9 0 1 MB
JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIKUIDA DAN SEMISOLID (STERIL) MODUL II INJEKSI Disusun Oleh: Nama Anggota
: Anggrilina Fitria
(10060318031)
Nisa Rahma Aniyati
(10060318033)
Muhammad Fillah
(10060318034)
Fia Siti Nopalia
(10060318035)
Khaerunnisa
(10060318036)
Rafanisa Apriansah
(10060318037)
Fani Eka Martiza
(10060318038)
Shift/Kelompok
: A/4
Tanggal Praktikum
: Selasa, 08 Desember 2020
Nama Asisten
: Neneng Indah Nurazizah, S.Farm
LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT E PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 2020 M/ 1442 H
MODUL II INJEKSI
I.
Nama Sediaan 1.1. Injeksi Dexametasone Fosfat 1.2. Injeksi Cefuroxime 1.3. Injeksi Propanolol HCl
II.
Kekuatan Sediaan 2.1 Injeksi Dexametasone Fosfat = 4 mg/mL
III.
2.2 Injeksi Cefuroxime
= 750 mg/Vial
2.3 Injeksi Propanolol HCl
= 1 mg/mL
Preformulasi Zat Aktif 3.1 Injeksi Dexametasone Natrium Fosfat
Struktur. Deksametason Natrium Fosfat
a. Pemerian: Serbuk hablur; putih atau agak kuning; tidak berbau atau agak berbau etanol, sangat higroskopis (Dirjen POM, 1995: 289). b. Kelarutan: Mudah larut dalam air (Dirjen POM, 1995: 289). c. pH: 7 dan 8.5 (Dirjen POM, 2014: 291). d. Stabilitas: Larutan dan suspensi dari derivat dexamethason tidak tahan panas dan tidak dapat disterilisasi menggunakan autoklaf. Larutan harus dilindungi dari cahaya dan dingin (Martindale, 2009: 468). e. Inkompatibilitas: Fakta bahan yang sudah diamati dengan 2 jam ketika 1 ml dexamethason sodium fosfat injeksi setelah dicampur
dengan 5 ml air steril dan 1 mL larutan injeksi dari proklorperazin edisilate/vankomisin HCl (Martindale, 2009: 468). f. Khasiat: Edema serebral (Dirjen POM, 2014: 291).
3.2 Injeksi Cefuroxime Cefuroxime Natrium (Dirjen POM, 2014: 1169)
a. Pemerian
: Serbuk putih, atau sedikit kekuningan.
b. Kelarutan
: Mudah larut dalam air, larut dalam
metanol, sangat sukar larut dalam etanol, eter, etil asetat dan kloroform. c. BM
: 446,37
d. Titik lebur : 170 °C-229 °C e. pH
: 6-8,5
f. Stabilitas
: Tidak stabil terhadap panas, larutan berair
dari cefuroxime natrium tidak stabil selama 12 jam di suhu kamar, tetapi sekitar 15% terdekomposisi setelah 24 jam. Cairan dapat berubah menjadi lebih gelap atau kekuningan saat penyimpanan. Stabilitas maksimum dari larutan cefuroxime natrium teramati pada pH 4,5-7,3. g. Inkompabilitas
: Injeksi cefuroxime natrium tidak boleh
dicampur dengan injeksi natrium bikarbonat atau aminoglikosida. h. Penyimpanan
: Dalam wadah tertutup rapat.
i. Khasiat
: Antibiotik (Antibakteri sefalosporin)
3.3 Injeksi Propanolol HCl
a.
Pemerian
: Serbuk putih atau hampir putih, tidak
berbau, rasa pahit (Dirjen POM, 2014: 1067). b.
Kelarutan
: Larut dalam air dan dalam etanol, sukar
larut dalam klorofom, praktis tidak larut dalam eter (Dirjen POM, 2014: 1067). c.
pH
: 2,8 – 3,5 (Dirjen POM, 1995: 705).
d.
Stabilitas
: Larutan dalam aqua akan mengalami
oksidasi dari rantai samping. Isopropilamin diikuti dengan penurunan pH dan perubahan pH dan perubahan warna, sedikit terjadi peruraian pada suasana basa. Larutan paling stabil pada pH 3 (Dirjen POM, 1995: 705). e.
Inkompatibilitas : Injeksi Propanolol HCl secara visual dan kimia kompatibel selama 24 jam dengan cairan intravena pada konsentrasi Propanolol HCl 0,5 dan 20 μg/ mL yaitu injeksi glukosa 5%, glukosa 5% dan injeksi NaCl 0,9% pH larutan tidak berubah selama 24 jam (Dirjen POM, 1995: 705).
f.
Khasiat
: Digunakan untuk pengobatan darurat
distrimia jantung dan krisis tirotoksik (Lund, 1994: 1026).
IV.
