Kel 5 - Askep Leukimia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

“Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Pasien Dengan Leukimia”



Disusun Oleh: 1. 2. 3. 4.



Kelompok 5 Hafizhah Hilmiy Pebri Kamila Sari Mitakheny Megalasa Orin Jagva Oryza Kelas IIA



(191211531) (191211535) (191211539) (191211546)



Dosen Pengampu: Ns. Lenni Sastra, S.Kep., M.S



PRODI S1-KEPERAWATAN



STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG 2020/2021



KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha penyayang, Kami ucapkan puji dan syukur atas kehadiran-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Teoritis Pada Pasien Dengan Leukimia”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.Oleh karena itu dangan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta memberi manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.



Penyusun



II



DAFTAR ISI HALAMAN ………………..i



JUDUL………………………......................



KATA ………………….ii



PENGANTAR………………………................



DAFTAR



ISI……………………....................



…………………………...iii BAB



I



PENDAHULUAN…………………...…………...



……………….1 A. Latar Belakang…………………….............................…………………..1 B. Tujuan Penulisan………………..........…………………………….1 BAB



II



KONSEP



DASAR



PENYAKIT......….



…………………………2 A. Pengertian B. Klasifikasi C. Anatomi dan fisiologi D. Etiologi E. Manifestasi Klinis F. Komplikasi G. Patofisiologi H. Pemeriksaan penunjang I.



Penatalaksanaan (keperawatan dan medis) BAB



III



ASUHAN



KEPERAWATAN



TEORITIS..



………………….11 A. Konsep pengkajian teoritis menggunakan pola gordon B. Diagnosa keperawatan teoritis C. Tujuan dan intervensi keperawatan sesuai SLKI dan SIKI BAB



IV



PENUTUP………….…...



……………………………………..19 A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR



PUSTAKA……….



…………………………………………..20 Lampiran: …………………………………………21



maping……………..



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Leukemia adalah kanker anak yang paling sering. Mencapai lebih kurang 33% dari keganasan pediatrik. Leukemia limfoblasik akut (LLA) berjumlah kira-kira 75% dari semua kasus. Dengan insidensi tertinggi pada umur 4 tahun. Leukimia mieloid akut (LMA) berjumlah kira-kira 20% dari leukimia. Dengan insidensi yang tetap dari lahir sampai umur 10 tahun. Meningkat sedikit pada masa remaja. Leukimia sisanya adalah bentuk kronis: leukimia limfositik kronis (LLK) jarang ditemukan pada anak. Insidensi tahunan keseluruhan dari leukimia adalah 42,1 tiap juta anak kulit putih dan 24,3 tiap juta anak kulit hitam. Perbedaan itu terutama disebabkan oleh rendahnya kejadian LLA pada kulit hitam. Gambaran klinis umum dari leukimia adalah serupa karena semuanya melibatkan kerusakan hebat fungsi sumsum tulang. Tetapi, gambaran klinis dan laboratorium spesifik berbeda dan ada perbedaan dalam respon terhadap terapi dan perbedan dalam prognosis. Agar dapat memberikan asuhan keperawatan sebaik-baiknya, perlu mengetahui gejala-gejala dini penyebab serta permasalahan yang terjadi pada klien dengan leukemia.



B. Tujuan Penulisan 1.



Tujuan umum Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien



leukimia secara komprehensif. 2.



Tujuan khusus Melalui proses keperawatan diharapkan mampu:



a.



Mampu melakukan pengkajian pada pasien leukimia.



b.



Mampu menegakan prioritas diagnosis pada pasien leukimia.



c.



Mampu menentukan interverensi keperawatan.



1



BAB II KONSEP DASAR PENYAKIT A. Pengertian a.



Leukimia adalah proliferasi tak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan elemen sum-sum tulang normal (Smeltzer, S C and Bare, B.G, 2002 : 248 )



b.



Leukimia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh yang lain. (Arief Mansjoer, dkk, 2002 : 495)



c.



