KAK Longsoran Jongkang [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



BAB I UMUM 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan sarana dan prasarana jalan yang baik merupakan sesuatu yang diharapkan oleh masyarakat dan merupakan faktor penunjang lancarnya perekonomian. Mengingat kondisi sarana dan prasarana jalan yang ada saat ini banyak kerusakan/longsoran baik diakibatkan faktor alam, maupun faktor manusia dalam hal ini kendaraan sehingga perlu diadakan perbaikan dan peningkatan guna memenuhi kebutuhan jalan yang makin tinggi. Di dalam proses perencanaan sebagai pedoman untuk pelaksanaan perlu diperhatikan fakor-faktor, seperti kenyamanan, keamanan, lingkungan serta faktor lain yang mendukung perencanaan lebih matang dan terencana. 1.2. Tujuan Tujuan pekerjaan ini adalah menyediakan Perencanaan Teknis Desain Lengkap (Detail Engineering Desain) Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Propinsi Kalimantan Timur untuk paket seperti dalam daftar di bawah ini : 1.3. Lingkup Pekerjaan a. Melaksanakan perencanaan teknis peningkatan jalan, jembatan, goronggorong, drainase, longsoran dan bangunan pelengkap. (Jenis pekerjaan ditetapkan dalam Lampiran MATRIK KEGIATAN) b. Tahapan kegiatan yang tercakup dalam pekerjaan Perencanaan Teknis Desain Lengkap (Detail Engineering Desain) Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Tenggarong di Kecamatan Tenggarong mencakup kegiatan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.



Persiapan Desain Survey Pendahuluan Pengukuran Topografi Inventarisasi Geometrik Jalan, Jembatan, Gorong-gorong, Longsoran dan Bangunan Pelengkap 5. Penyelidikan Tanah (DCP, Sondir, Boring, Uji Tanah di Laboratorium) 6. Penyelidikan Hidrologi / Hidraulik 7. Perencanaan Teknis 8. Penggambaran 9. Perkiraan Harga (Engineer Estimate) 10. Dokumen Lelang 11. Pembuatan Laporan 1.4. Pelaporan Semua kegiatan harus dibuat laporan lengkap sesuai dengan Matrik Kegiatan serta Matrik Tenaga Ahli.



1



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



1.5. Pengguna Jasa Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, SKPD Dinas Pekerjaan Umum. 1.6. Sumber Dana APBD-P Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun Anggaran 2011.



BAB II PERSIAPAN DESAIN 2.1. Tujuan Pekerjaan Persiapan Desain bertujuan mempersiapkan bahan dasar perencanaan sebelum ke lapangan melaksanakan survey Pendahuluan antara lain : a. Mempersiapkan data-data awal; b. Membuat Desain Sementara dari data-data awal untuk dipakai sebagai panduan Survey Pendahuluan / Recon di lapangan. 2.2. Lingkup Pekerjaan Secara Team kegiatan pekerjaan ini dipandu oleh seorang Highway Engineer, dan didampingi oleh Geoteknik Engineer, Geodetic Engineer, serta Hidrologi Engineer, dalam pelaksanaannya antara lain : a. Mengumpulkan data kelas, fungsi dan status longsoran jalan yang akan didesain. b. Mempersiapkan peta-peta dasar. c. Menetapkan awal dan akhir rencana proyek pada peta, serta menarik beberapa Altenative rencana As jalan / Alinemen Horizontal dengan dilakukan pengecekan Alinemen Vertikal sesuai dengan kondisi medan yang memenuhi Standar Perencanaan Geometrik Jalan. d. Membuat Estimasi panjang penanganan longsoran jalan, jumlah dan panjang jembatan, box culvert / gorong-gorong dan bangunan pelengkap jalan lainnya yang mungkin akan terdapat pada rute jalan tersebut. e. Melakukan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi terkait di pusat maupun di daerah termasuk juga mengumpulkan informasi harga satuan / upah untuk di sekitar lokasi proyek terutama pada proyek yang sedang berjalan. f. Mengumpulkan dan mempelajari laporan-laporan yang berkaitan dengan wilayah yang dipengaruhi atau mempengaruhi jalan yang akan direncanakan. 2.3. Persyaratan Hasil Persiapan Desain harus dipersentasikan untuk mendapat Persetujuan (dari Pengguna Jasa) dan bila perlu mengadakan perbaikan-perbaikan / saran-saran yang nantinya akan dipakai sebagai panduan kegiatan selanjutnya.



2



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



BAB III SURVEY PENDAHULUAN



3.1. Tujuan Survey Pendahuluan atau Reconnaisance Survey adalah survey yang dilakukan pada awal pekerjaan di lokasi pekerjaan, yang bertujuan untuk memperoleh data awal sebagai bagian penting bahan kajian kelayakan teknis dan untuk bahan pekerjaan selanjutnya. Survey ini diharapkan mampu memberikan saran dan bahan pertimbangan terhadap survey detail lanjutan diantaranya, survey topografi, survey geologi dan geoteknik, survey bahan quarry, survey hidrologi / hidrolik, jenis konstruksi serta metode pelaksanaan, maka hasil dari kegiatan survey pendahuluan harus dibuat laporan sebagai data awal perencanaan. 3.2. Lingkup Pekerjaan Survey Pendahuluan merupakan lanjutan dari hasil persiapan desain yang sudah disetujui sebagai panduan pelaksanaan survey recon di lapangan yang meliputi kegiatan : 3.2.1



Studi Literatur Pada tahapan ini Team harus mengumpulkan data pendukung perencanaan baik data sekunder misalnya data laporan Studi Kelayakan (FS), laporan Studi Amdal, laporan-laporan lain yang berkaitan dengan wilayah yang dipengaruhi / mempengaruhi longsoran jalan yang direncanakan.