Pengembangan Formula 4.1 Injeksi Dexametasone Formula umum: Tiap 2 mL mengandung : Dexametasone 4 mg/mL Setara dengan Dexametasone Na-Fosfat 4,4 mg/mL Natrium benzoat 0,5% Aqua pro injection ad 2 mL
Sediaan yang akan dibuat berupa injeksi, zat aktifnya harus homogen agar mudah terlarut dalam tubuh, zat aktif yang akan digunakan adalah Dexametasone Natrium Fosfat yang merupakan bentuk garamnya dari dexametasone. Digunakannya Deksamethason Na-fosfat karena mudah larut dalam air sedangkan deksamethason praktis tidak larut dalam air karena injeksi akan dibuat menggunakan air sebagai pelarut. Dosis deksamethason natrium fosfat dipilih 4mg ditujukan kepada penderita edema cerebral (0,5-24 mg/hari). Natrium benzoat dengan pH 8 dapat mempertahankan pH zat aktif. Pelarut yang digunakan yaitu aqua pro injection sedangkan pengawet yang digunakan adalah natrium benzoat yang berfungsi sebagai antimikroba. Penggunaan pengawet karena injeksi dalam wadah vial yang pengambilannya berulang (multiple doses) dan menggunakan pembawa air, jika tidak ditambahkan pengawet akan mudah ditumbuhi mikroba.
4.2 Injeksi Cefuroxime Formula umum: Tiap 8 mL mengandung : Cefuroxime 750 mg/vial Setara dengan Cefuroxime Natrium 788,9 mg/vial Benzalkonium klorida 0,01% Aqua pro injection ad 8 mL Sediaan yang akan dibuat berupa injeksi, dengan zat aktif yang digunakan adalah cefuroxime. Cefuroxime merupakan antibiotik golongan safalosprin, yang digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh Staphylococci, grup B Streptococci, H, influenza (tipe A dan B), E. Coli, Enterobacter, Salmonella, dan Klebsiella. Dalam pembuatan injeksi cefuroxime ini digunakan cefuroxime bentuk garam yaitu cefuroxime natrium yang memang mudah larut dalam air, selain karena sesuai dengan literatur yang menyebutkan bahwa cefuroxime untuk injeksi memang mengandung sejumlah cefuroxime natrium (Dirjen POM, 2014), cefuroxime juga tidak stabil dalam keadaan larutan sehingga dibuat dalam bentuk injeksi steril rekonstitusi, karena
jika dibuat larutan berair akan terdekomposisi 15% setelah 24 jam. Sediaan ini disterilisasi dengan cara aseptik, karena cefuroxime merupakan antibiotik dan tidak tahan panas sterilisasi radiasi pengion sinar gamma, karena cefuroxime natrium tidak tahan panas (Lund, 1994). Untuk pengatur tonisitas tidak digunakan, karena hasil perhitungan menunjukkan bahwa sediaan lebih dari 0,9% kesetaran dengan NaCl yang artinya hipertonis, tidak dilakukan penambahan aqua pro injection karena kurang dari 1,6% hipertonisnya, masih bisa ditoleransi. (Dirjen POM, 2014). Selain itu, ditambahkan juga pengawet, yaitu benzalkonium klorida 0,01%, selain karena pembawa yang digunakan adalah air (aqua pro injection) yang dapat menjadi tempat pertumbuhan mikroorganisme yang baik, digunakan juga vial (wadah primer) untuk sediaan injeksi cefuroxime, yang mana penggunaan wadah ini memungkinan untuk penggunaan dalam dosis ganda (multiple dose) yang mana sediaan digunakan secara berulang dan mudah terkontaminasi udara, dengan volume 8ml/vial untuk setiap sediaan, dan untuk wadah sekunder yang digunakan adalah kotak karton, yang menjamin distribusi dan melindungi kelompok kemasan lain (Lund, 1994).
4.3 Injeksi Propanolol HCl Formula umum: Tiap 2 mL mengandung : Propanolol HCl 1 mg/mL Asam Sitrat ad pH 3 Aqua pro injection ad 2 mL Injeksi Propanolol Hidroklorida adalah larutan steril Propanolol Hidroklorida dalam air untuk injeksi, mengandung Propanolol Hidroklorida C16H21HCl, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995: 711). Propanolol HCl dalam formula berperan sebagai zat aktif yang akan dibuat dalam bentuk sediaan berupa injeksi. Kegunaan Propanolol HCl yaitu sebagai obat antihipertensi golongan β-blocker. Kekuatan sediaan yang
dibuat untuk injeksi Propanolol HCl adalah 1 mg/ml. Propanol HCl dalam larutan stabil dalam pH 3.0 (Lund, 1994: 1026). Asam sitrat berfungsi sebagai pendapar atau penyangga pH dan antioksidan. Asam sitrat dalam formula sediaan farmasi sering digunakan untuk adjust pH larutan. Dalam injeksi Propanolol HCl, digunakan asam sitrat agar larutan injeksi Propanolol HCl mencapai pH tertentu (3±3.5) dan menjaga agar pH sediaan tidak berubah (Rowe et al, 2006: 1026). Aqua pro injeksi pada injeksi Propanolol HCl digunakan sebagai pembawa/pelarut. Propanolol HCl mudah larut dalam air dan dalam etanol, sukar larut dalam kloroform, dan praktis tidak larut dalam eter (Depkes RI, 1995: 709). Digunakan aqua pro injeksi karena aqua pro injeksi adalah air untuk injeksi yang disterilkan dan dikemas dengan cara yang sesuai. Tidak mengandung bahan antimikroba atau bahan tambahan lainnya (Depkes RI, 1995: 112-113).
V.
