KEBUDAYAAN [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEBUDAYAAN



Istilah kebudayaan tentunya bukan istilah yang asing bagi telinga kita. Istilah ini sering diucapkan baik dalam forum-forum diskusi formal maupun percakapan biasa. Akan tetapi masalahnya adalah istilah ini kadangkadang dipakai bukan dalam pengertian yang sebenarnya. Istilah kebudayaan sering kali dirancukan dengan istilah kesenian dan peradaban. Padahal ketiga istilah itu mempunyai pengertian yang berbedabeda. Untuk memberikan pemahaman yang runtut dan jelas maka yang pertama kali yang akan diuraikan adalah pengertian dari istilah kebudayaan. Sehubungan dengan pengertian dari istilah kebudayaan ini, coba simak kutipan Koentjaraningrat berikut ini dari bukunya yang berjudul “Pengantar Ilmu Antropologi” (1990): “Dalam ilmu antropologi, yang telah menjadikan berbagai cara hidup manusia dengan berbagai macam sistem tindakan tadi sebagai obyek penelitian dan analisanya, aspek belajar itu merupakan aspek yang sangat penting. Itulah sebabnya dalam hal ini memberi pembatasan terhadap konsep “kebudayaan” atau culture itu, artinya dalam hal memberi definisi terhadap konsep “kebudayaan”, ilmu antropologi sering kali sangat berbeda dengan berbagai ilmu lain. Juga apabila dibandingkan dengan arti yang biasanya diberikan kepada konsep itu dalam bahasa sehari-hari, definisi ilmu antropologi jauh lebih luas sifat dan ruang lingkupnya”. Pernyataan Koentjaraningrat ini mendukung apa yang sudah disebutkan pada uraian sebelumnya bahwa memang telah terjadi kerancuan dalam penggunaan istilah kebudayaan. Untuk meluruskannya maka coba lihat arti kebudayaan dari asal katanya dan definisi kebudayaan yang pernah dirumuskan oleh beberapa orang ahli.



1



1. Definisi Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata buddhi, artinya budi atau akal. Dengan demikian, dilihat dari asal katanya maka kebudayaan mempunyai arti hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal. Oleh karena itu, sebagaimana dinyatakan oleh Koentjaraningrat (1990: 180-182), maka menurut ilmu antropologi kebudayaan mempunyai arti: “Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”. Dari pengertian ini nampak bahwa hampir seluruh tindakan manusia adalah kebudayaan, karena hanya sedikit sekali tindakan manusia yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar. Coba Anda amati diri Anda. Bagaimana kebiasaan Anda makan, haruskah dengan pakaian rapih dan duduk bersama dalam satu meja makan dengan sikap tidak banyak bicara, ataukah dengan pakaian yang saat itu sedang Anda kenakan walaupun tidak rapi di ruangan mana pun dan dengan sikap yang santai? Apa pun kebiasaan makan Anda yang jelas hal itu pasti Anda dapatkan melalui proses belajar (yang barangkali tidak Anda sadari) dari lingkungan sosial Anda. Tahukah Anda bahwa semakin Anda dewasa maka tindakan-tindakan yang harus Anda pelajari menjadi semakin banyak. Hal ini dikarenakan status yang Anda sandang semakin beragam sehingga peran yang harus Anda mainkan juga menjadi semakin banyak. Sementara itu kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture. Culture sendiri berasal dari kata Latin colere, yang mempunyai arti mengolah atau mengerjakan. Sehubungan dengan asal katanya ini maka kebudayaan di sini diartikan sebagai: ”Segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah alam”. 2