3.2.2



Koordinasi dengan instansi terkait Telah melaksanakan koordinasi dan konfirmasi dengan instansi/unsur-unsur terkait di daerah sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan.



3.2.3



Diskusi perencanaan di lapangan Team bersama-sama melaksanakan survey dan mendiskusikannya dan membuat usulan perencanaan di lapangan bagian demi bagian sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing serta membuat sketsa dilengkapi catatan-catatan dan kalau perlu membuat tanda di lapangan berupa patok beserta dilengkapi foto-foto penting dan identitasnya masing-masing yang akan difinalkan di kantor sebagai bahan penyusunan laporan setelah kembali.



3.2.4



Survey Pendahuluan Geometrik Jalan 3



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



1.



Menentukan awal proyek (STA 0+000) dan akhir proyek yang tepat menetapkan perkiraan koridor pengukuran untuk menentukan titik awal dan akhir proyek dan menetapkan koridor pengukuran untuk mendapatkan data yang cukup dalam merencanakan geometric. Pada peninjauan titik awal dan titik akhir pekerjaan, diwajibkan mengambil data sejauh 200 m sebelum titik awal dan 200 m setelah titik akhir pekerjaan seperti disajikan dalam Gambar 1 beikut :



Jalan atau Rencana Trase Jalan yang sudah ada



a(a=200 meter) Rencana Trase Jalan Koridor Pengambilan data



a



Gambar 1 : Koridor Pengambilan Data 2.



Mengidentifikasi medan secara stationing/urutan jarak dengan mengelompokkan kondisi : medan datar, rolling, perbukitan, pegunungan / bukit curam dalam bentuk tabelaris.



3.



Mengidentifikasikan / memperkirakan secara tepat penerapan desain geometric ( Alinemen horizontal dan vertikal ) berdasarkan pengalaman dan keahlian yang harus dikuasai sepenuhnya oleh Highway Engineer yang melaksanakan pekerjaan ini dengan melakukan pengukuranpengukuran secara sederhana dan benar.



4.



Didalam penarikan desain alinemen horizontal dan vertical harus sudah diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan perencanaan untuk lokasi : longsoran jalan, galian/timbunan, bangunan pelengkap jalan, gorong-gorong dan jembatan (oprit jembatan), persimpangan yang bisa terlihat dengan dibuatnya sketsa serta tabelaris di lapangan dari identifikasi kondisi lapangan secara stationing dari awal s/d akhir proyek yang nantinya akan diasistensikan dan mendapatkan persetujuan dari team asisten recon.



5.



Semua kegiatan ini harus sudah dikonfirmasikan sewaktu mengambil keputusan dalam pemilihan trase dengan anggota team yang saling terkait dalam pekerjaan ini. Di lapangan harus diberi / dibuat tanda tangan berupa patok dan tanda longsoran dengan diberi tanda bendera sepanjang daerah rencana dengan interval 50 m untuk memudahkan tim pengukuran, serta



6.



4



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



pembuatan foto-foto penting untuk pelaporan dan panduan dalam melakukan survey detail selanjutnya.



3.2.5



Recon Survey Topografi Kegiatan dilakukan oleh Geodetic Engineer pada survey pendahuluan adalah : 1. Menentukan awal dan akhir pengukuran serta pemasangan patok beton Bench mark diawal dan akhir proyek. 2. Mengamati kondisi topografi 3. Mencatat daerah-daerah yang akan dilakukan khusus serta morpologi dan lokasi yang perlu dilakukan perpanjangan koridor. 4. Membuat rencana kerja untuk survey detail pengukuran. 5. Menyarankan posisi patok Bench Mark pada lokasi / titik yang akan dijadikan referensi.



3.2.6



Recon Bangunan Pelengkap Jalan 1. Untuk perencanaan jalan baru perlu dicatat data lokasi / STA ………, perkiraan lokasinya apa sudah sesuai dengan geometric dengan rencana jenis konstruksi, dimensi yang diperlukan. 2. Untuk lokasi yang sudah ada Existing perlu dibuatkan infentarisasinya dengan lengkap antara lain Sta …, jenis konstruksi, dimensi, kondisi serta mengusulkan penanganan yang diperlukan. 3. Untuk lokasi yang ada aliran airnya perlu dicatat tinggi muka air normal, muka air banjir dan muka banjir tertinggi pernah terjadi serta adanya tanda-tanda / gejala-gejala erosi yang dilengkapi dengan sket lokasi, morfologi serta karakter aliran sungai dan dilengkapi foto-foto jika diperlukan. 4. Mendiskusikan dengan team perencana apakah data-data dan usul penempatan lokasi serta usul perencanaan/ penanganan sudah sesuai secara teknis. 5. Membuat sket dan kalau perlu foto-foto beserta catatan-catatan khusus serta saran-saran yang sangat berguna dijadikan panduan dalam pengambilan data untuk perencanaan pada waktu melakukan survey detail nanti dan pengaruhnya terhadap keamanan / kestabilan.