Perhitungan Tonisitas/Osmolaritas 5.1
Dexametasone
5.1.1 Konversi Dexametasone Na-fosfat BM Deksametason Na−fosfat
Konversi dosis =
BM Dexametasone fosfat
=
516,41 472,4
× Kekuatan sediaan
× 4 mg/mL = 4,373 mg/mL
Untuk 2 mL= 4,373 x 2 mL = 8,7 mg/2mL = 0,0087 gram/2mL a). Metode Ekivalensi No 1
Nama Bahan Dexametasone
E
0,18 0,0087 g/2,15mL × 100%
Na-fosfat
2
Natrium Benzoat
%
= 0,405%
0,40
%×E 0,18 × 0,405% = 0,073 %
0,5%
0,40 × 0,5 = 0,2%
=0,273%
Jumlah
(hipotonis) Untuk sediaan ampul 2 mL, volume ditambahkan sebanyak 0,15 mL Karena hipotonis, maka ditambahkan dengan larutan NaCl: NaCl yang ditambahkan agar isotonis = 0,9% - 0,273% = 0,627% NaCl yang ditambahkan =
0,627 100
× 2,15 mL = 0,0135 g = 13,5 mg.
b) Metode Penurunan Titik Beku No
1
Nama Bahan
ΔTF 1%
Dexametasone
0,050
0,405% 0 0,050 × 0,405%
na-fosfat
2
ΔTF ×%
%
1 = 0,02025
Natrium Benzoat
0,23
0,5 %
0,23 × 0,5 = 0,115 0,13525% (hipotonis)
Jumlah
NaCl yang ditambahkan agar isotonis = 0,9% - 0,13525% = 0,76475% 0,76475
Setara dengan NaCl = 0,58 (𝑝𝑡𝑏 𝑁𝑎𝐶𝑙) = 1,32% NaCl =
5.2
1,32 100
× 2,15 mL = 0,02838 gram = 28,38 mg
Injeksi Cefuroxime
Perbaiki ya pakai volume yang sudah dilebihkan R/ Cefuroxime 750 mg/vial setara dengan Cefuroxime Natrium 788,9 mg/vial Cefuroxime Na setara 0,7889 g
(E = 0,13 ; ∆Tf = 1 % = 0,07°)
Benzalkonium klorida 0,01 %
(E = 0,18 ; ∆Tf = 1 % = 0,09°)
Aqua pro injeksi ad 8 mL a) Konsentrasi zat dalam % 1. Cefuroxime Natrium =
0,7889 g 8 mL
×100% = 9,8613%
2. Benzalkonium klorida = 0,01 % b) Dengan perhitungan penurunan titik beku (∆Tf ×%) 1. Cefuroxime Natrium = 0,037° × 9,8613% = 0,365°
2. Benzalkonium klorida = 0,048° × 0,01 % = 0,00048° c) Metode Ekivalensi Nama Zat
E
Cefuroxime Natrium
0,13
E×%
% 0,7889 g
×
8 mL
100%
9,8613%
Benzalkonium
0,18
0,01 %
= 0,13 × 9,8613% = 1,282 %
0,18 × 0,01%
klorida
= 0,0018 %
Hipertonis karena lebih dari 0,9 %
=
1,2838
%
(Hipertonis)
Jika hipertonis dilakukan pengenceran M1 . V1 = M2 . V2 0,9 % . V1 = 1,2838 % . 8 mL V1 = 11,412 mL Jadi penambahan a.p.i ad 11,412 mL, sisa yang ditambahkannya 3,412 mL (11,412 mL – 8 mL). Tetapi, dikarenakan masih dalam rentang 1-2%, maka kondisi ini dapat ditoleransi.
d) Metode Penurunan Titik Beku Nama Zat Cefuroxime Natrium
∆Tf 1 % 0,07°
% 0,7889 g 8 mL
× 100%
= 9,8613% Benzalkonium
0,09°
0,01 %
∆Tf 1 % × % 0,07° × 9,8613% = 0,69° 0,09° × 0,01%
klorida
= 0,0009°
Hipertonis karena lebih dari 0,52
= 0,6909°
Dikarenakan hipertonisnya kurang dari 1,6 % maka tidak dilakukan pengenceran (masih dapat ditoleransi).
5.3 R/
Injeksi Propanolol HCl Propanolol HCl
1 mg/mL
Asam Sitrat
ad pH 3
Aqua pro injeksi
ad 2 mL
(E = 0,20)
Propanolol untuk 2,15 ml (2 mL + 0,15 mL) = 1 mg/1 mL x 2,15 mL = 2,15 mg/2 mL ~ 0,00215 gram e) Metode Ekivalensi Nama Zat E Propanolol HCl 0,20
Konsentrasi (%) 0,00215 gram 2,15 ml
x 100%
E×% 0,1% x 0,20 = 0,02%
= 0,1% Jumlah
0,02% (Hipotonis)
NaCl yang ditambahkan agar isotonis : 0,9% – 0,02% = 0,88% 0,88
Gram NaCl = 100 × 2,15 mL = 0,0189 gram = 18,9 mg f) Metode penurunan titik beku Tf × %
Nama Zat
Tf 1%
%
Propanolol HCl
0,12ᵒ
0,00215 𝑔𝑟𝑎𝑚 2,15 𝑚𝑙
x 100%
= 0,1% Jumlah
0,12° × 0,1% = 0,012° 0,012° (Hipotonis)
Tf isotonis = 0,52 Agar isotonis Tf yang harus ditambahkan = 0,52 – 0,012 = 0,508° 0,508
Setara dengan NaCl = 0,58 (𝑝𝑡𝑏 𝑁𝑎𝐶𝑙) = 0,876% 0,876
Gram NaCl = 100 𝑚𝐿 × 2,15 mL = 0,0188 gram= 18,8 mg
VI.
