Jurnal Kesehatan Anak [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PELATIHAN CALON PEMBIMBING LAPANGAN DOKTER LAYANAN PRIMER



LOGBOOK PENDALAMAN KETRAMPILAN KLINIS S TA S E R U M A H S A K I T



FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS GADJAH MADA Prodi Dokter Layanan Primer Alamat: Jl.Farmako Sekip Utara Yogyakarta, 55281 Gedung Radiopoetro Lt.1 Sayap Barat Telp/fax.: 0274 631203



PELATIHAN CALON PEMBIMBING LAPANGAN DOKTER LAYANAN PRIMER MASA TRANSISI



LOGBOOK STASE RUMAH SAKIT Pendalaman Ketrampilan Klinis



1



© Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada, April 2016 Printed in Yogyakarta Published by Faculty of Medicine, Universitas Gadjah Mada All Rights reserved



This publication is protected by Copyright law and permission should be obtained from publisher prior to any prohibited reproduction, storage a retrieval system, or transmission in any form by any means, electronic, mechanical, photocopying, and recording or likewise.



2



PENDALAMAN KETERAMPILAN KLINIS



Ketua Prof. dr. Hari Kusnanto Josep, MPH, Dr.PH Sekretaris Dr. Med. dr. Indwiyani Astuti



Departemen Kedokteran Keluarga, Komunitas, dan Bioetika Prof. Dr. dr. Adi Heru Sutomo, MSc, DCN, DLSHTM Prof. dr. Hari Kusnanto Josep, MPH, Dr.PH Dr. dr. Wahyudi Istiono, M.Kes dr. Mora Claramita, MHPE, PhD dr. Hikmawati Nurrokhmanti, MSc dr. Fitriana Murriya Ekawati, MPHC dr. Aghnaa Gayatri, MSc dr. Fitriana, MSc.FM dr. Riadiani Nindya Drupadi



3



Mini Clinical Evaluation Exercise (CEX) Penguji : ___________________________________ Tanggal :___________________ Residen : __________________________________________



R-1



R-2



R-3



Permasalahan pasien / Diagnosis : Khalazion_________________________________________ Setting :



Rawat Jalan



Rawat Inap



UGD lainnya



Identitas Pasien : DN Usia :32_____ Jenis Kelamin :P ___________ Follow Up Kompleksitas : Fokus :



Ringan



Anamnesis



Sedang Diagnosis



Pasien baru



Berat Terapi



Konseling



1. Membangun hubungan yang baik antara dokter dengan pasien 1 2 3 | 4 5 6 | 7 Unsatisfactory Satisfactory



8



2. Keterampilan penggalian riwayat penyakit pasien ( not observed) 1 2 3 | 4 5 6 | 7 8 Unsatisfactory Satisfactory



9 Superior



3. Keterampilan pemeriksaan klinis (



1



2 3 | Unsatisfactory



4



not observed) 5 6 | Satisfactory



9 Superior



7



8



9 Superior



4. Profesonalisme 1 2 3 | Unsatisfactory



4



5 6 Satisfactory



|



7



8



9 Superior



5. Diagnosis 1 2 3 | Unsatisfactory



4



5 6 Satisfactory



|



7



8



9 Superior



6. Keterampilan Konseling 1 2 3 | Unsatisfactory



4



5 6 Satisfactory



|



7



8



9 Superior



7. Sistematis 1 2 3 | Unsatisfactory



4



5 6 Satisfactory



|



7



8



9 Superior



5 6 Satisfactory



|



7



8



9 Superior



8. Overall Clinical Competence 1 2 3 | 4 Unsatisfactory



4



Waktu Mini CEX



: Observasi _____ menit



Feedback ____ menit



Kepuasan penguji dalam mini cex Low



1



2



3



4



5



6



7



8



9



High



5



6



7



8



9



High



Kepuasan residen dalam mini cex Low



1



2



3



4



Catatan : ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ___________________________________________________________________________ ________________________________________



Tanda tangan Residen



Tanda tangan Penguji



Medical Record P1 Family Medicine



Clinic Note Encounter Date : 22 Oktober 2017 Subjective : Nama : An B Usia : 12 tahun Laki-laki Alamat : Margo mulyo Chief Complaint : : Demam 3 hari Suicide Risk Screening :5



History of Present Illness : -



Pasien datang dengan keluhan panas 6 hari, panas tidak terlalu tinggi, tidak ada batuk,tidak ada pilek, tidak mual,tidak muntah,tidak nyeri perut, semalam sebelum datang ke rumah sakit pasien mengeluarkan darah dari hidung setelah membersihkan hidung.



