Kelompok 1 Laporan Praktikum Mikrobiologi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI “ BAKTERIOLOGI ”



OLEH : KELOMPOK I 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Ratyh Jihan Safira Rizqah Zil Fadhilah Septiana Waraningsih Nurhasanah Fernidar Laia Zaify Diva Marhani Marzy Jauharah Az Zahra Ananda Raihan Maulana Suci Ramadhani Darwis



( 09401711042 ) ( 09402011002 ) ( 09402011005 ) ( 09402011009 ) ( 09402011010 ) ( 09402011012 ) ( 09402011016 ) ( 09402011022 ) ( 09402011024 )



SISTEM MEKANISME DASAR PENYAKIT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa, karena atas berkah dan rahmatnyalah maka kami dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Mikrobiologi untuk Blok Sistem Mekanisme Dasar Penyakit ini dengan tepat waktu. Laporan terkait praktikum Mikrobiologi yang singkat dan sederhana ini sengaja kami susun dalam rangka memenuhi tugas dari Departemen Mikrobiologi Klinik oleh dosen kami yang bernama Ismail Rahman, S.Si, M.Kes. Laporan mengenai praktikum Mikrobiologi ini tentu saja tidak akan selesai jika tanpa adanya bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Di dalam menyusun dan merancang laporan ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini memiliki banyak kekurangan. Oleh karenanya, berbagai bentuk kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan. Semoga laporan ini bermanfaat khususnya bagi para pembaca.



Ternate, 04 April 2021



Tim Penyusun



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ……………………………………………… 2 DAFTAR ISI ……………………………………………………….. 3 BAB I PENDAHULUAN …………….……………………………. 4 1.1 Latar Belakang ………………...…………………………. 4 1.2 Tujuan ……………………………………………………. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………... 5 BAB III METODEOLOGI ………………….……………………... 9 3.1 Waktu dan Tempat ………………...……………………... 9 3.2 Alat dan Bahan ..…………………………………………. 9 3.3 Prosedur Kerja ………………………………………….... 9 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..………………………… 11 BAB V PENUTUP ………………………………………………... 14 5.1 Kesimpulan ……………………………………………… 14 5.2 Saran …………………………………………………….. 14 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………….. 15



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mikrobiologi berasal dari kata dalam Bahasa Yunani yaitu mikros artinya kecil, bios artinya hidup, dan logos artinya ilmu. Mikrobiologi merupakan suatu ilmu tentang organisme hidup yang berukuran mikroskopis. Mikrobiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang mikroba, jasad renik. Mikrobiologi adalah salah satu cabang ilmu dari biologi, dan memerlukan ilmu pendukung kimia, fisika dan biokimia. Mikrobiologi sering disebut ilmu praktek dari biokimia. Dalam mikrobiologi diberikan pengertian dasar tentang sejarah penemuan mikroba, macam-macam mikroba di alam, struktur sel mikroba dan fungsinya, metabolisme mikroba secara umum, pertumbuhan mikroba dan faktor lingkungan, mikrobiologi terapan di bidang lingkungan dan pertanian. Mikrobiologi adalah studi mikroorganisme, yaitu sel uniseluler (sel tunggal), multiseluler (koloni sel), atau aseluler (sel yang tidak ada). Mikrobiologi mencakup banyak subdisiplin termasuk virologi, parasitologi, mikologi, dan bakteriologi. Mikrobiologi, studi mikroorganisme/ mikroba, beragam kelompok umumnya bentuk kehidupan yang sederhana, termasuk bakteri, archaea, alga, jamur, protozoa, dan virus. Bidang ini berkaitan dengan struktur, fungsi, dan klasifikasi organisme tersebut dan dengan cara mengeksploitasi dan mengendalikan kegiatan mereka. Cabang ilmu mikrobiologi sangat luas mencakup setiap aspek kehidupan. Namun, pada laporan ini akan dibahas mengenai mikrobiologi medis atau kesehatan terkhusus pada bakteriologi. Mikrobiologi medis atau kesehatan adalah studi tentang peran mikroba dalam penyakit manusia. Termasuk studi patogenesis mikroba dan epidemiologi dan terkait dengan studi patologi penyakit dan imunologi. Bakteri merupakan organisme uniseluler, nukleoid atau tidak memiliki membran inti, tidak berklorofil, saprofi atau parasit, pembelahan biner, termasuk protista.