3.2.7



Recon Survey Geologi dan Geoteknik Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan geologi dan geoteknik adalah : 5



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



1. Mengamati secara visual kondisi lapangan yang berkaitan dengan karakteristik dan sifat tanah dan batuan. 2. Mengamati perkiraan lokasi sumber material (quarry) sepanjang lokasi pekerjaan. 3. Memberi rekomendasi pada Highway Engineer dan Bridge Engineer berkaitan dengan rencana trase jalan dan rencana jembatan/goronggorong yang akan dipilih. 4. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi khusus (rawan longsor, gambut , jembatan, gorong-gorong, dll). 5. Mencatat lokasi yang akan dilakukan pengeboran maupun lokasi untuk test pit. 6. Membuat rencana kerja untuk tim survey detail. 3.2.8



Recon Survey Hidrologi / Hidraulik Kegiatan yang dilakukan pada survey pendahuluan hidrologi / hidraulik adalah : 1. Pengumpulan data curah hujan. 2. Menganalisa luas daerah tangkapan (Catchment Area). 3. Mengamati kondisi terrain pada daerah tangkapan sehubungan dengan bentuk dan kemiringan yang akan mempengaruhi pola aliran. 4. Mengamati tata guna lahan. 5. Menginventarisasi bangunan drinase existing. 6. Melakukan pemotretan pada lokasi-lokasi penting.



3.2.9



Recon Survey Harga Bahan, Upah dan Alat Mengumpulkan harga bahan, upah dan alat dengan cara koordinasi dengan instansi terkait.



3.3. Persyaratan Seluruh kegiatan survey pendahuluan dalam proses pengambilan data harus menggunakan format standar.



BAB IV PENGUKURAN TOPOGRAFI 4.1 Tujuan Tujuan pengukuran topografi dalam pekerjaan ini adalah mengumpulkan data koordinat dan ketinggian permukaan tanah sepanjang rencana trase jalan dan jembatan di dalam koridor yang ditetapkan untuk penyiapan peta topografi dengan skala : 1 : 1000, yang akan digunakan untuk perencanaan geometric jalan, serta 1 : 500 untuk perencanaan jembatan, gorong-gorong dan penanggulangan longsoran. 4.2 Lingkup Pekerjaan 6



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



4.2.1



4.2.2



Pemasangan patok-patok - Patok-patok BM harus dibuat dari beton dengan ukuran 10x10x75 cm atau pipa paralon ukuran 4 inci yang diisi dengan adukan beton dan diatasnya dipasang neut dari baut, ditempatkan pada tempat yang aman, mudah terlihat. Patok BM dipasang setiap 1 (satu) km dan pada setiap lokasi rencana jembatan dipasang minimal 3, masing-masing 1 (satu) pasang di setiap sisi sungai / alur dan 1 (buah) disekitar sungai yang posisinya aman dari gerusan air sungai. -



Patok BM dipasang / ditanam dengan kuat, bagian yang tampak diatas tanah setinggi 20 cm, dicat warna kuning, diberi notasi dan nomor BM dengan warna hitam. Patok BM yang sudah dipasang, kemudian difoto sebagai dokumentasi yang dilengkapi dengan nilai koordinat serta elevasi.



-



Untuk setiap titik polygon dan sifat datar harus digunakan patok kayu yang cukup keras, lurus dengan diameter sekitar 5 cm, panjang sekurangkurangnya 50 cm, bagian bawahnya diruncingkan, bagian atas diratakan diberi paku, ditanam dengan kuat, bagian yang masih nampak diberi nomor dan dicat warna kuning. Dalam keadaan khusus, perlu ditambahkan patok Bantu.



-



Untuk memudahkan pencarian patok, sebaliknya pada daerah sekitar patok diberi tanda-tanda khusus.



-



Pada lokasi-lokasi khusus di mana tidak mungkin dipasang patok, misalnya di atas permukaan jalan beraspal atau di atas permukaan batu, maka titik-titik polygon dan sifat dasar ditandai dengan paku seng dilingkari cat kuning dan diberi nomor.



Pengukuran Titik Kontrol Horizontal -



Pengukuran titik kontrol horizontal dilakukan dengan system polygon dan semua titik ikat (BM) harus dijadikan sebagai titik polygon.



-



Sisi polygon atau jarak antar titik polygon maksimum 100 meter, diukur dengan meteran atau dengan alat ukur titik secara optis ataupun elektronis.



-



Sudut-sudut polygon diukur dengan alat ukur theodolite dengan ketelitian baca dalam detik. Disarankan untuk menggunakan theodolite jenis T2 atau yang setingkat.



-



Pengamatan matahari dilakukan pada titik awal dan titik akhir pengukuran dan untuk setiap interval 5 km disepanjang trase yang diukur. 7



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



Apabila pengamatan matahari tidak bisa dilakukan, disarankan pengamatan matahari harus dilakukan dalam 2 seri (4 biasa dan 4 luar biasa) Untuk pengukuran titik kontrol horizontal menggunakan format standar. 4.2.3



Pengukuran Titik Kontrol Vertikal -



-



Pengukuran ketinggian dilakukan dengan cara 2 kali berdiri / pembacaan pergi pulang. Pengukuran sifat dasar harus mencakup semua titik pengukuran (polygon, sifat datar, dan potongan melintang) dan titik BM. Rambu-rambu ukur yang dipakai harus dalam keadaan baik, berskala benar, jelas dan sama. Pada setiap pengukuran sifat datar harus dilakukan pembacaan ketiga benangnya, yaitu benang atas (BA), benang tengah (BT) dan benang bawah (BB), dalam semua millimeter. Pada setiap pembacaan harus dipenuhi : 2T = BA + BB. Dalam satu seksi (satu hari pengukuran) harus dalam jumlah slag (pengamatan) yang genap. Untuk pengukuran titik kontrol vertikal menggunakan format standar.



