengemudi angkutan kota di Terminal Ubung dapat dilihat pada Tabel 3.



Tabel 3. Hasil uji hipotesis Pearson Product Moment



Variabel



R



Posisi Duduk NPB Non 0,788 Spesifik Tabel 3. menunjukkan hasil uji hipotesis Pearson Product Moment diperoleh pvalue = 0,000 < 0,05 menunjukan ada hubungan signifikan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah non spesifik pada pengemudi angkutan kota di Terminal Ubung. Dan nilai r adalah 0,788, sehingga keeratan hubungan ke dua variabel kuat. Tanda korelasi positif memiliki makna bahwa ke dua variabel memiliki arah hubungan yang berpola searah. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi resiko posisi duduk tidak ergonomis maka semakin tinggi juga keluhan NPB non spesifik, namun sebaliknya semakin rendah tingkat resiko posisi duduk tidak ergonomis maka semakin rendah juga keluhan NPB non spesifik.sesudah pelatihan pada kelompok perlakuan. Diskusi Karakteristik Sampel Penelitian Berdasarkan hasil penelitian ini, subjek penelitian berjumlah 87 orang yang seluruhnya merupakan pengemudi angkutan kota di Terminal Ubung. Responden yang berjumlah 87 orang memiliki rentan usia 26 – 50 tahun dan seluruhnya berjenis kelamin laki-laki. Rerata usia 41,72 (SB 7,688) tahun. Umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja yaitu 25 – 65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya usia.5 Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang dan keadaan ini mulai terjadi saat seseorang berusia 30 tahun.6 Rerata indeks masa tubuh 21,9589 (SB 2,06875) kg/m2.



P



Keerratan



Sifat



0,000



Kuat



Positif



Berdasarkan klasifikasi WHO (2000), hal tersebut menunjukan bahwa rerata indeks masa tubuh pada populasi pengemudi angkutan kota di Terminal Ubung memiliki kategori indeks masa tubuh normal. Penelitian yang dilakukan oleh Donna dkk (2011) menyatakan bahwa peningkatan indeks masa tubuh berkaitan erat dengan keluhan nyeri punggung bawah. Namun pada penelitian ini tidak terdapat hubungan bermakna antara IMT dengan keluhan nyeri punggung bawah non spesifik dikarenakan keluhan NPB non spesifik yang dirasakan oleh pengemudi angkutan kota memiliki faktor resiko lainnya seperti, usia, masa kerja, jam kerja, dan posisi duduk. Rerata masa kerja 19,24 (SB 4,610) tahun. Masa kerja berkaitan dengan keluhan nyeri punggung bawah non spesifik di mana pengemudi angkutan kota dengan masa kerja lebih dari 4 tahun banyak menghadapi keluhan nyeri punggung bawah. Pekerja yang mempunyai masa kerja lebih dari 4 tahun mempunyai risiko 2,755 kali dibandingkan pekerja dengan masa kerja ≤4 tahun.7 Rerata jam kerja 9,54 (SB 2,245) jam. Duduk lama merupakan penyebab tersering timbulnya NPB dengan angka kejadian pada orang dewasa 39,7% – 60%.4 Magora menemukan prevalensi NPB sebesar 12,6 % pada orang yang bekerja duduk lebih dari 4 jam sehari. Semakin lama pengemudi melakukan pekerjaan dengan posisi duduk maka semakin besar pula resiko untuk mengalami NPB. Rerata posisi duduk 9,83 (SB 0,380). Hal ini menunjukan bahwa



pekerjaan sebagai pengemudi angkutan kota memiliki posisi kerja beresiko tinggi yang dapat menyebabkan keluhan atau rasa sakit pada bagian-bagian tubuh tertentu. Pada pembahasan ini dikhususkan pada nyeri punggung bawah non spesifik. Dari hasil penelitian oleh Bridger pada pekerja bagian inspeksi kain di Surakarta (2010), diketahui bahwa sebagian besar responden memilki posisi duduk yang berisiko untuk terkena nyeri punggung bawah. Sikap kerja yang berisiko adalah bekerja dengan postur janggal dimana postur tubuh (tungkai, sendi, punggung) secara signifikan menyimpang dari postur netral pada saat melakukan aktifitas. Semakin lama bekerja dengan postur janggal maka semakin banyak energi yang dibutuhkan untuk mempertahankan kondisi tersebut, sehingga dampak kerusakan otot rangka yang ditimbulkan semakin kuat. Rerata keluhan nyeri punggung bawah non spesifik 33,68 (SB 2,648). Nyeri punggung bawah non spesifik terjadi akibat strain (otot) dan sprain (ligament) yang merupakan penyebab tersering (70%) dari NPB mekanik. Dapat mengenai usia antara 25-60 tahun dan paling sering mengenai usia 40-45 tahun. Tidak membedakan ras dan jenis kelamin. Sebagian besar penderita nyeri punggung bawah non spesifik mengatasi keluhannya sendiri tanpa mencari pengobatan medis.9 Keluhan NPB non spesifik seringkali tidak dihiraukan oleh beberapa pengemudi. Apabila keluhankeluhan tersebut didiamkan dan terus terjadi berulang kali dapat menyebabkan musculoskeletal disorder, khususnya nyeri punggung bawah non spesifik. Keluhan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, masa kerja, dan jam kerja. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan munculnya keluhan nyeri