1.2 Tujuan Adapun tujuan dari melakukan praktikum Mikrobiologi ini, sebagai berikut : 1. 2. 3. 4.



Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan memahami klasifikasi bakteri. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan memahami morfologi bakteri. Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan memahami struktur sel bakteri. Mahasiswa dapat memahami teknik pewarnaan bakteri.



4



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bakteri merupakan organisme prokariot, yaitu memiliki kromosom tunggal dan tidak memiliki nukleus. (Gillespie et al, 2007). Bakteri adalah nama sekelempok mikroorganisme yang termasuk prokariotik yang bersel satu. Istilah bakteri dari bahasa Yunani dari kata bekterion yang berarti tongkat atau batang dan umumnya tidak berklofrofil. Berkembang biak dengan membela diri dan bahan – bahan genetiknya tidak terbungkus dalam membran inti. (BIMA, 2005). Ukuran sel setiap jenis bakteri bervariasi, contoh pada bakteri Bentuk bulat berdiameter 0,2-2,0 um, bakteri bentuk batang memiliki panjang 2-10 um, lebar 0,2 sampai 1,5 um, bakteri terkecil yaitu Dialister pheumosintes (Bacteroides pneumosintes), berukuran 0,15-0,30 um. Bakteri terbesar yaitu Spirillum volutans, ukuran lebar 1,5 um dan panjang 15 um. Faktor yang mempengaruhi ukuran sel yaitu umur sel, lingkungan, teknik laboratorium (contohnya metode pewarnaan) dan lainnya. Morfologi mikroskopik adalah karakteristik bakteri yang dilihat melalui pengamatan dibawah mikroskop.Walaupun ada ratusan species bakteria yang berbeda, namun suatu bakteria dalam bentuk sel tunggal akan memiliki salah satu dari tiga bentuk yang umum dikenal, yaitu: a. Bentuk bulat/elips/spherical shape yang lazim disebut dengan coccus. b. Bentuk batang yang umum disebut basil. c. Bentuk spiral. Bakteri berbentuk bulat atau coccus, sering menunjukkan variasi bentuk. Variasi bentuk ini sering dipakai sebagai ciri yang khas dalam proses identifikasi jenis. Beberapa variasi bentuk tersebut antara lain: a. Diplococcus: Dua buah sel saling bedempetan atau berpasangan. b. Streptococcus: Untaian sel yang lebih dari 4 sel dan membentuk suatu untaian yang menyerupai rantai. c. Tetrad atau tetracoccus: Empat buah sel yang saling berdempetan yang membentuk suatu bentuk yang menyerupai bujur sangkar. d. Staphylococcus: Kumpulan sel yang saling bedempetan, sehingga menyerupai buah anggur. e. Sarcina: Kelompok yang terdiri atas 8 sel (4 sel pada bagian depan dan 4 sel pada bagian belakang) yang membentuk suatu bentuk yang menyerupai kubus. Berbeda dengan bakteri bentuk bulat, bakteri bentuk batang (basil) jarang sekali berada dalam variasi diatas. Pada bakteri bentuk batang ini, variasi diatas (jarang) bukan merupakan karakteristik dari bakteri ini.



