Karakteristik Dari 4 Unsur Jalan Raya - 5a TKJJ - Maryska Agu (19013036) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Nama : Maryska Y. Agu Nim : 19013036 Kelas : 5A Teknik Konstruksi Jalan dan Jembatan



KARAKTERISTIK DARI 4 UNSUR TRANSPORTASI JALAN RAYA



1) Pengemudi



Terdapat empat karakteristik pengendara di jalan raya mulai dari tingkatan yang paling bawah yakni : 1. Aggressive driving Karakter pengemudi ini sering ngebut dijalan, bermanuver tiba-tiba dan cenderung hobi mengambil resiko saat berkendara. Selain itu, rat-rata pengemudi yang aggressive driving tidak sepenuhnya memikirkan dengan matang keselamatan berkendara untuk diri sendiri bahkan orang lain. 2. Basic driving Pengemudi jenis ini cenderung ada pada seseorang yang baru bisa mengemudi. Pengemudi basic driving terlalu berhati-hati, taat peraturan,



memiliki SIM dan memikirkan parkir sesuai tempatnya. Namun perlu diketahui, pengemudi dengan karakter seperti ini bukan berarti sudah sfety driving. Justru basic driving tetap harus mengikuti pelatihan safety driving guna memberikan pengetahuan untuk dapat berkendara dengan aman, nyaman, dan mengedepankan keselamatan. 3. Safety driving Pengendara dengan karakteristik safety driving mengandalkan keterampilan dan pengalaman berkendara yang dimilikinya. Sikap dan mental yang sangat baik juga diterapkan oleh pengemudi berkarakter safety driving. Pengemudi dengan karkter seperti ini termasuk ke dalam pengemudi yang memikirkan keselamatan diri sendiri dan penumpangnya. 4. Defensive driving Diketahui pengemudi yang memiliki karakteristik defensive driving memiliki sikap social yang tinggi karena kepeduliannya terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain sangat dipikirkan dengan sangat matang. Saat mengemudi di jalan raya, para defensive driving cenderung sangat berhati-hati karena sangat memikirkan segala tindakan yang diambil ketika berkendara dijalan. 2) Kendaraan



Terdapat berbagai jenis kendaraan yang biasanya digunakan di Indonesia, dari yang sederhana dengan tenaga penggerak manusia maupun hewan seperti kereta dorong, kereta hewan (delman, dokar), sepeda, becak, maupun dengan mesin sebagai tenaga penggerak seperti bajaj, bemo, kendaraan mini, sepeda motor, mobil, jeep, taxi, pick up, ken. Barang ringan (2 as, roda 4), mikrolet, minibus, kopaja, bus kota, bus



tingkat, kend barang sedang (2 as 6 roda), kend. Brang berat (lebih dari 2 as), mobil barang gandengan, serta mobil tempelan. Karakteristik berbagai jenis kendaraan tersebut dapat di kelompokkan berdasarkan : 1. Karakteristik Fisik Ada beberapa karakteristik fisik utama yang digunakan dalam klasifikasi kendaraan, yaitu : 



Dimensi Ukuran yang umum adalah panjang, lebar, dan tinggi. Ukuran lain yang juga menentukan adalah radius putar dan tapak kendaraan. Dimensi berpengaruh terhadap lebar jalur, lebar bahu yang diperkeras, ruang parkir, jarak pandang henti dan jarak pandang menyiap, kelengungan horizontal dan vertikal. Panjang alas roda mempengaruhi besarnya radius belok kendaraan dan bersama dengan anjuran depan dan belakang akan mempengaruhi kemampuan alih gerak dan lintasan kendaraan di tikungan. Tinggi kendaraan menentukan ruang bebas vertikal terhadap seluruh penghalang. (terowongan, jembatan, kabel listrik, telpon, lampu penerangan, dll). Tinggi mata pengemudi, mempengaruhi JPH dan JPM, yang kemudian menentukan panjang lengkung vertikal.







