Jurnal Ilmiah Pembuatan Amilum Beras [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN



LAPORAN INDIVIDU PRAKTIKUM PEMBUATAN DAN PENGAMATAN AMILUM



OLEH : NAMA



: TRI PUSPITA ROSKA



NIM



: N11115526



KELOMPOK



: 2 (DUA)



GOLONGAN



: SENIN PAGI



ASISTEN



: DEWI SRI LESTARI



MAKASSAR 2016



BAB I PENDAHULUAN



I.1 Latar Belakang Sebagian besar penduduk Indonesia mengonsumsi makanan mengandung karbohidrat sebebagai makanan pokoknya. Makanan pokok tersebut meliputi beras, jagung, sagu ,kentang dan umbi-imbian. Karbohidrat merupakan segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi. Hasil dari metabolisme



primer



turunan



dari



karbohidrat



berupa



senyawa-senyawa



polisakarida yang biasanya berupa amilum. Pati atau amilum merupakan simpanan energi didalam sel-sel tumbuhan, berbentuk butiran-butiran kecil mikroskopik dengan diameter berkisar antara 5-50 nm. Di Indonesia banyak tumbuh-tumbuhan yang mengandung amilum yang dapat diketahui secara pasti kandungan amilum pada tumbuhan tersebut. Amilum banyak terkandung dalam beras, gandum, jagung, biji-bijian seperti kacang merah atau kacang hijau dan banyak juga terkandung dalam berbagai jenis umbi-umbian seperti singkong, kentang atau ubi. Amilum merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Wati, 2014). Peranan amilum sangat penting dalam kehidupan sebagai sumber energi dengan penghasil ATP terbesar sehingga dalam kehidupan manusia makanan atau zat penghasil amilum tidak dapat dipisahkan. Selain itu, amilum diketahui sebagai polisakarida yang banyak terdapat pada tumbuhan. Amilum berperan sebagai bahan tambahan pembuatan tablet yaitu bahan pengisi, penghancur, dan pengikat. Sebagai bahan penghancur amilum akan pecah dari bahan pengikat dan menyebabkan pembengkakan dari beberapa komponen penyusun sehingga sebagai tablet akan hancur. Oleh karena itu, sebagai seorang farmasis harus lebih mengetahui mengenai amilum yang terkandung pada tumbuhan karena setiap tumbuhan memiliki kadar amilum yang berbeda. Pada praktikum pembuatan amilum ini akan dibahas sampel tanaman yang mengandung amilum.



I.2 Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui teori dasar mengenai amilum 2. Untuk mengetahui tipe-tipe amilum yang diamati 3. Untuk mengetahui cara membuat amilum dari sampel yang telah disediakan I.3 Prinsip Percobaan Dalam percobaan pembuatan amilum ini, amilum dibuat dari sampel beras dengan menggunakan metode yang telah ditentukan. Pembuatan amilum dimulai dari penyiapan sampel, penimbangan sampel hingga pengolahan sampel menjadi amilum. Selain itu, dilakukan pengamatan amilum dari segi mikroskopinya menggunakan mikroskop.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



II.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Padi Berdasarkan tata nama atau sistematika tumbuh-tumbuhan menurut Tjitrosoepomo (1994), tanaman padi (Oryza sativa L) dimasukkan ke dalam klasifikasi sebagai berikut. Kingdom



: Plantae (Tumbuh-tumbuhan)



Divisio



: Spermatophyta



Sub-divisio



: Angiospermae



Kelas



: Monokotil (monocotyledoneae)



Ordo



: Glumiflorae (poales)



Familia



: Gramineae (poaceae)