punggung bawah non spesifik sehingga akan menghambat produktivitas pengemudi angkutan kota. Perlu adanya kepedulian baik dari pengemudi maupun pihak Terminal Ubung untuk mencegah atau meminimalisir keluhan NPB non spesifik agar produktivitas pengemudi angkutan kota tetap berjalan dengan baik dan mengemudi tetap menjadi pekerjaan yang nyaman. Hubungan Posisi Duduk dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Non Spesifik Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode REBA (Rapid Entire Body Assesment), yang merupakan suatu metode penelitian dengan menginvestigasi gangguan pada neck, trunk, legs, upper arms, lower arms, dan wrist ditambah analisis terhadap keseimbangan kaki dan beban kerja yang ditanggung. Serta dengan menggunakan VDS (Verbal Dialog Scale) dan instrument penunjang yaitu kuesioner guna mengetahui keluhan nyeri punggung bawah non spesifik pada pengemudi angkutan kota di Terminal Ubung. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan uji hipotesis Pearson product moment diperoleh Pvalue = 0,000 < 0,05 menunjukan ada hubungan signifikan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah non spesifik pada pengemudi angkutan kota di Terminal Ubung. Dengan nilai r adalah 0,788, sehingga keeratan hubungan ke dua variabel kuat. Tanda korelasi positif memiliki makna bahwa kedua variabel memiliki arah hubungan yang berpola searah. Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi resiko posisi duduk tidak ergonomis maka semakin tinggi juga keluhan NPB non spesifik, namun sebaliknya semakin rendah tingkat resiko posisi duduk tidak



ergonomis maka semakin rendah juga keluhan NPB non spesifik. Berdasarkan observasi terhadap pengemudi angkutan kota di Terminal Ubung, banyak mengeluhkan nyeri punggung bawah saat bekerja karena lebih banyak duduk dengan posisi yang tidak ergonomis dalam waktu lama. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Novianah (2014) yang mengatakan bahwa posisi duduk yang tidak ergonomis menyebabkan terjadinya sekitar 80% keluhan NPB non spesifik. Posisi duduk yang tidak ergonomis saat mengemudi akan menyebabkan keluhan Low Back Pain yaitu otot-otot punggung menjadi lelah dan menimbulkan ketidakstabilan dari tulang belakang sehingga timbul proses degenerasi yang menimbulkan keluhan pegal di daerah punggung bawah. Apabila hal ini tidak diperbaiki, maka akan menyebabkan penyakit akibat kerja dan penurunan kualitas hidup. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa posisi duduk yang tidak ergonomis dan dilakukan berulang-ulang dapat meningkatkan resiko terjadinya nyeri punggung bawah non spesifik. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan pada variabel penelitian, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara posisi duduk dengan keluhan nyeri punggung bawah non spesifik pada pengemudi angkutan kota di Terminal Ubung. DAFTAR PUSTAKA 1. Hastuti, Rina Puji dan Sugiharto. 2010. Hubungan Antara Sikap Kerja Duduk dengan Gejala Cumulative Trauma Disorders, Jurnal Kesehatan Masyarakat. KEMAS 6(1): 8-15. 2. Bushan, B and Khan, S.M. 2006. Laterality and Accident Proneness:



A Study of Locomotive Drivers. Laterality, 11 (5): 395 404. 3. Maher, Salmond and Pellino. 2002. Low Back Pain Syndroma. Philadelpia: FA Davis Company. Universitas Diponegoro. Semarang. 4. Samara, Diana. 2009. Duduk Lama Dapat Sebabkan Nyeri Pinggang Bawah. Jakarta: Fakultas Kedokteran Trisakti. 5. Tarwaka, Bakri; SHA, Sudiadjeng, L. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS. 6. Zulaeha, Siti. 2008. Analisis Tingkat Resiko Terjadinya Musculoskeletal disorders (MSDs) Pada Proses Main Assembling 3Phase PT. Metbelosa Tahun 2008. Skripsi. Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarief Hidayatullah. 7. Hendra dan Rahardjo, Suwandi. 2009. Risiko Ergonomi dan MSDs pada Pekerja Panen Kelapa Sawit. Seminar Nasional Ergonomi IX. Semarang: UNDIP. 8. Bridger R.S. dalam : Yuli Wiranto. 2010. Penilaian Tingkat Risiko Ergonomi dengan Metode BRIEF dengan gambaran keluhan subyektif Muskuloskeletal Disorders (MSDS) pada Pekerja Bagian Inspeksi Kain PT. Dunia Tekstil Surakarta. 9. Rachmawati MR., 2006. Nyeri Muskuloskeletal dan Hubungannya dengan Kemampuan Fungsional Fisik pada Lanjut Usia, Universa Medicina No.25 (4), pp: 179-86. 10. Novianah, Nina. 2014. Hubungan Posisi Kerja Duduk Dengan Keluhan Nyeri Punggung Bawah Pada Tukang Becak. Jakarta: Universitas Esa Unggul. 11. World Health Organisation the Asia Pacific Perspective. 2000.



Redefining treatment.



obesity



and



its



12. Sritomo, Wignjosoebroto. 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Jakarta: Guna Widya.