Formula Akhir 6.1 Injeksi Dexametasone
R/ Dexametasone Na-fosfat
0,0094 gram
Natrium benzoat
0,5 %
Natrium Klorida
13,5 mg
Aqua pro injection
ad 2,15 mL
6.2 Injeksi Cefuroxime R/ Cefuroxime Natrium
0,84 gram
Benzalkonium Klorida
0,01 %
Aqua pro injection
ad 8,5 mL
6.3 Injeksi Propanolol HCl R/ Propanolol HCl
VII.
2,15 mg
Asam Sitrat
adjust pH 3
Natrium Klorida
18,9 mg
Aqua p.i
ad. 2,15 mL
Preformulasi Eksipien 7.1 Injeksi 7.1.1 Natrium Benzoat
Struktur. Natrium Benzoat
a. Pemerian: Granul atau kristal putih; sedikit higroskopis; tidak berbau atau berbau lemah seperti benzoin dan punya rasa manis; stabil di udara (Dirjen POM, 1995: 584). b. Kelarutan: Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; lebih mudah larut dalam etanol 90% (Dirjen POM, 1995: 584). c. Inkompatibilitas: Komponen kuartener, gelatin, garam ferri, garam logam berat seperti perak dan merkuri, aktivitas pengawet
berkurang dengan kaolin atau surfaktan ionik (Rowe et al, 2009: 433). d. Stabilitas: Baik disimpan dalam wadah tertutup, baik pada tempat yang sejuk, kering (Rowe et al, 2009: 433). e. Penyimpanan: Simpan dalam wadah tertutup di tempat kering (Dirjen POM, 1995: 584). f. Khasiat: Antimikroba (Dirjen POM, 1995: 584).
7.1.2
Aqua Pro Injection
a. Pemerian: Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau (Dirjen POM, 1979: 96) b. Kelarutan: Dapat bercampur dengan pelarut polar (Dirjen POM, 1979: 96). c. Bobot jenis: 1g/𝑐𝑚2 (Dirjen POM, 1979: 96) d. pH larutan: 7 (Dirjen POM, 1979: 96) e. Stabilitas: Secara kimiawi, air stabil terhadap semua bentuk fisik (es, cair, gas) dalam penyimpanannya, air dilindungi terhadap kontaminasi ion organik juga dilindungi terhadap masuknya fisik partikel asing dan mikroorganisme (Kibbe, AH., 2009: 766). f. Inkompatibilitas: Pereaksi dengan obat-obat, zat tambahan lainnya yang rentang terhadap hidrolisis, pada suhu kamar dan tinggi dapat bereaksi dengan logam alkali. Air juga beraksi dnegan garam anhidrat, untuk membentuk hidrat berbagai komposisi dan dengan bahan organik tertentu dan kalsium karbida (Kibbe, AH., 2009: 766). g. Khasiat: pembawa atau pelarut (Dirjen POM, 1979: 96).
7.1.3
Natrium Klorida
a. Pemerian: Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih; rasa asin (Dirjen POM, 1995: 584).
b. Kelarutan: Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol (Dirjen POM, 1995: 584). c. Stabilitas: Tahan Pemanasan Stabil dalam air. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat yang sejuk dan kering. Memiliki pH 4,5 dan 7 (Rowe et al, 2009: 639). d. Inkompatibilitas: Larutan natrium klorida berair bersifat korosif untuk besi. mereka juga bereaksi membentuk endapan dengan garam perak, timbal, dan merkuri. Oksidator kuat membebaskan klorin dari larutan diasamkan natrium klorida. Kelarutan pengawet antimikroba Methylparaben menurun dalam larutan natrium klorida berair dan viskositas gel karbomer dan larutan dari hidroksietil selulosa
atau
hidroksipropil
selulosa
berkurang
dengan
penambahan natrium klorida (Rowe et al, 2009: 639). e. Kegunaan: Pengencer tablet dan kapsul, agen tonisitas (Rowe et al, 2009: 639).
7.2 Injeksi Cefuroxime 7.2.1 Aqua Pro Injeksi (FI III: 96; FI IV: 112)
a. Pemerian
: Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau,
tidak berasa. b. Kelarutan
: Dapat bercampur dengan etanol, aseton,
tidak dapat bercampur dengan toluene, kloroform, benzene dan eter. Larut 1 dalam 10 bagian gliserin. c. BM
: 18,02
d. pH
:7
e. Stabilitas
: Stabil
f. Inkompabilitas
: Dengan zat-zat yang mudah terhidrolisis
atau terurai oleh keberadaan. Dapat bereaksi dengan logam alkali dan logam basa serta bentuk oksidannya, misalnya kalium oksida. Dapat bereaksi dengan garam anhidrat dan molekul organik tertentu. g. Kegunaan
: Berfungsi sebagai Pelarut.