4.2.4



Pengukuran Situasi -



Pengukuran situasi dilakukan dengan system tachimeteri, yang mencakup semua obyek yang dibentuk oleh alam maupun manusia yang ada, di sepanjang jalur pengukuran seperti alur, sungai, bukit, jembatan, rumah, gedung dan sebagainya.



-



Dalam pengambilan data agar diperhatikan keseragaman penyebaran dan kerapatan titik yang cukup, sehingga dihasilkan gambar situasi yang benar. Pada lokasi-lokasi khusus (misalnya : sungai, persimpangan dengan jalan yang sudah ada) pengukuran harus dilakukan dengan tingkat kerapatan yang lebih tinggi. Untuk pengukuran situasi harus digunakan alat theodolite.



4.2.5



Pengukuran Penampang Melintang Pengukuran penampang melintang harus dilakukan dengan persyaratan :



Kondisi



Lebar Koridor (m)



Interval (m) Jalan Baru



- Datar, landai dan lurus - Pegunungan - Tikungan



75 + 75 75 + 75 50 (luar) + 100



50 25 25



8



Interval (m) Jembatan / Longsoran 25 25 25



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



(dalam) Untuk pengukuran penampang melintang harus digunakan alat theodolite. Untuk pengukuran penampang melintang menggunakan format standar. 4.2.6



Pengukuran Khusus (untuk Jembatan dan Gorong-gorong) Pengukuran khusus diperlukan pada beberapa kondisi khusus, misalnya : perpotongan rencana trase jalan dengan sungai, dan/atau jalan yang sudah ada. a. Pengukuran pada perpotongan rencana trase jalan dengan sungai. -



Koridor pengukuran ke arah hulu dan hilir masing-masing 200 m dari perkiraan titik perpotongan atau daerah sekitar sungai yang masih berpengaruh terhadap keamanan jembatan dengan interval pengukuran penampang melintang sungai sebesar 25 meter.



-



Pada daerah posisi jembatan interval pengukuran melintang dan memanjang dilakukan setiap 10 meter (maksimal 15 meter).



-



Koridor pengukuran searah rencana trase jalan masing-masing 100 m dari kedua tepi sungai dengan interval pengukuran penampang melintang rencana trase jalan sebesar 25 meter. Untuk pengukuran pada perpotongan rencana trase jalan dengan sungai menggunakan format standar.



b. Pengukuran pada perpotongan dengan jalan yang ada. -



-



Koridor pengukuran ke setiap arah kaki perpotongan masing-masing 100 m dari perkiraan titik perpotongan dengan interval pengukuran penampang melintang sebesar 25 meter. Pengukuran situasi lengkap menampilkan segala obyek yang dibentuk alam maupun manusia di sekitar persilangan tersebut.



4.3 Persyaratan 4.3.1 Pemeriksaan dan koreksi Alat Ukur Sebelum melakukan pengukuran, setiap alat ukur yang akan digunakan harus diperiksa dan dikoreksi sebagai berikut : a. Pemeriksaan Theodolite : - Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung. - Sumbu II tegak lurus sumbu I - Garis bidik tegak lurus sumbu II - Kesalahan kolimasi horozontal = 0 - Kesalahan indeks vertikal = 0 b.



Pemeriksaan alat sifat datar : - Sumbu I vertikal, dengan koreksi nivo kotak dan nivo tabung. 9



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



- Garis bidik harus sejajar dengan garis arah nivo. Hasil pemeriksaan dan koreksi alat ukur harus dicatat dan dilampirkan dalam laporan. 4.3.2 Ketelitian dan Pengukuran Ketelitian untuk pengukuran polygon adalah sebagai berikut : a. Kesalahan sudut yang diperbolehkan adalah 10” kali akar jumlah titik polygon dari pengamatan matahari pertama dan kedua. b. Kesalahan azimuth pengontrol titik lebih dari 5”. 4.3.3 Perhitungan Matahari -



Dasar perhitungan pengamatan matahari harus mengacu pada table almanak matahari yang diterbitkan oleh Direktorat Topografi TNI-AD untuk tahun yang sedang berjalan dan harus diberikan berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi yang lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan.



-



Perhitungan Koordinat Perhitungan koordinat polygon dibuat setiap seksi, antara pengamatan matahari yang satu dengan pengamatan berikutnya. Koreksi sudut tidak boleh diberikan atas dasar nilai rata-rata, tapi harus diberikan berdasarkan panjang kaki sudut (kaki sudut yang lebih pendek mendapatkan koreksi yng lebih besar), dan harus dilakukan di lokasi pekerjaan. Perhitungan Sifat Datar Perhitungan sifat datar harus dilakukan hingga 4 desimal (ketelitian 0,5 mm), dan harus dilakukan kontrol perhitungan pada setiap lembar perhitungan dengan menjumlahkan beda tingginya.



-



-



Perhitungan Ketinggian Detail Ketinggian detail perhitungan berdasarkan ketinggian patok ukur yang dipakai sebagai titik pengukuran detail dan dihitung secara tachimetris.