Active Problem List: Demam 3 hari Diagnosis: 



Code ICD



Thyphoid fever



A01.91



Past Surgical History: (-) Procedures in hospital:    



Dates



Pemeriksaan laboratorium Hb, Hematokrit, Leucosit, Trombosit,IgG,IgM dengue, Tubex TEST Pemasangan intra vena FD Assering 7 cc /Kg BB/ jam Paracetamol PO 10 mg / kgbb tiap 6 jam Rawat inap



Family History: (-) Tdk ditemukan problem pada keluarga



Current Outpatien Prescriptions Medication



Sig Dispense



refill



Medication   



tgl 23/10= Panas masih naik turun, tdk mimisan, hasil lab= ht 33, trombosit 71.000 serta hasil urin rutin dalam batas normal. Terapi yg didapat Pamol diganti injeksi pamol 350/ 6jam, infus RL 30rpm, Px h2tl 12 jam dan ig M ig G dengue tgl 24/10 panas masih naik turun, hasil pemeriksaan Dengue negatif, trombosit 85.000. Advis dr SPA dilakukan pemeriksaan tubex dan mendapatkan tambahan terapi injeksi ceftriaxon 2x 700mg. 25/10 panas masih naik turun, hasil tubex test positif . terapi masih dilanjutkan.



6



Allergies Allergen 



Reactions



(-)



Previous History:  



(-)



Social History  



Marital status : Spouse Name : Years of Education: 2011



Life partner : -



Occupational History 



-



Social History Main Topics     



Smoking status : (-) Quit dates : (-) Smokeless tobacco : (-) Types :Alcohol Use : (-) Drug Uses : (-) Sexual Activity : (-) Partners : Birth Control/Protection: -



Other topics  



Concern



Blood Transfusions : (-) Stress Concern : (-)



Social History Narrative : Anak 12 tahun, anak pertama dari 2bersaudara. Pelajar kelas 5 SD, tidak ada hambatan dalam mengikuti pelajaran maupun permasalahan disekolah. Kedua orangtua berprofesi sebagai guru bahasa inggris di SMP. Screening for particular age:



Age



1. Skrening kesehatan gigi 7



2. Skreenig pemeriksaan Anemia,dislipidemia 3. Skreening gx tumbuh kembang Review of Systems:        



System cerebrospinal Eye Nasal Cardiovascular Respiratori Gastrointestinal Urogenital Musculoskeletal



: normal : normal : normal : normal : normal : normal : normal : normal



Objective :   



       



Keadaan umum Kesadaran



Status gizi Kepala Mata Hidung Lidah Faring Leher



: lemah : compos mentis Vital sign : TD tidak diukur,suhu 38,2, nadi 100x/menit, RR 24x/menit : BB 31 kg, TB= 149, BMI= 24,3 Normoweigth : simetris : normal : secret hidung (-/-) : atropi papil lidah (-) : hiperemis (-) : limponodi leher tidak teraba Thorak : paru-paru simetris; A : vesikuler; N :tidak ada suara tambahan; Jantung : bunyi jantung S1-



  



Abdomen Urogenital Ekstremitas



S2 reguler; tidak ada suara tambahan : peristaltic normal, timpani : tidak diperiksa : oedem (-), akral hangat, luka pada dorsalis pedis



sinistra Assessment : Thyphoid Fever



Plan :   



Monitoring tanda vital Monitoring balance cairan Infus RL 30 tts/ menit 8



 



Paracetamol 10 mg /kgBB/ kali tiap 8 jam Cek lab Hb, Ht, Trombosit , Leucosit, Ig G ,Ig M Dengue, Tubex test



Staff Physician Comments : Seorang laki-laki 12 tahun, mengeluh demam 3 hari



Staff Involved Dokter spesialis anak, petugas lab, perawat dan ahli gizi.



9



Evidence Based Medicine Form Critical Appraisal Diagnosis Study Are the results of this diagnostic study valid?