Leukemia merupakan penyakit neoplastik yang ditandai adanya proliferasi abnormal dari sel-sel hematopoitik (Sylvia anderson, 1995). Leukimia merupakan penyait maligna yang disebabkan abnormal overproduksi dari tipe sel darah putih tertentu, biasanya sel-sel imatur dalam sumsum tulang. Karakteristi dari leukimia adalah sel-sel yang abnormal, tidak terkontrolnya proliferasi dari suatu tipe sel darah putih seperti granulosit, linnfosit, monosit. Berdasarkan dari beberapa pengetian diatas maka dapat disimpulkan bahwa



leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh prolioferasi abnormal dari selsel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat pembentuk darah.



B. Klasifikasi 1.



Leukemia Mielogenus Akut AML mengenai sel stem hematopeotik yang kelak berdiferensiasi ke semua sel



Mieloid: monosit, granulosit, eritrosit, eritrosit dan trombosit. Semua kelompok usia dapat terkena; insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia. Merupakan leukemia nonlimfositik yang paling sering terjadi. 2.



Leukemia Mielogenus Kronis CML juga dimasukkan dalam sistem keganasan sel stem mieloid. Namun lebih



2



banyak sel normal dibanding bentuk akut, sehingga penyakit ini lebih ringan. CML jarang menyerang individu di bawah 20 tahun. Manifestasi mirip dengan gambaran AML tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukkan tanpa gejala selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit kadang sampai jumlah yang luar biasa, limpa membesar. 3.



Luekemia Limfositik Akut ALL dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering terjadi pada anak-



anak, laki-laki lebih banyak dibanding perempuan, puncak insiden usia 4 tahun, setelah usia 15 ALL jarang terjadi. Manifestasi limfosit immatur berproliferasi dalam sumsum tulang dan jaringan perifer, sehingga mengganggu perkembangan sel normal.. 4.



Leukemia Limfositik Kronis CLL merupakan kelainan ringan mengenai individu usia 50 sampai 70 tahun.



Manifestasi klinis pasien tidak menunjukkan gejala, baru terdiagnosa saat pemeriksaan fisik atau penanganan penyakit lain.



C. Anatomi Fisiologi a) anatomi Sel darah putih, leukosit adalah sel yang membentuk komponen darah. Sel darah putih ini berfungsi untuk membantu tubuh melawan berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh. Sel darah putih tidak berwarna, memiliki inti, dapat bergerak secara amoebeid, dan dapat menembus dinding kapiler / diapedesis. Dalam keadaannormalnya terkandung 4x10⁹ hingga 11x10⁹ sel darah putih di dalam seliter darah manusiadewasa yang sehat - sekitar 7000-25000 sel per tetes. Dalam setiap milimeter kubil darah terdapat 6000 sampai 10000(rata-rata 8000) sel darah putih . Dalam kasus leukemia, jumlahnya dapat meningkat hingga 50000 sel per tetes. Di dalam tubuh, leukosit tidak berasosiasi secara ketat dengan organ atau jaringan tertentu, mereka bekerja secara independen seperti organisme sel tunggal. Leukosit mampu bergerak secara bebas dan berinteraksi dan menangkap serpihan seluler,



3



partikel asing, atau mikroorganisme penyusup. Selain itu, leukosit tidak bisa membelah diri atau bereproduksi dengan caramereka sendiri, melainkan mereka adalah produk dari sel punca hematopoietic pluripotent yang ada pada sumsum tulang. Leukosit turunan meliputi: sel NK,selbiang, eosinofil, basofil, dan fagosit termasuk makrofaga, neutrofil, dan sel dendritik. Adabeberapa jenis sel darah putih yang disebut granulosit atau sel polimorfonuklear yaitu: 1.



Basofil.



2.



Eosinofil.



3.



Neutrofil.



dan dua jenis yang lain tanpa granula dalam sitoplasma: 1.



Limfosit



2.