4.3.4 Penggambaran -



Penggambaran polygon harus dibuat dengan skala : 1: 1000 untuk jalan dan 1 : 500 untuk jembatan. Garis-garis dibuat setiap 10 cm. Koordinat grid terluar (dari gambar) harus dicantumkan harga absis (x) dan ordinat (y) – nya. Pada setiap lembar gambar dan/atau setiap 1 meter panjang gambar harus dicantumkan petunjuk arah utara. Penggambaran titik polygon harus berdasarkan hasil perhitungan dan tidak boleh dilakukan secara grafis. Setiap titik ikat (BM) agar dicantumkan nilai X, Y, Z-nya dan diberi tanda khusus.



10



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



Semua hasil perhitungan titik pengukuran detail, situasi, dan penampang melintang harus digambarkan pada gambar polygon, sehingga membentuk gambar situasi dengan interval garis ketinggian (kontur) 1 (satu) meter.



BAB V INVENTARISASI JALAN DAN JEMBATAN 5.1 Tujuan Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendapatkan data secara umum mengenai kondisi perkerasan maupun kondisi jembatan dan gorong-gorong/box culvert yang terdapat pada ruas jalan yang ditinjau. 5.2 Lingkup Pekerjaan 5.2.1



Inventarisasi Kondisi Permukaan Jalan Pemeriksaan dilakukan dengan mencatat kondisi rata-rata setiap 200 m yang tercatat selama berkendaraan. Data yang diperoleh dari pemeriksaan ini adalah : 1) Lebar perkerasan yang ada dalam meter. 2) Jenis bahan perkerasan yang ada, misalnya AC, HRS, Lasbutag, Penetrasi Macadam, dll. 3) Nilai kekasaran jalan yang dapat diperoleh dari hasil survey NAASRA Roughness Meter (IRI), atau ditentukan secara visual (RCI) dengan ketentuan skala sebagai berikut : (hanya untuk peningkatan jalan). RCI 8 – 10



Kondisi Visual Sangat rata



6–8



Sangat baik / rata



Tipe Permukaan Typical



Hotmix (AC dan HRS) yang halus, baru dibuat.ditingkatkan dengan beberapa lapisan



6–7



Baik



5–6



Cukup, sedikit/tak ada lubang, permukaan rata



3–4



Jelek, kadang-kadang berlubang, tidak rata



2–3



Rusak berat



1–2



Tidak dapat dilalui kecuali oleh Jeep 4 WD.



aspal



Hotmix setelah dipakai beberapa tahun atau lapisan tipis hotmix diatas Penetrasi Macadam dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan konstuksi disekitar ruas jalan yang ditingkatkan. Hotmix lama, Nacas / Lasbutag baru Penetrasi Macadam, Nacas baru atau Lastbutag berumur beberapa tahun. Penetrasi Macadam berumur 4-5 tahun, jalan kerikil tak terawat.



11



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



Semua type perkerasan yang sudah lama tidak terpelihara.



4) Kondisi daerah samping jalan serta sarana utilitas yang ada seperti saluran samping, gorong-gorong, bahu, berm, kondisi drainase samping, jarak pagar / bangunan pendukung / tebing kepinggir perkerasan. 5) Lokasi awal dan akhir pemeriksaan harus jelas dan sesuai dengan lokasi yang ditentukan untuk jenis pemeriksaan lainnya. 6) Data yang diperoleh dicatat di dalam format Inventarisasi Jalan (Highway Geometric Inventory), per 200 meter. 7) Membuat foto dokumentasi inventarisasi geometric jalan minimal 1 (satu) buah foto per 200 meter. 8) Foto ditempatkan pada format yang standard, dengan mencantumkan halhal yang diperlukan seperti nomor dan nama ruas jalan, arah pengambilan foto dan tinggi petugas yang memegang nomor Sta.



5.3 Persyaratan Proses pengambilan data atau inventarisasi harus menggunakan format standard seperti terlihat pada lampiran inventarisasi jalan dan untuk jembatan mengacu pada BMS.



BAB VI SURVEY KONDISI PERKERASAN JALAN 6.1. Tujuan Survey Kondisi Perkerasan Jalan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perkerasan yang meliputi lendutan dari suatu konstruksi jalan, kekasaran jalan, daya dukung tanah dasar dan susunan / lapisan perkerasan. 6.2. Lingkup Pekerjaan 6.2.1. Pemeriksaan Daya Dukung Tanah Dasar dengan alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer) Pemeriksaan harus dilakukan sesuai dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : a. Alat DCP yang dipakai harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan ukuran yang ada. b. Pemeriksaan dilakukan dengan interval pemeriksaan maksimal 200 m. c. Pemeriksaan dilakukan pada sumbu jalan dan pada permukaan lapisan tanah dasar. d. Harus dicatat ketebalan dan jenis setiap bahan perkerasan yang ada seperti lapisan sirtu, lapisan telford, lapisan pasir dan sebagainya. 12



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



e. Pemeriksaan dilakukan hingga kedalaman 90 cm dari permukaan lapisan tanah dasar, kecuali bila dijumpai lapisan tanah yang sangat keras (lapis batuan). f. Selama pemeriksaan harus dicatat keadaan-keadaan kondisi drainase, cuaca, waktu dan sebagainya. g. Lokasi awal dan akhir dari pemeriksaan harus dicatat dengan jelas. 6.2.2. Survey Susunan Lapisan Perkerasan dan Tanah Dasar dengan metode Test Pit, metode pelaksanaan dapat dilihat pada survey geologi dan geoteknik. 6.3. Persyaratan Untuk pelaksanaan Pemeriksaan Daya Dukung Tanah Dasar dengan alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer) proses pengambilan data harus mengacu pada format standar.



