Kasus 3 Prosto [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



LatarBelakang Kehilangan gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi dan mulut yang sering dijumpai di masyarakat. Tidak hanya pada orang tua, tetapi pada dewasa muda pun telah banyak kehilangan gigi. Prevalensi kehilangan gigi pada umumnya meningkat seiring dengan bertambahnya usia, akibat efek kumulatif dari karies, penyakit periodontal, trauma, kegagalan perawatan gigi, serta faktor perilaku dan gaya hidup masyarakat itu sendiri. Kehilangan gigi menimbulkan dampak emosional, sistemik, serta fungsional. Dampak-dampak tersebut dapat berupa antara lain perubahan penampilan dan keterbatasan aktivitas mengunyah serta bebrbicara yang mengakibatkan menurunnya rasa percaya diri. Secara fungsional dapat menimbulkan gangguan pada proses artikulasi kata-kata, gangguan pengunyahan, dan trauma oklusi yang dapat menimbulkan Temporo Mandibular Joint Disorder. Fungsi pengunyahan yang menurun dapat menyebabkan tidak tercernanya makanan atau bolus secara sempurna sehingga dapat menimbulkan gangguan pada gastrointestinal. Selain itu, fungsi pengunyahan yang menurun juga akan mempengaruhi pemilihan pola makan penderita, sehingga dapat berpengaruh terhadap gizi penderita. Kehilangan gigi dibagi menjadi dua jenis, kehilangan gigi sebagian dan kehilangan gigi keseluruhan. Pada pasien dengan kehilangan gigi sebagian atau seluruhnya dibutuhkan perawatan gigi tiruan. Pemilihan jenis gigi tiruan yang dibutuhkan oleh pasien disesuaikan dengan jumlah elemen gigi yang hilang, kondisi jaringan pendukung gigi tiruan, lokasi gigi yang hilang, usia pasien, kesehatan sistemik pasien, serrta keinginan dan kebutuhan pasien.



1



Seorang pasien laki-laki berusia 60 tahun, datang ke klinik RSGM FKG Unair meminta untuk dibuatkan gigi tiruan untuk mengganti gigigiginya yang dicabut karena lubang. Pemasangan gigi tiruan ini berfungsi untuk mengembalikan fungsi pengunyahan dan bicara pasien. Pasien menginginkan agar gigi tiruan tersebut dapat digunakan makan dengan enak. Pasien bekerja sebagi seorang supir truk yang tugasnya di luar kota. Tetapi, sebulan dapat libur sepuluh hari yang tidak berurutan. Pengembalian fungsi pengunyahan merupakan faktor penting pada pasien ini. Hal ini dikarenakan pasien yang kehilangan gigi merasa tidak nyaman digunakan untuk makan. Ketidaknyamanan ini dapat mempengaruhi jenis makanan yang dikonsumsi pasien dan gizi pasien. Asupan gizi yang kurang



pada pasien dapat



mengganggu aktivitasnya sebagai supir truk luar kota yang membutuhkan tenaga yang cukup banyak. Daerah bergigi pada suatu lengkung rahang dapat bervariasi, dalam hal panajang, macam, jumlah, dan letaknya. Semua ini mempengaruhi rencana pembuatan desain geligi tiruan, baik dalam bentuk sadel, konektor, maupun dukungannya (Gunadi et.al., 1995). Gambaran kondisi rongga mulut pasien dapat dikategorikan ke dalam kelas-kelas berdasarkan klasifikasi Kennedy. Klasifikasi ini akan membantu dalam menentukan pembuatan desain gigi tiruan. Pada kasus ini rahang atas pasien merupakan kasus Kennedy klas III  modifikasi I dan pada rahang bawah merupakan kasus Kennedy klas II  modifikasi I. Klasifikasi Kennedy Kelas III memiliki karakteristik daerah tak bergigi   terletak   di   antara   gigi­gigi   yang   masih   ada   di   bagian   posterior   maupun anteriornya dan unilateral. Klasifikasi Kennedy kelas II memiliki karakteristik, yaitu daerah tidak bergigi tereletak pada bagian posterior dari gigi yang masih ada, tetapi hanya pada salah satu sisi rahang saja (unilateral). Dalam makalah ini akan dibahas mengenai alternatif perawatan untuk kasus kehilangan gigi keseluruhan serta alternatif perawatan untuk gigi