Monosit. (skema pembelahan sel darah putih)



b) Fisiologi sel darah manusia Leukosit adalah sel darah berinti. Di dalam darah manusia, jumlah normal leukosit rata-rata 5000-9000 sel/mm3, bila jumlahnya lebih dari 12000, keadaan ini disebut leukositosis, bila kurang dari 5000 disebut leukopenia. Dilihat dalam mikroskop cahaya maka sel darah putih mempunyai granula spesifik (granulosit), yang dalam keadaan hidup berupa tetesansetengah cair, dalam sitoplasmanya dan mempunyai



bentuk



inti



yang



bervariasi,



yang



tidakmempunyai



granula,



sitoplasmanya homogen dengan inti bentuk bulat atau bentuk ginjal.Terdapat dua jenis leukosit agranuler : limfosit sel kecil, sitoplasma sedikit, monosit sel agak besar mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat tiga jenis leukosir granuler: Neutrofil, Basofil, dan Asidofil (eosinofil) yang dapat dibedakan dengan afinitas granula terhadap zatwarna netral basa dan asam. Granula dianggap spesifik bila ia secara tetap terdapat dalam jenis leukosit tertentu dan pada sebagian besar precursor (pra zatnya). Meski masing-masing jenis sel terdapat dalam sirkulasi darah, leukosit tidak secara acak terlihat dalam eksudat,tetapi tampak sebagai akibat sinyal-sinyal kemotaktik khusus yang timbul dalam berkembangnya proses peradangan. (Effendi, 2003) Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap zat-zat asingan. Ketika viskositas darah meningkat dan aliran lambat,



4



leukosit mengalamimarginasi, yakni bergerak ke arah perifer sepanjang pembuluh darah. Kemudian melekat pada endotel dan melakukan gerakan amuboid. Melalui proses diapedesis, yakni kemampuanleukosit untuk menyesuaikan dgn lubang kecil lekosit, dapat meninggalkan kapiler denganmenerobos antara sel-sel endotel dan menembus kedalam jaringan penyambung. Pergerakanleukosit di daerah intertisial pada jaringan meradang setelah leukosit beremigrasi, ataudisebut kemotaktik terarah oleh sinyal kimia. (Effendi, 2003). Jumlah leukosit per mikroliter darah, pada orang dewasa normal adalah 400011000,waktu lahir 15000-25000, dan menjelang hari ke empat turun sampai 12000, pada usia 4tahun sesuai jumlah normal. Variasi kuantitatif dalam sel-sel darah putih tergantung padausia. waktu lahir, 4 tahun dan pada usia 14 -15 tahun persentase khas dewasa tercapai.(Effendi, 2003). Fungsi sel Darah putih Granulosit dan Monosit mempunyai peranan penting dalam perlindungan badan terhadapmikroorganisme. dengan kemampuannya sebagai fagosit (fago- memakan), merekamemakan  bakteria hidup yang masuk ke sistem peredaran darah. melalui mikroskopadakalanya dapat dijumpai sebanyak 10-20 mikroorganisme tertelan oleh sebutir  granulosit.  pada waktu menjalankan fungsi ini mereka disebut fagosit. dengan kekuatan gerakanamuboidnya ia dapat bergerak bebas didalam dan dapat keluar pembuluh darah dan berjalanmengitari seluruh bagian tubuh. dengan cara ini ia dapat mengepung daerah yang terkenainfeksi atau cidera, menangkap organisme hidup



danmenghancurkannya,



menyingkirkan bahan



lain



seperti



kotoran-



kotoran,serpihan-serpihan dan lainnya, dengan cara yang sama,dan sebagai granulosit memiliki enzim yang dapat memecah protein, yang memungkinkanmerusak jaringan hidup, menghancurkan dan membuangnya. Dengan cara ini jaringan yang sakit atau terluka dapat dibuang dan penyembuhannyadimungkinkan. Sebagai hasil kerja fagositik dari sel darah putih, peradangan dapat dihentikansama sekali. Bila kegiatannya tidak berhasil dengan sempurna, maka dapat terbentuk  nanah.  Nanah beisi "jenazah" dari kawan dan lawan - fagosit yang terbunuh dalam kinerjanyadisebut sel nanah. demikian juga terdapat banyak  kuman yang mati dalam nanah itu danditambah lagi dengan



5



sejumlah besar jaringan yang sudah mencair. dan sel nanah tersebutakan disingkirkan oleh granulosit yang sehat yang bekerja sebagai fagosit.