BAB VII SURVEY GEOTEKNIK 7.1. Tujuan Tujuan Penyelidikan Geoteknik dalam pekerjaan ini adalah untuk memberikan informasi mengenai stabilisasi tanah, menentukan jenis dan karakteristik tanah untuk keperluan bahan jalan dan struktur serta mengidentifikasi lokasi sumber bahan termasuk perkiraan kuantitasnya. 7.2 Lingkup Pekerjaan 7.2.1. Penyelidikan Geoteknik Kegiatan penyelidikan Geoteknik meliputi : 7.2.1.1



Pengambilan contoh tanah dari sumur uji (tanah terganggu)



Pengambilan contoh tanah dari sumur uji 25 – 40 kg untuk setiap contoh tanah. Setiap contoh tanah harus diberi identitas yang jelas (nomor sumur uji, lokasi, kedalamannya. Penggalian sumur uji dilakukan pada setiap jenis satuan tanah yang berbeda atau maksimum 5 km bila jenis tanah sama, dengan kedalaman 1 – 2 m. Setiap sumur uji yang digali dan contoh tanah yang diambil harus difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor sumur uji, dan lokasi. Ukuran test pit panjang 1,5 m (Utara-Selatan) lebar 1,0 m, Log sumur uji digambarkan dalam dalam 4 bidang, dengan deskripsi yang lengkap dan 1 kolom untuk unit satuan batuan. 7.2.1.2 Pengambilan contoh tanah tak terganggu Pengambilan contoh tanah tak terganggu dilakukan dengan cara bor tangan menggunakan tabung contoh tanah (“Split Tube” untuk tanah keras atau “Piston Tube” untuk tanah lunak). Setiap contoh tanah harus diberi identitas 13



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



yang jelas (nomor bor tangan, lokasi, kedalaman). Pemboran tangan dilakukan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan ditimbun (untuk perhitungan penurunan) dengan ketinggan timbunan lebih dari 4 meter dan pada setiap lokasi yang diperkirakan akan digali (untuk perhitungan stabilitas lereng) dengan kedalaman galian lebih dari 6 meter, dengan interval sekurang-kurangnya 100 meter dan / atau setiap perubahan jenis tanah dengan kedalaman sekurang-kurangnya 4 meter. Setiap pemboran tangan dan contoh tanah yang diambil harus difoto. Dalam foto harus terlihat jelas identitas nomor bor tangan dan lokasi. Semua contoh tanah harus diamankan baik selama penyimpanan di lapangan maupun dalam pengangkutan ke laboratorium. Jumlah titik dan kedalaman pemboran disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan di lapangan. Volume yang tercantum dalam daftar kuantitas (bill of quantity) adalah perkiraan dimana volume tersebut dapat dilakukan perubahan (tambah/kurang) dengan persetujuan Pengguna Jasa. 7.2.1.3. Pemboran mesin Pemboran mesin dilakukan di lokasi jembatan, longsoran dengan ketentuanketentuan berikut : 1. Pada dasarnya mengacu pada ASTM D 2113-94 2. Pendalaman dilakukan dengan menggunakan system putar (rotary drilling) dengan diameter mata bor minimum 75 mm. 3. Putaran bor untuk tanah lunak dilakukan dengan kecepatan maksimum 1 (satu) putaran per detik. 4. Kecepatan penetrasi dilakukan maksimum 30 mm per detik. 5. Kestabilan galian atau lubang bor pada daerah deposit yang lunak dilakukan dengan menggunakan bentonite (drilling mud) atau casing dengan diameter minimum 100 mm. 6. Apabila drilling mud digunakan pelaksana harus menjamin bahwa tidak terjadi tekanan yang berlebih pada tanah 7. Apabila casing digunakan, casing dipasang setelah mencapai 2 m atau lebih. Posisi dasar casing minimal berjarak 50 cm dari posisi pengambilan sample berikutnya. 8. Penentuan titik lokasi boring (pemboran mesin) dan jumlah titik boring disesuaikan kondisi dan kebutuhan di lapangan. 9. Volume yang tercantum dalam daftar kuantitas (bill of quantity) adalah perkiraan dimana volume tersebut dapat dilakukan perubahan (tambah/kurang) dengan persetujuan Pengguna Jasa. 7.2.1.4



Pemboran Tangan



Pemboran tangan dilakukan dengan mengacu pada ASTM D 4719 7.2.1.5



Pengambilan Contoh Tanah Cara Coring



Pengambilan contoh tanah dengan cara coring dilakukan dengan ketentuan berikut : 1. Digunakan single core barrel dengan cara putar. 14



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



2. Contoh tanah dikeluarkan dari core kemudian dimasukkan kedalam kantong plastik dan ditutup rapat dengan cara diikat atau cara lainnya yang diizinkan Pengawas. 3. Kantong plastik diberi label, nomor contoh, nomor bor, kedalaman, tanggal, proyek. 7.2.1.6



Pengambilan contoh dengan Single & Double Core



Pengambilan contoh tanah dengan cara tabung terbuka dilakukan dengan ketentuan berikut : 1. Ukuran tabung minimal berdiameter 75 mm 2. Panjang tabung minimal 500 mm 3. Panjang ruang contoh tabung minimal 40 mm. 4. Setelah pengambilan contoh tanah, tabung ditutup pada kedua ujungnya dan kemudian diberi label. 7.2.1.7



