20 0 61 KB
KERANGKA ACUAN PROGRAM ISPA PUSKESMAS LAWANG A. Pendahuluan Salah satu penyebab utama kematian bayi dan anak Balita adalah penyakit ISPA yang diakibatkan oleh penyakit Pneumonia. Strategi dalam penanggulangan Pneumonia adalah penemuan dini dan tatalaksana anak batuk dan atau kesukaran bernapas yang tepat. Sejak 1990 Departemen Kesehatan telah mengadaptasi, menggunakan dan menyebarluaskan pedoman tatalaksana Pneumonia Balita yang bertujuan untuk menurunkan angka kematian Balita karena Pneumonia. Saat ini pelaksanaan program P2 ISPA dalam upaya penanggulangan
Pneumonia
akan
lebih
ditingkatkan
sehingga
cakupan
penemuan dini dan tatalaksana Pneumonia Balita akan lebih dapat berhasil mencapai sasarannya. Dalam upaya meningkatkan cakupan penemuan dan kualitas tatalaksana penderita Pneumonia, telah diterapkan pendekatan manajemen terpadu balita sakit (MTBS) di unit pelayanan kesehatan. Disamping itu pula dikembangkan audit kasus serta autopsi verbal untuk mengetahui kualitas dan dampak pemberian tatalaksana pada penderita Pneumonia. Pneumonia adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibanding dengan gabungan penyakit AIDS, malaria dan campak. Di dunia setiap tahun diperkirakan lebih dari 2 juta Balita meninggal karena Pneumonia (1 Balita/20 detik) dari 9 juta total kematian Balita. Diantara 5 kematian Balita, 1
di
antaranya
disebabkan
oleh pneumonia. Bahkan karena besarnya
kematian pneumonia ini, pneumonia
disebut sebagai “pandemi yang
terlupakan” atau “the forgotten pandemic”. Namun, tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini, sehingga pneumonia disebut juga pembunuh Balita yang terlupakan atau “the forgotten killer of children”(Unicef/WHO 2006, WPD 2011). Di negara berkembang 60% kasus pneumonia disebabkan oleh bakteri, menurut hasil Riskesdas 2007 proporsi kematian Balita karena pneumonia menempati urutan kedua (13,2%) setelah diare. Sedangkan SKRT 2004 proporsi kematian Balita karena pneumonia menempati urutan pertama sementara di negara maju umumnya disebabkan virus. B. Latar Belakang Berdasarkan bukti bahwa faktor risiko pneumonia adalah kurangnya pemberian ASI eksklusif, gizi buruk, polusi udara dalam ruangan (indoor air
pollution),
BBLR, kepadatan
campak. Kematian
Balita
penduduk
dan
kurangnya
imunisasi
karena Pneumonia mencakup 19% dari seluruh
kematian Balita dimana sekitar 70% terjadi di Sub Sahara Afrika dan Asia Tenggara. Walaupun data yang tersedia terbatas, studi terkini menunjukkan
Streptococcus
pneumonia,
Haemophilus
influenza
masih dan
Respiratory Syncytial Virus sebagai penyebab utama pneumonia pada anak (Rudan et al Bulletin WHO 2008). Pengendalian ISPA di Indonesia dimulai pada tahun 1984, bersamaan dengan diawalinya pengendalian ISPA di tingkat global oleh WHO. Berdasarkan peningkatan
uraian
di
atas,
maka perlu
adanya
upaya
manajemen pengendalian ISPA Pneumonia khususnya di
puskesmas. C. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus Tujuan Umum :
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan Pneumonia dalam rangka Pencapaian tujuan Pembangunan kesehatan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Tujuan Khusus : 1. Tercapainya penurunan angka kesakitan. 2. Tercapainya penurunan angka penularan. 3. Terwujudnya masyarakat yang mengerti, menghayati dan melaksanakan hidup sehat melalui promosi kesehatan kegiatan pencegahan sehingga kesakitan dan kematian karena ISPA dapat di cegah. 4. Tersusunnya rencana kegiatan Pengendalian Penyakit ISPA di suatu wilayah kerja yang meliputi target, kebutuhan logistic dan pengelolanya. D. Pokok dan Kegiatan Kegiatan pokok 1. Promosi Penanggulangan Pneumonia Balita 2. Kemitraan 3. Peningkatan penemuan kasus 4. Peningkatan kualitas Tatalaksana Kasus ISPA 5. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia 6. Surveilans kesakitan dan kematian 7. Pemantauan dan Evaluasi E. Cara Pelaksanaan 1. Promosi Penanggulangan Pneumonia Balita a. Advokasi (pendekatan pimpinan / pengambilan keputusan) b. Bina suasana c. Gerakan / pemberdayaan masyarakat termasuk di dalamnya penyuluhan 2. Kemitraan a. Lintas program b. Lintas sektoral 3. Peningkatan penemuan kasus a. Laporan kader posyandu b. Laporan sarkes swasta
4. Peningkatan kualitas Tatalaksana Kasus ISPA a. Melaksanakan MTBS di sarana kesehatan tingkat dasar b. Kunjungan rumah kasus Pneumonia Balita 5. Surveilans kesakitan dan kematian a. Pengumpulan data b. Pengolahan dan analisis data c. Penyajian data dan umpan balik d. Peningkatan jejaring informasi F. SASARAN 1. Pasien Penderita ISPA terutama balita 2. Masyarakat. G. N
KEGIATAN RINCIAN
O KEGIATAN 1 Promosi
SASARAN Penderita
Penanggulan
Pneumonia
gan
balita
LOKASI Rumah
WAKTU
PELAKSANA
PENANGGUNG
Jika ada
- Petugas
JAWAB Penanggung
posyandu
desa
Jawab ISPA.
- Promkes
Pneumonia 2
3
Balita Kemitraan
Masyarakat
Puskesm
Jika ada
- Petugas
Penanggung
(Lintas
as
posyandu
desa
Jawab ISPA.
Program dan
Lawang
Lintas Sektor) Peningkatan Penderita
Puskesm
Jika ada
penemuan
as
pasien
ISPA
kasus 4
5
- Promkes
Lawang
Peningkatan
Penderita
kualitas
ISPA
Rumah
Satu minggu setelah di
Kasus ISPA
rawat
Penderita
Penanggung
desa
Jawab ISPA.
- Kader
Tatalaksana
Surveilans
- Petugas
- Petugas
Penanggung
desa
Jawab ISPA.
- Promkes
Puskesm
Setiap
kesakitan dan ISPA
as
bulan
dan
kematian
Lawang
(Pengum
jaringan
(Penyajian
pulan
dan
laporan
Pengumpulan
bulanan)
Data) H. BIAYA
- Jejaring
Penanggung Jawab ISPA.
Sumber dana diambil dari bantuan dana BOK Tahun 2021 I. PENCATATAN, PELAPORAN, DOKUMENTASI DAN EVALUASI 1. Dilaksanakan sesuai dengan prosedur pelaksanaan 2. Dokumentasi penunjang dan foto kegiatan 3. Evaluasi hasil kegiatan dilaporkan pada saat kegiatan Lokakarya Mini Bulanan Puskesmas Lawang.
Mengetahui Kepala UPT Puskesmas Lawang
Penanggung Jawab Program ISPA
dr. Julia Rosana
Nadya Setyarini Farizka, A.Md.Kep
NIP. 19700712 200212 2 004
NIP. 19931215 201903 2 025