5



Bila dialam dijumpai adanya variasi bentuk dari bakteri basil ini, maka hal tersebut cenderung disebabkan oleh tahap pertumbuhannya atau kondisi-kondisi yang mempengaruhi kultur tersebut. Bakteri berbentuk spiral pada umumnya dijumpai dalam bentuk soliter atau bersel tunggal dan bukan merupakan kumpulan sel yang berdempetan. Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu struktur dasar dan struktur tambahan. Struktur dasar dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri, meliputi dinding sel, membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula penyimpanan. Kebanyakan bakteri mempunyai dinding sel. Dinding sel tersebut terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran tertentu pada sel bakteri. Dinding sel bersifat elastik dan terletak diantara kapsula dan membran sitoplasma. Susunan kimia dinding sel sangat kompleks dan dapat terdiri dari beberapa macam bentuk seperti selulosa, hemiselulose, khitin (karbohidrat, protein, lemak yang mengandung unsur N) tergantung dari spesies bakteri. Dinding sel ditemukan pada semua bakteri hidup bebas kecuali pada Mycoplasma. Fungsi dinding sel adalah memberi perlindungan terhadap protoplasma, berperan penting dalam perkembangbiakan sel, mengatur pertukaran zat dari luar sel dan oleh karena itu dinding sel mempengaruhi kegiatan metabolisme dan melindungi protoplasma dari pengaruh zat-zat racun, sebagai pertahanan bakteri agar dapat bertahan hidup dalam lingkungannya, dan mempertahankan tekanan osmotik bakteri. Tekanan osmotik di dalam bakteri berkisar antara 5-20 atmosfir. Pewarnaan Gram atau metode Gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri. Dalam proses ini, olesan bakteri yang sudah terfiksasi dikenai larutan-larutan berikut : zat pewarna kristal violet, larutan yodium, larutan alkohol (bahan pemucat), dan zat pewarna tandingannya berupa zat warna safranin atau air fuchsin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark Hans Christian Gram (1853–1938) yang mengembangkan teknik ini pada tahun 1884 untuk membedakan antara Pneumokokus dan bakteri Klebsiella pneumoniae. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu bakteri Gram Positif dan Bakteri Gram Negatif. Bakteri Gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram negatif akan kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol, dan sewaktu diberi zat pewarna tandingannya yaitu dengan zat pewarna air fuchsin atau safranin akan tampak berwarna merah. Perbedaan warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya.



6



Karakteristik yang membedakan bakteri Gram positif adalah komposisi dinding selnya beberapa lapisan peptidoglikan bergabung bersama membentuk struktur tebal dan kaku. Terdapat sekitar 40 lapisan peptidoglikan atau disebut juga lapisan Murein/Mukopeptid yang merupakan 50% dari bahan dinding sel. Sedangkan pada bakteri Gram negative hanya ada 1 atau 2 lapisan yang merupakan 5-10% dari bahan dinding sel. Selain itu dinding sel bakteri Gram-positif memiliki asam Teikoat dan Teikuronat, yang terutama terdiri dari alkohol (seperti ribitol dan alcohol) dan fosfat. Asam Teikoat terdiri dari 2 jenis yaitu: asam lipoteikoat dan dinding asam Teikoat. Kedua jenis asam Teikoat bermuatan negative karena mengandung gugus fosfat dalam struktur molekul mereka. Bakteri tahan asam merupakan bakteri yang kandungan lemaknya sangat tebal sehingga tidak bisa diwarnai dengan reaksi pewarnaan biasa, tetapi harus dengan pewarnaan tahan asam. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam (BTA) karena dapat mempertahankan zat warna pertama sewaktu dicuci dengan larutan pemucat. Bakteri tahan asam (BTA) merupakan bakteri yang memiliki ciri-ciri yaitu berantai karbon (C) yang panjangnya 8 – 95 dan memiliki dinding sel yang tebal yang terdiri dari lapisan lilin dan asam lemak mikolat, lipid yang ada bisa mencapai 60% dari berat dinding sel. Bakteri yang termasuk BTA antara lain Mycobacterium tuberculose, Mycobacterium bovis, Mycobacterium leprae, Nocandia meningitidis, dan Nocandia gonorrhoeae. Mycobacterium tuberculose adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan penyakit tuberculose, dan bersifat tahan asam sehingga digolongkan sebagai bakteri tahan asam (BTA). Penularan Mycobacterium tuberculose terjadi melalui jalan pernafasan. Pewarnaan Ziehl Neelson atau pewarnaan tahan asam memilahkan kelompok Mycobacterium dan Nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsin) sewaktu dicuci dengan larutan pemucat (alkohol asam). Larutan asam terlihat berwarna merah, sebaliknya pada bakteri yang tidak tahan asam karena larutan pemucat (alkohol asam) akan melakukan reaksi dengan carbol fuchsin dengan cepat, sehingga sel bakteri tidak berwarna.