Berat Berat kendaraan yang dimaksud adalah termasuk berat total, berat sumbu dan kapasitas muat. Berat kendaraan dan berat sumbu mempengaruhi struktur perkerasan, konsumsi bahan bakar, karakteristik percepatan dan karakteristik pengereman. Kapasitas muat adalah berat maksimum yang dapat dipikul oleh kendaraan dikuragi berat sendiri. Kapasitas maksimum digunakan untuk disain struktur kendaraan. Kapasitas muat penting khususnya untuk angkutan umum dan angkutan barang. Kendaraan yang bermuatan lebih akan menyebabkan kerusakan terhadap kendaraan dan struktur perkerasan.



2. Unjuk Kerja Ukuran unjuk kerja kendaraan : 



Pengereman /perlambatan Jarak pengereman dibatasi oleh koef. Gesekan antara ban dan permukaan jalan, yang bervariasi nilainya. Perlambatan yang normal 13



. Lebih dari nilai tersebut akan menyebabkan



ketidaknyamanan. Dalam kondisi darurat perlambatan antara 610 



.



Percepatan Gaya percepatan di berikan oleh mesin terhadap roda, dimana gaya tersebut akan ditahan oleh tahan udara, gesekan mesin, inertia, tumbukan, tahan gelinding dan tahanan pada tanjakan. Percepatan, dipengaruhi oleh massa, dimana tingkat percepatan tipikal :  Mobil sedan : 0.85-2,2  Mobil balap : 3,32-4,5  Angkutan umum : 0,21-0,56



3. Fungsi Dari fungsinya, kendaraan terbagi atas 3 kelompok : 



Angkutan pribadi Angkutan untuk masing-masing individu dan keluarga yang memiliki kendaraan untuk keperluan pribadi mereka (termasuk milik perusahaan)







Angkutan umum Angkutan yang tersedia untuk umum dengan membayar ongkos untuk menggunakannya.







Angkutan barang Angkutan yang berfungsi untuk memuat segala jenis barang (besar-kecil, cair-mineral, curah).



3) Jalan



Karakteristik utama dari suatu jalan yang akan berpengaruh terhadap kapasitas dan tingkat pelayanannya saat dibebani arus lalu lintas disebutkan dibawah ini, yaitu : a) Geometrik jalan 



Tipe jalan Tipe jalan disini adalah jalan terbagi dan tak terbagi (divided dan undivided roads), serta jalan satu arah.







Carriageway width (Lebar Jalan) Hal ini terkait dengan free flow speed atau kecepatan arus bebas dan peningkatan kapasitas. Dimana bertambahnya lebar lajur akan meningkatkan free flow speed-nya dan bertambahnya kapasitas jalan.







Kerb Besarnya kapasitas jalan yang dilengkapi dengan kerb atau trotoar, akan lebih kecil bila dibandingkan dengan jalan yang dilengkapi dengan bahu jalan.







Shoulder (bahu jalan) Adanya bahu jalan biasanya akan menimbulkan side friction seperti kegiatan di sisi jalan seperti kegiatan pedagang kaki lima, parkir kendaraan, berhentinya kendaraan umum di sembarang tempat, dan hal lainnya.







Median Jalan Desain median jalan yang baik akan meningkatkan kapasitas jalan.







Alinemen Jalan



Alinemen jalan horisontal dengan jari-jari (radius) yang kecil akan mengurangi free flow speed suatu jalan. Namun terkait dengan jalan di perkotaan maka efek dari hal ini sering diabaikan. b) Komposisi Arus Lalu Lintas 



Directional split of traffic (Persebaran arus lalu lintas tiap arah) Banyaknya arus yang lewat di tiap arah jalan akan mempengaruhi besarnya kapasitas. Kapasitas akan tinggi dan mencapai puncaknya di jalan dua arah saat directional splitnya 50-50, hal ini menunjukkan adanya arus yang sama di kedua arah untuk satuan periode waktu analisis.