7.2.2 Benzalkonium Klorida (Hanbook of Pharmaceutical Excipient 2003, Hal. 45-47)
a. Pemerian
: Benzalkonium klorida dapat berupa serbuk
amorph berwarna putih atau putih kekuningan, gel viskos, atau menyerupai lempengan gelatin. Senyawa ini bersifat higroskopis, licin menyerupai sabun, memiliki aroma yang lembut dan rasa yang amat pahit. b. Kelarutan
: Sukar larut dalam eter, mudah larut dalam
aseton, etanol 95%, metanol, propanol dan air. c. BM
: 360
d. pH
: 5-8 untuk 10% larutannya
e. Stabilitas
: Benzalkonium klorida adalah senyawa
yang higroskopis dan dapat dipengaruhi oleh cahaya, udara, logam. Bentuk larutannya stabil dalam rentang pH dan temperatur yang luas serta dapat disterilisasi dengan autoklaf tanpa kehilangan kemampuannya sebagai pengawet. f. Inkompabilitas
:
Senyawa
ini
inkompatibel
dengan
alumunium, surfaktan anionik, kapas sitrat, fluorescein, hydrogen peroksida, hypromellose, iodida, kaolin, lanolin, nitrat, surfaktan
non-ionik pada konsentrasi tinggi, permanganate, protein, salisilat, perak, garam, sabun, sulfonamida, tartrat, zinc oksida, zinc sulfat. Benzalkonium klorida menunjukkan dapat
diabsorpsi oleh
beberapa jenis membran filter, terutama yang bersifat hidrofobik dan anionik. g. Kegunaan
: Sebagai Pengawet.
7.3 Injeksi Propanolol HCl 7.3.1. Asam Sitrat
Struktur. Asam sitrat
a. Pemerian: Hablur bening, tidak berwarna, atau serbuk hablur granul sampai halus, putih, tidak berbau atau praktis tidak berbau, rasa sangat asam, bentuk hidrat mekar dalam udara kering (Dirjen POM, 2014: 164). b. Kelarutan: Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak sukar larut dalam eter (Dirjen POM, 2014: 164). c. pKa/Pkb: 3,09; 4,75; 6,41 (Dirjen POM, 1979: 50). d. Bobot molekul: 192,12 (Dirjen POM, 1979: 50). e. titik lebur: Melebur pada suhu 153ºC (Dirjen POM, 1979: 50). f. Inkompatibilitas: Inkom dengan kalium tetral, alkali dengan alkali tanah (Rowe et al, 2009). g. Stabilitas:
Akan
kehilangan
air
dari
proses
kristalisasi
diudara/dipanaskan suhu 40 ºC (Rowe et al, 2009). h. Khasiat: sebagai larutan dapar pH 4 dan 5 (Dirjen POM, 1979: 50).
7.3.2. Aqua Pro Injection
a.
Pemerian: Cairan jernih; tidak berwarna; tidak berbau (Dirjen
POM, 1979: 96) b. Kelarutan: Dapat bercampur dengan pelarut polar (Dirjen POM, 1979: 96). c. Bobot jenis: 1g/𝑐𝑚2 (Dirjen POM, 1979: 96) d. pH larutan: 7 (Dirjen POM, 1979: 96) e. Stabilitas: Secara kimiawi, air stabil terhadap semua bentuk fisik (es, cair, gas) dalam penyimpanannya, air dilindungi terhadap kontaminasi ion organik juga dilindungi terhadap masuknya fisik partikel asing dan mikroorganisme (Kibbe, AH., 2009: 766). f. Inkompatibilitas: Pereaksi dengan obat-obat, zat tambahan lainnya yang rentang terhadap hidrolisis, pada suhu kamar dan tinggi dapat bereaksi dengan logam alkali. Air juga beraksi dnegan garam anhidrat, untuk membentuk hidrat berbagai komposisi dan dengan bahan organik tertentu dan kalsium karbida (Kibbe, AH., 2009: 766). g. Khasiat: pembawa atau pelarut (Dirjen POM, 1979: 96). 7.3.3. Natrium Klorida f. Pemerian: Hablur bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih; rasa asin (Dirjen POM, 1995: 584). g. Kelarutan: Mudah larut dalam air; sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih; larut dalam gliserin; sukar larut dalam etanol (Dirjen POM, 1995: 584). h. Stabilitas: Tahan Pemanasan Stabil dalam air. Harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat yang sejuk dan kering. Memiliki pH 4,5 dan 7 (Rowe et al, 2009: 639). i. Inkompatibilitas: Larutan natrium klorida berair bersifat korosif untuk besi. mereka juga bereaksi membentuk endapan dengan garam perak, timbal, dan merkuri. Oksidator kuat membebaskan klorin dari larutan diasamkan natrium klorida. Kelarutan pengawet antimikroba Methylparaben menurun dalam larutan natrium klorida berair dan viskositas gel karbomer dan larutan dari hidroksietil
selulosa
atau
hidroksipropil
selulosa
berkurang
dengan
penambahan natrium klorida (Rowe et al, 2009: 639). j. Kegunaan: Pengencer tablet dan kapsul, agen tonisitas (Rowe et al, 2009: 639).