Genus



: Oryza



Spesies



: Oryza sativa L



Padi termasuk dalam keluarga padi-padian atau Poaceae(Graminae). Padi termasuk terna semusim, berakar serabut, batang sangat pendek, struktur serupa batang terbentuk dari rangkaian pelepah daun yang saling menopang, daun sempurna dengan pelepah tegak, daun berbentuk lanset, warna hijau muda hingga hijau tua, berurat daun sejajar, tertutupi oleh rambut yang pendek dan jarang, bunga tersusun majemuk, tipe malai bercabang, satuan bunga disebut floret, yang terletak pada satu spikelet yang duduk pada panikula, buah tipe buliratau kariopsis yang tidak dapat dibedakan mana buah dan bijinya, bentuk hampir bulat hingga lonjong, ukuran 3 mm hingga 15 mm, tertutup oleh palea dan lemma yang dalam bahasa sehari-hari disebut sekam,struktur dominan adalah endospermium yang dimakan orang (Mubaroq, 2013). Padi termasuk tanaman semusim atau tanaman berumur pendek, kurang dari satu tahun dan hanya sekali berproduksi, setelah berproduksi akan mati atau



dimatikan. Adapun morfologi padi akan diuraikan sebagai berikut (Mubaroq, 2013): a. Akar, merupakan bagian tanaman yang berfungsi untuk menyerap air dan zat makanan dari dalam tanah, kemudian diangkut ke bagian atas tanaman. Akar tanaman padi dapat dibedakan menjadi akar tunggang, akar serabut, akar rambut dan akar tajuk. b. Batang, padi mempunyai batang yang beruas-ruas. Padi mempunyai batang yang tingginya berkisar antara 107-115 cm dan warna batangya hijau c. Anakan, tanaman padi akan membentuk rumpun dengan anakannya, biasanya anakan akan tumbuh pada dasar batang. Pembentukan anakan terjadi secara bersusun yaitu anakan pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Padi mempunyai anakan produktif sekitar 14-17 batang. d. Daun, ciri khas daun padi adalah sisik dan telinga daun. Daun padi dibagi menjadi beberapa bagian yakni helaian daun, pelepah daun, dan lidah daun. Daun berwarna hijau, muka daun sebelah bawah kasar, posisi daun tegak dan daun benderanya tegak. II.2 Amilum Pati atau amilum adalah karbohidratkompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Barangkali tidak ada satu senyawa organik lain yang tersebar begitu luas sebagai kandungan tanaman seperti halnya pati. Dalam jumlah besar,pati dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penympanan sementara dari produk fotosintesis. Pati juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun dan umbi. Pati merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Claus, et al., 1970). Pati berbentuk granul atau butir-butir kecil dengan lapisan-lapisan yang karakteristik. Lapisan-lapisan ini serta ukuran dan bentuk granul seringkali khas bagi beberapa spesies tanaman sehingga dapat digunakan untuk identitas tanaman asalnya. Tanaman yang mengandung pati digunakan dalam farmasi seperti Zea



mays(jagung), Oryza sativa(beras), Solanum tuberosum(kentang), Triticum aesticum(gandum), Maranta arundinacea (garut), Ipomoea batatas(ketela rambat) dan Manihot utilissima(ketela pohon (Claus, et al., 1970). Secara umum pati terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80% bagian yang tidak larut dalam air (amilopektin). Amilosa merupakan molekul yang lurus, terdiri dari 250 sampai 300 satuan D-glukopiranosa dan dihubungkan secara seragam oleh ikatanalfa-1,4-glukosida yang cenderung menyebabkan molekul tersebut dianggap berbentuk seperti uliran (helix). Amilopektin terdiri dari 1000 atau lebih satuan glikosa yang kebanyakan juga dihubungkan dengan hubungan alfa-1,4. Namun terdapat juga sejumlah hubungan alfa-1,6 yang terdapat pada titik-titik percabangan. Jumlah hubungan semacam ini terdapat kurang lebih 4% dari jumlah hubungan atau satu untuk setiap 25 satuan glukosa. Oleh karena perbedaan struktur ini maka amilosa lebih larut dalam air dibandingkan dengan amilopektin. Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut. Pemisahan yang



lebih efisien dilakukan dengan



mengendapkan dan membuat senyawa kompleks dari amilosa dengan pereaksi yang sesuai meliputi bermacam-macam etanil atau nitroparafin. Amilosa bereaksi dengan iodium membentuk senyawa kompleks berwarna biru tua, sedangkan amilopektin memberikan warna violet kebiruan atau ungu. Amilosa merupakan polisakarida, polimer yang tersusun dari glukosa sebagai monomernya. Tiap-tuap



monomer terhubung dengan ikatan 1,4



glikosidik. Amilosa merupakan polimertidak bercabang yang bersama-sama dengan amilopektin menjadi komponen penyusun pati. Dalam masakn, amilosa memberi efek keras bagi pati atau tepung (Whistler dan Paschall, 1984).



