Jurnal Olahraga Bola Basket [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol. 1 Tahun 2014)



PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN NHT UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PASSING BOLA BASKET I Kadek Supran Dala, I Wayan Artanayasa, I Made Satyawan, Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan, Rekreasi Universitas Penddikan Ganesha, Singaraja, Indonesia e-mail:{[email protected],[email protected], [email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing bola basket melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe (NHT)pada siswa kelas VIII C SMP N 6 Kintamani.Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yaitu guru sebagai peneliti. Dilaksanakan dalam dua siklus. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII C SMP N 6 Kintamani berjumlah 34 orang siswa, terdiri dari 16 orang siswa putra dan 18 orang siswa putri. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rata-rata aktivitas belajar passing bola basket secara klasikal pada observasi awal 4,94 (kurang aktif), meningkat pada siklus I menjadi 6,79 (cukup aktif), dan meningkat pada siklus II menjadi 7,89 (aktif). Sedangkan hasil belajar secara klasikal pada observasi awal 57,10 (kurang), meningkat pada siklus I menjadi 74,91 (cukup), dan meningkat pada siklus II menjadi 80,89 (baik). Hasil analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing bola basket meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHTpada siswa kelas VIII C SMP N 6 Kintamani tahun pelajaran 2013/2014. Disarankan kepada guru penjasorkes untuk menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe (NHT), karena terbukti efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Kata-kata Kunci: NHT, aktivitas, hasil belajar,passing bola basket. Abstract This research was intended to improve learning activity and learning outcomes of basketball passing basic technique through the implementation of cooperative learning model NHT type on students of class VIII C SMP N 6 Kintamani. This study was action research which was the theacher as the researcher. This research was done in two cycles. The research subject was 34 students of class VII C SMP N 6 Kintamani, consisted of 16 male students and 18 female students. Based on the result of the study, it was found the average score of learning activity of basketball on the pre-observation clasically was 4.94 (less active), improved on the cycle I to be 6.79 (active enough), and improve on cycle II to be 7.89 (active). While the result of learning outcomes on preobservation clasically was 57.10 (less), improved on cycle I to be 74.91 (enough), and improved on cycle II to be 80.89 (good). The result of data analysis and discussion was concluded that learning activity and learning outcomes of basketball passing basic technique improved through the implementation of cooperative learning model NHT type on students of class VIII C SMP N 6 Kintamani in academic year 2013/2014. It was suggested to penjasorkes teacher to implement cooperative learning model NHT type, because it had proven effective to improve the students’ learning activity and learning outcomes. Keywords: NHT, learning activity, learning outcomes, basketball passing.



e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol. 1 Tahun 2014) PENDAHULUAN Pendidikan memiliki peranandalam meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di Negara ini salah satunya melalui Penjasorkes. Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan(penjasorkes) adalah suatu wahana pendidikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (Penjasorkes) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani keterampilan gerak, keterampilan berfikir keritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat, dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani, olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional (Departemen Pendidikan Nasional,2006:163). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) dimana dalam proses pembelajaran ini melibatkan interaksi antar siswa dengan guru serta siswa dengan siswa sehingga akan terjadi proses pembelajaran yang kondusif. Faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran tersebut adalah faktor internal yang mencakup kondisi fisik serta kebugaran jasmani. Sedangkan faktor eksternal mencakup sarana dan prasarana yang mendukung proses pembelajaran, di samping faktor-faktor tersebut proses pembelajaran tidak terlepas dari cara guru mengajar serta cara siswa belajar, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila ada perubahanperubahan seperti peningkatan pengetahuan siswa, perubahan sikap, maupun keterampilan siswa namun guru penjasorkes harus tetap memiliki peran sebagai evaluator, mediator, fasilitator, maupun pembimbing dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Guru Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan harus memperhatikan iklim pengajaran yang dapat memotivasi siswa agar mereka senantiasa bergairah dalam