2



tiruan kelas II modifikasi menurut klasifikasi Kennedy. Desain disesuaikan dengan kasus yang diberikan dan kebutuhan pasien, sehingga diharapkan keberhasilan perawatan dapat dicapai serta penulis dapat lebih memahami tentang



desain



dan



tahapan



pembuatan



gigi



tiruan



sebelum



mengaplikasikannya.



1.2



RumusanMasalah 1. Bagaimana desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) pada kasus ini yang paling sesuai dan baik untuk pasien? 2. Bagaimana desain alternatif Gigi Tiruan yang akan digunakan pasien pada kasus ini?



1.3



Tujuan 1. Untuk memahami desain Gigi Tiruan Sebagian Lepasan (GTSL) pada kasus ini yang paling sesuai dan baik untuk pasien. 2. Untuk memahami desain alternatif dari gigi tiruan yang akan digunakan



1.4



Manfaat 1. Mahasiswa



dapat



memahami



klasifikasis



Kennedy pada



kasus



kehilangan gigi sebagian. 2. Mahasiswa dapat memahami macam alternatif perawatan yang tepat pada kasus kehilangan gigi keseluruhan maupun kehilangan gigi sebagian. 3. Menjadi sumber informasi mengenai macam perawatan pada penderita dengan kasus serupa.



3



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Klasifikasi Kennedy Tujuan utama pembuatan klasifikasi untuk rahang yang sebagian giginya sudah hilang adalah untuk memungkinkan dokter gigi berkomunikasi sejelas mungkin tentang keadaan rongga mulut yang akan dibuatkan geligi tiruan. Suatu klasifikasi yang baik akan membantu pengelompokan geligi yang hilang termasuk kombinasinya, serta variasi-variasi yang jumlahnya tak terbatas dan terjadi karena adanya gigi yang dicabut. Penjelasan klasifikasi Kennedy:



a. Klas I Kennedy Pada Klas I terdapat kehilangan gigi pada kedua sisi rahang di bagian posterior (bilateral free end denture).Gigi sebagai abutment hanya di satu sisi sehingga menggunakan free-end saddle.



Gambar 2.2 Klas I Kennedy



b. Klas II Kennedy Pada kelas II, kehilangan gigi pada satu sisi rahang di bagian posterior (unilateral free end denture).Klas II seperti klas I tetapi hanya satu sisi.



4



Gambar 2.3 Klas II Kennedy



c. Klas III Kennedy Klas III adalah daerahyang tidak bergigi dimana terdapat gigi asli diantara daerah yang tidak bergigi (Bounded saddle denture) (MCgarry, 2002).



Gambar 2.4 Klas III Kennedy



d. Klas IV Kennedy Kehilangan gigi pada bagian anterior dan melewati garis median.



Gambar 2.5 Klas IV Kennedy



2.2 Prinsip Desain Klasifikasi Kennedy



5



Untuk menentukan klasifikasi kennedy, terdapat aturan-aturan yang harus di perhatikan. Tanpa aturan yang pokok untuk setiap keadaan, akan sulit untuk menetapkan klasifikasi kennedy. Untuk itu digunakan aturan sebagai berikut: 1.



Klasifikasi yang diikuti pencabutan gigi yang mengubah



2.



klasifikasi sebelumnya Jika molar ketiga tidak ada, maka molar ketiga tersebut tidak



3.



diperhitungkan dalam klasifikasi Jika molar ketiga ada dan dapat digunakan sebagai penyangga,



4.



maka harus diperhitungkan dalam klasifikasi Jika molar kedua tidak ada dan tidak diganti, maka tidak



5.



dipertimbangkan dalam klasifikasi Kebanyakan daerah tidak bergigi pada bagian belakang selalu



6.



menentukan dalam klasifikasi Daerah tidak bergigi selain



menentukan



klasifikasi



juga



menunjukkan adannya modifikasi dan direncanakan pada daerah 7.



tidak bergigi Luasnya modifikasi ini tidak menjadi pengaruh, hanya jumlah



8.



yang menentukan Tidak ada modifikasi pada kelas IV.