Was there an independent, blind comparison with a reference (‘’gold’’) standard of diagnosis? This paper : Yes Comment : Pada penelitian ini Hasilnya dianalisis dengan kriteria kinerja uji,yaitu sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif (PPV), dan nilai prediktif negatif (NPV) dengan menggunakan typhoid yang dikonfirmasi oleh kultur



Was the diagnostic test evaluated in an appropiate spectrum of patients (like those in whom it would be used in practice)? This paper: Yes Comment : Penelitian dilakukan pada seratus pasien pediatrik dikelompokkan menjadi empat kategori: widal positif dan klinis konsisten dengan demam tifoid (Kelompok 1; n = 42), bersifat negatif namun konsisten secara klinis (Kelompok 2, n = 12),Positif positif namun tidak konsisten secara klinis (Kelompok 3, n = 12) dan negatif secara widal dan juga tidak konsisten secara klinis (Kelompok 4, n = 34).



Was the reference standard applied regardless of the diagnostic test result? This paper: Yes Comment : Penelitian ini menggunakan beberapa refernsi tyerkait pemeriksaan widal pada pasien typhoid, review dari beberapa penelitian terkait test widal, antara lain 1. Pal S, Prakash R, Juyal D, Sharma N, Rana A, Negi S. The baseline widal titre among the healthy individuals of the hilly areas in the garhwal region of 10



uttarakhand. India. J Clin Diagn Res. 2013; 7(3):437-40. [2] House D, 2.



Chinh NT, Diep TS, Parry CM, Wain J, Dougan G, et al. Use of paired serum samples for serodiagnosis of typhoid fever. J Clin Microbiol. 2005; 43(9): 488990. [3] Kulkarni ML, Rego SJ.



3. Value of single widal test in the diagnosis of typhoid fever. Indian Journal of Paediatrics. 1994 Nov; 31(11): 1373-6. [4] Olopenia LA, King AL. Widal agglutination test-100 years later: still plagued by controversy. Postgrad Med J. 2000; 76: 80–4. [5] Levine MM, Grados O, Gilman RH, Woodward WE, SolisPlaza R, Waldman W. 4.



Diagnostic value of the Widal test in areas endemic for typhoid fever. Am J Trop Med Hyg. 1978; 27(4):795-800. [6] Reynolds DW, Carpenter L, Simon WH. Diagnostic specificity of Widal’s reaction for typhoid fever. JAMA. 2016; 204: 2192-3



Was the test (or cluster of tests) validated in a second, independent group of patients? This paper: Yes Comment : Pada penelitian ini dilakukan validasi dengan membandingkan hasil test widal tersebut pada 4 kelompok tersebut dengan pemeriksaan gold standar yaitu pemeriksaan kultur salmonella



Kesimpulan : Tes Widal itu mudah, murah dan relatif, tidak invasif tapi tidak bisa diandalkan karena rendah nilai PPV. Ada kebutuhan untuk tes diagnostik cepat yang lebih efisien demam tifoid.



11



Evidence Based Medicine Form Critical Appraisal Therapy Study Searching flow Source Access date Keyword Address



: : : :



Are the results of the trial valid? (internal validity) What question did the study ask? Patients



:



Intervention



:



Comparison



:



Outcome(s)



:



1a. R- Was the assignment of patients to treatments randomised? This paper: Yes 



No 



Unclear 



Comment :



1b. R- Were the groups similar at the start of the trial? This paper: Yes 



No 



Unclear 



Comment :



2a. A – Aside from the allocated treatment, were groups treated equally? This paper: Yes



No 



Unclear 



Comment :



2b. A – Were all patients who entered the trial accounted for? – and were they analysed in the groups to which they were randomised? This paper: Yes



No 



Unclear 



Comment :



12



3.



M - Were measures objective or were the patients and clinicians kept “blind” to which treatment was being received?



This paper: Yes



No 



Unclear 



Comment :



4.



Kesimpulan



What were the result?



1. How large was the treatment effect? (tabel 2 x 2) Present (case)



Absent (control)



Intervensi



(a)



(b)



Placebo



(c)



(d)



Total



Total



Experimental Event Rate (EER) :



Hal ini berarti dalam kelompok yang diberikan intervensi berupa ..................................., sebesar ......... % dari seluruh partisipan mengalami .................................... . Control Event Rate (CER) :



Hal ini berarti dalam kelompok yang diberikan intervensi berupa placebo, sebesar ... % dari seluruh partisipan mengalami ....................... Dari kedua perhitungan di atas, dapat dilihat kalau EER >/< CER, hal ini berarti terapi yang diberikan ................. akan ......................., beberapa perhitungannya nantinya akan menjadi Absolute Risk Reduction (ARR), Relative Risk Reduction (RRR), dan Number Needed to Treat (NNT).



