KEL. 9 Sistem Urinaria [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SISTEM URINARIA Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan Dosen pengampu : Desi Kartikasari, M.Si.



Disusun Oleh Kelompok 8: Rinda Nurdianti



(12208183033)



Dewi Iftahun N. A.



(12208183038)



Jayus Syarifudin



(12208183040)



Binti Ngafifah



(12208183110)



PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI 6B FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG JUNI 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah ini membahas mengenai “Sistem Urinaria pada Manusia”. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah “Anatomi dan Fisiologi Manusia”. Kami juga berharap semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Kiranya dalam penulisan ini, kami menghadapi cukup banyak rintangan dan selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tak lupa kami ucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu yaitu : 1. Dr. Maftukhin, M.Ag.selaku rektor Tulungagung. 2. Desi Kartikasari, M.Si. selaku dosen pengampu. 3. Dan semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan yang tidak dapat disebutkan satu-satu, kami ucapkan terima kasih. Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat memberi manfaat bagi pembaca . Tulungagung, Juni 2021



Penulis



1



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1 DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 2 BAB I .................................................................................................................................. 3 PENDAHULUAN ............................................................................................................... 3 Latar Belakang ....................................................................................................... 3



A. a.



Rumusan Masalah .............................................................................................. 3



b.



Tujuan ................................................................................................................. 4



BAB II ................................................................................................................................. 5 PEMBAHASAN .................................................................................................................. 5 Struktur Unit Fungsional Ginjal ............................................................................ 5



A. A.



Pengertian Sistem Urinaria ................................................................................ 5



B.



Susunan Perkemihan .......................................................................................... 5



B.



Mekanisme Fisiologi Ginjal .................................................................................. 16



C.



Gangguan yang Terjadi pada Sistem Urinaria .................................................... 18



BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 27 A.



Kesimpulan ........................................................................................................... 27



B.



Saran ..................................................................................................................... 27



DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 29



2



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem urinaria pada tubuh terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter yang membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih sebagai penampungan sementara; dan urethra yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium urethra eksterna. Sistem urin tersusun atas ginjal, ureter, vesica urinaria, dan urethra. Berfungsi membantu terciptanya homeostasis dan pengeluaran sisa-sisa metabolisme. Ginjal selain berfungsi sebagai alat ekskresi juga berperan menghasilkan hormon seperti: renin-angiotensin, erythropoetin, dan mengubah provitamin D menjadi bentuk aktif (vit.D). Ginjal merupakan organ sistem urinaria yang terletak disebelah kanan dan kiri tulang belakang di luar rongga peritonium. Setiap ginjal mempunyai panjang 6 sampai 7,5 cm, dan tebal 1,5 sampai 2,5 cm. Pada orang dewasa beratnya kirakira 140 gr. Ginjal terdiri atas struktur halus kurang lebih 1 juta nefron pada setiap ginjal. Ginjal berbentuk seperti buah kacang buncis pada beberapa spesies hewan Mammalia. Paling luar diselubungi oleh jaringan ikat tipis yang disebut kapsula renalis. Bagian ginjal yang membentuk cekungan disebut hilum. Pada hilum terdapat bundel saraf, arteri renalis, vena renalis, dan ureter. Ginjal dapat dibedakan menjadi bagian korteks yakni lapisan sebelah luar warnanya coklat agak terang dan medulla yaitu lapisan sebelah dalam warnanya agak gelap. Pada korteks renalis banyak dijumpai corpusculum renalis Malphigi, capsula Bowmani yang terpulas gelap, sedangkan pada medulla banyak dijumpai loop of Henle. a. Rumusan Masalah 1. Bagaima struktur unit fungsional ginjal? 2. Bagaimana mekanisme fisiologis ginjal? 3. Bagaimana gangguan yang terjadi pada sistem urinaria?



3



b. Tujuan 1. Untuk mendeskripsikan struktur unit fungsional ginjal? 2. Untuk menjelaskan mekanisme fisiologis ginjal? 3. Untuk menunjukkan gangguan yang terjadi pada sistem urinaria?



4



BAB II PEMBAHASAN A. Struktur Unit Fungsional Ginjal A. Pengertian Sistem Urinaria Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem perkemihan atau biasa juga disebut Urinary System adalah suatu system kerjasama tubuh yang memiliki tujuan utama mempertahankan keseimbangan internal atau Homeostatis. Fungsi lainnya adalah untuk membuang produk-produk yang tidak dibutuhkan oleh tubuh dan bayak fungsi lainnya yang akan dijelaskan kemudian. 1 B. Susunan Perkemihan 1. Ginjal Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium, di depan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar transversus abdominalis, kuadratus lumborum dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Disebelah posterior dilindungi oleh kosta dan otot-otot yang meliputi kosta, sedangkan dianterior dilindungi oleh



bantaan



usus



yang



tebal.



Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan beratnya antara 120-150 gram. Ukurannya tidak berbeda menurut bentuk dan ukuran tubuh. 95 % orang dewasa memiliki jarak antara katup ginjal antara 11-15 cm. Perbedaan panjang dari kedua ginjal lebih dari 1,5 cm atau perubahan bentuk merupakan tanda yang penting karena kebanyakan



1



Wonodirekso S dan Tambajong J (editor),Sistem urinaria dalam Buku Ajar Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V, Jakart:EGCa, hal 427-450



5



penyakit ginjal dimanifestasikan dengan perubahan struktur. Permukaan anterior dan posterior katup atas dan bawah serta pinggir lateral ginjal berbentuk konveks sedangkan pinggir medialnya berbentuk konkaf karena adanya hilus. Ada beberapa struktur yang masuk atau keluar dari ginjal melalui hilus antara lain arteri dan vena renalis, saraf dan pembuluh getah bening. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula tribosa tipis mengkilat, yang berikatan longgar dengan jaringan dibawahnya dan dapat dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal.



a. Bagian – Bagian Ginjal Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka aka tampak bahwa ginjal terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian rongga ginjal (pelvis renalis).



1. Kulit Ginjal (Korteks) Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah yang disebut nefron. Pada tempat penyarinagn darah ini banyak mengandung kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus dengan simpai bownman disebut badan malphigi Penyaringan darah



6



terjadi pada badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang terlarut dalam darah akan masuk kedalam simpai



bownman.



Dari



sini



maka zat – zat tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman yang terdapat di dalam sumsum ginjal. 2. Sumsum Ginjal (Medula) Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris







garis



karena



terdiri



atas



berkas



saluran



paralel (tubuli dan duktus koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami berbagai proses. 3. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis) Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung



menutupi papila renis dari piramid. Kliks minor ini



menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung kemih (vesikula urinaria).



b. . Fungsi Ginjal



7



Ginjal berfungsi sebagai berikut : 1. Mengatur volume air (cairan) dalam tubuh .Kelebihan air dalam tubuh akan dieksresikan oleh ginjal sebagai urine (kemih) yang encer dalam jumlah besar, kekurangan air (kelebihan keringat) menyebabkan urine yang di eksresi berkurang dan konsentrasinya lebih pekat sehingga susunan dan volume cairan tubuh dapat dipertahankan relative normal. 2. Mengatur keseimbangan osmotic dan mempertahankan keseimbangan



ion



(keseimbangan



yang



optimal



elektrolit).



dalam Bila



plasma terjadi



pemasukan/pengeluaran yang abnormal ion – ion akibat pemasukan garam yang berlebihan / penyakit perdarahan (diare , muntah) ginjal akan meningkatkan eksresi ion – ion yangpenting (mis. Na , K , Cl , Ca dan fosfat) 3. Mengatur keseimbangan asam basa cairan tubuh bergantung pada apa yang dimakan, campuran makanan menghasilkan urine yang bersifat agak asam , pH kurang dari 6 ini disebabkan hasil akhir metabolisme protein . Apabila banyak makan sayur – sayuran , urine akan bersifat basa. pH urine bervariasi antara 4 , 8 – 8,2 . Ginjal menyekreksi urine sesuai dengan perubahan pH darah. 4. Eksresi sisa hasil metabolisme (ureum, asam urat, kreatinin) zat – zat toksik, obat–obatan, hasil metabolisme hemoglobin dan bahan kimia asing (pestisida). 5. Fungsi hormonal dan metabolisme. Ginjal menyekresi hormone renin yang mempunyai peranan penting mengatur tekanan darah (system renin angiotensin aldesteron) membentuk eritropoiesis mempunyai peranan penting untuk memproses pembentukan sel darah merah (eritropoiesis ).



8



c. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal



Peredaran Darah Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan glomerolus dan dikelilingi leh alat yang disebut dengan simpai bowman, didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapilerdarah yang meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.



9



Aorta abdominalis → ginjal ↓ Arteria renalis ↓ Arteri arkuata ↓ Arteria interlobaris → glomerulus → simpai bowmen → vena renalis → vena kava inferior 1. Persyarafan Ginjal Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf inibarjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal (kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan senuah kelenjar buntu yang menghasilkan 2 (dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn kortison. Persarafan ginjal : Ginjal mendapat persarafan dari fleksus renalis (vasomotor).



10



A. Nefrom



Unit fungsional ginjal adalah nefron. Pada manusia setiap ginjal mengandung 1-1,5 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi yang sama. Dapat dibedakan dua jenis nefron:



1. Nefron kortikalis yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian luar dari korteks dengan lingkungan henle yang pendek dan tetap berada pada korteks atau mengadakan penetrasi hanya sampai ke zona luar dari medula.



2. Nefron juxtamedullaris yaitu nefron yang glomerulinya terletak pada bagian dalam dari korteks dekat dengan cortex-medulla dengan lengkung henle yang panjang dan turun jauh ke dalam zona dalam dari medula, sebelum berbalik dan kembali ke cortex. Bagian-bagian nefron: a. Glomerolus Suatu jaringan kapiler berbentuk bola yang berasal dari arteriol afferent yang kemudian bersatu menuju arteriol efferent, Berfungsi sebagai tempat filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut dari darah yang melewatinya. b. Kapsula Bowman 11



Bagian dari tubulus yang melingkupi glomerolus untuk mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler glomerolus. c. Tubulus, terbagi menjadi 3 yaitu: 1. Tubulus Kontortus Proksimal Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran yang lurus di medula ginjal (pars desendens Ansa Henle). Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid dengan batas-batas yang sukar dilihat. Inti sel bulat, bundar,



biru



dan



biasanya



terletak agak berjauhan satu sama lain. Sitoplasmanya bewarna asidofili (kemerahan). Permukaan sel yang menghadap ke lumen mempunyai paras sikat (brush border). Tubulus ini terletak



di



korteks



ginjal.



Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat glomerulus 80-85 persen dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa natrium. Glukosa, asam amino dan protein seperti bikarbonat, akan diresorpsi. 2. Ansa Henle (lengkung henle) Ansa henle terbagi atas 3 bagian yaitu bagian tebal turun (pars asendens), bagian tipis (segmen tipis) dan bagian tebal naik (pars asendens). Segmen tebal turun mempunyai gambaran mirip dengan tubulus kontortus proksimal, sedangkan segmen tebal naik mempunyai gambaran mirip tubulus kontortus



distal.



Segmen



tipis



ansa



henle



mempunyai tampilan mirip pembuluh kapiler darah, tetapi epitelnya sekalipun hanya terdiri atas selapis sel gepeng, sedikit lebih tebal sehingga sitoplasmanya lebih jelas terlihat. Selain itu lumennya tampak kosong. Ansa henle terletak di medula ginjal. Fungsi



ansa



henle



mengencerkan urin.



12



adalah



untuk



memekatkan



atau



3. Tubulus kontortus distal Tubulus kontortus distal berjalan berkelok-kelok. Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid dengan batas antar sel yang lebih jelas dibandingkan tubulus kontortus proksimal. Inti sel bundar dan bewarna biru. Jarak antar inti sel berdekatan. Sitoplasma sel bewarna basofil (kebiruan) dan permukaan sel yang mengahadap lumen tidak mempunyai paras sikat. Bagian ini terletak di korteks ginjal. Fungsi bagian ini juga berperan dalam pemekatan urin. 2 B. Ureter



Secara histologik ureter terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan adventisia. Lapisan mukosa terdiri atas epitel transisional yang disokong oleh lamina propria. Epitel transisional ini terdiri atas 4-5 lapis sel. Sel permukaan bervariasi dalam hal bentuk mulai dari kuboid (bila kandung kemih kosong atau tidak teregang) sampai gepeng (bila kandung kemih dalam keadaan



2



Young, B., Heath, J.W., Urinary Sistem in Wheater’s Functional Histology: A text and colour atlas, 4th edition, (Edinburgh, London: Churchil Livingstone, 2000) pp. 286-309.



13



penuh/teregang). Sel-sel permukaan ini mempunyai batas konveks (cekung) pada lumen dan dapat berinti dua. Sel-sel permukaan ini dikenal sebagai sel payung. Lamina propria terdiri atas jaringan fibrosa yang relatif padat dengan banyak serat



elastin. Lumen pada potongan melintang tampak berbentuk



bintang yang disebabkan adanya lipatan mukosa yang memanjang. Lipatan ini terjadi akibat longgarnya lapis luar lamina propria, adanya jaringan elastin dan muskularis. Lipatan ini akan menghilang bila ureter diregangkan. Lapisan muskularisnya terdiri atas atas serat otot polos longitudinal disebelah dalam dan sirkular di sebelah luar (berlawan dengan susunan otot polos di saluran cerna). Lapisan adventisia atau serosa terdiri atas lapisan jaringan ikat fibroelsatin. Fungsi ureter adalah meneruskan urin yang diproduksi oleh ginjal ke dalam kandung kemih. Bila ada batu disaluran ini akan menggesek lapisan mukosa dan merangsang reseptor saraf sensoris sehingga akan timbul rasa nyeri yang amat



sangat



dan



menyebabkan



penderita batu ureter akan berguling-gulung, keadaan ini dikenal sebagai kolik ureter.



C. Kandung kemih



Kandung kemih terdiri atas lapisan mukosa, muskularis dan serosa/adventisia. Mukosanya dilapisi oleh epitel transisional yang lebih tebal dibandingkan ureter



(terdiri



14



atas 6-8 lapis sel) dengan jaringan ikat longgar yang membentuk lamina propria dibawahnya. Tunika muskularisnya terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yang tersusun berlapis-lapis yang arahnya tampak tak membentuk aturan tertentu. Di antara berkas-berkas ini terdapat jaringan ikat longgar. Tunika adventisianya terdiri atas jaringan fibroelastik. Fungsi kandung kemih adalah menampung urin yang akan dikeluarkan kedunia luar melalui uretra



D. Uretra



Panjang uretra pria (Gb-16) antara 15-20 cm dan untuk keperluan deskriptif terbagi atas 3 bagian yaitu: A. Pars Prostatika, yaitu bagian uretra mulai dari muara uretra pada kandung kemih hingga bagian yang menembus kelenjar prostat. Pada bagian ini bermuara 2 saluran yaitu duktus ejakulatorius dan saluran keluar kelenjar prostat.