2.2.1 Cengkeram Kawat / Klamer Cengekram kawat atau klamer merupakan bagian dari GTSL yang terletak pada gigi abutment, terbuat dari kawat tahan karat. Pada GTSL, klamer yang digunakan biasanya berbentuk C (C klamer), adapun fungsinya adalah untuk mencegah pergerakan gigi tiruan ke arah oklusal dan mencegah tekanan oklusal yang berlebih pada jaringan dibawahnya.



Menurut Gunadi (2000), konstruksinya cengkeram terbagi atas : a. Cengkeram kawat, digunakan untuk gigi tiruan akrilik resin Cengkeram kawat yang lengannya terbuat dari kawat jadi, berpenampang bulat dan dibentuk dengan membengkokkannya dengan tang.Cengkeram



6



kawat ini sifatnya lentur, pasif tidak menekan gigi penyangga. Cengkeram Kawat terbagi atas : 1. Cengkeram kawat oklusal (Circumferential Type Clasp), bentukbentuknya terdiri dari: a) Cengkeram tiga jari b) Cengkeram dua jari c) Cengkeram Jackson d) Cengkeram setengah Jackson e) Cengkeram S f) Cengkeram Panah g) Cengkeram Adam h) Rush Anker Crib 2. Cengkeram kawat gingival (Bar type Clasp), bentuk-bentuknya terdiri dari: a) Cengkeram Meacock b) Cengkeram Panah Anker c) Cengkeram Penahan Bola d) Cengkeram C b. Cengkeram tuang, digunakan untuk gigi tiruan kerangka logam, dengan banyak variasinya. 2.2.2.1 Bagian-bagian cengkeram kawat Bagian-bagian cengkeram kawat (Gunadi, 2000): 1. Lengan, yaitu bagian dari cengkeram kawat yang terletak/melingkari bagian bukal/lingual gigi penjangkaran. Sifat agak lentur, berfungsi untuk retensi dan stabilisasi 2. Jari, yaitu bagian dari lengan yang terletak di bawah lingkaran terbesar gigi. Sifat lentur/fleksibel dan berfungsi untuk retensi. 3. Bahu, yaitu bagian dari lengan yang terletak di atas lingkaran terbesar dari gigi. Sifat kaku dan berfungsi untuk stabilisasi yaitu menahan gaya-gaya bucco-lingual 4. Badan/body, yaitu cengekaram kawat yang terletak di atas titik kontak gigi di daerah aproksimal. Sifat kaku, dan berfungsi untuk stabilisasi yaitu menahan gaya-gaya antero-posterior



7



5. Oklusal rest, yaitu bagian dari cengekaram kawat yang terletak di bagian oklusal gigi. Sifat kaku, panjang ±1/3 lebar mesio-distal gigi. Berfungsi untuk meneruskan beban kunyah ke gigi penjangkaran 6. Retensi dalam akrilik, yaitu bagian dari cengkeram kawat yang tertanam dalam basis akrilik 2.2.2.2 Fungsi Cengkeram Fungsi cengkeram: a) Untuk retensi b) Untuk stabilisasi 2.2.3 Removable Partial Denture Metal Frame Removable Partial Denture Metal Frame menggunakan bahan cobaltchrome atau titanium metal.Menurut (Henderson & Victor, 1973)terdiri dari beberapa bagian yaitu: 1. Konektor mayor a) Anterior-posterior palatal strap b) Single palatal strap c) U-shaped palatal Connector (Horseshoe) d) Lingual Bar e) Lingual Plate 2. Konektor minor 3. Direct retainer  Cast circumferential clasp (suprabulge) a. Akers' b. Half and half c. Back-action d. Ring clasp  Wrought wire clasp  Roach clasp (infrabulge) a. I-bar b. T-bar c. Y-bar d. 7-bar 4. Indirect retainer