Apabila dilihat dari definisi ini, maka arti kebudayaan ditekankan pada tindakan manusia untuk mencukupi kebutuhannya. Jadi ketika manusia pertama kali membangun rumah atau membuat pakaian maka hal itu adalah merupakan tindakan manusia untuk melindungi dirinya dari kebutuhan akan perlindungan terhadap panas dan hujan. Barangkali Anda akan bertanya, mengapa bisa terdapat dua definisi untuk satu istilah? Perlu Anda ketahui bahwa A.L. Kroeber dan C. Kluckhohn dalam bukunya yang berjudul ”Culture, A Critical Review of Concept and Definition” (1952) menyatakan bahwa terdapat paling sedikit 160 buah definisi tentang kebudayaan. Mengapa demikian? Karena para ahli tersebut melihat kebudayaan dari sudut yang berbeda-beda. Analoginya adalah, barangkali Anda akan menyatakan bahwa anak perempuan Anda adalah anak yang periang, tetapi



barangkali



istri



Anda



mendefinisikannya sebagai anak yang banyak bicara atau ceriwis. Anda melihat dari sikapnya kalau berbicara, sedangkan istri Anda melihat dari frekuensi bicaranya. Kembali pada definisi kebudayaan di atas, maka kedua definisi tersebut sebenarnya mempunyai pengertian yang saling berhubungan. Tradisi makan yang Anda pelajari dari lingkungan sosial Anda adalah sebenarnya tindakan untuk memenuhi kebutuhan pergaulan. Sementara itu tindakan manusia membuat rumah dalam rangka memenuhi kebutuhan akan perlindungan terhadap panas dan hujan adalah tindakan yang diperoleh melalui belajar, barangkali belajar dari cara hewan membangun sarangnya. Demikian pengertian kebudayaan dilihat dari definisinya. Bervariasinya definisi kebudayaan tersebut memunculkan pendekatan atau aliran besar dari antropologi dalam mengkaji kebudayaan ini, yang akan dijelaskan pada uraian berikutnya. Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa istilah kebudayaan sering kali dirancukan dengan istilah peradaban dan kesenian. Sekarang akan diuraikan perbedaan dari ketiga



3



istilah tersebut. Peradaban dengan kebudayaan tidak sama pengertiannya. Peradaban dalam bahasa Inggris disebut civilization. Peradaban dipakai untuk menyebutkan bagian-bagian dan unsur-unsur dari kebudayaan yang halus, maju, indah, dan kompleks, seperti misalnya kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, adat sopan santun pergaulan, organisasi kenegaraan, dan sebagainya. Bagi Anda yang beragama Islam barangkali mengetahui salah satu hadis yang berbunyi ”Carilah ilmu sampai ke negeri Cina”. Hadis ini muncul karena pada saat itu Cina adalah bangsa yang dianggap mempunyai peradaban yang tinggi karena mempunyai teknologi yang lebih maju dibanding bangsa yang lainnya. Bangsa yang juga dikenal mempunyai peradaban tinggi adalah bangsa Romawi, Yunani, Mesir, Aztek, dan saat ini adalah Amerika. Sedangkan perbedaan kebudayaan dengan kesenian adalah bahwa kesenian merupakan bagian atau unsur kebudayaan yang indah dan halus. Kesenian diartikan sebagai penggunaan kreatif imajinasi manusia untuk menerangkan, memahami, dan menikmati kehidupan. Di samping itu kesenian juga diartikan sebagai kemampuan akal dalam menciptakan sesuatu yang bernilai tinggi, kemahiran menciptakan karya yang berkualitas baik dilihat dari segi keindahan, kehalusan, dan sebagainya (Haviland, 1993). Contohnya adalah lukisan Monalisa karya Leonardo Da Vinci, novel berjudul ”Layar Terkembang” karangan Sutan Takdir Alisyahbana, patung totem dari suku-suku yang bermukim di Papua, atau lagu Bengawan Solo ciptaan Gesang.



2. Wujud Kebudayaan J.J. Honigmann dalam bukunya yang berjudul The World of Man (1959) membedakan adanya tiga wujud kebudayaan, yaitu 1) ideas, 2) activities, 3) artifacts.