7



Beberapa spesies bakteri pada genus Mycobacterium, Cryptosporidium dan Nocardia tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan sederhana. Namun, mikroorganisme ini dapat diwarnai dengan menggunakan Karbol Fuchsin yang dipanaskan. Panas membuat pewarna dapat terserap oleh sel bakteri karena panas dapat menghilangkan lapisan lilin pada dinding sel bakteri. Sekali bakteri tahan asam menyerap karbol fuchsin, maka akan sangat sulit untuk dilunturkan dengan asam-alkohol, oleh karena itu mereka disebut bakteri tahan asam. Bakteri tahan asam memiliki kadar lemak (asam mycolic) yang tinggi pada dinding sel mereka. Pada pewarnaan bakteri asam menggunakan metode Ziehl-Neelsen (juga disebut Hot Stain), bakteri tahan asam akan berwarna merah karena menyerap pewarna karbol fuchsin yang dipanaskan, karena pada saat pemanasan dinding sel bakteri yang memiliki banyak lemak membuka sehingga pewarna dapat terserap. Namun tidak dapat dilunturkan dengan asam alkohol karena pada saat suhu normal lemak pada dinding sel bakteri kembali menutup, sehingga ketika diwarnai dengan pewarna tandingan, yaitu Methylene Blue, warnanya tetap merah. Berbeda dengan bakteri tidak tahan asam, ia akan menyerap pewarna tandingan yaitu methylene blue sehingga berwarna biru. Pada metode Kinyoun-Gabbet, tidak perlu dilakukan pemanasan, maka dari itu metode Kinyoun-Gabbet juga disebut Cold Stain. Metode Kinyoun-Gabbet tidak perlu dilakukan dengan pemanasan karena pada pewarna Kinyoun terdapat alkali fuchsin dengan konsentrasi yang tinggi, sehingga walau tanpa pemanasan dapat menghilangkan lapisan lilin pada dinding sel bakteri tahan asam. Komposisi Kinyoun antara lain: alkali fuchsin, fenol, alkohol 95%, dan aquades. Sebagai pewarna tandingan adalah Gabbet, yang memiliki komposisi antara lain : methylene blue, asam sulfat 96%, alkohol murni, dan aquades. Sama seperti pada metode Ziehl-Neelsen, bakteri tahan asam akan berwarna merah, sedangkan bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru.



8



BAB III METODEOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat  Waktu  Tempat



: Praktikum dilakukan pada hari Kamis, 01 April 2021, Pukul 14:40 WIT : Praktikum dilakukan di Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Khairun Ternate



3.2 Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan ini adalah sebagai berikut. 16. Penangas air 1. Autoklaf 2. Kaca penutup 3. Oven 4. Mikroskop medan terang 5. Kulkas 6. Pipet tetes dan pipet serologis 7. Cawan Petri 8. Gelas ukur 9. Tabung reaksi 10. Neraca analitik 11. Ose 12. Inkubator 13. Lampu spiritus 14. Shaker 15. Beaker gelas



17. Hot plate 18. Stirer 19. Labu Erlenmeyer 20. Colony counter 21. Kaca obyek biasa 22. Haemasitometer 23. Kaca obyek cekung 24. Laminar air flow 25. Crystal Violet 26. Larutan Mordant 27. Alkohol 96% 28. Carbol Fuchsin 29. Media biakan bakteri



3.3 Prosedur Kerja  1. 2. 3. 4. 5.



Prosedur Pewarnaan Gram Buat preparat melingkar diameter 2-3 cm Fiksasi di atas api sampai kering Genangi Gentian Violet 3 menit, dicuci dengan air Genangi dengan Lugol selama 2 menit Genangi dengan alkohol hingga jernih



9



6. Cuci dengan air dan genangi dengan fuchsin selama 1 menit, lalu cuci dengan airKeringkan dan periksa di mikroskop pembesaran.  1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.



Prosedur Pewarnaan Tahan Asam Prosedur Pewarnaan Tahan Asam (Ziehl-Neelsen) Dibuat sediaan dengan cara coiling ukuran 2x3 cm Sediaan dilewatkan 3x melalui api spiritus Sediaan digenangi dengan karbol fuchsin Dari bawah sediaan dipanasi dengan menggunakan spiritus sampai keluar uap (jangan sampai mendidih) Diamkan minimal 5 menit. Lebih lama diperbolehkan tetapi cat sediaan jangan sampai keringSediaan dibilas hati-hati dengan air mengalir Sediaan dimiringkan dengan menggunakan pinset untuk membuang air Sediaan digenangi dengan asam alkohol sampai tidak tampak warna merah karbol fuchsinDigenangi methylene blue selama detik Sediaan dibilas dengan air mengalir, keringkan sediaan pada rak pengering. Jangan keringkan dengan tisu.