8







Physical Retainer ( bagian dari GTSL metal yang memungkinkan base untuk terhubung ke rangka logam dari



GTSL tersebut. 5. Base (material berwarna pink, menyerupai gingiva) 6. Gigi tiruan (terbuat dari plastik atau porselen)



Gambar 2.6 Komponen Removable Partial Denture Metal Frame



2.3 Gigi Tiruan Tetap (GTT) Gigi Tiruan Tetap (GTT) adalah setiap protesa gigi yang direkatkan,dipasang atau dilekatkan secara mekanis atau dengan aman ditahan oleh gigi asli, akar gigi, dan atau abutmen implan gigi yang memberikan dukungan utama untuk protesa gigi (The Glossary of Prosthodontics Term, 2005). Gigi tiruan tetap konvensional adalah sebuah alat yang digunakan untuk menggantikan satu atau lebih gigi yang tidak dapat dilepas oleh pasien.Preparasi gigi diperlukan untuk gigi tiruan tetap konvensional (Smith dan Howe, 2007). Dalam melakukan preparasi harus memperhatikan kesejajaran dari gigi penyangga. GTT dilekatkan pada gigi abutment dengan menggunakan bantuan semen kedokteran gigi (luting cement). Semen bertujuan untuk mengisi celah mikroskopik tersebut agar tertutup (Annusavice, 2003). Beberapa istilah yang digunakan untuk GTT yang juga digunakan pada gigi tiruan sebagian (partial denture) antara lain : (Smith dan Howe, 2007) a. Abutment



9



adalah gigi yang digunakan untuk melekatkan gigi tiruan jembatan. b. Retainer adalah mahkota atau restorasi lain yang disemen pada abutment.



c. Pontic adalah gigi tiruan/buatan yang merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan. d. Connector menghubungkanpontic dan retainer atau menghungkan antara retainer satu dengan yang lain. Connector dapat menyatu dengan pontic danretainer



atau



dapat



sedikit



digerakkan



antara



komponen



danpenghubungnya. 2.3.1 Macam-macam Desain GTT. Adapun 5 macam desain dari GTT yang perbedaannya terletak pada dukungan yang ada pada masing-masing ujung pontik (Barclay dan Walmsley, 2001). Kelima desain ini adalah: a. Fixed-fixed bridge Suatu gigitiruan yang pontiknya didukung secara kaku pada kedua sisi oleh satu atau lebih gigi penyangga. Pada bagian gigi yang hilang yang terhubung dengan gigi penyangga, harus mampu mendukung fungsional dari gigi yang hilang.GTT merupakan restorasi yang kuat dan retentif untuk menggantikan gigi yang hilang dan dapat digunakan untuk satu atau beberapa gigi yang hilang.Indikasi dari perawatan dengan menggunakan fixed-fixed bridge yaitu jika gigi yang hilang dapat terhubung dengan gigi penyangga



yang



mampu



mendukung



fungsional



dari



gigi



yang



hilang.Seperti pada gambar 1, Fixed-fixed bridge dengan menggunakan bahan porselen pada gigi insisivus sentralis.



10



Gambar 2.6. Gambaran fixed-fixed bridge pada gigi Insisivus sentralis (Sumber :Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 115)



b. Semi fixed bridge Suatu gigitiruan yang didukung secara kaku pada satu sisi, biasanya pada akhir distal dengan satu atau lebih gigi penyangga. Satu gigi penyangga akan menahan perlekatan intracoronal yang memungkinkan derajat kecil pergerakan antara komponen rigid dan penyangga gigi lainnya.



Gambar 2.7. Gambaran semi-fixed bridge (Sumber : Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p.11



11



12



c. Cantilever Bridge Suatu gigitiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau lebih abutment. Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi beban oklusal dari gigitiruan.