mempelajari hal yang baru diajarkan guru. Iklim pengajaran yang dimaksud, terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi psikologis siswa terhadap tugastugas yang dilakukan dalam pelajaran penjasorkes, seperti kejelasan tentang apa yang diajarkan guru, mengapa dan untuk apa hal itu diajarkan, serta bagaimana keterkaitan dengan penerapan permainannya. Iklim pengajaran tersebut harus ditanamkan pada siswa sejak awal pelajaran di kelas.. Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan pada tanggal 6 November 2013 di kelas VIII C SMPNegeri 6 Kintamani tahun pelajaran 2013/2014 pada materi teknikpassing bola basket (chest-pass dan bounce-pass) dengan jumlah siswa 34 orang dan berpedoman pada konversi nilai mata pelajaran penjasorkes SMP Negeri 6 Kintamani, ketuntasan secara individu 75%, ketuntasan klasikal 75%. Adapun persentase tingkat ketuntasan aktivitas belajar passing dada (Chest Pass), dimana dari jumlah siswa sebanyak 34 orang, secara klasikal sebesar 4,94 yaitu siswa yang berada pada kategori Sangat aktif tidak ada, aktif sebanyak 8 orang (23,5%), cukup aktif sebanyak 10 orang (29,41%), kurang aktif sebanyak 16 orang (47,6%), dan sangat kurang aktif tidak ada.Jadi data aktivitas belajar passing (chest-pass dan bounce-pass) bola basket secara klasikal sebesar 4,94 dan angka ini berada pada rentang 3 ≤ X < 5 dalam katagori kurang aktif. Aktivitas belajar siswa dikatakan berhasil minimal berada pada kategori aktif, dilihat dari data hasil persentase di atas secara klasikal yang menunjukkan aktivitas belajar siswa dalam passing bola basketsecara klasikal masih tergolong rendah, dikarenakan aktivitas belajar siswa belum memenuhi kriteria penggolongan aktivitas belajar siswa di sekolah SMP N Negeri 6 Kintamani yaitu sebesar 75%. Dari hasil aktivitas belajar tersebut, perlu ditingkatkan lagi serta perlu dilakukan perbaikan di dalam penggunaan model pembelajaran yang inovatif, efektif dan relevan dengan tujuan pembelajaran,



e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol. 1 Tahun 2014) sehingga aktivitas belajar siswa akan lebih meningkat. Adapun persentase tingkat ketuntasan hasil belajar passingbola basket(Chest pass dan bounce pass), dimana dari jumlah siswa sebanyak 34 orang, secara klasikal sebesar 57,10%yaitu 4 orang (11,76%), tergolong tuntas dan 30 orang (88,24%) tidak tuntas, dimana siswa yang berada pada kategorisangat baik tidak ada (0%), siswa dalam kategori baik sebanyak 4 orang (11,76%), siswa dalam katagori cukup aktif sebanyak 5 orang (14,70%)dan siswa dalam katagori kurang baik sebanyak 18 orang (52,94%) dan sangat kurang baik 7 orang (20,58%). Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, permasalahan yang ditemukan pada aktivitas belajar adalah 1). Segi visual, masih banyak siswa yang kurang memperhatikan penjelasan teman mengenai materi teknik dasar passing bola basket. 2). Segi lisan, siswa kurang berani mengemukakan pendapat pada saat diskusi. 3). Segi audio, siswa kurang mendengarkan dengan baik tentang materi yang disampaikan. 4). Segi metrik, masih banyak siswa yang malas mencoba gerakan atau berlatih secara mandiri. 5). Segi mental, siswa masih belum bisa memecahkan masalah atau kesulitan yang ditemui dalam proses pembelajaran. 6). Segi emosional, siswa kurang tenang dalam memecahkan masalah atau kesulitan yang dihadapi. Sedangkan, permasalahan yang di temukan pada hasil belajar adalah 1) aspek kognitif, siswa masih belum mememahami teori dari materi tesebut secara mendalam. 2). aspek afektif, kemampuan siswa pada aspek ini sudah cukup baik. 3). Aspek psikomotor, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan teknik dasar passing bola basket. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan meniru dan lain sebagainya. Belajar akan lebih baik kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak



bersifat verbalistik. Dilihat dari arti luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju ke perkembngan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya. (Sardiman A.M 2007: 2). Berdasarkan pengertian belajar di atas, dapat ditarik kesimpulan belajar adalah suatu proses dalam memperoleh perubahan tingkah laku dari pembelajaran. Dengan belajar diharapkan akan terjadi perubahan dalam diri siswa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak memahami menjadi memahami, dari tidak dapat melakukan sesuatu menjadi dapat melakukan, dari tidak terampil menjadi terampil dan sebagainya. Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu upaya menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar. Pembelajaran merupakan upaya untuk membelajarkan siswa. Secara ekplisit terlihat bahwa dalam pembelajaran ada kegiatan memilih, menemukan dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil yang diinginkan. Istilah ”pembelajaran” digunakan disini karena istilah ini lebih tepat menggambarkan upaya untuk membangkitkan inisiatif dan peran siswa dalam belajar. Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana upaya guru untuk mendorong siswa atau memfasilitasi siswa belajar, bukan pada apa yang dipelajari siswa. (Degeng dalam Ratumanan, 2002: 3). Untuk dapat melakukan pembelajaran dengan baik maka diperlukan sistematika pembelajaran. Sistematika pembelajaran merupakan satu kesatuan kerja sistematika yang tidak dapat dipisah-pisahkan yang berlaku untuk semua jenis pelajaran penjasorkes. Guru Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan (penjasorkes) dalam pelaksanaan pembelajaran diharapkan memahami dan menerapkan sistematika pembelajaran sehingga dapat mendukung keberhasilan tujuan pembelajaran. Lampiran permendiknas RI Nomor 41 (2007) pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP yang