10



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil a. Pewarnaan Gram Gambar



Warna



Bentuk



Sifat



Merah



Basil



Gram Negatif



b. Pewarnaan Tahan Asam



Carbol fuchsin (Merah) Dapat mempertahankan zat warna pertama (Carbol fuchsin)



11



4.2 Pembahasan a. Pewarnaan Gram Pada pengamatan preparat bakteri dengan menggunakan pewarnaan gram dapat diamati bahwa bakteri tersebut adalah bakteri gram negatif yang berbentuk basil dan berwarna merah. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa peptidoglikan bakteri gram negatif yang tipis dan lapisan lemak yang tebalpada dinding bakteri maka saat berikatan dengan Gentian Violet, ikatan yang terjadi adalah ikatan lemah. Diberi Lugol yang memperkuat ikatan tersebut dengan GentianViolet, namun tidak terlalu memberikan arti yang signifikan. Bakteri Gram (-) yang memiliki lemak tebal ketika diberi alkoholmaka lemak luntur dan warna Gentian Violet pun luntur. Karena tidak terwarnai maka bakteri akan menyerap warnafuchsin yaitu merah. Dinding sel bakteri dapat menahan tekanan osmotic interna mereka karena memiliki substan yang disebut murein/ mucopeptide/ peptidoglycan. Peptidoglycan adalah lapisan polymer yang memiliki tiga bagian. Pertama adalah terdiri dari Nacetylglucosamine dan asam N-acetylmuramic. Kedua adalah satu set rantai tetrapeptida identik yang melekat pada asam N-acetylmuramic, dan ketiga adalah satu set peptide cross-bridges identik. Peptidoglycan jauh lebih tebal terdapat pada bakteri gram positif dibandingkan gram negatif, oleh karena itu dinding bakteri gram negatif relatif lebih mudah hancur. Bakteri gram negatif hanya memiliki satu lapis peptidoglikan yang menempel pada membrane luar asymmetric lipopolysaccharidephospholipid bilayer yang berselang seling dengan protein. Sehingga pada pewarnaan gram, Membrane luar ini akan hancur oleh alcohol decolorizer yang akan mengakibatkan keluarnya crystal violet-iodine compex dan digantikan oleh counterstain Pada sediaan yang telah diamati, terlihat bakteri tersebut berwarna merah, menandakan bakteri itu berjenis gram negative. Warna merah pada bakteri ini disebabkan oleh bakteri yang menyerap warana fuschin. Terliahat juga bentuk bakteri yang menyerupai tongkat pendek, yang merupaakan ciri khas dari bakteri berjenis Bacillus.



12



b. Pewarnaan Tahan Asam Pada pengamatan preparat bakteri dengan menggunakan pewarnaan tahan asam dapat diamati bahwa bakteri tersebut adalah bakteri tahan asam yang berwarna merah akibat tidak lunturnya warna Carbol Fuchsin. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pewarnaan khusus untuk mengidentifikasi bakteri-bakteri yang memiliki sifat tahan asam khususnya genus Mycobacterium. Mycobacterium dikatakan tahan asam sebab jika diwarnai dengan karbol fuchsin, sifat kimianya yang unik menahan zat warna walaupun olesan yang terwarnai telah dicuci dengan alkoholasam sehingga bakteri tahan asam akan tampak berwarna merah. Pewarnaan tahan asam merupakan pewarnaan khusus untuk mengidentifikasi bakteri-bakteri yang memiliki sifat tahan asam khususnya genus Mycobacterium. Mycobacterium dikatakan tahan asam sebab jika diwarnai dengan karbol fuchsin, sifat kimianya yang unik menahan zat warna walaupun olesan yang terwarnai telah dicuci dengan alkohol-asam. Pada sedian praktikum kali ini, terdapat bakteri basil tahan asam. Basil Tahan Asam atau (BTA) adalah nama lain dari Myobacterium tuberculosis, merupakan bakteri menyebabkan suatu penyakit infeksi menular dan mematikan yang biasa disebut tuberkulosis atau TB. Bakteri ini cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh bakteri ini dapat bertahan lama selama beberapa tahun Mycobacterium tuberculosis tidak bisa diklasifikasikan sebagai bakteri gram positif atau gram negatif karena tidak memiliki karakteristik kimia yang baik, meskipun bakteri ini mengandung peptidoglikan dalam dinding sel mereka. Jika pewarnaan gram dilakukan pada Mycobacterium tuberculosis maka akan terlihat warna yang sangat lemah pada gram positif atau tidak terlihat sama sekali.