13



What is the measure?



What does it mean?



Relative Risk (RR) : Dari hasil perhitungan, ditemukan bahwa RR >/< 1, hal ini berarti terapi yang diberikan ................ akan ......................



Absolute Risk Reduction (ARR)



Dari hasil perhitungan, ditemukan bahwa ARR = .... . Hal ini menunjukkan bahwa terapi yang diberikan ............. tidak/memberikan pengaruh terhadap ......................, namun hal ini tidak/cukup signifikan, mengingat nilai ARR yang negatif/positif.



Relative Risk Reduction (RRR) Dari hasil perhitungan, ditemukan bahwa RRR = .... . Hal ini menunjukkan bahwa terapi yang diberikan.............. tidak/berpengaruh terhdap ..........................



Number Needed to Treat (NNT)



Dari hasil perhitungan, ditemukan bahwa NNT = ... . Hal ini menunjukkan bahwa tidak/dibutuhkan partisipan yang diterapi dengan ..... .



2. How precise was the estimate of the treatment effect? 95% Confident Interval (CI)



1. Kesimpulan



Will the results help me in caring for my patient? (external validity/applicability)



14



Evidence Based Medicine Form Critical Appraisal Harm Study Searching flow Source Access date Keyword Address



: : : :



What question did the study ask? Are the results of this harm study valid?



Were there clearly defined groups of patients, similar in all important ways other than exposure to the treatment or other cause? This paper : Yes  No  Unclear  Comment : Who were the cases and control : What is definition of the exposure : Is the subject’s characteristics similar between cases and control : Were treatments/exposure and clinical outcomes measured in the same ways in both groups (was the assessment of outcomes either objective or blinded to exposure)? This paper : Yes  No  Unclear  Comment : What is definition of the exposure and outcome : How the exposure and outcome were determined : Was the follow-up of study patients sufficiently long and complete? This paper : Yes  No  Unclear  Comment : Do the results satisfy some “diagnostic tests for causation”? This paper : Yes  No  Unclear  Comment : Is it clear that the exposure preceded the onset of the outcome : Is there dose-response gradient : 15



Is there positive evidence from a “dechallenge-rechallenge” study : Is the association consistent from study to study : Does the association make biological sense :



Are the valid results from this harm study important?



What is the magnitude of the association between the exposure and outcome?



Exposed to the treatment



Adverse outcome Present (case) Absent (control) (a) (b) (c) (d) Totals (a+c) (b+d)



Realtive Risk (RR) a RR  a  b  c cd



Odds Ratio (OR) ad OR   bc



Atau memakai calculator pada web : http://www.hutchon.net/ConfidOR.htm



Number Needed to Harm (NNH) NNH untuk RCT dan Cohort = 1 NNH  a c  ab cd 



Totals (a+b) (c+d) (a+b+c+d)



What does it mean? Dalam studi ini didapatkan RR > 1 maka exposure yang diberikan (rosiglitazone) akan meningkatkan risiko kematian ataupun dibawa ke rumah sakit karena gagal jantung atau infark miokard. Kemungkinan partisipan yang mendapatkan exposure (rosiglitazone) akan mendapatkan risiko 1.25 kali lebih tinggi daripada yang tidak diberi exposure (tetapi diberi pioglitazole). What does it mean? Odds Ratio merupakan data yang dilaporkan dalam studi retrospective yang menunjukkan risiko dari suatu intervensi saat hasil yang terlihat pada kelompok case daripada kelompok control. Apabila OR 1 maka exposure yang diberikan memberikan efek yang membahayakan (harm). What does it mean? Number needed to harm merupakan besarnya partisipan yang diperlukan untuk memberikan satu efek bahaya akibat exposure yang diberikan. Semakin tinggi NNH semakin tidak berbahaya exposure tersebut. Dan sebaliknya, semakin sedikit NNH semakin berbahay exposure yang 16



Jika case-control study, rumus NNH adalah diberikan tersebut. sebagai berikut : OR  1 maka NNH 



1   CER  1  OR   1  CER   CER  1  OR 



OR  1 maka NNH 



1   CER   OR  1  1  CER   CER   OR  1



Selain rumus di atas, kita bisa mendapatkan NNH dengan menghitung CER ataupun PEER (patients expected event rate) terlebih dahulu. PEER 



c  cd



Setelah mendapatkan angka PEER, gunakan calculator dari : http://ktclearinghouse.ca/cebm/practise/ca/calcu lators/ortonnt



What is the precision of the estimate of the association between exposure and outcome?