VIII. Penimbangan 8.1 Injeksi Dexamethason Nama Bahan Deksametason na-
Berat/Ampul 2 mL (dilebihkan 0,15) 2,15𝑚𝐿 2𝑚𝐿
fosfat
Pakai volume yang sudah dilebihkan
× 0,0087 𝑔
Berat/100 Ampul 0,94 gram
= 0,0094 𝑔𝑟𝑎𝑚
Aqua pro injection untuk dexametason Na-
0,0094 g × 10 mL = 0,094 mL
0,094 mL × 100 = 9,4 mL
fosfat Natrium Benzoat
0,5 × 2,15 mL 100
1075 mg
= 0,01075 gram = 10,75 mg Aqua pro injection untuk
Natrium
10,75 mg× 10mL
107,5 × 100
= 107,5 mL
= 10,750 mL
13,5 mg
1350 mg
13,5 mg × 10mL
135 × 100
= 135 mL
= 13,500 mL
Ad 2,15 mL
2,15 mL × 100
Benzoat Natrium Klorida
Aqua pro injection untuk
Natrium
Klorida Aqua pro injection
= 215 mL
8.2 Injeksi Cefuroxime Nama Zat
Konsentrasi
Perhitungan untuk
1 Vial (8
(%)
8,5 mL (dilebihkan
mL)
50 Vial
0,5 Cefuroxime
9,8613 %
9,8613 % x 8,5 = 0,84 0,84
Natrium
gram
Benzalkonium 0,01 %
0,01
klorida
0,00085 gram
Aqua
42 gram
gram %
x
8,5
= 0,00085 gram
Pro
Injeksi
0,0425 gram
Ad
8,5 Ad
mL
mL
8.3 Injeksi Propanolol HCl Nama Zat
Konsentrasi
Perhitungan
1 Ampul
100
(%)
untuk 2,15 mL
(2 mL)
Ampul
2,15 mg
215 mg
0,00215 g x 10
0,00215
2,15 mL
propanolol
mL = 0,0215
mL
HCl
mL
(dilebihkan 0,15) Propanolol
0,1%
HCl Air untuk
NaCl
1 𝑚𝑔 1 𝑚𝑙
x 2,15 mL
= 2,15 mg -
0,88%
0,88 100 𝑚𝑙
x 2,15 mL
18,9 mg
1,89 g
0,189 mL
0,189 x
= 0,0189 g = 18,9 mg Air untuk
-
0,0189 g x 10
425
NaCL
mL = 0,189 mL
100 = 18,9 mL
Asam Sitrat
Adjust pH 3
Aqua p.i
ad 2 mL+ 0,15 mL = 2,15 mL
ad 215 mL
IX.
Penentuan Metode Sterilisasi 9.1 Injeksi Dexamethason 9.1.1 Metode Sterilisasi Bahan Dexametasone: sterilisasi sinar gamma karena bersifat termolabil
dan serbuk, sedangkan sediaan jadinya berupa injeksi deksametason disterilisasi secara aseptis dan dibantu sterilisasi filtrasi. Filter yang digunakan adalah filter yang berukuran 0,45 µm). Natrium klorida: oven (Tahan panas, disterilkan dalam bentuk serbuknya sehingga akan lebih efektif disterilkan dengan oven). Aqua pro injection: panas lembab (autoklaf) (dalam pemanasan tetap stabil dan tahan terhadap penembuasan air). Natrium benzoat: panas lembab (autoklaf) (tahan panas 121 derajat celcius selama 15 menit, tahan lembab, permeabel uap air).
9.1.2 Metode Sterilisasi Alat Alat Ampul Coklat
Metode Sterilisasi
Alasan Metode Sterilisasi
Sterilisasi Panas
Ampul tidak tahan terhadap suhu
Lembab
tinggi dengan waktu yang lama, maka dibantu dengan uap air dan tidak akan mempengaruhi bentuk sediaan akhirnya
Batang
Sterilisasi Panas
Bukan termasuk alat presisi yang
Pengaduk
Kering
ukurannya tidak boleh berubah jika terkena suhu tinggi dengan
waktu yang cukup lama Erlenmeyer
Sterilisasi Panas
Bukan termasuk alat presisi yang
Kering
ukurannya tidak boleh berubah jika terkena suhu tinggi dengan waktu yang cukup lama
Gelas Kimia
Sterilisasi Panas
Bukan termasuk alat presisi yang
Kering
ukurannya tidak boleh berubah jika terkena suhu tinggi dengan waktu yang cukup lama
Gelas Ukur
Sterilisasi Panas
Termasuk alat presisi yang tidak
Lembab
boleh memuai jika terkena suhu tinggi dengan waktu yang cukup lama
Kaca Arloji
Sterilisasi Panas
Bukan termasuk alat presisi yang
Kering
ukurannya tidak boleh berubah jika terkena suhu tinggi dengan waktu yang cukup lama
Pipet Tetes
Sterilisasi Panas
Karena pada pipet tetes terdapat
Lembab
tutup karet yang akan meleleh jika terkena suhu tinggi dengan waktu
yang cukup lama, tidak tahan panas Pipet Ukur
Sterilisasi Panas
Termasuk alat presisi yang tidak
Lembab
boleh memuai jika terkena suhu tinggi dengan waktu yang cukup lama
9.2 Injeksi Cefuroxime Cefuroxime merupakan obat golongan antibiotik safalosprin, sehingga untuk sterilisasinya dilakukan secara aseptis, selain itu sediaan injeksi cefuroxime dibuat dalam bentuk injeksi kering, jadi sterilisasi dengan cara aseptis sangat efektik.