15



B. Pars membranasea yaitu bagian yang berjalan dari puncak prostat di antara otot rangka pelvis menembus membran perineal dan berakhir pada bulbus korpus kavernosus uretra. C. Pars kavernosa atau spongiosa yaitu bagian uretra yang menembus korpus kavernosum dan bermuara pada glands penis. Epitel uretra bervariasi dari transisional di uretra pars prostatika, lalu pada bagian lain berubah menjadi epitel berlapis atau bertingkat silindris dan akhirnya epitel gepeng berlapis pada ujung uretra pars kavernosa yang melebar yaitu di fosa navikularis. Terdapat sedikit sel goblet penghasil mukus. Di bawah epitel terdapat lamina propria terdiri atas jaringan ikat fibro-elastis longgar. Pada wanita uretra jauh lebih pendek karena hanya 4 cm panjangnya. Epitelnya bervarias dari transisional di dekat muara kandung kemih,



lalu



berlapis



silindris



atau



bertingkat hingga berlapis gepeng di bagian ujungnya. Muskularisnya terdiri atas 2 lapisan otot polos tersusun serupa dengan ureter.3



B. Mekanisme Fisiologi Ginjal Ginjal adalah organ penting yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam dalam darah, pengatur keseimbangan asam basa darah dan pengatur eksresi bahan buangan atau kelebihan garam . Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian glomerulus sebagai penyaring cairan. Cairan yang tersaring kemudian mengalir melalui tubulus renalis yang sel – selnya menyerap semua bahan yang dibutuhkan Ginjal memerankan berbagai fungsi tubuh yang sangat penting bagi kehidupan, yakni menyaring (filtrasi) sisa hasil metabolisme dan toksin dari darah serta mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit yang kemudian dibuang melalui urine. Pembentukan urin adalah fungsi ginjal yang paling esensial dalam mempertahankan homeostatis tubuh.



3



Sloane, Ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. (Penerbit Buku Kedokteran. EGC: Jakarta, 2003), hlm 5-20



16



Pada orang dewasa sehat, kurang lebih 1200 ml darah, atau 25% cardiac output, mengalir ke kedua ginjal. Pada keadaan tertentu, aliran darah ke ginjal dapat meningkat hingga 30% (pada saat latihan fisik) dan menurun hingga 12% dari cardiac output. Proses pembentukan urine yang pertama terjadi adalah filtrasi, yaitu penyaringan darah yang mengalir melalui arteria aferen menuju kapiler glomerulus yang dibungkus kapsula bowman untuk menjadi filtrat glomerulus yang berisi zat-zat ekskresi. Kapiler glomerulus tersusun atas sel endotel, membrana basalis dan sel epitel. Kapiler glomeruli berdinding porous (berlubang-lubang), yang memungkinkan terjadinya filtrasi cairan dalam jumlah besar (± 180 L/hari). Molekul yang berukuran kecil (air, elektrolit, dan sisa metabolisme tubuh, di antaranya kreatinin dan ureum) akan difiltrasi dari darah, sedangkan molekul berukuran lebih besar (protein dan sel darah) tetap tertahan di dalam darah. Oleh karena itu, komposisi cairan filtrat yang berada di kapsul Bowman, mirip dengan yang ada di dalam plasma, hanya saja cairan ini tidak mengandung protein dan sel darah. Volume cairan yang difiltrasi oleh glomerulus setiap satuan waktu disebut sebagai rerata filtrasi glomerulus atau Glomerular Filtration Rate (GFR). Slanjutnya cairan filtrat akan direabsorbsi dan beberapa elektrolit akan mengalami sekresi di tubulus ginjal, yang kemudian menghasilkan urine yang akan disalurkan melalui duktus koligentes. Proses dari reabsorbsi filtrat di tubulus proksimal, ansa henle, dan sekresi di tubulus distal terus berlangsung hingga terbentuk filtrat tubuli yang dialirkan ke kalises hingga pelvis ginjal. Ginjal merupakan alat tubuh yang strukturnya amat rumit, berperan penting dalam pengelolaan berbagai faal utama tubuh4. Beberapa fungsi ginjal:



4



1.



Regulasi volume dan osmolalitas cairan tubuh.



2.



Regulasi keseimbangan elektrolit.



M Martono, Fisiologi Ginjal. Jurnal Ners Vol. 9 No. 1 , 2014, Hlm 43–48



17



3.



Regulasi keseimbangan asam basa.



4.



Ekskresi produk metabolit dan substansi asing.



5.



Fungsi endokrin (Partisipasi dalam eritropoiesis dan Pengatur tekanan arteri).



6.



Pengaturan produksi 1,25-dihidroksi vitamin D3.



7.



Sintesa glukosa.