4



Sementara itu Koentjaraningrat (1990: 186-187) menterjemahkannya menjadi tiga wujud kebudayaan, yaitu sebagai: a) suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya; b) suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat; c) benda-benda hasil karya manusia. Wujud pertama adalah wujud ideal dari kebudayaan, yang disebut dengan sistem ide/gagasan. Wujud pertama ini bersifat abstrak; tidak dapat diraba, difoto, atau diamati; lokasinya ada di dalam kepala atau dalam alam pikiran warga masyarakat. Materi dari modul ini merupakan sekumpulan gagasan saya. Ketika masih berupa gagasan yang ada di kepala saya, maka hal tersebut ini tidak dapat Anda raba, foto atau amati. Ide-ide dan gagasan-gagasan dari para warga masyarakat yang hidup bersamasama memberi jiwa kepada masyarakatnya. Gagasan-gagasan tersebut tidak saling lepas antara satu dengan yang lainnya, melainkan selalu berkaitan menjadi suatu sistem. Para ahli menyebutnya sistem budaya (cultural system), adat, atau adat istiadat. Wujud kedua disebut sebagai sistem sosial (social system). Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas dari manusia-manusia yang berinteraksi, berhubungan serta bergaul satu dengan yang lainnya; sepanjang waktu; menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sebagai rangkaian aktivitas manusia maka sistem sosial ini bersifat konkret, bisa diamati, difoto dan didokumentasikan. Aktivitas diskusi kelompok Anda merupakan sistem sosial, karena Anda bisa mengamati perilaku dari para anggota kelompok diskusi.



5



Wujud ketiga disebut kebudayaan fisik (artefak). Wujud kebudayaan ini merupakan total dari hasil fisik dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat. Wujud ketiga ini bersifat paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan difoto. Contohnya, materi perkuliahan yang sedang Anda baca sekarang ini merupakan kebudayaan fisik. Dalam kenyataan kehidupan masyarakat, ketiga wujud kebudayaan tersebut tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya. Kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan dan karya masyarakat. Sementara itu ide-ide dan tindakan menghasilkan benda-benda kebudayaan (artefak). Sebaliknya kebudayaan fisik sering kali membentuk suatu lingkungan hidup tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya sehingga mempengaruhi pola-pola perbuatannya dan cara berpikirnya (gagasannya). 3) Unsur-Unsur Kebudayaan Mempelajari unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk memahami kebudayaan manusia. Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal Categories of Culture membagi kebudayaan yang ditemukan pada semua bangsa di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks seperti masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal. Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Ketujuh Unsur Kebudayaan tersebut adalah :



6



(1) Sistem Bahasa. Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia. Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling mempengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi. Contoh: Bahasa Sunda, Jawa, Batak dan Lain-Lain (2) Sistem Pengetahuan. Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan



7



manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional yang disebut sistem pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranata mangsa dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranata mangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit. Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai, antara lain: Alam sekitarnya: a) Tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya. b) Binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya.



8



c) Zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya. d) Tubuh manusia/ e) Sifat-sifat dan tingkah laku manusia. f) Ruang dan waktu. Contoh: 1) Sistem pengetahuan ilmu psikologi. 2) Ilmu tentang hubungan antar manusia (sosiologi). (3) Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial. Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi sosial merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial dalam kehidupannya. Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial. Contoh: Karang Taruna. (4) Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang



9



dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik. Contoh : Keris,Kujang, Rencong. (5) Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup. Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain: a) Berburu dan meramu. b) Beternak. c) Bercocok tanam di ladang. d) Menangkap ikan. e) Bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi. Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi ebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi. Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industry mengubah pola hidup manusia untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.



10



(6) Sistem Religi. Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut. Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi sukusuku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif. Contoh: Upacara keagamaan di bali “ngaben”



(7) Kesenian. Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknik-teknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat. Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vocal dan instrumental, sedangkan



11



seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi. Contoh: Nyanyian, Tarian.