D. Etiologi Penyebab yang pasti belum diketahui, akan tetapi terdapat faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya leukemia, yaitu : a) Faktor genetik : virus tertentu menyebabkan terjadinya perubahan struktur gen (Tcell Leukemia – Lhymphoma Virus/ HLTV). b) Radiasi & kemoterapi c) Obat-obat imunosupresif, obat-obat kardiogenik seperti diethylstilbestrol. d) Faktor herediter, misalnya pada kembar monozigot. e) Kelainan kromosom, misalnya pada down sindrom. (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177) Leukemia biasanya mengenai sel-sel darah putih. Penyebab dari sebagian besar jenis leukemia tidak diketahui. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) dan bahan kimia tertentu (misalnya benzena) dan pemakaian obat antikanker, meningkatkan resiko terjadinya leukemia. Orang yang memiliki kelainan genetik tertentu (misalnya sindroma Down dan sindroma Fanconi), juga lebih peka terhadap leukemia.



E. Manifestasi Klinis Manifestasi klinik yang sering dijumpai pada penyakit leukemia adalah sebagai berikut : a.



Pilek tidak sembuh-sembuh



b.



Pucat, lesu, mudah terstimulasi



c.



Demam dan anorexia



d.



Berat badan menurun



e.



Ptechiae, memar tanpa sebab



f.



Nyeri pada tulang dan persendian



g.



Nyeri abdomen



h.



Lumphedenopathy



6



i.



Hepatosplenomegaly



j.



Abnormal WBC (Suriadi & Rita Yuliani, 2001 : hal. 177)



F. Komplikasi Leukemia granulositik kronik (LGK) dapat menyebabkan berbagai komplikasi, diantaranya yaitu: 1.



Kelelahan (fatigue). Jika leukosit yang abnormal menekan sel-sel darah merah, maka anemia dapat terjadi. Kelelahan merupakan akibat dari kedaan anemia tersebut. Proses terapi LGK juga dapat meyebabkan penurunan jumlah sel darah merah.



2.



Pendarahan



(bleeding).



Penurunan



jumlah



trombosit



dalam



darah



(trombositopenia) pada keadaan LGK dapat mengganggu proses hemostasis. Keadaan ini dapat menyebabkan pasien mengalami epistaksis, pendarahan dari gusi, ptechiae, dan hematom. 3.



Rasa sakit (pain). Rasa sakit pada LGK dapat timbul dari tulang atau sendi. Keadaan ini disebabkan oleh ekspansi sum-sum tulang dengan leukosit abnormal yang berkembang pesat.



4.



Pembesaran Limpa (splenomegali). Kelebihan sel-sel darah yang diproduksi saat keadaan LGK sebagian berakumulasi di limpa. Hal ini menyebabkan limpa bertambah besar, bahkan beresiko untuk pecah.



5.



Stroke atau clotting yang berlebihan (excess clotting). Beberapa pasien dengan kasus LGK memproduksi trombosit secara berlebihan. Jika tidak dikendalikan, kadar



trombosit



yang



berlebihan



dalam



darah



(trombositosis)



dapat



menyebabkan clot yang abnormal dan mengakibatkan stroke. 6.



Infeksi. Leukosit yang diproduksi saat keadaan LGK adalah abnormal, tidak menjalankan fungsi imun yang seharusnya. Hal ini menyebabkan pasien menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Selain itu pengobatan LGK juga dapat menurunkan kadar leukosit hingga terlalu rendah, sehingga sistem imun tidak efektif.



7.



Kematian.



7



G. Patofisiologi Leukemia mempunyai sifat khas proliferasi tidak teratur atau akumulasi sel darah putih dalam sumsum tulang, menggantikan elemen sumsum tulang normal. Ada dua masalah terkait dengan sel leukemia yaitu adanya overproduksi dari sel darah putih, kedua adanya sel abnormal atau imatur dari sel darah putih, sehingga fungsi dan strukturnya tidak normal. Produksi sel darah putih yang sagat meningkat akan menekan elemen sel darah yang lain seperti penurunan produsi eritrosit mengakibatkan anemia, trombosit menjadi menurun mengakibatan trombositopenia dan leukopenia dimana sel darah putih yang normal menjadi sedikit. Adanya trombositopenia mengakibatkan mudahnya terjadi perdarahan dan keadaan leukopenia menyebabkan mudahnya terjadi infeksi. Sel-sel kanker darah putih juga dapat menginvasi pada sumsum tulang dan periosteum yang daat mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan nyeri tulang. Disamping itu infilrasi keerbagai organ seperti otak, ginjal, hati, limpa, kelenjar limfe menyebabkn pembesaran dan gangguan pada organ terkait.