Gambar 2.3. Gambaran cantilever bridge (Sumber : Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 120)



d. Spring cantilever bridge Suatu gigitiruan yang didukung oleh sebuah bar yang dihubungkan ke gigi atau penyangga gigi. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai penghubung ini dapat dari berbagai panjang,tergantung pada posisi dari lengkung gigi penyangga dalam kaitannya dengan gigi yang hilang. Lengan dari bar mengikuti kontur dari palatum untuk memungkinkan adaptasi pasien. Jenis gigitiriruan ini digunakan pada pasien yang kehilangan gigi anterior dengan satu gigi yang hilang atau terdapat diastema di sekitar anterior gigi yang hilang.



Gambar 2.4. Gambaran spring cantilever bridge (Sumber : Barclay CW, Walmsley AD. Fixed and removable prosthodontics. 2nd ed. Tottenham: Churchill livingstone;2001.p. 122)



e. Compound bridge Ini merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat dan bersatu menjadi suatu kesatuan.



2.3.2 Indikasi dan Kontraindikasi Pemakaian GTT. Adapun indikasi dan kontraindikasi dari GTT (Jubhari, 2007), yaitu : 1. Kehilangan satu atau lebih gigi 2. Kurangnya celah karena pergeseran gigi tetangga ke daerah edentulus 3. Gigi di sebelah daerah edentulus miring 4. Splint bagi gigi yang memiliki ketebalan email yang cukup untuk dietsa. Kontraindikasi pemakaian GTT : 1. Pasien yang tidak kooperatif 2. Kondisi kejiwaan pasien kurang menunjang



3. Kelainan jaringan periodonsium 4. Prognosis yang jelek dari gigi penyangga 5. Diastema yang panjang 6. Kemungkinan kehilangan gigi pada lengkung gigi yang sama Resorbsi lingir alveolus yang besar pada daerah anodonsia.



BAB 3 LAPORAN KASUS 3.1 Data Kasus Penderita seorang wanita pegawai pabrik, minta dibuatkan gigi tiruan untuk mengganti gigi-giginya yang hilang karena dicabut di puskesmas, karena sudah parah. Usia penderita 46 tahun. Dia belum pernah memakai gigi tiruan. Gigigigi dicabut sudah lama, pencabutan terakhir gigi kanan bawah 2 minggu yang lalu. Sebetulnya sudah lama ingin membuatkan gigi tiruan tetapi tidak ada dana. Kebetulan tetangganya seorang dokter gigi mengajaknya untuk membuat gigi tiruan di RSGM FKG UNAIR dia mau. Pembayarannya ditanggung calon dokter gigi tersebut. 3.2 Anamnesis 1. Penderita wanita usia 46 tahun 2. Pencabutan terakhir gigi kanan bawah 3. Gigi-gigi yang dicabut sebelumnya sudah parah 4. Penderita tidak memiliki dana untuk membuat gigi tiruan 5. Seluruh pembayaran gigi tiruan ditanggung calon dokter gigi.



3.3 Gambar Model



3.4 Pemeriksaan Klinis Intra Oral 1. RahangAtas : Kehilangan gigi 14, 15, 16, 17, 25, 26 2. Rahang Bawah : Kehilangan gigi 34, 35, 37, 38, 45, 46, 47 3.5 Diagnosis Pada kasus ini rahang atas pasien merupakan kasus Kennedy klas III modifikasi I dan pada rahang bawah merupakan kasus Kennedy klas II modifikasi I. Hal ini dikarenakan pada rahang atas terdapat kehilangan gigi 14, 15, 16, 17, 25, 26. Pada rahang bawah, gigi yang hilang 34, 35, 37, 38, 45, 46, 47. Penentuan klasifikasi ini berdasarkan konstruksi dari gigi yang hilang dan akan digantikan. RA : Kennedy klas III modifikasi I RB : Kennedy klas II modifikasi I



3.4 Rencana Perawatan 3.4.1



Perawatan Pendahuluan Perawatan pendahuluan merupakan tindakan yang dilakukan terhadap gigi



serta jaringan lunak maupun keras. Perawatan pendahuluan merupakan langkahlangkah pendahuluan, seperti tindakan bedah, perawatan periodontal, konservatif termasuk endodontik, bahkan ortodontik untuk mempersiapkan mulut pasien menerima gigi tiruan yang akan dipakainya. Tahapan pertama ini ditujukan untuk menciptakan lingkungan mulut yang sehat. Perawatan pendahuluan yang dilakukan meliputi: 1. Penetapan gigit pendahuluan : Tidak Ada 2. Bidang bedah mulut