Komposisi lalu lintas Komposisi lalu lintas akan mempengaruhi hubungan kecepatan arus, bila arus dan kapasitas dinyatakan dalam satuan kendaraan perjam (tergantung besarnya rasio sepeda motor atau kendaraan berat dalam arus tersebut). Dan bila besarnya arus dinyatakan dalam satuan kendaraan penumpang per unit (pcu), kecepatan kendaraan ringan dan kapasitasnya tidak terpengaruh oleh komposisi lalu lintas.



c) Kontrol Lalu Lintas Batas kecepatan sangat jarang digunakan dalam rambu lalu lintas di jalan perkotaan di Indonesia, karena hal ini hanya mempunyai efek yang kecil pada free flow speed-nya. Peraturan lalu lintas yang cukup memberikan efek pada kondisi lalu lintas adalah pelarangan parkir dan berhenti (stop) di sisi jalan, dll. d) Kegiatan Jalan yang Menimbulkan Gangguan (Side Friction) Side friction atau gangguan samping yang ditetapkan untuk urban roads di MKJI adalah gangguan akibat : - Pejalan kaki - Berhentinya kendaran umum dan kendaraan lainnya di sisi jalan. - Kendaraan lambat (bergerak lambat) seperti becak, delman, dll - Kendaraan yang parkir dan keluar masuk dari sisi jalan.



e) Perilaku Pengendara dan Populasi Kendaraan Untuk ukuran indonesia dengan segala perbedaan dari tingkat pembangunan jalan daerah perkotaan di indonesia, ini berarti bahwa perilaku pengendara dan jumlah populasi kendaraan (seperti usia dan kondisi kendaraan, sebagai suatu batasan dalam komposisi kendaran) adalah sangat beragam. Karakter ini berkaitan secara tidak langsung dengan prosedur penghitungan kapasitas yang dinamakan faktor ukuran kota (city size). Untuk kota kecil dapat dilihat bahwa perilaku pengendara tergesa-gesa (urgent driver behaviour) dan kendaraan modern jumlahnya akan lebih sedikit sehingga kapasitasnya pun akan berkurang. Hal ini sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan kota besar yang tingkat arus lalu lintasnya selalu padat. 4) Pejalan Kaki



Perjalanan seseorang pada hakekatnya meliputi kegiatan berjalan kaki kecuali bayi dari mereka yang tidak dapat berjalan secara fisik, adalah pejalan kaki. Oleh karena itu dalam merencakan jalur pejalan yang efektif, harus di perhatikan karakteristik arus pergerakan pejalan kaki serta informasi tentang calon pemakai jalur tersebut. Untuk karakteristik pejalan, informasi yang di butuhkan adalah karakteristik umum pejalan yang meliputi karakter fisik dan psikis manusia. Faktor utama karakteristik fisik pejalan adalah dimensi tubuh manusia dan daya gerak. Kedua faktor ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap penggunaan ruang pribadi (personal space) dan juga penting untuk memahami kebutuhan¬kebutuhan pejalan.



Pandangan perencana terhadap tubuh manusia kira kira seperti elips dengan tebal tubuh sebagai sisi pendeknya dan lebar bahu sebagai sisi yang panjang. Sejumlah studi tentang faktor manusia. menunjukkan bahwa dimensi tubuh yang lengkap berpakaian dari persentil ke 95 (95% mempunyai ukuran lebih kecil dari ini) adalah 33 cm untuk tebal tubuh dan 58 cm untuk lebar bahu. Dengan demikian, daerah perencanaan tubuh manusia laki laki rata rata adalah 0,14 m . Elips tubuh (46 x 61 cm) sama dengan daerah berdiri 0,21 m2 per orang, menu¬rut studi yang dibuat oleh New York City Transit Authority (NYTCA) (Fruin, 1979:191). Karakteristik prisikis berupa preferensi prikologi diperlukan untuk memahami keinginan-keinginan pejalan ketika melakukan aktivitas berlalu lintas. Penelitian psikologis menunjukkan bahwa pejalan kaki lebih suka menghindari kontak fisikdengan pejalan kaki lainnya dan biasanya akan memilih ruang pribadi yang lebih luas. Keinginan untuk menghindari kontak fisik ini memperlihatkan perlunya jarak membujur bagi pejalan kaki paling sedikit adalah selebar 60 90 cm agar di peroleh gerakan manusia yang “enak” (Fruin, 1979 : 192)