H. Pemeriksaan Penunjang a) Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya juga menunjukkan normositik, anemia normositik. b) Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml c) Retikulosit : jumlah biasaya rendah d) Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm) e) SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature f)



PTT : memanjang



g) LDH : mungkin meningkat h) Asam urat serum : mungkin meningkat i)



Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik



8



j)



Copper serum : meningkat



k) Zink serum : menurun l)



Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan



m) Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat n) Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum. o) Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis. p) Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang. q) Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik. r)



Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan. (Betz, Cecily L. 2002. hal: 301-302).



I. Penatalaksanaan (Keperawatan dan medis) Penatalaksanaan leukemia ditentukan berdasarkan klasifikasi prognosis dan penyakit penyerta. 1.



Radioterapi dan Kemterapi, dilakukan etika sel leukemia sudah terjadi metastasis.kemoterapi dilakukan juga pada fase induksi remisi yang bertujuan mempertahankan remisi selama mungkin.



2.



Terapi modlitas, untuk mencegah komplikasi, karena adanya pansitopenia, anemia, perdarahan, infeksi. Pemberian antibiotik dan mungkin transfusi dapat diberikan.



3.



Pencegahan terpaparnya mikroorgansme dengan isolasi



4.



Transplantasi sumsum tulang, transplantasi sumsum tulang merupakan alternatif terbaik dalm penanganan leukemia. Terapi ini juga biasa dilakukan pada pasien dengan limphoma, anemia aplastik.



Terdapat tiga fase pelaksanaan keoterapi : a.



Fase induksi Dimulasi 4-6 minggu setelah diagnosa ditegakkan. Pada fase ini diberikan terapi



kortikostreroid (prednison), vincristin dan L-asparaginase. Fase induksi dinyatakan



9



behasil jika tanda-tanda penyakit berkurang atau tidak ada dan dalam sumsum tulang ditemukan jumlah sel muda kurang dari 5%. b.



Fase Profilaksis Sistem saraf pusat Pada fase ini diberikan terapi methotrexate, cytarabine dan hydrocotison melaui



intrathecal untuk mencegah invsi sel leukemia ke otak. Terapi irradiasi kranial dilakukan hanya pada pasien leukemia yang mengalami gangguan sistem saraf pusat. c.



Konsolidasi Pada fase ini kombinasi pengobatan dilakukan unutk mempertahankan remisis



dan mengurangi jumlah sel-sel leukemia yang beredar dalam tubuh. Secara berkala, mingguan atau bulanan dilakukan pemeriksaan darah lengkap untuk menilai respon sumsum tulang terhadap pengobatan. Jika terjadi supresi sumsum tulang, maka pengobatan dihentikan sementara atau dosis obat dikurangi.



10



BAB III ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS PADA PASIEN LEUKIMIA A. Pengkajian Keperawatan Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan, pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien, mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan. (Budi Anna Keliat, 1994) 1.



Identitas pasien Hal-hal yang perlu dikaji pada bagian ini yaitu antara lain: nama, no.rek medis, umur, agama, jenis kelamin, pekerjaan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk, yang mengirim, cara masuk, dan identitas penanggung jawab. Leukemia anak menerang laki-laki dari pada wanita dan menerang pada usia lebih dari 1 tahun khususnya pada orang dewasa. Bisa juga terjadi pada anakanak.. (Wong,2009:1115)



2.



Riwayat kesehatan



a.



Riwayat kesehatan sekarang Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit leukemia klien biasanya lemah, lelah, wajah terlihat pucat, anemis, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak nafas cepat.



b.



Riwayat kesehatan dulu Pada riwayat kesehatan dahulu pada klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak nafas cepat. Dan tandatanda leucotopenia yaitu demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda tromositopenia yaitu ptechiae, purpura, perdarahan membran mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola yaitu limfadenopati, hepatomegali, splenomegali. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal nyeri ( Lawrence,2003).



c.