13



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pengamatan pada pewarnaan bakteri di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. a. Bakteri yang diberi pewarnaan gram dapat membedakan 2 jenis bakteri, yaitu bakteri gram postif akan berwarna ungu dan bakteri gram negatif akan berwarna merah. Zat warna acidic dengan chromogen negatif, tidak bisa berpenetrsi kedalam sel karena bagian permukaan bakteri juga bermuatan negatif. Akibatnya sel yang tidak diwarnai akan lebih mudah dilihat pada latar belakang yang berwarna, Pewarnan ini praktis karena tidak perlu dilakukan fiksasi dengan panas dan tidak ada pengaruh bahan kimia. Maka bentuk dan ukuran asli bisa diamati. b. Pewarnaan tahan asam akan memberi warna merah pada bakteri khususnya pada Mycobacterium sp. karena bakteri tahan asam cenderung mempertahan zat warna pertama yaitu Carbol Fuchsin. Pewarnaan tahan asam, ditujukan terhadap bakteri yang mengandung lemak dalam konsentrat tinggi sehingga sukar menyerap zat warna, namun jika diberi zat warna khusus misalnya Carbol fuchsin melalui proses pemanasan maka akan menyerap zat warna dan akan tahan diikat tanpa dilunturkan oleh peluntur yang kuat sekalipun seperti asam alcohol. Ada beberapa cara Pewarnaan tahan asam, namun yang paling banyak adalah cara menurut ziehl-Neelsen. Pewarnaan ini memilahkan mycrobacterium dan nocandia dengan bakteri lainnya. Kelompok bakteri ini disebut bakteri tahan asam karena dapat mempertahankan zat warna pertama (carbol fuchsion) sewaktu dicuci.



5.2 Saran Dalam pelaksanaan praktikum ini kami masih merasa agak kesulitan dalam menentukan warna merah pada bakteri gram pada praktikumnya dikarenakan tingkat akurasi cahaya mikroskop kurang dan penampakan sediaannya agak buram. Dan pewarnaan negatif kami melihat warna ungu dikarenakan cahaya mikroskop cenderung gelap sehingga harus diperhatikan persiapan kesediaan mikroskop dalam kondisi baik sebelum digunakan dalam praktikum. Dalam pelaksanakaan praktikum kelompok kami dan laporan yang kami buat jauh dari kata sempurnaan, dan kelompok kami menerima saran apapun itu untuk pembelajaran kelompok kami.



14



DAFTAR PUSTAKA  Pelczar, Michael J., dan Chan, E. C. S., 1986, 190-191, Dasar-Dasar Mikrobiologi, Universitas Indonesia, UI-Press, Jakarta  I Nengah Sujaya, 2017, Penuntun Praktikum Mikrobiologi, Universitas Udayana  Jawetz, Melnick, Adelberg’s. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta. Salemba Medika.  Katzung, B.G. 2004. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.  Brooks, G.F., Janet, S.B., Stephen A.M. 2007. Jawetz, Melnick and Adelbergs, Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23  Cahyanti, A.A., dkk 2017 Kualitas Sediaan Basil Tahan Asam Pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Rujukan Uji Silang dengan Metode LQAS di Kota Salatiga. Available at: http://repository.unimus.ac.id/1111/3/BAB%20II.pdf  Utama, G.N. 2014 Sensitivity and Specivicity Test of KOH String Test to Gram Stain in Order Classify Bacteria Causes Urinary Tarck Infection. Available at: https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_di/3b86ae1827c111d60889331 a212a81d8.pdf  D. Putri, Hiaranya, Meganada., MIKROBIOLOGI. Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan, 2017.  W. Lay, Bibiana, Analisis Mikroba di Laboratorium. Jakarta: Rajawali, 1994.  D. Dwidjoseputro, Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Jambatan, 1998.  Tim Penyusun, Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Ternate, 2018.



15