Sondir (Penetrometer Static)



Sondir dilakukan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras, menentukan lapisan-lapisan tanah berdasarkan tahanan ujung konus dan daya lekat tanah setiap kedalaman yang diselidiki. Sondir dilakukan di lokasi gorong-gorong/box culvert, penentuan titik lokasi sondir dan jumlah titik sondir disesuaikan kondisi di lapangan. Ada dua macam alat sondir yang bisa digunakan (disesuaikan kondisi di lapangan) : 1. Sondir ringan dengan kapasits 2,5 ton 2. Sondir berat dengan kapasitas 10 ton Penetrometer Static di Indonesia dikenal dengan sebutan Alat Sondir Belanda (Ducth Penetrometer atau Ducth Deepsounding Apparatus) atau percobaan Penetrasi Kerucut (Cone Penetration Test). Pembacaan dilakukan pada setiap penekanan pipa sedalam 20 cm, berturutturut menunjukkan harga > 150 kg/cm2, kedua alat sondir terangkat keatas, sedangkan pembacaan manometer belum menunjukkan angka yang maksimum, maka alat sondir perlu diberi pemberat yang diletakkan pada baja kanal jangkar. Hasil yang diperoleh adalah nilai sondir (qc) atau berlawanan penetrasi konus dan jumlah hambatan lekat, grafik yang dibuat adalah perlawanan penetrasi conus (qc) pada tiap kedalaman dan jumlah hambatan pelekat pada tiap hambatan. Penentuan titik lokasi sondir dan jumlah titik sondir disesuaikan kondisi dan kebutuhan di lapangan Volume yang tercantum dalam daftar kuantitas (bill of quantity) adalah perkiraan dimana volume tersebut dapat dilakukan perubahan (tambah/kurang) dengan persetujuan Pengguna Jasa. 7.2.2



Lokasi Quarry



15



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



Penentuan lokasi quarry baik untuk perkerasan jalan, struktur jembatan, maupun untuk bahan timbunan (borrow pit) diutamakan yang ada di sekitar lokasi pekerjaan. Bila tidak dijumpai, maka harus menginformasikan lokasi quarry lain yang dapat dimanfaatkan. Penjelasan mengenai quarry meliputi jenis dan karakteristik bahan, perkiraan kuantitas, jarak ke lokasi pekerjaan, serta kesulitan-kesulitan yang mungkin timbul dalam proses penambangannya, dilengkapi dengan foto-foto. Penentuan lokasi dan jumlah quarry disesuaikan kondisi dan kebutuhan di lapangan Volume yang tercantum dalam daftar kuantitas (bill of quantity) adalah perkiraan dimana volume tersebut dapat dilakukan perubahan (tambah/kurang) dengan persetujuan Pengguna Jasa.



7.3. Persyaratan 7.3.1. Pengujian Lapangan Metode pekerjaan lapangan lainnya harus sesuai dengan persyaratan seperti yang dijelaskan pada table 1 berikut : No. Pengujian 1. Resistivy



Acuan ASTM G57-78



2.



Standard Penetration Test termasuk Split Spoon Sampling



3.



Stand pipe



ASTM D1586-94



Keterangan Pada daerah rencana jembatan, penanganan longsoran harus mencapai kedalaman lapisan keras.



AASHTO T2252-84



7.3.2. Pekerjaan Laboratorium Pekerjaan laboratorium dilaksanakan sesuai ketentuan yang tercantum pada Tabel 2. No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



PENGUJIAN SIFAT INDEKS Kadar air Batas susut Batas plastic Batas cair Analisa Saringan Berat jenis Berat isi Chloride Content Carbonate Content



ACUAN ASTM D2216–92 ASTM D427-93 ASTM D4318-93 SK-SNI M-07-1989-F SNI 03-3423-1994-F ASTM D 854-92 SNI-1742-1989 K.H. Head, Vol. 1, 1984 K.H. Head, Vol.1, 1984



16



KETERANGAN



- Fresh Condition - Oven dried 1000C Gunakan “Wet methode”



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



10.



Sulphate Content SIFAT KUAT GESER TANAH



K.H. Head, Vol.1, 1984



1.



Direct Shear



SNI 03-2813-1992



2.



Swelling KEPADATAN Pemadatan SIFAT KELULUSAN



ASTM D 4546-90



Permeabilities



K.H. Head Vol. 2, 1984



1. 1.



- Fresh sample dengan Penjenuhan - Fresh sample tanpa penjenuhan - Fresh sample di oven 70 0C selama satu hari



Manual of Soil Laboratory Testing dgn methode Falling Head.



Untuk survey dan perhitungan Laboratorium Geologi dan Geoteknik menggunakan format standar.