: Tidak Ada



3. Bidang konservasi



: Tidak Ada



4. Bidang ortodonsia



: Tidak Ada



5. Bidang periodontal



: Ada



6. Perawatan lain



:-



Pada kasus ini, pasien memerlukan perawatan pendahuluan di bidang periodontal. perawatan pendahuluan di bidang periodontal. Perawatan yang dilakukan berupa scalling untuk membersihkan kalkulus, sehingga didapatkan kesehatan jaringan mulut yang optimal.



3.6.2 Rencana Perawatan Alternatif Pertama



3.6.3.



Rencana Perawatan



Alternatif



Kedua



BAB IV PEMBAHASAN



4.1 Rencana Perawatan Alternatif Pertama Pilihan desain alternatif kedua untuk kasus ini adalah gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) akrilik pada kedua rahang dengan basis dan anasir gigi berbahan dasar akrilik. Penggunaan bahan akrilik sebagai bahan dasar GTSL memiliki beberapa kelebihan, dari segi estetika GTSL berbasis akrilik memiliki warna dan karakteristik yang dapat disesuaikan dengan gingiva pasien, sehingga pasien lebih percaya diri dalam menggunakannya. Sedangkan pemilihan akrilik sebagai bahan dasar anasir gigi didasarkan atas keuntungan berupa estetik yang baik, biaya relatif murah serta memiliki kekuatan impak yang lebih besar daripada porselen sehingga tidak mudah mengalami fraktur. 4.1.1 Rencana Perawatan Alternatif Pertama Rahang Atas Pada rahang atas penderita, klasifikasi desain gigi tiruan yang akan dibuat adalah kelas III Kennedy modifikasi I. Jenis penyangga yang akan digunakan adalah tooth-borne. Pasien mengalami kehilangan pada gigi 14, 15, 16 dan 25 yang kemudian akan digantikan dengan anasir dari akrilik. Basis gigi tiruan terbuat dari akrilik dan disesuaikan dengan karakteristik mukosa pasien. Fungsi dari basis adalah meneruskan tekanan kunyah ke mukosa dan tulang alveolar di bawahnya, memberikan retensi untuk gigi tiruan dan juga sebagai tempat perlekatan anasir gigi tiruan. Pada kasus ini seluruh anasir gigi berada di daerah posterior, sehingga pada basis GTSL dibuat sayap buccal (buccal flange) dengan tujuan memberikan peripheral seal dan stabilitas horizontal pada gigi tiruan. Sayap yang dibuat harus memiliki warna dan karakteristik sesuai dengan gingiva agar memberikan estetika



yang baik, serta harus bebas dari frenulum agar gigi tiruan tidak mudah lepas pada saat digunakan. Gigi yang berfungsi sebagai direct retainer GTSL pada kasus ini adalah gigi 17 dan 26 menggunakan klamer kawat 3 jari. Klamer ini berfungsi memberikan retensi pada gigi tiruan untuk mencegah lepasnya GTL dan berperan sebagai support daerah oklusal untuk pembagian gaya tekanan pada saat oklusi dan dukungan vertikal GTSL. Pada gigi 13 dan 24 digunakan klamer half jackson sebagai indirect retainer GTSL. Klamer half jackson digunakan pada gigi penyangga yang tidak memiliki daerah edentulous pada sampingnya dan melewati occlusal rest. Klamer half jackson merupakan klamer tooth-borne yang berfungsi memberi retensi tambahan pada GTSL.