Gambar 2.1 Rumus Struktur amilosa



Amilopektin merupakan polisakarida yang tersusun dari monomer Gglukosa.Amilopektin merupakan molekul raksasa dan mudah ditemukan karena menjadi satu dari dua senyawa penyusun pati, bersama-sama dengan amilosa. Walaupun tersusun dari monomer yang sama, amilopektin berbeda dengan amilosa, yang terlihat dari karakteristik fisiknya. Secara struktural, amilopektin terbentuk dari rantai glukosa yang terikat dengan ikatan 1,4-glikosidik, sama dengan amilosa (Claus, et al., 1970).



a. Tipe-tipe Amilum Berdasarkan letak hilus, butir amilum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu (Purnobasuki, 2011).: 



amilum yang konsentris (hilus terletak di tengah);







eksentris (hilus terletak di tepi). Sedangkan berdasarkan jumlah hilus dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu



(Purnobasuki, 2011): 



monoadelph (hilus hanya satu);







diadelph atau setengah majemuk (hilus berjumlah dua yang masing-masing dikelilingi oleh lamela); dan







poliadelph/majemuk (hilus berjumlah banyak dan tiap hilus dikelilingi oleh lamela).



b. Cara Identifikasi Amilum dan Reaksinya dengan Iodine Identifikasi



secara



kimiawi



kandungan



amilum



bertujuan



untuk



mengidentifikasi ada atau tidaknya amilum dalam sampel yakni dengan cara uji iodine. Pada uji ini sampel yang mengandung amilum akan berubah warna menjadi biru. Sampel terlebih dahulu dipanaskan agar amilum dapat larut sempurna dnegan air sehinggga lebih mudah dalam pendeteksian kandungan amilum. Berdasarkan hasil percobaan sampel yang telah dipanaskan kemudian ditetesi dengan iodine berubah menjadi biru ini dikarenakan warna biru yang dihasilkan diperkirakan adalah hasil dari ikatan kompleks antara amilum dengan iodin. Identifikasi amilum secara mikroskopis bertujuan agar kita lebih mengetahui bentuk-bentuk yang khas dari masing-masing amilum pada sampel sehingga kedepannya akan lebih memudahkan praktikan dalam membuat sediaan farmasi (Manatar, 2012). c. Manfaat Amilum dibidang Farmasi Amilum digunakan sebagai bahan penyusun dalam serbuk awur dan sebagai bahan pembantu dalam pembuatan sediaan farmasi yang meliputi bahan pengisi tablet, bahan pengikat, dan bahan penghancur. Sementara suspensi amilum dapat diberikan secara oral sebagai antidotum terhadap keracunan iodium dam amilum gliserin biasa digunakan sebagai emolien dan sebagai basis untuk supositoria (Gunawan, 2004). Sebagai amilum normal, penggunaanya terbatas dalam industri farmasi. Hal ini disebabkan karakteristiknya yang tidak mendukung seperti daya alir yang kurang baik, tidak mempunyai sifat pengikat sehingga hanya digunakan sebagai pengisi tablet bagi bahan obat yang mempunyai daya alir baik atau sebagai musilago, bahan pengikat dalam pembuatan tablet cara granulasi basah (Anwar, 2004).



II.3



Bagian-bagian Mikroskop Mikroskop merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan



laboratorium sains, khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil (mikroskopis). Hal ini membantu memecahkan persoalan manusia tentang organisme yang berukuran kecil. Untuk mengetahui mikroskop maka perlu diketahui



komponen



mikroskop,



macam



mikroskop,



penggunaan



dan



pemeliharaannya (Koesmadji, 2011).