C. Gangguan yang Terjadi pada Sistem Urinaria 1. Uremia



Gambar: Ginjal stadium akhir



Uremia adalah keadaan toksik yang disebabkan gagal ginjal. Hal ini terjadi bila fungsi ginjal tidak dapat membuang urea keluar dari tubuh sehingga urea menumpuk dalam darah karena ginjal tidak dapat bekerja secara efektif. Gejala-gejalanya termasuk mual, muntah, kehilangan nafsu makan, lemah, dan kebingungan mental 2. Batu Ginjal



Gambar: Batu Ginjal



18



Penyakit batu ginjal atau nefrolitiasis adalah suatu kondisi ketika material keras yang menyerupai batu terbentuk di dalam ginjal. Material tersebut berasal dari sisa zat-zat limbah di dalam darah yang di saring oleh ginjal yang kemudia mengendap dan mengkristal seiring waktu. Pada sebagian besar kasus, penyakit batu ginjal dialami oleh orangorang yang berusia 30-60 tahun. Diperkirakan 10 persen wanita dan 15 persen pria pernah mengalami kondisi ini selama hidup mereka. Endapan batu di dalam ginjal bisa disebabkan oleh makanan atau masalah kesehatan lain yang mendasari. Berdasarkan jenisnya, batu ginjal dibagi menjadi empat, yaitu batu kalsium, batu asam urat, batu struvit, dan batu sistin. 3. Nefritis



Gambar: Ginjal Penderita Nefritis



Nefritis adalah kerusakan pada bagian glomerulus ginjal akibat infeksi kuman umumnya bakteri streptococcus. Akibat nefritis ini seseorang akan menderita uremia atau edema. Uremia adalah masuknya kembali urine (C3H4O3) dan urea ke dalam pembuluh darah sedangkan edema adalah air di kaki karena terganggunya reabsorpsi air. Nefritis akut banyak diderita oleh anak-anak dan reamaja yang disebabkan oleh infeksi penyakit menular. Sedangkan nefritis kronis yang diterima oleh orang tua ditandai dengan tekanan darah tinggi dan pengerasan pembuluh darah ginjal. Penyebab peradangan ginjal biasanya disebabkan oleh 19



infeksi, seperti yang terjadi pada pielonefrtitis atau suatu reaksi kekebalan yang keliru dan melukai ginjal. Suatu reaksi kekebalan yang abnormal bisa terjadi melalui 2 cara: 



Suatu antibody dapat menyerang ginjalnya sendiri atau suatu antigen (zat yang merangsang reaksi kekebalan) menempel pada ginjal.







Antigen dan antibody bergabung di bagian tubuh yang lain dan kemudian menempel pada sel-sel di dalam ginjal. Gejala tanda-tanda dari nefritis adalah hematuria (darah di dalam air kemih), proteinuria (protein di dalam air kemih) dan kerusakan fungsi hati, yang tergantung kepada jenis, lokasi dan beratnya reaksi kekebalan.



4. Diabetes Melitus Diabetes mellitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi yang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin atau keduanya. Tubuh pasien dengan diabetes mellitus tidak dapat memproduksi atau tidak dapat merespon hormone insulin yang dihasilkan oleh organ pancreas, sehingga kadar gula darah meningkat dan dapat menyebabkan komplikasi jangka pendek maupun jangka panjang pada pasien tersebut. Diabetes mellitus (DM) dibagi menjadi beberapa tipe DM tipe 1 biasanya menimbulkan gejala sebelum usia pasien 30 tahun, walaupun gejala dapat muncul kapan saja. Pasien DM tipe 1 memerlukan insulin dai luar tubuhnya untuk kelangsungan hidupnya. DM tipe II biasanya dialami saat pasien berusia 30 tahun atau lebih, dan pasien tidak tergantung dengan insulin dari luar tubuh, kecuali pada keadaan-keadaan tertentu. Tipe DM lainnya adalah DM gestastonal, yakni DM yang terjadi pada ibu hamil, yang disebabkan oleh gangguan toleransi pada pasien tersebut. Saat ini jumlah pasien DM tipe II semakin meningkat, dikarenakan pola hidup yang semakin tidak sehat, misalnya kurang aktivitas fisik serta pola



20



makan yang tidak sehat. Faktor risiko umum DM tipe II antara lain: genetik, lingkungan, usia tua, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, riwayat DM gestasional, serta rasa tau etnis tertentu. 5. Hematuria Hematuria adalah penyakit yang ditandai dengan adanya sel darah merah pada urine. Penyebab hematuria adalah terdapat peradangan pada organ ginjal yang timbul akibat terjadi gesekan dengan batu ginjal. Hematuria juga dapat disebabkan oleh adanya kelainan pada glomerulus atau terdapat tumor pada



saluran



kemih.



Cara



mengobati



hematuria



adalah



dengan



menyembuhkan penyakit yang menyebabkannya. 6. Pyelonephritis



Gambar: Ginjal Normal dan Ginjal penderita Pyelonephritis



Infeksi ginjal (pyelonephritis) adalah jenis infeksi saluran urin spesifik yang umumnya dimulai dari uretra atau kandung kemih dan menjalar ke ginjal. Infeksi ginjal membutuhkan perhatian medis segera. Jika tidak diobati secara benar, infeksi ginjal dapat merusak ginjal secara permanen atau menybar ke aliran darah dan menyebabkan infeksi yang mengancam jiwa. Pengobatan infeksi ginjal biasanya terdiri dari antibiotic dan sseringkali membutuhkan rawat inap.