4. Sratifikasi / Struktur Budaya a. Budaya Adiluhung (High culture) ‘Budaya adiluhung’ merujuk pada kreasi-kreasi budayawi (cultural) yang secara khusus memiliki status tinggi. Tipe ini dipandang sebagai tonggak tertinggi dalam level kreativitas manusiawi. Produk-produk dalam bentuk-bentuk kesenian yang lestari biasanya dipandang sebagai contoh budaya adiluhung, misalnya, karya-karya opera, karya-karya para komposer klasik seperti Beethoven dan Mozart. karya lukis Leonardo da Vinci, dan karya-karya susastra seperti yang digubah Shakespeare dan John Milton. Bagi kebanyakan pemakai istilah ini, budaya adiluhung dipandang sebagai superior secara estetis dibandingkan dengan bentuk-bentuk budaya yang lebih rendah seperti yang terdapat dalam tiga tipe berikut ini. b. Budaya Rakyat (Folk culture) ‘Budaya rakyat’ (folk) merujuk pada budaya masyarakat biasa. orang kebanyakan, khususnya mereka yang hidup dalam masyarakat pra-industrial. Dominic Strinati menegaskan bahwa budaya rakyat biasanya muncul “dari akar-rumput, selfcreated dan otonom, dan secara langsung memantulkan kehidupan dan pengalaman masyarakat” (Strinati. 1995). Contoh-contoh tipe ini meliputi nyanyian rakyat tradisional (traditional folk songs) dan cerita-cerita tradisional yang diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya rakyat dipandang oleh sejumlah teoris sebagai kurang



12



bernilai dibanding budaya adiluhung namun bermanfaat dalam segi-segi tertentu. Strinati melukiskan pandangan ini dalam cara sebagai berikut, “budaya folk boleh jadi tak pernah berkeinginan untuk menjadi seni, namun kekhasan-kekhasannya diterima dan dihargai” (folk culture can never aspire to be art, but its distinctiveness is accepted and respected). Paling kurang ia merupakan suatu budaya yang autentik, bukan yang diciptakan secara artifisial. c. Budaya Massa (Mass culture) Bagi dunia kritik budaya, ‘budaya massa’ dipandang sebagai kurang bernilai dibanding budaya rakyat. Budaya massa merupakan produk dari masyarakat industrial, berbeda dari budaya rakyat yang merupakan kekhasan masyarakat pramodern, praindustrial. Budaya massa merupakan produk media massa, dan contoh-contohnya meliputi film-film populer, opera TV, dan musik pop rekaman. Seperti yang akan kita saksikan, sejumlah kritikus budaya massa melihat hal ini sebagai mendegradasi individu-individu dan merusak jaringan masyarakat. Jika budaya rakyat merupakan produk ciptaan orang-orang biasa, budaya massa hanyalah sekedar konsumsi bagi mereka. Dan pada titik pandang ini, audiens menjadi anggota pasif dalam suatu masyarakat massa yang tak mampu berpikir untuk diri mereka sendiri. d. Sub-budaya (Subculture) Yang terakhir, ‘sub-budaya’ merupakan istilah yang secara luas dipakai di dalam disiplin sosiologi untuk merujuk pada “groups of people that have something in common with each other (i.e. they share a problem, an interest, a practice) which distinguishes them in a significant way from other social groups” (Thornton, 1997). Istilah ini dikenakan pada suatu kelompok yang luas, termasuk komunitas-komunitas



13



yang hidup berdekatan dan memiliki gaya hidup yang sama, kelompok remaja yang memiliki rasa musikal yang sama, dan menikmati kegiatan waktu luang yang sama (misalnya, ravers), kelompok-kelompok etnis, orang-orang yang menghayati keyakinan religius yang sama, anggota-anggota geng yang sama, dan sebagainya. Sejumlah teoris, terutama fungsionalis, cenderung memberi tekanan pada tingkat di mana suatu budaya dalam pengertian gaya hidup - dihayati bersama oleh para anggotanya. Sejumlah teoris yang lain memberi tekanan pada satu atau lebih aspek pluralisme budayawi atau perbedaan sub-budaya dalam masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA Ember, R. Carol, dan Melvin Ember. (1981). "Konsep Kebudayaan", dalam T.O. Ihromi. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Haviland, William A. (1993). Antropologi. Jilid I dan II, Jakarta: Erlangga. Koentjaraningrat. (1975). Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. ______________. (1990). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. ______________. (1992). Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian Rakyat. Linton, Ralph. (1984). The Study of Man. Bandung: Jemmars. Oliver, Chad. (1981). The Discovery of Humanity: An Introduction to Anthropology. New York: Hoper & Row Publisher. Sunyer, Oriol PI, dan Zdenek Salzmann. (1978). Humanity And Culture. AnIntroduction to Anthropology. USA: Houghton Mifflin Company.



14