Lensa okuler adalah lensa yang letaknya dekat dengan mata observer. Lensa ini berfungsi untuk membentuk bayangan maya, tegak, diperbesar dari lensa objektif.







Lensa objektif adalah lensa yang berada dekat dengan objek yang diamati. Lensa ini  berfungsi untuk membentuk bayangan nyata, terbalik, diperbesar. Pembesaran dari lensa objektif dapat diatur oleh bagian revolver yang ada pada mikroskop.







Tabung mikroskop atau tubus adalah bagian mikroskop berbentuk tabung yang berfungsi mengatur fokus serta menghubungkan lensa okuler dengan lensa objektif.







Makrometer atau pemutar kasaradalah bagian mikroskop yang berfungsi menaik-turunkan tabung mikroskop dengan cepat.







Mikrometer atau pemutar halus adalah bagian mikroskop yang berfungsi menaik-turunkan tabung mikroskop dengan lambat. Ukurannya umumnya lebih kecil dibanding makrometer.







Revolver adalah bagian mikroskop yang berfungsi mengatur perbesaran lensa objektif.







Reflektor adalah bagian mikroskop yang berfungsi memantulkan cahaya dari cermin ke objek yang diamati melewati lubang yang ada di meja objek. Reflektor terdiri dari dua jenis cermin, yaitu cermin datar dan cermin cekung. Cermin datar digunakan saat cahaya yang dibutuhkan terpenuhi, sedangkan cermin cekung digunakan saat kondisi kurang cahaya. Cermin cekung berfungsi mengumpulkan cahaya.







Diafragma adalah bagian mikroskop yang berfungsi mengatur sedikit banyaknya cahaya yang masuk.







Kondensor adalah bagian mikroskop yang berfungsi mengumpulkan cahaya. Alat ini bisa putar dan dinaik-turunkan.







Meja kerja atau meja mikroskop adalah bagian mikroskop yang berfungsi untuk meletakkan objek yang diamati.







Penjepit kaca berfungsi sebagai pelapis objek agar tidak bergeser-geser ketika diamati.







Lengan mikroskop berfungsi sebagai pegangan pada mikroskop.







Kaki mikroskop berfungsi penyangga atau penopang mikroskop.







Sendi inklinasi atau pengatur sudut adalah alat atau bagian dari mikroskop yang berfungsi untuk mengatur sudut tegaknya mikroskop.



II.4



Tujuan Perlakuan pada Sampel



a. Diberikan Etanol Rumus struktur etanol ialahC2H6O. Tujuan diberikan etanol pada sampel ialah untuk mempercepat proses penguapan air, dan sebagai pengawet pada sampel agar saat berada di oven tidak berjamur.



b. Diblender Tujuan sampel diblender terlebih dahulu ialah supaya amilum yang terdapat dalam sampel dapat diperoleh maksimal. Dengan diblender terlebih dahulu, mengurangi kemungkinan ada amilum yang tersisa. c. Disaring Tujuan dari penyarungan ialah agar tidak ada unsure lain selain amilum yang terikut saat pembuatan amilum. d. Endap-Tuang Endap tuang merupakan salah satu metode konvensional untuk mengambil endapan amilum dari hasil pemyaringan. Prinsipnya hamper sama dengan ampas kopi, dimana endapannya diambil dengan cara memiringkan wadah tempat endapan tersebut berada.



BAB III METODE KERJA



III.1 Alat dan Bahan yang Digunakan III.1.1 Alat Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah blender basah, baskom, botol semprot, cawan porselen, dek glass dan object glass, kain saring, kamera, mangkuk kaca, mikroskop, sendok tanduk dan talenan. III.1.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam percobaan ini ialah aquades, etanol 70%, beras, dan serbuk sagu. III. 2 Cara Kerja III.2.1 Pembuatan Amilum 



Disiapkan alat dan bahan







Ditimbang sampel beras sebanyak 200 gram







Sampel kemudian direndam dalam air selam kurang lebih satu hari.