21



7. Sindrom Nefrotik



Gambar: Ginjal Sindrom Nefrotik



Sindrom nefrotik adalah kelainan ginjal ketika ginjal mengeluarkan terlalu banyak protein dalam urin yang keluar dari dalam tubuh. Setiap ginjal mengandung 1 juta saringan untuk membersikan darah beracun. Ginjal yang sehat akan menyimpan zat penting bernama protein di dalam darah. Tubuh memerlukan protein untuk tumbuh dan memperbaiki diri sendiri. Dengan sindrom ini, ginjal membuang protein dan zat sampah lainnya selama buang air kecil. Sindrom nefrotik menyebabkan pembengkakan (edema), terutama pada kaki dan pergelangan kaki serta meningkatkan risiko masalah kesehatan lainnya. Penyakit ini dapat muncul pada semua golongan umur. Namun, anakanak paling sering terkena penyakit ini. Kita dapat membatasi peluang terkena penyakit dengan mengurangi faktor risiko. 8. Anuria



Gambar: Ginjal Penderita Anuria



22



Merupakan kegagalan ginjal dalam memproduksi urin. Anuria diakibatkan oleh kurangnya tekanan untuk melakukan filtrasi darah dalam ginjal. Penyakit anuria juga bisa muncul akibat radang di glomerulus, yakni organ penyaring darah pada ginjal. Penyempitan arterial efferent oleh hormon epinifrin dan radang menjadi penyebab utama terjadinya penyakit ini. Sebagai akibat terjadinya penyakit anuria pada ginjal, maka akan timbul gangguan keseimbangan di dalam tubuh. Misalnya, penumpukan cairan, elektrolit, dan sisa-sisa metabolism tubuh yang seharusnya keluar bersama urine. Kegagalan manfaat ginjal, yang bisa mempunyai pemicu ganda terhitung obat-obatan atau racun (contohnya, antibeku), diabetes, tekanan darah tinggi. Batu atau tumor dalam saluran kemih juga bisa mengakibatkan obstruksi dengan menciptakan untuk aliran urin. Kalsium darah yang tinggi, oksalat, atau asam urat, bisa berkontribusi pada risiko pembentukan batu. Pada lelaki, kelenjar prostat membesar yaitu pemicu umum dari penyakit anuria obstruktif. Penyakit anuria akut, dimana penurunan produktif urin berlangsung dengan cepat, umumnya adalah sinyal obstruksi atau gagal ginjal akut. Gagal ginjal akut bisa dikarenakan oleh faktor-faktor yang tidak terkait dengan ginjal, layaknya gagal jantung, infeksi, serta situasi lain yang mengakibatkan ginjal dapat kekurangan aliran darah. 9. Glomerulonefritis Glomerulonefritis adalah salah satu jenis penyakit ginjal berupa kerusakan yang terjadi pada glomeruli. Glomeruli adalah penyaring kecil di dalam ginjal yang berfungsi membuang cairan berlebih, elektrolit, dan sampah dari aliran darah. Kerusakan ini akan menyebabkan terbuangnya darah serta protein melalui urine



23



Kondisi Glomerulonefritis pada masing-masing penderita bisa berbedabeda. Ada yang mengalaminya dalam waktu singkat (akut) da nada yang jangka panjang (kronis). Penyakit ini jga bisa berkembang pesat sehingga mengakibatkan kerusakan ginjal dalam beberapa minggu atau bulan. Glomerulonefritis jarang menyebabkan gejala yang spesifik. Tetapi jika bertambah parah, kondisi in ibis memicu munculnya darah pada urine. Beberapa indikasi lain yang mungkin menyertai gejala utama tersebut meliputi: 



Urine yang berbuih







Hipertensi







Pembengkakan pada wajah, tangan ,kaki, dan perut







Kelelahan karema anemia atau gagal ginjal



10. Albuminuria Albuminuria adalah penyakit yang ditandai dengan adanya protein albumin di dalam urine. Penyebab albuminuria adalah terjadi kerusakan pada glomerulus sehingga partikel besar seperti albumin bisa lolos. Kerusakan tersebut bisa terjadi karena terdapat luka di glomerulus, iritasi akibat logam berat, dan bakteri. Cara mencegah albuminuria adalah dengan mengonsumsi makanan dengan jumlah zat gizi seimbang dan minum air 8 gelas setiap hari. Cara mengobati albuminuria adalah dengan melakukan cangkok ginjal.



24



11. Gagal Ginjal



Gambar: Ginjal Normal dan Gagal Ginjal



Gagal ginjal akut merupakan istilah untuk kondisi di mana ginjal seseorang mengalami kerusakan secara mendadak, sehingga tidak bisa berfungsi. Gagal ginjal akut terjadi ketika ginjal tiba-tiba tidak bisa menyaring limbah kimiawi dari darah yang bisa memicu penumpukan atau penimbunan limbah tersebut di dalam tubuh. Penumpukan limbah kimia dan garam dalam tubuh bisa menghentikan orang lain untuk berfungsi dengan benar. Biasanya, gagal ginjal akut terjadi sebagai komplikasi dari penyakit serius lainnya. Penyakit ginjal seperti ini umumnya diidap oleh lansia atau pasien perawatan intensif di rumah sakit. Sedangkan penyakit ginjal kronis atau yang lebih dikenal di masyarakat dengan istilah gagal ginjal kronis (GGK) adalah kondisi saaat fungsi ginjal mulai menurun secara bertahap. Indonesia Renal Registry mendefinisikan gagal ginjal kronis sebagai kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan jaringan, komposisi darah dan urine atau tes pencitraan ginjal, yang dialami lebih dari tiga bulan. Status GGK berubah menjadi gagal ginjal tahap akhir (End-Stage Renal Disease/ESRD) ketika ginjal tidak lagi berfungsi. Pada stadium ini biasanya telah terjadi penumpukan limbah tubuh, cairan, dan elektrolit yang bisa membahayakan tubuh jika tanpa dilakukan penyaringan buatan (dialysis/cuci darah) atau transplantasi ginjal.