e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol. 1 Tahun 2014) dibuat oleh guru. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dipandang perlu untuk dicarikan jalan pemecahannya supaya tujuan proses pembelajaran mencapai hasil yang diharapkan sesuai dengan tuntutan kurikulum. Dari observasi yang dilakukan, peneliti mencoba mengadakan suatu penelitian dan mencari solusi dalam perbaikan aktivitas dan hasil pembelajaran khususnya pada pembelajaran Penjasorkes yaitu menerapkan model pembelajaran kooperatif.“Pembelajaran kooperatif merupakan suatu kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama” (Egen dan Kauchak dalam Trianto, 2007: 42). “Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar” (Nurhadi, 2004: 112). Dalam penelitian ini peneliti ingin mengangkat model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)Dimana model pembelajaran kooperatiftipe NHT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang sederhana yang dimana dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dikembangkan oleh Spencer Kagen untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam satu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Sebagai gantinya mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru



menggunakan struktur empat (4) langkah sebagai berikut: (1) Penomoran, Guru membagi siswa kedalam kelompok yang beranggotakan 4-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. (2) Mengajukan Pertanyaan, Guru mengajukan sebuah pertayaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat bersifat spesifik dalam bentuk kalimat Tanya. (3) Berfikir Bersama,Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan setiap anggota dalam teamnya mengetahui jawaban itu. (4) Menjawab, Guru memanggil satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan, untuk seluruh kelas. Model ini mengacu kepada belajar kelompok. Anggota team menggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya, kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran dan memecahkan suatu masalah melalui diskusi. Dengan begitu guru tidak akan terlihat terlalu mendominasi dalam pembelajaran sedangkan siswa akan lebih aktif dalam proses pembelajaran yang dilakukan. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah (1) Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar teknik dasar passing bola basket melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas VIII C Smp Negeri 6 KintamaniTahun Pelajaran 2013/2014, (2) untuk memberikan inovasiinovasi baru dalam pembelajaran. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian tindakan kelas dimana guru sebagai peneliti. “Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakantindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional” (Kanca I N, 2010:108).



e-Journal PJKR Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (Vol. 1 Tahun 2014) Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VIII C SMP Negeri 6 Kintamani tahun pelajaran 2013/2014. Jumlah siswa dalam penelitian ini yaitu 34 orang. Penelitian dilakukan sebanyak 2 siklus dengan tiap siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Prosedur penelitian terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi penelitian dan refleksi. Waktu pelaksanan penelitian dilaksanakan hari Kamis 7 November 2013 dan Kamis 14 November 2013 untuk siklus I, sedangkan untuk siklus IIdilaksanakan hari Kamis 21 November 2013 dan 28 November 2013. Pengumpulan data pada aktivitas belajar teknik dasar passing bola basket dinilai oleh 2 orang observer dengan menggunakan lembar observasi aktivitas belajar teknik dasar passing bola basket, sedangkan untuk hasil belajar dinilai oleh 3 orang evaluator dengan menggunakan format assesmen hasil belajar. Dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif dapat digunakan untuk mengolah data yang berkaitan dengan menjumlahkan, merata-



rata, mencari titik tengah, mencari persentase dan menyajikan data yang menarik, mudah dibaca dan diikuti alur pikir. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada observasi awal yang dilakukan di kelas VIII C SMP Negeri 6 Kintamani tahun pelajaran 2013/2014 ditemukan data aktivitas dan hasil belajar yang cukup aktif. Hal ini terlihat secara klasikal siswa masih belum memenuhi KKM di sekolah yang sebesar 75. Berdasarkan dari aktivitas belajar pada observasi awal dengan materi teknik dasar passing (chest pass dan bounce pass) bola basket, diproleh hasil analisis data aktivitas belajar pada observasi awal diperoleh aktivitas belajar siswa secara klasikal sebesar 4,94 siswa yang berada pada kategori Sangat aktif tidak ada (0%), aktif sebanyak 8 orang (23,5%), cukup aktif sebanyak 10 orang (29,4%), kurang aktif sebanyak 16 orang (47,1%), dan sangat kurang aktif sebanyak tidak ada (0%)



Tabel 1 Data Aktivitas Belajar Passing Bola Basket Pada Obeservasi Awal Jumlah Siswa



Persentase



Kategori



Keterangan



7 X < 9 5 X < 7 3 X < 5



8 10 16



0% 23,5% 29,4% 47,1



8 orang (23,5%) sudah aktif 26 orang (76,4%) belum aktif



X