Riwayat kesehatan keluarga Dari riwayat kesehatan keluarga: adanya keluarga yang mengalami gangguan hematologis serta adanya faktor herediter misal kembar monozigot.



11



3.



Pola persepsi dan penanganan kesehatan Pengkajian biasanya pasien tidak mengetahui tentang status kesehatannya sehingga



perlu



ditanyakan



seperti



merokok,



alkohol,



obat-obatan,



lungkungan, dll. 4.



Pola nutrisi/ metabolisme Pengkajian biasanya didapatkan pasien mengalami pola nutrisi yang menurun karena kehilangan nafsu makan, pasien mengalami anoreksia, mual, muntah, beratbadan menurun.



5.



Pola eliminasi Pengkajian biasanyadidapatkan pasien diare didapatkan nyeri tekan perianal, feses hitam, darah pada urine, penurunan haluaran urine, perdarahan.



6.



Pola aktivitas/latihan Biasanya pasien mengalami keterhambatan aktivitas, kelemahan, malaise, ketidakmampuan melakukan aktivitas biasanya, pasien akan mengurangi aktivitasnya akibat nyeri.



7.



Pola istirahat tidur Biasanya pasien mengalami nyeri dan peningkatan suhu tubuh yang mempengaruhi kebutuhan tidur dan istirahat pasien.



8.



Pola kognitif/ persepsi Biasanya tidak ada masalah terhadap pola kognitif, pasien masih bisa berfikir dan mengambil keputusan jika masalah dan masih bisa menceritakan dengan keluarga.



9.



Pola peran hubungan Pasien mengalami perubahan peran, misalnya sebagai seorang ibu ia tidak dapat menjalankan perannya dan mungkin harus digantikan oleh orang



12



lain. Hubungan dengan sesama juga mengalami perubahan akibat sakit yang dialami.



10. Pola seksualitas /reproduksi Biasanya ditemukan pasien mengalami perubahan libido, perubahan aliran menstruasi, manoragia, impot. 11. Pola persepsi diri/ konsep diri Biasanya ditemukan perubahan persepsi pasien tentang dirinya, merasa cemas dengan sakit yang ia alami, pasien akan merasa cemas dengan anggapan bahwa penyakitnya berbahaya dan mematikan, tidak bisa disembuhkan dan lain-lain. 12. Pola koping/toleransi stress Sebelum dan sejak pasien sakit yang perlu ditanyakan apakah pasien mampu mengontrol dirinya, bertahan menghadapi tekanan lewat sakit yang dirasakan, adakah ketidakmampuan koping terhadap berbagai hal, dan sebagainya. 13. Pola keyakinan Biasanya tidak ada masalah, pasien meyakini kepercayaan yang ada pada dirinya, akan lebih mendekatkan dirinya kepada tuhan dan menganggap bahwa penyakitnya adalah suatu cobaan dari tuhan. 14. Pemeriksaan fisik a.



Tanda-tanda vital suhu



: biasanya meningkat jika pasien mengalami demam



nadi



: biasanya denyut nadi meningkat



tekanan darah



: biasanya menurun



respirasi



: biasanya meningkat ditadai dengan sesak napas



Berat badan



: biasanya pasien mengalami penurunan berat badan



13



b.



Kepala Rambut



: biasanya rambut akan rontok akibat kekurangan zat gizi



Mata Hidung



: biasanya konjungtiva anemis : biasanya terjadi perdarahan akibat rendahnya eritrosit dan



trombosit Mulut



: biasanya mukosa kering dan pucat ,perdarahan gusi, lidah keri



ng, bibir pecah-pecah Telinga



: biasanya telinga simetris, tidak ada benjolan



c.



Leher



: biasanya ada pembesaran tiroid dan kelenjer getang bening



d.



Dada



: I = biasanya bentuk simestris, adanya nafas sesak : P = biasanya tidak ada masa ataupun pembengkakan : P = biasanya irama nafas tidak teratur : A = biasanya ventrikuler



e.