Sampel dimasukkan ke dalam blender dan ditambahkan aquadest hingga sampel tenggelam.







Diblender hingga halus.







Disaring menggunakan kain saring dan dipindahkan ke dalam baskom yang telah disediakan.







Didiam tuangkan selama 10 menit







Diambil endapannya dan diletakkan di dalam mangkuk kaca







Ditambahkan etanol sebanyak 20 ml, kemudian diaduk







Dikeringkan di oven hingga amilum benar-benar kering.







Ditimbang serbuk amilumnya.



III.2.2 Pengamatan Amilum 



Disiapkan alat dan bahan







Diambil serbuk sampel mrnggunakan sendok tanduk dan dilarutkan dengan aquades di dalam cawan porselen.







Diambil sedikit, dan diletakkan di atas object glass







Ditutup menggunakan dek glass







Diamati dibawah mikroskop







Dicatat dan difoto hasil mikroskopiknya.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



IV.1 Hasil Pengamatan Setelah melakukan pengamatan pengamatan mikroskopik amilum sagu (Metroxylon sagu) maka diperoleh hasil bentuk dan tipe amilumnya yaitu bentuk amilum bulat dan tipe amilumnya ialah konsentris. Sedangkan dari pembuatan amilum beras belum didapatkan hasil karena masih dalam proses pengeringan. IV.2 Gambar Pengamatan Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia



Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia



Fakultas Farmasi



Fakultas Farmasi



Universitas Hasanuddin



Universitas Hasanuddin



Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi KET : Sampel diblender Universitas Hasanuddin



Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia Fakultas Farmasi KET : Sampel setelah diblender Universitas Hasanuddin



KET : Sampel disaring



KET : Hasil saringan sampel



4.2.2 Pengamatan Mikroskopik Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia



Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia



Fakultas Farmasi



Fakultas Farmasi



Universitas Hasanuddin



Universitas Hasanuddin



KET : Penyiapan mikroskop



KET : Perbesaran 100x



Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia



Laboratorium Farmakognosi-Fitokimia



Fakultas Farmasi



Fakultas Farmasi



Universitas Hasanuddin



Universitas Hasanuddin



KET : Hasil pengamatan mikroskopik



KET : Hasil penganmatan mikroskopik



IV.3 Pembahasan Pada praktikum ini dilakukan pembuatan dan pengamatan amilum. Sampel pada pengamatan amilum adalah beras yang sebelumnya telah ditimbang sebanyak 200 gram dan direndam dalam air sehari semalam. Perendaman tersebut dilakuakn agar beras menjadi agak lunak sehingga mudah hancur saat diblender. Setelah itu, sampel kemudian diblender dengan manmbahkan aquadest sampai sampel terbenam. Sampel kemudian disaring menggunakan kertas saring dan dipindahkan ke dalam wadah baskom. Endaptuangkan sampel tersebut selama beberapa menit dan pada bagian dasar baskom akan muncul endapan putih yang merupakan amilum beras. Amilum kemudian diambil dan dipindahkan ke mangkok kaca secara hati-hati menggunakan sendok tanduk. Endaptuangkan lagi hingga diperoleh semua endapan beras tersebut. Amilum yang diperoleh dari proses tersebut kemudian diberikan etanol 70% yang bertujuan untuk



mempercepat proses penguapan air, dan sebagai



pengawet pada sampel agar saat berada di oven tidak berjamur. Setelah itu sampel kemudian dimasukkan kedalam oven selama 1x24 jam sampai amilum benarbenar kering. Hasil dari pembuatan amilum dari sampel beras belum diperoleh karena amilum yang didapatkan berjamur sehingga waktu pengeringan dan penyelesaian pembuatan amilum terhambat. Pada proses pengamatan mikroskopis amilum, sampel yang diamati adalah amilum sagu (Metroxylon sagu). sampel sagu tersedia dalam bentuk serbuk. Ooleh karena itu, sampel harus dilarutkan terlebih dahulu menggunakan air. Setelah dilarutkan, diambil sedikit dan diletakkan di atas object glass. Sebelum ditutup dengan dek glass, diusahakan sampel tersebut tidak tebal kerana akan berpengaruh pada hasil pengamatan nantinya. Setelah dibuat lapisan tipis, sampel ditutup dengan dek glass. Perbesaran yang digunakan untuk pengamatan amilum ini ialah perbesaran 100x. Bentuk amilum sagu (Metroxylon sagu) adalah bulat dan bagian tengahnya lebih gelap dari bagian yang lain. Tipe amilumnya termasuk