25



12. Polisistik Polisistik adalah pnyakit yang ditandai dengan kerusakan saluran ginjal yang menyebabkan munculnya kista (pertumbuhan sel abnormal berbentuk seperti benjolan) di sepanjang saluran ginjal sehingga nefron menjadi rusak. Penyakit ini dapat berkembang menjadi gagal ginjal pada usia empat puluh tahun ke atas. Polisistik umumnya disebabkan oleh faktor keturunan. Cara mengatasi polisistik adalah dengan diet, obat, atau infus. 5



5



Arjentinia Yudhi, Penyakit Sistem Urinaria, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana



26



BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Sistem urin tersusun atas ginjal, ureter, vesica urinaria, dan urethra. Berfungsi membantu terciptanya homeostasis dan pengeluaran sisa-sisa metabolisme. Sistem urinaria pada tubuh terdiri dari dua ginjal yang memproduksi urine, dua ureter yang membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih sebagai penampungan sementara; dan urethra yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium urethra eksterna. Ginjal terletak dibagian belakang abdomen atas, dibelakang peritonium, di depan dua kosta terakhir dan tiga otot-otot besar transversus abdominalis, kuadratus lumborum dan psoas mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal. Disebelah posterior dilindungi oleh kosta dan otototot yang meliputi kosta, sedangkan dianterior dilindungi oleh bantaan usus yang tebal. Proses pembentukan urine yang pertama terjadi adalah filtrasi, yaitu penyaringan darah yang mengalir melalui arteria aferen menuju kapiler glomerulus yang dibungkus kapsula bowman untuk menjadi filtrat glomerulus yang berisi zatzat ekskresi. Ada beberapa macam gangguan pada ginjal yang dapat menyerang tubuh manusia, dari yang kategori sedang sampai kronik seperti batu ginjal, albuminuria, uremia, hematuria dan lain-lain.



B. Saran Dengan disusunnya makalah ini, tentunya kami berharap pembaca dapat memahami isi dari makalah ini.Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena sumber referensi terbatas. Dan kami berharap mendapat saran dan masukan dari pembaca, demi memperbaiki dan melengkapi



27



makalah ini agar tidak terjadi kesalahfahaman mengenai apa yang telah kami jelaskan di dalam makalah ini.



28



DAFTAR PUSTAKA



Arjentinia Yudhi, Penyakit Sistem Urinaria, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana M Martono. 2014. Fisiologi Ginjal. Jurnal Ners Vol. 9 No. 1. Sloane, Ethel. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. 2003. Penerbit buku kedokteran. EGC: Jakarta Wonodirekso S dan Tambajong J (editor).1990. Sistem urinaria dalam Buku Ajar Histologi Leeson and Leeson (terjemahan), Edisi V. EGC:Jakarta. Young, B., Heath, J.W. 2000. Urinary Sistem in Wheater’s Functional Histology: A text and colour atlas, 4th edition. Churchill Livingstone: Edinburgh, London.



29



REVIEW JURNAL ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA JURNAL



e-Jurnal Keperawatan (e-Kp)



JUDUL



PERBANDINGAN



KUALITAS



HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK



DENGAN



COMORBID



FAKTOR DIABETES MELITUS DAN HIPERTENSI



DI



RUANGAN



HEMODIALISA VOLUMEN DAN HALAMAN



Volume 5 Nomor 2



PENULIS



Gresty N M Masi Rina Kundre



TAHUN



2018



REVIEWER



Kelompok 9 ANFISMAN



Abstrak



Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang menyebabkan fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak mampu melakukan fungsinya dengan baik. Kualitas hidup merupakan suatu model konseptual



yang



bertujuan



untuk



menggambarkan perspektif klien dengan berbagai macam istilah. Dengan demikian pengertian kualitas hidup ini akan berbeda bagi orang sakit dan orang sehat.Tujuan penelitian



ini



Mengetahui perbandingan



kualitas hidup pasien dengan gagal ginjal



30



kronik dengan comorbid faktor diabetes melitus



dan



hipertensi



di



ruangan



Hemodialisis RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Metode penelitian yang digunakan yaitu observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini yaitu sampling jenuh dengan jumlah 60 sampel. Pengolahan data menggunakan program computer dengan menggunakan uji chi-square dengan tingkat kemaknaan 95% ( α = 0,05). Hasil penelitian menunjukan jumlah responden gagal ginjal kronik dengan comorbid hipertensi yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 29 responden (96,7%) dan yang memiliki kualitas hidup buruk sebanyak 1 responden (3,3%). Sedangkan untuk pasien gagal ginjal kronik dengan comorbid diabetes melitus yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 13 responden (43,4%) dan yang memiliki kualitas hidup buruk sebanyak 17 responden (56,7%) dan didapatkan nilai p= 0,000. Kesimpulan



ini



menunjukan



adanya



perbandingan kualitas hidup antara pasien gagal



ginjal



kronik



dengan



comorbid



hipertensi dan diabetes melitus. Pendahuluan



Penyakit



Gagal



Ginjal



Kronik



(GGK)



merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah besar di dunia. Gangguan fungsi