4.1.2 Rencana Perawatan Alternatif Pertama Rahang Bawah Pada rahang bawah, desain GTSL yang akan dibuat adalah Kennedy kelas II modifikasi I. Jenis penyangga yang digunakan adalah tooth-mucosa borne. Gigi yang akan digantikan pada kasus ini adalah 34, 35, 36, 37, 45 dan 46. Pada bagian vestibulum anasir gigi dibuat sayap buccal (buccal flange) dengan tujuan memberikan peripheral seal dan stabilitas horizontal pada gigi tiruan. Sayap yang dibuat harus memiliki warna dan karakteristik sesuai dengan gingiva agar memberikan estetika yang baik, serta harus bebas dari frenulum agar gigi tiruan tidak mudah lepas pada saat digunakan. Selain itu, saddle pada regio 3 diperpanjang hingga retromolar pad untuk membentuk posterior seal pada gigi tiruan rahang bawah. Direct retainer pada desain GTSL ini terletak pada gigi penyangga 47 dan menggunakan klamer 3 jari. Klamer 3 jari berfungsi memberikan retensi pada gigi tiruan untuk mencegah lepasnya GTL dan berperan sebagai support daerah oklusal untuk pembagian gaya tekanan pada saat oklusi dan dukungan vertikal GTSL. Pada gigi penyangga 33 dan 44 digunakan klamer gillet yang juga berfungsi sebagai direct retainer. Klamer ini berfungsi untuk menambah retensi dan meneruskan beban



kunyah ke mukosa. Indirect retainer pada kasus ini berupa peninggian plat pada bagian anterior yang berfungsi sebagai support dan menambah retensi.



4.2 Rencana Perawatan Alternatif Kedua Pada kasus ini, perawatan utama yang dipilih adalah desain gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) untuk rahang atas dan desain gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) untuk rahang bawah. Desain GTSL pada kasus ini dengan basis dan anasir gigi berbahan dasar akrilik. Penggunaan bahan akrilik sebagai basis memiliki beberapa



kelebihan,



terutama



dalam



kemudahan



melakukan relining ataupun rebasing. Selain itu, pembuatan gigi tiruan berbasis akrilik memiliki biaya pembuatan yang relatif murah. Dalam segi estetika, GTSL berbasis akrilik memiliki warna dan karakteristik yang dapat disesuaikan dengan gingiva pasien, sehingga pasien lebih percaya diri dalam menggunakannya. Pada sisi vestibulum anasir gigi, basis gigi tiruan diberi sayap buccal (buccal flanged) dengan tujuan untuk memberikan peripheral seal dan stabilitas horizontal pada gigi tiruan. Sayap yang dibuat harus memiliki warna dan karakteristik serupa dengan gingiva agar memberikan estetika yang baik, serta harus bebas dari frenulum agar gigi turuan tidak mudah lepas saat digunakan. Sedangkan pemilihan akrilik sebagai bahan dasar anasir gigi didasarkan atas keuntungan berupa estetik yang baik, biaya yang relatif murah, serta memiliki kekuatan impak yang lebih besar daripada porcelain sehingga tidak mudah fraktur.



4.2.1 Rencana Perawatan Alternatif Kedua Rahang Atas Pada rahang atas digunakan desain gigi tiruan sebagian lepasan (GTSL) dan termasuk Kennedy klas III modifikasi I, sehingga pendukung (support) yang digunakan adalah tooth supported dan pilihan akan digunakan rest oklusal dan klamer paradental. Anasir gigi yang terbuat dari akrilik digunakan untuk menggantikan gigi 14, 15,16, dan 25.