dalan tipe konsentris, karena letah hilusnya berada di tengah butir amilum. Namun, pada proses pengamatan amilum ini terhambat karena mikroskop yang digunakan dalam pengamatan kondisinya kurang bagus sehingga harus menggunakan dan menunggu mikroskop praktikan kelompok lain hingga mereka selesai mengamati sehingga hasil pengamatan sendiri tidak didapatkan. Pada praktikum ini ada beberapa faktor kesalahan yang menyebabkan hasil yang didapatkan kurang maksimal. Faktor kesalahan tersebut antara lain mikroskop yang kondisinya kurang bagus, wadah tempat amilum yang kecil serta etanol yang diberikan pada pada amilum



sedikit sehingga menyebabakan



timbulnya jamur pada permukaan amilum. Untuk meminimalisir hal tersebut diperlukan ketelitian terutama dalam menempatkan amilum dalam wadah tertentu dan pemberian etanol harus disesuaikan dengan banyaknya sampel.



BAB V PENUTUP



V.1 Kesimpulan Dari hasil percobaan pengamatan amilum , maka diperoleh hasil bahwa bentuk butir amilum sagu (Metroxylon sagu) adalah bulat dan tipe amilun sagu (Metroxylon sagu) adalah konsntris. Selain itu, pada pembuatan amilum dari beras (Oryza sativa) belum didapatkan hasil karena beberapa faktor kasealahan. V.2 Saran Dalam melaksanakan praktikum ini kakak pendamping asisten sudah sangat baik dalam mengarahkan dan memberikan penjelasan kepada praktikan.



Akan tetapi kendala yang diperoleh pada saat pengamatan adalah mikroskop. Sebaiknya sebelum melakukan pengamatan mikroskop diperiksa terlebih dahulu dan mikroskop yang kurang bagus sebaiknya tidak digunakan.



DAFTAR PUSTAKA Anwar, Prabu M. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Perusahaan cetakan pertama. PT. Remaja Rsodakarya. Claus, E.P., V.E. Tyler dan L.R. Brady. 1970. Pharmacognosy. 6th edition. Gunawan, D, Mulyani, S.,. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya, Koesmadji Wirjosoemart0, dkk. Tth. Teknik Laboratorium. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Manatar, Jardewig E., dkk. 2012. Analisis kandungan pati dalam batang tanaman aren. Program Studi Kimia FMIPA Universitas Samratulangi.



Mubaroq, Irfan A. 2013. Kajian Potensi Caf dengan Penambahan Ion Logam terhadap pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Padi. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Tjitrosoepomo, G. 1994. Taksonomi Umum Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Press. Wati, Karmila.2014. Identifikasi Amilum secara kimiawi dan mikroskopis. Kendari : Jurusan Farmasi Universitas Haluoleo Whistler,L.R; Bemiller,N.James: Paschall,F.Eugene.1984. Starch: Chemistry And Technology. New York: London.



LAMPIRAN Skema Kerja 



Pembuatan amilum SAMPEL



KUPAS



TIMBANG



CUCI



UNTUK SAMPEL SEPERTI KENTANG, UBI, SINGKONG



POTANG KECIL-KECIL +AQUADES ½ BOTOL SEMPROT BLENDER



SARING UNTUK SAMPEL BERAS DAN JAGUNG ENDAP TUANG



ENDAPAN + ETANOL







OVEN







Pengamatan Amilum



SAMPEL (LARUTAN)



MASUKKAN KEOBJECT GLASS



TUTUP DENGANDEK GLASS



AMATI DENGAN MIKROSKOP