31



ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan



metabolism



dan



keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Badan kesehatan dunia menyebutkan pertumbuhan penderita gagal ginjal pada tahun 2013 telah meningkat 50% dari tahun sebelumnya. Hasil survei yang dilakukan oleh perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) diperkirakan ada sekitar 12,5 % dari populasi atau sebesar 25 juta penduduk Indonesia mengalami penurunan fungsi ginjal. ada hubungan antara diabetes mellitus dengan terjadinya gagal ginjal terminal. Dengan jumlah sampel sebanyak 68 responden, dimana 34 responden penderita diabetes mellitus dengan gagal ginjal terminal dan 34 responden penderita diabetes mellitus tanpa gagal ginjal terminal. Dari hasil perhitungan data statistik didapatkan nilai p = 0,045



(p45-59 tahun sebanyak 41 responden (68,3%) dan sisanya memiliki umur >60 tahun sebanyak 19 responden (31,7%), ynag mana hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang pernah dilakukan. Usia 40-70 tahun, laju filtrasi glomelurus akan menerun secara progresif hingga 50% dari normal terjadi penurunan kemampuan tubulus ginjal untuk mereabsorpsi dan pemekatan urin.



Dari 60 responden diperoleh informasi tentang



karakteristik



menunjukkan



bahwa



pendidikan



responden



dengan



pendidikan SMA paling banyak dengan jumah



sebanyak



30



responden



(50%)



perguruan tinggi sebanyak 20 responden



35



(33,3%) SMP sebanyak 9 responden (15%) dan SD sebanyak 1 responden (1,7%). Berdasarkan hasil tersebut penulis berasumsi bahwa, pendidikan memiliki pengaruh pada penyakit seseorang dimana semakin tinggi pendidikan



seseorang



kesadaran



untuk



mencari pengobatan dan perawatan akan masalah kesehatan yang dialaminya juga akan semakin tinggi.



Dari 60 responden menunnjukan bahwa sebagian besar memiliki pekerjaan dengan responden sebanyak 37 responden (61,7%) dan



yang



tidak



bekerja



sebanyak



27



responden (38,3%). Hasil observasi peneliti menjumpai bahwa sebagian besar responden yang masih aktif bekerja adalah pegawai negri sipil, wirausahawan ataupun aparat keamanan sedangkan



yang



seudah



tidak



bekerja



sebagian besar karena lanjut usia ataupun sudah kehilangan pekerjaan. Dari hasil tersebut penulis berasumsi bahwa, dengan bekerja responden tetap memiliki sumber penghasilan, memiliki dukungan yang lebih banyak dari lingkungan kerjanya, dan akan



36



meminimalkan konflik peran yang terjadi akibat



perubahan



kondisi



fisik



pasien



hemodialisis.



Dari



60



responden,



responden



yang



mengalami gagal ginjal kronik dengan comorbid hipertensi memiliki kualitas hidup lebih baik dengan jumlah responden sebanyak 29 responden (96,7%) dan kualitas hidup buruk



sebanyak



1



responden



(3,3%)



sedangkan untuk pasien gagal ginjal kronik dengan comorbid faktor diabetes melitus memiliki kualitas hidup buruk lebih besar dengan jumlah responden sebanyak 17 responden ( 56 , 7 % ) dan yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 13 responden ( 43 , 4 % ). Hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik dengan comorbid hipertensi yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 29 responden dan yang memiliki kualitas hidup buruk sebanyak 1 responden. Sedangkan responden dengan comorbid diabetes melitus



37



yang memiliki kualitas hidup baik sebanyak 13 responden dan yang memiliki kualitas hidup



buruk



sebanyak



17



responden.



Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis berasumsi bahwa kualitas hidup dari pasien gagal



ginjal



kronik



dengan



comorbid



hipertensi lebih baik dibandingkan dengan pasien gagal ginjal kronik dengan comorbid diabetes



melitus



terjadinya



kerusakan



dikarenakan pada



proses



ginjal



yang



berjalan lebih lambat ataupun penanganan pada pasien hipertensi dengan gagal ginjal kronik yang berfokus pada pemberian terapi obat anti hipertensi untuk mengontrol tekanan darah pasien tersebut dan juga kepatuahan dalam menjalani dialisis yang mungkin dapat meningkatkan harapan hidup atau kualitas hidup pasien. Kesimpulan



Menurut ke empat faktor yang diteliti dari pada



60



responden,



hasil



penelitian



menunjukkan bahwa terdapat perbandingan cukup signifikan antara kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik denga comorbid hipertensi dan diabetes melitus.



38