BAB VIII SURVEY HIDROLOGI / HIDRAULIKA 8.1. Tujuan Tujuan Survey Hidrologi dan Hidraulika yang dilaksanakan dalam pekerjaan ini adalah untuk mengumpulkan data hidrologi dan data karakter/perilaku aliran air pada bangunan air yang ada (sekitar jembatan maupun jalan), guna keperluan analisis hidrologi, penentuan debit banjir rencana (elevasi muka air banjir), perencanaan drainase dan bangunan pengaman terhadap gerusan, river training (pengaruh arus) yang diperlukan. 8.2. Lingkup Pekerjaan Lingkup pekerjaan survey hidrologi dan hidrolika ini meliputi : a. Mengumpulkan data curah hujan dan banjir tahunan pada daerah tangkapan (catchment area) dari Badan Meteorologi dan Geofisika dan / atau instansi terkait di kota terdekat dari lokasi perencanaan. b. Mengumpulkan data bangunan pengaman seperti gorong-gorong, jembatan, selokan yang meliputi : lokasi, dimensi, kondisi tinggi muka air banjir. c. Menganalisis data curah hujan dan menentukan curah hujan rencana, debit dan tinggi muka air banjir rencana dengan metode yang sesuai. d. Menganalisa pola aliran air pada daerah rencana untuk memberikan masukan dalam proses perencanaan yang aman. e. Menghitung dimensi dan jenis bangunan pengaman yang diperlukan f. Menentukan rencana elevasi aman untuk jalan / jembatan termasuk pengaruhnya akibat adanya bangunan air. g. Merencanakan bangunan pengaman jalan/jembatan terhadap gerusan samping atau horizontal dan vertical. 8.3. Persyaratan



17



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



Proses analisa perhitungan harus mengacu pada Standar Nasional Indonesia (SNI) No. : 03-3424-1994 atau Standar Nasional Indonesia (SNI) No. : 03-1724-1989 SKBI-1.3.10.1987 (Tata Cara Perencanaan Hidrologi dan Hidrolika untuk Bangunan di Sungai).



BAB IX PERENCANAAN TEKNIS 9.1.



Tujuan



Tujuan dari Perencanaan Teknis ini adalah untuk merencanakan baik geometrik, perkerasan, jembatan, box culvert/gorong-gorong, struktur bangunan pelengkap, sampai dengan penyiapan dokumen pelelangan, sehingga menghasilkan suatu perencanaan yang sempurna, ekonomis, serta ramah terhadap lingkungan. 9.2.



Lingkup Pekerjaan



Ruang lingkup pekerjaan ini tercakup dalam kegiatan ini : a. Merencanakan geometrik jalan dan jembatan dengan memperhatikan stabilitas lereng, b. Merencanakan jenis serta tebal perkerasan, c. Merencanakan bangunan atas dan bawah jembatan (bentang jembatan kurang dari 20m), d. Merencanakan bangunan pelengkap dan pengaman jalan, e. Menyiapkan dokumen lelang. 9.3.



Persyaratan



9.3.1. Perencanaan Geometrik 1. Standar geometric jalan yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah Tata Cara Perencanaan Geometrik untuk Jalan Antar Kota No. 038/BM/1997 dan Standar Perencanaan Geometrik untuk Jalan Perkotaan (Bina Marga – Maret 1992). 2. Perencanaan Drainase Dalam perencanaan drainase harus mengacu pada Standar Perencanaan Drainase Permukaan Jalan SNI No. 03-3424-1994 3. Keselamatan Lalu lintas Dalam perencanaan harus mempertimbangkan aspek keselamatan pengguna jalan, baik selama pelaksanaan pekerjaan maupun paska konstruksi. Perencana harus menjamin bahwa semua elemen yang direncanakan memenuhi persyarataan desain yang ditetapkan dan sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. 4. Perangkat Lunak Perencanaan Dalam melaksanakan perencanaan dengan menggunakan perangkat lunak yang kompatibel, misalnya : - Land Development : Untuk pekerjaan Geometric Jalan (Horizontal & Vertical), Cut and Fill; 18



KAK Perencanaan Teknis dan DED Penanganan Longsoran Jalan Jongkang Kecamatan Tenggarong



- AutoCAD (Computer Aided Design) : Untuk pekerjaan gambar/design detail baik untuk gambar 2D atau 3D; - SAP2000 : Untuk pekerjaan perhitungan structure, perkerasan jalan/kaku; - MatLab (Matrix Laboratory) : Untuk pekerjaan perhitungan stabilitas lereng/longsoran; - MS. Office : Untuk pekerjaan data dan laporan-laporan, dll.; 9.3.2. Stabilitas Lereng Perhitungan stabilitas lereng dilakukan guna memberikan informasi tentang berapa tinggi maksimum dan kemiringan lereng desain galian yang aman dari keruntuhan. Perhitungan stabilitas lereng diperoleh dari beberapa parameter tentang sifat fisik tanah setempat yang diperoleh dari contoh tabung (undisturbed sample) beberapa dari test triaxial atau direct shear. Parameter yang dihasilkan dari percobaan ini, yaitu = kohesi tanah, = sudut geser tanah dan w = berat isi tanah. Perhitungan angka keamanan lereng (sudut lereng dan tinggi maksimum yang aman) dilakukan dengan menggunkan rumus dan Grafik Taylor. Salah satu contoh rumus yang dapat digunakan adalah : C



Fk



Na x w xH



Dimana : Na C H w Fk



= = = = =



Angka Stabilitas Taylor Kohesi Tanah (ton/m2) Tinggi Lapisan Tanah (m) Berat Isi Tanah Basah (ton/m3) Faktor keamanan (Fk>1,251  lereng aman )



Angka Stabilitas (Na) didapat dengan memplot nilai sudut geser dalam tanah ( ) dengan sudut lereng desain ( ) ke dalam grafik Taylor (terlampir). Factor lereng (F) digunakan asumsi : FK>1,251 lereng aman FK=1,251 lereng dalam keseimbangan FK