Klamer paradental yang digunakan adalah klamer kawat sebagai direct retainer pada desain GTSL, berupa klamer 3 jari pada gigi penyangga yaitu 17. Klamer ini berfungsi memberi retensi pada gigi tiruan (mencegah GTSL lepas), serta berperan sebagai support daerah oklusal untuk pembagian gaya oklusal dan dukungan vertikal GTSL. Pada gigi 13 dipilih klamer S, klamer S dapat digunakan untuk kaninus bawah dan dapat pula kaninus atas bila ruang interoklusalnya cukup. Lalu pada gigi penyangga 27 diberi klamer 3 jari. Kemudian gigi penyangga 24 tidak diberi klamer 3 jari karena tidak ada cukup ruang pada 25. 4.2.2 Rencana Perawatan Alternatif Kedua Rahang Bawah Pada rahang bawah digunakan desain GTSL dan termasuk Kennedy klas II modifikasi I. Anasir gigi yang terbuat dari akrilik digunakan untuk menggantikan gigi 34, 35, 36, 37, 45, dan 46. Klamer kawat digunakan sebagai direct retainer pada desain GTSL ini, berupa klamer S pada gigi penyangga yaitu 33. Klamer ini berfungsi memberikan retensi pada gigi tiruan (mencegah GTSL lepas), serta berperan sebagai support daerah oklusal untuk pembagian gaya oklusal dan dukungan vertikal GTSL. Pada gigi 44 dapat diberi klamer 3 jari namun tidak terlalu perlu sebab akar gigi 44 hanya 1, sehingga diberi klamer half jackson saja sudah cukup. Sedangkan pada gigi penyangga 47 digunakan klamer 3 jari selain sebagai retensi dari gigi tiruan, juga sebagai support daerah oklusal. Pada kasus ini, sisi lingual gigi anterior rahang bawah dilakukan peninggian plat akrilik agar tidak terjadi daya ungkit sehubungan dengan adanya free-end yang juga menggunakan anasir gigi. BAB 5 PENUTUP



5.1 Kesimpulan



Kehilangan gigi merupakan kasus yang membutuhkan perawatan dapat mengganggu fungsi stomatognati, kenyamanan, dan estetik penderita. Pemilihan rencana perawatan dan desain gigi tiruan didasarkan pada beberapa alasan, antara lain: pertimbangan pasien dan kelas kehilangan gigi (berdasarkan klasifikasi kennedy). Pada kasus ini rahang atas pasien merupakan kasus Kennedy klas III modifikasi I dan pada rahang bawah merupakan kasus klas II Kennedy modifikasi 1. Desain pada kasus ini dengan basis dan anasir gigi berbahan dasar akrilik.



5.2 Saran Pilihan utama rencana perawatan gigi tiruan lepasan dengan desain plat akrilik pada rahang atas dan bawah menggunakan klamer tersebut dipilih dengan mempertimbangkan faktor ekonomi dan kenyamanan pasien. GTSL akrilik membutuhkan biaya lebih murah dan nyaman dipakai.



DAFTAR PUSTAKA Anusavice, KJ. 2003, Philips’ Science of Dental Material, 10th Ed. WB Saunders Corp. p: 470-89; 254; 237-47. Barclay, CW, Walmsley, AD. 2001. Fixed and Removable Prosthodontics. London Chuechill Livingstone. p. 115. Gunadi, Haryanto, dkk. 1991. Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan. Jakarta: Hipokrates Gunadi, H.A., 2000, Buku Ajar Ilmu Geligi Tiruan Sebagian Lepasan , jilid 1,Hipocrates, Jakarta Jubhari EH. 2007. Upaya untuk mengurangi preparasi gigi : Fung shell bridge. Jurnal Kedokteran Gigi Dentofasial. 6(1):27-9. Smith BGN, Howe LC. 2007. Planing Making Crowns and Bridges 4th Ed. London: Informa UK Ltd. p. 197. The Glossary of Prosthodontics Term 2005 8th ed. Available in The Journal of Prosthetic Dentistry 2005, 94(1):10-92. Smith BGN, Howe LC. 2007. Planing Making Crowns and Bridges 4th Ed. London: Informa UK Ltd. p. 197. The Glossary of Prosthodontics Term. 2005. 8th ed. Available in The Journal of Prosthetic Dentistry. 94(1):10-92. Soelarko dan Herman, W. 1980. Diktat Prostodonsia Full Denture, FKG Univ. Padjajaran, Bandung. Davis Henderson, Victor L. 1973.Steffel.McCRACKEN's Removable partial prosthodontics, 4th Ed. Bohnenkamp, DM. (2014). Removable Partial Dentures : Clinical Concepts. Dental Clinics of North America. 58 (1), 69-89. Zwiad, AA. (2012). Proposed technique for denture. Dental Hypothese. 3 (4), 150-154.



fabricating



complete