Nama Zat dan
Metode Sterilisasi
Alasan Metode
Panas lembab
Stabil terhadap pemanasan dan
(autoklaf)
tahan terhadap penembuasan air
Benzalkonium
Panas lembab
Stabil terhadap pemanasan dan
Klorida
(autoklaf)
tahan terhadap penembusan air
Cefuroxime
Radiasi pengion
Tidak stabil terhadap pemanasan
Natrium
sinar gamma
dan merupakan antibiotik
Alat Aqua pro injection
Bukan alat presisi, sehingga jika terjadi pemuaian tidak Gelas kimia
Panas kering (oven)
mengurangi fungsi penggunaan, tahan panas dan juga tahan terhadap penembusan air Alat presisi, sehingga tidak
Gelas ukur
Panas lembab (autoklaf)
disterilisasi di suhu tinggi, karena jika terjadi pemuaian akan mengurangi fungsi penggunaan Bukan alat presisi, sehingga jika terjadi pemuaian tidak
Spatel
Panas kering (oven)
mengurangi fungsi penggunaan, tahan panas dan juga tahan terhadap penembusan air Bukan alat presisi, sehingga jika terjadi pemuaian tidak
Vial dan tutup vial
Panas kering (oven)
mengurangi fungsi penggunaan, tahan panas dan juga tahan terhadap penembusan air
9.3 Injeksi Propanolol HCl Alat dan Bahan
Metode Sterilisasi
Alasan
Ampul
Metode panas
tidak tahan terhadap sushu tinggi
lembab
dengan waktu yang lama, maka
(autoklaf)
dibantu dengan uap air dan tidak akan mempengaruhi bentuk sediaan akhirnya
Aquadest pro
Metode panas
injection
lembab
Batang pengaduk
Metode panas kering
Karena tahan panas, bukan alat
(oven)
ukur/presisi.
Metode panas kering
Karena tahan panas, bukan alat
Corong
Karena kompatibel dengan uap air
ukur/presisi. Gelas kimia
Metode panas kering
Karena tahan panas, bukan alat ukur/presisi.
Gelas ukur
Metode panas
Karena tahan panas, dilakukan
lembab
pada suhu 121oC selama 15 menit,
(autoklaf)
termasuk alat ukur presisi sehingga lebih cocok menggunakan autoklaf, karena pemanasan dengan oven akan mengakibatkan pemuaian pada bahan kaca yang dapat menyebabkan volume pengukuran tidak akurat.
Injeksi Propanolol
Metode panas
Karena zat tersebut tahan terhadap
lembab (autoklaf
pemanasan dan tekanan uap.
sterilisasi akhir) Kaca arloji
Metode panas kering
Karena tahan panas, bukan alat ukur/presisi.
Labu erlenmeyer
NaCl
Metode panas kering
Karena tahan panas, bukan alat
(oven)
ukur/presisi.
Metode panas kering
Karena termostabil dan bentuknya serbuk
Pipet volum
Metode panas
Karena tahan panas, dilakukan
lembab (autoklaf)
pada suhu 121oC selama 15 menit, termasuk alat ukur presisi sehingga lebih cocok menggunakan autoklaf, karena pemanasan dengan oven akan mengakibatkan pemuaian pada bahan kaca yang dapat menyebabkan volume pengukuran tidak akurat.
X.
Prosedur Pembuatan 10.1 Injeksi Deksamethason Proses pengerjaan dilakukan secara aseptis di bawah LAF
Semua zat disiapkan dan ditimbang
Alat dan bahan yang akan digunakan dilakukan sterilisasi dengan metode yang sesuai
Dexametasone dilarutkan dengan aqua.p.i secukupnya didalam beaker glass dengan batang pengaduk, aduk hingga larut.
Natrium benzoat dilarutkan dengan aqua.p.i secukupnya di dalam beaker glass yang berbeda, aduk hingga larut
Natrium klorida dilarutkan dengan aqua.p.i secukupnya di dalam beaker glass yang berbeda, aduk hingga larut
Semua zat yang telah dilarutkan dicampurkan dalam gelas ukur Tambahkan aqua pro injection, ad 2 ml
Saring larutan ke labu erlenmeyer melalui corong dengan kertas saring yang sudah dibasah
Larutan yang sudah disterilisasi dimasukan kedalam ampul coklat dengan menggunakan pipet volume steril
Bagian mulut ampul di las agar tertutup
Lakukan evaluasi 10.2 Injeksi Cefuroxime Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
Dilakukan sterilisasi dengan cara aseptis, oleh karena itu pada setiap alat dan bahan disterilisasi sesuai dengan metode yang sudah ditentukan
Setelah disterilisasi, dilanjutkan dengan proses pembuatan dan pengemasan yang dilakukan di ruangan steril atau Laminar Air Flour
Kemudian dilakukan penimbangan terhadap bahan-bahan, seperti cefuroxime natrium dan benzalkonium klorida sesuai dengan yang telah ditentukan, kedua bahan langsung dimasukkan ke dalam vial steril, vial ditutup dengan shield alumunium vial
Lalu dilakukan pengukuran terhadap aqua pro injection dengan menggunkan gelas ukur steril, sebanyak dengan yang telah ditentukan, kemudian dimasukkan ke dalam vial lain yang steril, vial ditutup dengan shield alumunium vial
Dilakukan sterilisasi kembali dengan metode sterilisasi pengion sinar gamma dan dibantu sterilisasi filtrasi. Kemudian dilakukan evaluasi sediaan
10.3 Injeksi Propanolol HCl Alat dan bahan yang dibutuhkan disiapkan
Semua bahan yang digunakan ditimbang dengan menggunakan kaca arloji
Propanolol dilarutkan dengan aqua p.i secukupnya dalam gelas kimia sampai larut sempurna
Asam sitrat dilarutkan dengan aqua p.i secukupnya dalam gelas kimia sampai larut sempurna
NaCl dilarutkan dengan aqua p.i secukupnya dalam gelas kimia sampai larut sempurna
Semua zat yang telah dilarutkan dicampurkan dalam gelas kimia dan diaduk sampai tercampur sempurna (homogen)
Di cek pH sediaan, masukkan kedalam labu ukur dan dikocok kembali hingga homogen
Larutan disaring ke dalam erlenmeyer melalui corong dengan kertas saring 0,45 mikrometer yang sudah dibasahi dengan aqua p.i
Kekurangan aquadest dipakai sebagian untuk membilas gelas piala kemudian dimasukan dalam larutan tadi sampai volume larutan tetap
Kemudian larutan dimasukkan ke dalam ampul sesuai volume dengan syringe
Tutup ampul dengan cara dilas
Sterilisasi akhir panas lembab dilakukan dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 oC, selama 15 menit
XI.