Jantung



: I = biasanya simetris kiri dan kanan : P = biasanya normal tidak ada pembesaran jantung : P = biasanya normal : A = regular



f.



Abdomen



: I = biasanya simetris kiri dan kanan, datar : P = biasanya tidak ada peradangan : P = biasanya ada nyeri tekan : A = biasanya normal atau tympani



g.



Ekstremitas



: Kekuatan otot = biasanya kekuatan otot menurun akibat



kurangnya suplai O² yang dikirim ke otot : Inspeksi = biasanya agak lemah : Palpasi = biasanya nyeri : Vaskular periver = biasanya normal h.



Integumen



: I =biasanya pasien terlihat pucat : P = biasanya CRT>3 detik, kulit membiru



i.



Neurologi



: biasanya terjadi penurunan kesadaran



j.



Payudara



: biasanya normal



k.



Genetalia



: biasanya normal



l.



Rectal



: biasanya terdapat perdarahan luka diarea rectal (jika terjadi



perdarahan)



14



15. Pemeriksaan penunjang a.



Pemeriksaan laboratorium:







Hitung darah lengkap complete blood cell (CBC). Anak dengan CBC kurang dari 10.000/mm3 saat didiagnosis memiliki memiliki prognosis paling baik; jumlah lekosit lebih dari 50.000/mm3 adalah tanda prognosis kurang baik pada anak sembarang umur, hitung darah lengkap biasanya juga menunjukkan normositik, anemia normositik.







Hemoglobulin : dapat kurang dari 10 gr/100ml







Retikulosit : jumlah biasaya rendah







Trombosit : sangat rendah (< 50000/mm)







SDP : mungkin lebih dari 50000/cm dengan peningkatan SDP immature







PTT : memanjang







LDH : mungkin meningkat







Asam urat serum : mungkin meningkat







Muramidase serum : pengikatan pada leukemia monositik akut dan mielomonositik







Copper serum : meningkat







Zink serum : menurun







Foto dada dan biopsi nodus limfe : dapat mengindikasikan derajat keterlibatan







Pungsi lumbal untuk mengkaji keterlibatan susunan saraf pusat







Foto toraks untuk mendeteksi keterlibatan mediastinum.







Aspirasi sumsum tulang. Ditemukannya 25% sel blas memperkuat diagnosis.







Pemindaian tulang atau survei kerangka untuk mengkaji keterlibatan tulang.







Pemindaian ginjal, hati, limpa untuk mengkaji infiltrat leukemik.







Jumlah trombosit menunjukkan kapasitas pembekuan. (Betz, Cecily L. 2002. hal: 301-302).



b.



Pemeriksaan diagnostik Radioterapi



dan



kemterapi,



terapi



modlitas,



15



pencegahan



terpaparnya



mikroorgansme dengan isolasi, transplantasi sumsum tulang.



B. Diagnosa Keperawatan 1.



Resiko infeksi yang berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder: penurunan hemoglobin, leukopenia



2.



Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan imunitas ditandai dengan mengeluh nyeri, gelisah, tidak mampu menuntaskan aktivitas, anoreksia, pola tidur berubah.



3.



Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis ditandai dengan nafsu makan menurun, membran mukosa pucat, diare



C. Intervensi Keperawatan No 1.



Diagnosa Kep



SLKI



SIKI



Resiko



Tingkat infeksi:



Manajemen imunisasi/vaksinasi



infeksi



Kriteria Hasil:



Intervensi:



1.



1. Observasi:



yang berhubunga n



dengan 2.



ketidakade kuatan



Nyeri meningkat



4.



Kadar sel darah putih meningkat



sekunder: penurunan hemoglobi n, leukopenia



Demam meningkat



3.



pertahanan tubuh



Nafsu makan menurun



5.



Kultur darah memburuk



 Identoifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi  Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke pelayanan kesehatan 2. Terapeurik:  Dokumentasikaninformasi vaksinasi  Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat 3. Edukasi  Jelaskan



16



tujuan,manfaat,reaksi yang terjadi,jadwal,dan efek samping 2



Nyeri



Tingkat nyeri



Menajemen Nyeri



kronis



Kriteria Hasil:



Intervensi:



 Kemampuan menentukan aktivitas menurun



1.



berhubunga n dengan gangguan imunitas ditandai dengan mengeluh nyeri, gelisah, tidak mampu menuntask an aktivitas, anoreksia, pola tidur berubah.