17



Form Kajian Rumah Sakit Anak B, 12 thn dgn Febris Dr Riko, dr Fita Widyastuti SPA



I. Self Assessment: Person Centered : Minggu Tgl 22/10 /2017., 11.15 WIB pasien masuk ke UGD RSA dgn keluahan demam 6 hari, panas tidak terlalu tinggi (nglemeng),tidak ada batuk pilek,nyeri perut -,gangguan BAB SERTA BAK juga tidak ada.mual muntah juga tidak dikeluhkan. Malam minggu pasien mengalami mimisan satu kali saat membersihkan hidung, sehingga siang hari pasien dibawa ke RSA. (tidak ada informasi terkait pengobatan sebelumnya, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat demam pada keluarga ataupun masyarakat sekitar). Dari hasil pemeriksaan di UGD didapatkan pemeriksaan fisik tidak ditemukan kelainan (petechie, nyeri abdomen,.Tanda vital sign didapatakan BB=31 kg, RR 24X/MENIT, t=38,2c, HR= 94x/menit , SCALE NYERI 2, PSIKOLOGI TENANG , RESIKO JATUH N tdk ada. Dari hasil pemeriksaan laborat didapatkan hasil TROMBOSIT = 93.000, HB= 13, LEUKOSIT= 3900, HT =40,2.Pasien disarankan rawwat inap dengan diagnosa DHF. Pasien mendapatkan terapi ASERING 8CC/KGBB, PAMOL 10MG/KGBB, PX H2TL TIAP 12 JAM, URIN RUTIN specific problem solving : Demam 6 hari dengan penurunan trombosit bio psychosocial-cultural background: Anak kelas 5 SD, anak pertama dari 2 bersaudara, adiknya berusia 7 tahun. Orangtua berprofesi sebagai guru bahasam Inggris di SMP.tidak ada masalah dalam sekolah maupun keluarga



a) Ceritakan masalah pasien PADA SAAT dirawat di Rumah Sakit : . a. Pelayanan dirumah sakit yang berpusat pada pasien centered:  tgl 23/10= Panas masih naik turun, tdk mimisan, hasil lab= ht 33, trombosit 71.000 serta hasil urin rutin dalam batas normal. Terapi yg didapat Pamol diganti injeksi pamol 350/ 6jam, infus RL 30rpm, Px h2tl 12 jam dan ig M ig G dengue 



tgl 24/10 panas masih naik turun, hasil pemeriksaan Dengue negatif, trombosit 85.000. Advis dr SPA dilakukan pemeriksaan tubex dan mendapatkan tambahan terapi injeksi ceftriaxon 2x 700mg.







25/10 panas masih naik turun, hasil tubex test negatif.terapi masih dilanjutkan.



b. Interpersonal Collaborative: Dokter jaga UGD, dr SPA, perawat,petugas Laboratorium, dan petugas gizi. 18



II. Rencana pengelolaan lanjutan atas masalah kesehatan pasien di atas: 1. Continuity of care: mengikuti kondisi pasien pasca perwatan, masih adakah keluhan yg dirasakan, perlunya kontrol ulang , masalah masalah yang ada dipasien 2. Comprehensive of Care : menyarankan orangtua untuk ikut membantu dalam ketertinggalan pelajaran disekolah dengan memebcakan pelajaran, mengkomunikasikan dengan guru disekolah, serta mengijinkan anak segera sekolah ketika kondisi sudah tidak lemah/ sehat. 3. Coordination of care : memberikan feedback kepada puskesmas terkait kasus demam thyphoid sehingga bisa segera ditindakm lanjutin dan dilakukan surveilance didaerah sekitar pasien 4. Community of care : Memberikan edukasi terkait PHBS,jajanan yang sehat disekolah, cuci tangan 5. Prevention : melakukan PHBS, cuci tangan, Imunisasi 6. Family of care: adakah konflik, dukungan keluarga, masalah kesehatan didalam keluarga tersebut. Referensi yang saya baca dan telah saya lakukan telaah kritis (terlampir): 1. Rekomendasi IDAI untuk Pemeriksaan Demam Typhoid 2. Penanganan terkini demam typhoid, jurnal pediatric 2017 3. A cross-sectional seroepidemiological survey of typhoid fever in Fiji, Published: July 20, 2017 https://doi.org/10.1371/journal.pntd.0005786 4. Severe Thrombocytopenia in a Child With Typhoid Fever: A Case Report, Mohammed Al