Evaluasi Evaluasi injeksi meliputi evaluasi fisika, biologi, dan kimia. 11.1. Penetapan pH (Dirjen POM, 2020: 2066 – 2067) Dilakukan uji penetapan pH dengan menggunakan potensiometrik (pH meter) atau kertas indikator universal.
Evaluasi ini dilakukan dengan cara mengkalibrasi menggunakan pH meter dengan larutan buffer (pH 4 mewakili pH asam, pH 7 mewakili pH netral, dan pH 9 mewakili pH basa). Kemudian hasil pengujian pH tersebut diukur pH sediaannya.
11.2. Penetapan Volume Injeksi dalam Wadah (Dirjen POM, 2020: 2073-2074) Diambil satu injeksi, kemudian dibuka tutupnya dengan cara dipotek (untuk mengambil cairan injeksi dari wadah dapat menggunakan syringe).
Dimasukkan ke dalam gelas ukur yang sesuai.
Hasil volume tidak kurang dari volume yang tertera pada wadah apabila sediaan diuji satu persatu.
Masukkan ke wadah yang sama pada injeksi kering yang sudah direkonstitusi.
11.3. Uji Kejernihan Larutan (Dirjen POM, 2020: 2020-2021) Disiapkan tabung reaksi alas datar dengan diameter dalam 15-25 mm, tidak berwarna, transparan, dan terbuat dari kaca netral.
Dilakukan secara visual dengan memandingkan larutan uji dengan sediaan, kemudian dibandingkan kedua larutan dibawah cahaya selama 5 menit.
Dilakukan dengan tegak lurus ke arah bawah tabung menggunakan latar belakang berwarna hitam (larutan dianggap jernih apabila sama dengan air atau larutan yang digunakan dengan kondisi yang dipersyaratkan).
11.4. Uji Sterilitas (Dirjen POM, 2020 :1835-1836 Prosedur uji dapat menggunakan teknik inokulasi langsung ke dalam media pada 30oC – 35oC selama tidak kurang dari 7 hari. 11.5. Uji Kebocoran Diambil satu ampul sediaan injeksi. Kemudian wadah kemasannya dibalik dan dapat dilihat dengan tidak ada kebocoran pada ampul.
11.6. Waktu Rekonstitusi Dengan melarutkan serbuk sediaan uji menggunakan aqua pro injection sebanyak volume sediaan. Kemudian di homogenkan \ dengan cara dikocok hingga larut sempurna. menggunakan wadah vial. Gunakan stopwtch untuk menghitung waktu rekonstitusi (dari awal dilarutkan hingga terlarut sempurna). 11.7. Uji Viskositas Dengan menggunakan Viskometer Hoopler untuk mengukur viskositas sediaan. Diisi tabung dengan sediaan sampai batas tabung, kemudian disiapkan stopwatch untuk mengukur waktu viskositasnya.
XII.
Wadah dan Kemasan 12.1 Injeksi Dexametasone
12.2 Injeksi Cefuroxime
12.3 Injeksi Propanolol HCl
XIII. Daftar Pustaka Dirjen POM. (1979). Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dirjen POM. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Dirjen POM. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 1169. Dirjen POM. (2020). Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen Keseharan RI. Kibbae, AH. (2009). Hanbook Of Pharmaceutical excipient. Edisi III. Washington D.C. American Pharmaceutical Assocration. Lachman, L., & Lieberman, H. A., (1994). Teori dan Praktek Farmasi Industri, Edisi Kedua. Jakarta: UI Press. Lund, Walter. (1994). The Pharmaceutical Codex, 12th Ed. London: The Pharmaceutical Press. Rowe, R.C. et Al. (2006). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 5th Ed. London: The Pharmaceutical Press. Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, London: The Pharmaceutical Press. Wade, A. and Weller, P.J. (2003). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 2nd ed. London: The Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical Association.