 Keluhan nyeri meningjkat  Gelisah meningkat  Anoreksia menurun



Observasi



 Identifikasi lokasi,karakteristik,durasi,fr ekuensi,kualitas,intensitas nyeri.  Identifikasi skala nyeri  Identifikasi respons nyeri nonverbal  Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup



 Nafsu makan menurun



2.



 Perasaan depresi meningkat



 Berikan teknik nonfarmakologis untuk mrngurangi rasa nyeri



 Pola tidur memburuk



 Jelaskan strategi meredakan nyueri;



Terapeutik



 Anjurkan monitor nyeri secara  Ajarkan terknik nonfarmakologis untuk mnegiurangi rasa nyeri 3.



Edukasi



 Jelaskan penyebab,periode dan pemicu nyeri  Anjurkan diet yang di programkan 4.



Kolaborasi



 Kolaborasi pemberian analgetik,jika perlu.



17



3.



Defisit



Status nutrisi:



Manajemen nutrisi



nutrisi



 Kriteria hasil:



Intervensi



berhubunga n



 Diare meningkat dengan



faktor psikologis ditandai dengan nafsu makan menurun, membran mukosa pucat, diare



 Nyeri abdomen meningkat  Berat badan menurun  Nafsu makan menurun Membran mukosa cukup meningkat



1. Observasi  Identifikasi status nutrisi  Identifikasi makanan yang disukai  Monitor asupan makanan  Monitor berat badsan  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium 2. Terapeutik  Fasilitasi menentukan pedoman diet  Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai  Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi  Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein  Berikan suplemen makanan,jika perlu 3. Edukasi  Ajarkan diet yang diprogramkan 4. Kolaborasi  Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlh kalori dan jenis dan jenis nutrisi yang dibutuhkan.



18



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Leukimia atau kanker darah adalah keganasan pada organ pembuatan sel darah, berupa proloferasi patologis sel hemapoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sumsum tulang dalam bentuk sel darah normal dan disertai infiltrasi keorgan-organ lain. Sebab-sebab terjadinya leukimia belum diketahui pasti. Ada kemungkinan proses awal leukimia terjadi karena mutasi salah satu sel yang kemungkinan berproliferasi secara tidak terkendali sebagai penyebab sering dihubungkannya dengan radiasi, zat kimia, gangguan imunologik, virus dan faktor genetik. Sampai saat ini leukimia masih merupakan penyakit yan angka kematiannya masih tinggi. Adanya mediastinal massa dan infiltrasi ke CNS merupakan faktor yang memperburuk perjalanan penyakit ini.



B. Saran Sebagi perawat disarankan untuk memberi dukungan kepada pasien untuk bertahan hidup, dan menganjurkan pasien maupun keluarga untuk tidak putus asa terhadap kemungkinan buruk yang akan terjadi, serta menganjurkan pasien juntuk mengikuti terapi yang dianjurkan. Selain itu juga perawat harus memperhatikan personal hygiene untuk mengurangi dampak yang terjadi pada saat memberikan pelayanan kesehatan pada penderita leukimia maupun penderita kanker lainnya.



19



DAFTAR PUSTAKA Doenges, E. Marilynn, Dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.Penerbit Buku Kedokteran : EGC Anna Budi Keliat, SKp, MSc., 1998, Proses Keperawatan, EGC. Soeparman, Sarwono Waspadji, 2003, Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Dafinisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia: Dafinisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.



20



Lampiran: Maping Faktor eksogen: sinar X, bahan kimia Proloferasi lokal dan sel neoplastik dalam sumsum tulang Akut limfa blastik leukimia Plorifelasi sel darah putih imatur



Pansitopeni



Imunosupresi pada sumsum



Imunodefisiensi



tulang



Infeksi meningkat



Nyeri kronis Lekopeni Hipetermi



Entropeni Agrofolosi Tosis



Trombositopeni



HB Infeksi



Resiko infeksi Pendarahan



Suplai O² dalam darah meningkat Jaringan