Reesi; Glenn Stephens; Brendan McMullan 5. Retrospective Audit of the Widal Test for Diagnosis of Typhoid Fever in Pediatric Patients in an Endemic Region, Journal of Clinical and Diagnostic Research. 2014 May, Vol-8(5): DC22-DC25



FORM REFLEKSI 19



(Gibss Model)



JUDUL REFLEKSI: DEMAM TYPHOID



1. DESKRIPSI (uraian yang diamati dari pengalaman yang sudah didapatkan ditambah dengan bukti atau fakta yang ada) Pemeriksaan Widal di Rumah sakit sudah tidak lagi dilakukan mengingat spesifitas dan sensivitas yang rendah. Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan kecurigaan demam typhoid dengan menggunakan Tubex test.Kejadian trombocytopeni pada pasien typhoid bisa saja terjadi, seperti halnya pasien B, yang mengalami penurunan trombocyt sampai pada angka 73.000. Trombocytopeni tidak selalu terjadi pada kasus DHF, dimana pada pasien ini dengan kondisi trombosit yang rendah akan tetapi Ig G dan Ig M dengue negatif .



2. PERASAAN (apa yang anda fikirkan dan rasakan terhadap pengalaman yang sudah dilewati) Untuk lebih berhati hati dalam mendiagnosa dan memberikan differential diagnosa pasien dengan panas dan trombocytopeni. Pemeriksaan widal tidak sensitif dan specifik apada demam typhoid.Pemeriksaan yang dianjurkan adalah kultur yang jelas tidak mungkin dilakukan dipuskesmas. Selain itu ada pemeriksaan tubex test yang akurasi dibawah satu level dari pemeriksaan kultur, akan tetapi tubex test masih mahal untuk digunakan dipuskesmas.Hal ini tentu saja sangat menyedihkan, akan tetapi test widal masih bisa digunakan denagn melihat kenaikan titer.



3. EVALUASI (tuliskan beberapa hal yang baik dan buruk dari pengalaman yang sudah didapatkan) Hal yang baik : Sebagai seorang DLP tahu pemeriksaan yang tepat u demam typhoid serta berhati hati dalam melakukan diagnosa pada pasien demam dengan trombocytopeni. Pemeriksaan widal sudah tidak digunakan lagi di RS Hal yang buruk : Tidak ada hal yang buruk yang ditemukan selama pengalaman mengkajim pasien ini.



20



4. ANALISIS (Bagaimana pendapat anda melihat situasi yang terjadi dari pengalaman anda? Situasi artikel ilmiah yang relevan sebagai EBM) Pengelolaan pasien dipuskesmas pada pasien demam typoid dalam penegakan diagnosa menggunakan pemeriksaan widal .Sementara pemeriksaan widal kurang sensitif dan specific terhadap kasus demam typhoid.Hal ini disebabkan karena pemeriksaan widal merupakan pemeriksaan yang murah yang dapat dilakukan di Puskesmas.Selain itu pada pasien demam dengan trombocytopeni seringnya terdiagnosa sebagai pasien DHF dikarenakan diperoleh hasil pemeriksaan widal yang kurang signifikan.



KESIMPULAN (Menurut anda apa yang sebaiknya dilakukan dan seharusnya tidak dilakukan) yang harus dilakukan yaitu Melakukan pemeriksaan widal ulang pada pasien pasien demam dgn trombocytopeni dengan keluhan demam yang tak kunjung turun dengan penatalaksanaan yang ada untuk melihat kenaikan titer widal agar bisa menegakkkan diagniosa typhoid. Yang tidak dilakukan Selalu mendiganosa demam dengan trombocytopeni sebagai Dengue fever.



RENCANA SELANJUTNYA (hal berbeda yang akan anda lakukan dan bagaimana anda menerapkan pemahaman yang sudah anda dapatkan dari pengalaman ) 1. Membuat SOP baru ttg penetalaksanaan kasus demam pada anak 2. Lebih teliti dalam melakukan anamnesa 3. Menggunakan rapid test tiphoid untuk diagnosa typhoid menginhgat harga tidak semahal pemeriksaan tubex 4. Membuat SOP baru terhadap interprestasi widal test.



21